• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pemeriksaan Kadar Kreatinin dengan Metode Jaffe

N/A
N/A
hawa agreeable

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Praktikum Pemeriksaan Kadar Kreatinin dengan Metode Jaffe"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK PERCOBAAN VI

PEMERIKSAAN KADAR KREATININ

Disusun oleh :

Hawa Agreeable 10060321179

Rohmayati 10060321180

Zaihan Nur Fitri 10060321181 Choirun Nisaa 10060321183 Shift / Kelompok : 4 / F

Tanggal Praktikum : Kamis, 20 Maret 2024 Tanggal Laporan : Kamis, 27 Maret 2024 Nama Asisten : Zhafira Putri Adrini, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2024 M / 1445 H

(2)

PERCOBAAN VI

PEMERIKSAAN KADAR KREATININ

I. Tujuan Percobaan

1.1 Dapat menentukan kadar kreatinin dalam serum menggunakan metode Jaffe

1.2 Menginterpretasikan hasil pengukuran terhadap patofisiologi ginjal II. Prinsip Percobaan

Melakukan penentuan kadar kreatinin berdasarkan reaksi Jaffee yaitu reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa membentuk kompleks yang berwarna merah-oranye yang kadarnya dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 520 nm

III. Teori Dasar 3.1 Kreatinin

Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin terutama disintesis oleh hati. Kreatinin diangkut melalui aliran darah ke ginjal. Ginjal menyaring sebagian besar kreatinin dan membuangnya dalam urin. Pemeriksaan kreatinin dalam darah merupakan salah parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Bila ginjal terganggu, kreatinin akan meningkat. Tingkat kreatinin abnormal tinggi kemungkinan terjadi kerusakan atau kegagalan ginjal.

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin dieksresikan oleh ginjal melalu kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasi relative sama dalam plasma

(3)

hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal.

3.2 Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal yaitu sebagai sistem penyaringan alami tubuh, melakukan banyak fungsi penting. Fungsi ini termasuk menghilangkan bahan ampas sisa metabolism dari aliran darah, mengatur keseimbangan tingkat air dalam tubuh dan menahan pH (tingkat asa-basa) pada cairan tubuh. Kurang lebih 1,5 liter darah dialirkan melalui ginjal setiap menit. Dalam ginjal, senyawa kimia sisa metabolisme disaring dan dihilangkan dari tubuh sebagai urin. Penyaringan ini dilakukan oleh bagian ginjal yang disebut glomeruli. Selain mengeluarkan limbah, ginjal merilis tiga hormon penting yaitu eritropotein yang merangsang sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah; renin, yang mengatur tekanan darah;

calcitriol, bentuk aktif vitamin D, yang membantu mempertahankan kalsium tulang dan untuk kesimbangan kimia yang normal dalam tubuh (NIDDK, 2009)

Kerusakan ginjal dapat mempengaruhi kemampuan ginjal dalam melakukan tugasnya. Beberapa dapat mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara cepat (akut) atau menyebabkan penurunan yang lebih lamban (kronis).

3.3 Metode Pengukuran Kadar Kreatinin

Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan untukmenilai fungsi ginjal, karena konsnetrasi dalam plasma dan eksresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal pada metode Jaffe reaction adalah laki-laki 0,6-1,1mg/dL; Wanita 0,5-1,9 mg/dL (Sodeman, 1995)

Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah:

1. Jaffe reaction

(4)

Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Menggunakan alat photometer. Metode ini meliputi kreatinin cara deproteinasi dan kreatinin tanpa deproteinasi

2. Kinetik

Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat yang digunakan autoanalyzer.

3. Enzimatik darah

Dasar metode ini adalah adanya susbtrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer

3.4 Metode Jaffe

Reaksi Jaffe merupakan metode yang paling popular untuk penentuan kreatinin dalam urin dan serum. Dalam metode ini, kreatinin direaksikan dengan asam pikrat pada suasana basa yang membentuk senyawa berwarna merah-orange dan dideteksi secara spektrofotometri panjang gelombang 490-520 nm (Staden, 1983).

Keuntungaan reaksi Jaffe yaitu sederhana dan mudah. Namun karena dilakukan dengan metode batch, ama jumlah sampel dan reagen yang digunakan sangat banyak sehingga pembentukan senyawa kreatinin-pikrat memerlukan waktu yang cukup lama yaitu sekita 30menit. Selain itu, kontaminasi yang besar dari lingkungan dapat terjadi pada metode batch sehingga memerlukan pengontrolan yang ketat. Metode ini memiliki sensivitas yang rendah dengan limit deteksi sebesar 0,2 M (Faria, 1992)

3.5 Spektrofotometri UV

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.

Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

(5)

atau diabsorbsi (Gandjar, 2007). Spektrofotometer digunakan untuk mengukur transmitan atau absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna terbentuk. Nilai absorbansi dari cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi larutan didalam kuvet (Sastrohamidjojo, 2007). Keuntungan dari metode spektrofotometri adalah hasil yang diperoleh cukup akurat, angka yang terbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital.

Prinsip dari spektrofotometer adalah cahaya yang berasal dari lampu diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator, kemudian cahaya akan diubah cahaya yang awalnya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal).

Berkas cahaya dilewatkan pada sampel yang mengandung zat konsentrasi dengan tertentu. Cahaya yang terbentuk ada yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan kemudian diterima oleh detektor. Cahaya yang diterima dihitung dan untuk mengetahui cahaya yang diserap sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel, sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif

Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan (Yahya S, 2013)

3.6 Sampel untuk menugukur kadar kreatinin

Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah dapat diperiksa menggunakan sampel serum dan plasma

1. Serum

Serum adalah darah yang terdapat didalam tabung dan dibiarkan membeku setelah membeku akan mengalami retraksi bekuan akibat terperasnya cairan dalam bekuan tersebut atau darah dalam tabung yang disentrifuge dengan kecepatan dan waktu tertentu sehingga akan terbentuk tiga bagian yaitu serum, buffycoat dan

(6)

eritrosit. Serum terdapat zat antibodi yang berfungsi untuk menghancurkan protein asing (antigen, artinya zat yang merangsang pembentukan zat antibodi) yang masuk dalam tubuh. Serum didapat dengan cara membiarkan darah dalam tabung reaksi tanpa antikoagulan membeku dan kemudian dicentrifuge dengan kecepatan tinggi untuk mengendapkan semua sel-selnya.

2. Plasma

Plasma adalah darah dalam tabung yang berisi antikoagulan lalu dicetrifuge dalam waktu dan kecepatan tertentu, sehingga terpisah antara plasma dan bagian yang lain. Plasma masih mengandung fibrinogen, didalam plasma tidak mengandung faktor-faktor pembekuan antara lain : faktor II, faktor V dan faktor VIII, serta mengandung serotinin tinggi karena perusakan platelete. Plasma masih terdapat fibrinogen, karena disebabkan penambahan antikoagulan yang mencegah terjadinya pembekuan darah

IV. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu beaker glass, kuvet, mikropipet, spektofotometer UV-Vis dan tabung reaksi.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah plasma ,NaOH, larutan standar, asam pikrat, tissue dan tip.

V. Prosedur 5.1. Pembuatan sampel

Preparasi sampel darah terlebih dahulu diambil dari seorang praktikan, lalu sampel darah dikumpulkan pada tabung sentrifuga dalam keadaan bersih tanpa dilakukan penambahan antikoagulan, setelah itu didiamkan selama 15 menit. Lalu sampel disentrifugasi dengan menggunakan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit hingga didapati sampel berupa serum

5.2.Prosedur pengujian

(7)

Pada proses ini, disiapkan tiga tabung reaksi yang berisikan blanko, standar, dan sampel uji. Kemudian diatur volume mikro pipet sesuai dengan volume larutan yang akan diambil. Lalu diambil larutan kerja yang berisi NaOH dan asam pikrat sebanyak 1 mL dan dimasukkan kedalam tabung reaksi blanko, tes, dan standar.

Kemudian ditambahkan tes/sampel urin 100 µL kedalam tabung sampel, ditambahkan larutan standar 100 µL kedalam tabung standar. Kemudian campuran dihomogenkan dan dihangatkan selama 1 menit pada suhu 30 atau 37°C

5.3.Prosedur pengukuran Absorbansi Spektrofotometri UV-Vis

Pada proses ini, absorbansi blanko dan sampel uji diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 520 nm. Larutan blanko reagen dimasukkan terlebih dahulu pada panjang gelombang 520 nm dengan dimasukkan ke dalam kuvet, lalu dimasukkan ke dalam alat, lalu ditutup dan ditekan tombol auto zero. Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran absorbansi blanko sampel yang telah dimasukkan ke dalam kuvet dengan dimasukkan kuvet ke dalam alat lalu ditutup. Tombol start ditekan kemudian ditunggu hingga angka absorbansinya terbaca. Setelah itu hitung selama 1 menit menggunakan stopwatch dan dilakukan hal yang sama terhadap sampel uji dengan membaca absorbasi kedua terhadap blanko dengan menggunakan panjang gelombang 520 nm.

VI. Data Pengamatan

• Tabel Absorbansi

Absorbansi Standar Absorbansi Uji

0,147 0,042

0,151 0,043

a. Absorbansi Standar

= 𝑎𝑏𝑠 1−𝑎𝑏𝑠 2

𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 0,147−0,151

1 = 0,004 b. Absorbansi Uji

= 𝑎𝑏𝑠 1−𝑎𝑏𝑠 2

𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 0,042−0,043

1 = 0,001

(8)

• Kadar Kreatinin

Kreatinin (mg/dl) = ∆ 𝐴𝑏𝑠 𝑈𝑗𝑖

∆ 𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 x Kadar Standar

= 0,001

0,004 x 2 mg/dl = 0,5

• Kadar Kreatinin Perkelompok

Kelompok Kadar

1 3 mg/dl

2 1,5 mg/dl

3 2,5 mg/dl

4 0,5 mg/dl

5 2 mg/dl

6 8 mg/dl

X 2,917 mg/dl

• Perhitungan SD SD = √∑(𝑋𝑛− 𝜋) ²

𝑛−1

SD =

√(3 −2,917)2+(1,5 − 2,917)2+(2,5 − 2,917)² +(0,5 − 2,917)²+(2 − 2,917)²+(8 − 2,917)²

. 6 −1

SD = 2,635 mg/dL

• Perhitungan % SBR SBR = 𝑆𝐷

𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑢𝑗𝑖 x 100%

SBR = 2,635 mg/dL

2,917 mg/dL x 100% = 90,33 % VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian mengenai pemeriksaan kadar kreatinin.Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui fungsi ginjal dan untuk mengetahui kadar kreatinin yang ada dalam serum. Prinsip dari percobaan ini adalah melakukan penentuan kadar kreatinin berdasarkan reaksi Jaffee yaitu reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana basa membentuk kompleks yang berwarna merah-oranye yang kadarnya dapat diukur dengan

(9)

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 520 nm.Metode yang digunakan untuk praktikum ini yaitu dengan menggunakan metode jaffee.

Pada percobaan kali ini digunakan metode “Jaffe”. Reaksi Jaffe ini adalah metode pemeriksaan kadar kreatinin yang paling populer digunakan untuk penentuan kreatinin dalam urin dan dalam serum. Pada metode ini, kreatinin direaksikan dengan asam pikrat pada suasana basa yang membentuk senyawa berwarna merah-orange dan dideteksi secara spektofotometri pada Panjang gelombang 490- 520 nm. Keuntungan reaksi Jaffe yaitu sederhana dan mudah (Sabarudin et al., 2012).

Untuk mengukur kadar kreatinin ini di dalam darah pada metode ini digunakan sampel berupa serum. Sampel yang digunakan dapat berupa serum atau plasma, namun pada praktikum kali ini digunakan sampel serum karena tidak ada lagi terkandung fibrinogen dan agen koagulasi, sedangkan pada plasma masih terdapat agen koagulasi dan masih banyak senyawa lain yang bersifat reduktor sehingga dikhawatirkan hasil pemeriksaannya tidak spesifik (Hasin,2017).

Cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan pada metode ini adalah hemat biaya dan lebih sederhana dilakukan, sedangkan kekurangan dari metode ini adalah terdapat adanya faktor yang bisa mengakibatkan terganggunya sampel yakni bisa dipengaruhi oleh protein, keton dan glukosa, dimana senyawa senyawa ini mampu memberikan reaksi palsu terhadap reagen kreaatinin, karena dapat membentuk warna yang sama dengan kreatinin, sehingga bisa saja kada kreatinin yang tinggi bukanlah kadar sebenarnya, namun kadar kreatinin palsu(Turgeon, 2012).

Prinsip kerja dari reaksi ini reaksi antara kreatinin dengan asam pirat dalam suasana basa membentuk kromogen merah-orange dan merupakan tautomer dari asam pikrat dan kreatinin. Intensitas warna pada reaksi ini akan diukur menggunakan fotometri atau spektrofotometri.

(10)

Pada reaksi Jafee ini asam pikrat dan kreatinin yang ada dalam suasana alkali, dimana asam pikrat akan mengalami deprotonasi dan bermuatan negatif yang selanjutnya bereaksi lebih lanjut dengan kreatinin membentuk senyawa berwarna merah-orange. Namun, jika terjadi kelebihan asam pikrat dan NaOH maka deprotonasi asam pikrat yang berlebih (bermuatan negatif) akan bereaksi dengan Na+ membentuk endapan natrium nitrat (Sabarudin et al., 2012).

Metode Jaffe adalah sebuah metode yang digunakan dalam analisis kualitatif untuk mengidentifikasi kation logam dalam suatu larutan. Metode ini sering digunakan dalam laboratorium kimia anorganik. Pada dasarnya, metode ini melibatkan reaksi antara kation logam dengan berbagai reagen tertentu yang menghasilkan presipitat atau warna khas. Dari hasil presipitat atau warna yang dihasilkan, dapat ditarik kesimpulan mengenai kation logam yang hadir dalam larutan.(James,2020)

Kreatinin merupakan produk protein otot dari hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang konstan dan diekskresikan dalam urin dengan kecepatam yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui filtrasi dan sekresi, dalam plasma konsentrasinya relative konstan dan apabila kadar kreatinin lebih besar dari nilai normal maka terdapat gangguan pada fungsi ginjal.

Setiap hari kreatin diubah menjadi kreatinin sekitar 2%. Kreatinin tersebut diangkutmelalui aliran darah ke ginjal. Ginjal akan menyaring sebagian besar kreatinin dan membuangnya dalam urin, apabila ginjal terganggu maka kreatinin akan miningkat.Peningkatan kreatinin yang abnormal terdapat kemungkinan terjadi kerusakan ataukegagalan ginjal (Corwin, 2019).

Pemeriksaan kadar kreatinin digunakan sebagai parameter pemeriksaan fungsi ginjal, karena kreatinin darah lebih sensitif jika dibandingkan dengan kadar nitrogen urea darah (BUN). Kreatinin adalah produk akhir penguraian dari keratin.Kreatin disintesis pada organ hati dari metionin, glisin, dan arginin,

(11)

kreatinin ini terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dalam bentuk kreatin fosfat, yakni suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat ini akan diubah menjadi kreatin dengan menggunakan katalisasi oleh enzim yakni enzim kreatin kinase.

Seiring dengan penggunaan energi tersebut, sejumlah kecil energi tersebut diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang setelahnya difiltrasi oleh filtrasi glomerulus dan diekskresikan dalam urin. Kreatinin dalam urin ini berasal dari filtrasi glomerulus dan sekresi yang dilakukan oleh tubulus proksimal ginjal. Berat molekulnya kecil sehingga bisa secara bebas masuk kedalam filtrat glomerulus.

Kreatinin yang diekskresi dalam urin terutama berasal dari metabolisme kreatinin dalam otot sehingga jumlah kreatinin dalam urin ini bisa mencerminkan massa otot tubuh dan relatif stabil pada individu sehat (Ganong, 2016).

Spektrofotometri merupakan alat yang digunakan untuk pengukuran. Prinsip dari spektrofotometri uv-vis yakni penyerapan sinar tampak untuk ultra violet dengan suatu molekul dapat menyebabkan terjadinyaeksitasi molekul dari tingkat energi dasar (ground state) ketingkat energi yang paling tinggi (excited stated).

Pengabsorbsian sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang absorbs maksimum dapat dikolerasikan dengan jenis ikatan yang ada didalam molekul.

(12)

Alasan penggunaan spektrofotometri ini karena larutan uji yang digunakan merupakan larutan berwarna yang memiliki gugus kromofor sehingga dapat menyerap cahaya pada daerah visible yang dilewatkan larutan pada saat dianalisis.

Pada pemeriksaan kreatinin ini menggunakan panjang gelombang 520 nm karena diharapkan pada panjang gelombang tersebut kreatinin dapat memberikan serapan maksimal. Pengukuran absorbansi larutan standar dan larutan tes ini dilakukan sebanyak 2 kali atau duplo karena untuk mengetahui selisih absorbansi pada konsentrasi awal (pengukuran pertama) dan pada konsentrasi akhir (pengukuran kedua) sebab kreatinin akan bereaksi berbanding lurus dengan waktu, dengan persamaan reaksi (Sumar hendayana. 1994 : 155).

Pada percobaan ini prosedur pertama yang dilakukan adalah melakukan sentrifgasi darah untuk mendapatkan sampel berupa serum, hal pertama yang dilakukan adalah darah yang diperoleh harus disentrifugasi terlebih dahulu dengan kecepatan 3000 rpm selama 5-15 menit (Kemenkes RI No. 1792, 2010).

Pada percobaan ini prosedur pertama yang dilakukan adalah melakukan sentrifgasi darah untuk mendapatkan sampel berupa serum, hal pertama yang dikerjakan adalah darah yang diperoleh harus disentrifugasi terlebih dahulu dengan kecepatan 3000 rpm selama 5-15 menit (Kemenkes RI No. 1792, 2010).

Proses sentrifugasi ini adalah teknik yang digunakan untuk memisahkan cairan dari padatannya yang berguna dalam mempengaruhi kualitas sampel serum yang akan digunakan nantinya. Setelah dilakukan sentrifugasi, maka akan terdapat dua lapisan yang terpisah, yakni serum terdapat pada lapisan atas, maka serum ini yang akan digunakan dalam percobaan.

Prinsip pemisahan dengan sentrifugasi didasarkan pada perbedaan bobot jenis antara plasma, serum, dan keping darah. Serum darah akan berada dibagian atas karena memiliki bobot jenis yang lebih ringan dibandingkan plasma darah (Subiyono,2016).

(13)

Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan blanko, larutan standar, dan sampel. Pada larutan blanko berisi larutan kerja yakni asam pikrat dan NaOH sebanyak 1 mL. Kemudian pada larutan standar berisi larutan kerja yakni asam pikrat dan NaOH sebanyak 1 mL dan larutan standar. Lalu pada larutan sampel berisikan sampel dan larutan kerja berisikan asam pikrat dan NaOH.

Pada tabung yang berisi larutan blanko berfungsi untuk kalibrasi sedangkan pada tabung yang berisi larutan standar berfungsi sebagai pembanding antara hasil absorbansi larutan uji dengan kadar standar dari kreatinin. Selanjutnya, pada larutan sampel ini ditambahkan NaOH yang berisikan serum memiliki fungsi untuk membebaskan N pada ammonia dengan cara berikatan dengan NaOH yang dapat direaksikan dengan asam dan NaOH memiliki fungsi untuk memberikan suasana basa.

Kemudian fungsi penambahan asam pikrat yaitu untuk mereaksikan kreatinin agar terbentuk kompleks berwarna kuning. Selanjutnya dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Penggunaan spektrofotometri karena larutan uji yang digunakan adalah larutan berwarna yang memiliki guguf kromofor sehingga dapat menyerap cahaya pada daerah visible yang dilewatkan. Pengukuran ini menggunakan panjang gelombang 520 nm karena kreatinin dapat memberikan serapan maksimal pada panjang gelombang tersebut (Hadijjah & Sitti, 2018).

Hasil absorbansi standar yang didapatkan adalah 0,0042 dan 0,0043 sehingga didapatkan ∆absorbansi standar yakni 0,001. Sedangkan hasil absorbansi sampel adalah 0,471 dan 0,151 sehingga didapatkan ∆ absorbansi sampel yakni 0,149. Dari hasil ∆ absorbansi standar dan ∆ absorbansi sampel maka didapatkan nilai kreatinin sebesar 0,5 mg/dL. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kadar kreatinin rendah, karena kadar kreatinin normal serum pada pria adalah 0,7 – 1,3 mg/dL sedangkan pada wanita 0,6-1,1 mg/dL.

(14)

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan kadar kreatinin menjadi rendah yakni adanya kekurangan massa otot, kekurangan asupan protein,adanya penyakit ginjal(Corwin, 2019)

Selanjutnya dilakukan pula perhitungan SD (Standar Deviasi) untuk mendapatkan nilai SBR. Tujuan dari perhitungan ini adalah untuk dapat melihat ada tidaknya simpangan dari hasil pengujian yang dilakukan, nilai SD yang diperoleh adalah 2,635.

Selanjutnya nilai SD ini dihitung yang digunakan untuk mengetahui nilai RSD. Nilai RSD atau presisi ini merupakan nilai kedekatan hasil pengujian individu dalam serangkaian pengukuran terhadap suatu sampel homogen. Syarat nilai RSD yang ditentukan oleh BPOM adalah ≤ 2%.

Namun, pada percobaan ini nilai RSD yang diperoleh yakni 90,333% nilai RSD ini tidak memenuhi syarat, karena > 2%. Adanya ketidaksesuaian dengan persyaratan ini bisa disebakan oleh pengaruh dari kualitas sampel, kalibrasi alat yang salah, dan dipengaruhi oleh ketelitian praktikan pada saat melakukan prosedur percobaan.

VIII. Kesimpulan

1. Pada pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan dengan menghitung kadar kreatinin pada serum darah menggunkan metode jaffe, dimana senyawa kromogen diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

2. Kadar kreatinin yang diperoleh pada praktikum ini sebesar 0,5 mg/dL. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kadar kreatinin rendah pada serum darah karena kadar kreatinin serum normal pada pria adalah 0,7 – 1,3 mg/dL sedangkan pada wanita 0,6-1,1 mg/dL.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2019). Buku Saku Patafisiologi (Hands Books of Douglas A. Skoog, Donald M. West, F. James Holler, dan Stanley R.

Crouch.(2020)"Fundamentals of Analytical Chemistry”.London:Oxford Press

Faria LC & Pasquini C. (1992). Spectrophotometric determination of creatinine by monosegmented continuous-flow analysis. J Autom Chem 14: 97-100

Gandjar, I. G. dan Rohman, A., (2007), Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Ganong, W.F. (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. Edisi 22 h.270-271, 450-459.

Hadijjah & Sitti, (2018). Analisis Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kreatinin Darah dengan Deproteinisasi dan Nondeproteinisasi Metode Jaffe Reaction. Jurnal Media Analis Kesehatan, Volume 1.

(16)

Hendayana,Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.

Kemenkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

NIDDK. (2009). The Kidney and How They Work.

Sastrohamidjojo H, (2007.) Spektroskopi. Gadjah Mada University. Yogyakarta Sodeman. (1995). Patofisiologi Sodeman: Mekanisme Penyakit. Jakarta Staden JF. 1983. Determination of creatinine in urine and serum by flow- injection analysis using the Jaffe reaction. Fresen Z Anal Chem 315: 141-144.

Subiyono dkk. (2016). Gambaran Kadar Glukosa Darah Metode GOD PAP (Glucose Oxsidase–Peroxidase Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen Diamin Terta Acetat). Jurnal Teknologi Laboratorium.5(1): 45.

Yahya, S. (2013). Spektrofotometri UV-VIS. Jakarta : Erlangga

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang baik hasil pemeriksaan proteinuria menggunakan metode rasio albumin- kreatinin urin dengan metode carik

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar air dari beberapa sampel seperti pisang, tepung pisang, dan susu kental manis menggunakan metode analisis yang

Kadar kreatinin pada peminum alkohol yang lama mengkonsumsi dan terus- menerus dapat menggangu fungsi ginjal dengan meningkatnya kadar kreatinin dalam darah.Hal ini

Metode yang sering digunakan untuk analisis kreatinin secara spektrofotometri adalah dengan menggunakan Jaffe reaction yaitu mereaksikan kreatinin dengan asam pikrat

Sedangkan metode enzimatis didapatkan kadar glukosa darah menggunakan darah kapiler yaitu 92 mg/dl dan 118 mg/dl dan kadar yang normal pada glukosa darah sewaktu dan

Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab uremia dibagi menjadi tiga, yaitu

Pemeriksaan dengan menggunakan alat spektofotometer memiliki kelebihan, diantaranya: presisi yang tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relative  bebas dari gangguan (kadar

Laporan ini menyajikan hasil praktikum Geofisika Eksplorasi yang berfokus pada metode