• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pemeriksaan Kadar Asam Urat

N/A
N/A
hawa agreeable

Academic year: 2024

Membagikan " Laporan Praktikum Pemeriksaan Kadar Asam Urat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK

PERCOBAAN 1

PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT

Disusun oleh:

Hawa Agreeabel (10060321179)

Rohmayati (10060321180)

Zaihan Nur Fitri (10060321181) Choirunissa (10060321183) Shift/Kelompok : F/4

Tanggal Pecobaan : Kamis, 22 Februari 2024 Tanggal laporan : Kamis, 29 Februari 2024

Nama asisten :

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2024 M / 1445 H

(2)

PERCOBAAN 1

PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT

I. Tujuan pengamatan

1. Dapat menentukan kadar asam urat dalam sampel serum darah

2. Dapat menentukan metode untuk mengukur kadar asam urat dalam sampel serum darah

3. Dapat memahami peranan pemeriksaan kadar asam urat serta mampu menginterpretasikan hasil yang didapat dari pemeriksaan kadar asam urat

II. Prinsip

1. Kolorimetri adalah tercapainya kesamaan warna larutan contoh dan standar dengan menggunakan sumber cahaya sinar putih / polikhromatis dan detector mata.

2. menggunakan enzim tertentu sesuai dengan jenis metodenya sebagai katalis reaksi.

III. Teori Dasar

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat yang bernama purin. Zat purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama purin yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang didapatkan dari asupan makanan seperti tanaman atau hewan. Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh yaitu sebagai antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan asam urat. Asam urat menjadi masalah ketika kadar di dalam tubuh melewati batas normal (Noviyanti, 2015).

mekanisme metabolisme asam urat berasal dari pemecahan purin endogen dan diet yang mengandung purin. Pada pH netral, asam urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk monosodium urat) banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal kurang dari 420 μmol / L (7

(3)

mg/dL). Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada manusia akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%).

Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya. (Dianati, 2015)

Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa yaitu 5-phosphoribosyl-1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5 fosfat yang disintesis dengan ATP (Adenosine triphosphate). Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida inosine monophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP (Dianati, 2015).

Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hipoxanthine. Inosine monophosphat berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida adenin dan guanin. Adenosine monophospat (AMP) berasal dari IMP melalui penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin purin dalam reaksi yang memerlukan GTP (Guanosine triphosphate). Guanosine monophosphat (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP. Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xhantine juga.

Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat (Dianati, 2015).

(4)

Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3. Pada pH alkali kuat, asam urat membentuk ion urat dua kali lebih banyak daripada pH asam (Dianati, 2015).

Gambar 1. Struktur Asam Urat (Dianati, 2015)

Purin yang berasal dari katabolisme asam nukleat diubah menjadi asam urat secara langsung. Pemecahan nukleotida purin terjadi pada semua sel, tetapi asam urat hanya dihasilkan oleh jaringan yang mengandung xhantine oxidase terutama di hati dan usus kecil. Rata-rata sintesis asam urat endogen setiap harinya adalah 300-600 mg/hari, dari diet 600 mg/hari lalu dieksresikan ke urin rerata 600 mg/hari dan ke usus sekitar 200 mg/hari (Dianati, 2015)

Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, jenis kelamin, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Salah satu penyebab yang juga mempengaruhi kadar asam urat adalah olah raga atau aktivitas fisik (Astuti, dkk., 2018). Peningkatan kadar asam urat dalam darah selain menyebabkan gout, juga merupakan salah satu prediktor kuat terhadap kematian karena kerusakan kardiovaskuler.

Pemeriksaan kadar asam urat darah di laboratorium bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu cara cepat menggunakan stik dan metode enzimatik.

Pemeriksaan kadar asam urat dengan menggunakan stik dapat dilakukan dengan menggunakan alat UASure Blood Uric Meter. Prinsip pemeriksaan

(5)

alat tersebut adalah UASure Blood Uric Acid Test Strips menggunakan katalis yang digabung dengan teknologi biosensor yang spesifik terhadap pengukuran asam urat. Strip pemeriksaan dirancang dengan cara tertentu sehingga pada saat darah diteteskan pada zona reaksi dari strip, katalisator asam urat memicu oksidasi asam urat dalam darah tersebut. Intensitas dari elektron yang terbentuk diukur oleh sensor dari UASure dan sebanding dengan konsentrasi asam urat dalam darah. Nilai Rujukan untuk laki laki : 3.5 – 7.2 mg/dl, sedangkan untuk perempuan : 2.6 – 6.0 mg/dl (UASure Blood Uric Acid Test Strips). (Parahita, 2009)

Terapi farmakologi bagi penderita gout adalah minum obat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Obat yang digunakan adalah obat golongan antiinflamasi nonsteroid (NSAID), kortikosteroid untuk gout akut dan obat golongan xantin oksidase inhibitor (XOI) untuk gout kronik (ACR, 2012). Sedangkan terapi non-farmakologi adalah dengan diet purin dari penderita itu sendiri. Diet asam urat bertujuan untuk mengurangi makanan yang kaya akan kandungan purin seperti jeroan, daun melinjo, bayam, sarden kangkung. Diet asam urat (purin) merupakan salah satu metode pengendalian gout secara alami (Noviyanti, 2015)

Ada perbandingan yang nyata antara serum dengan plasma. Plasma tidak membiarkan darah menggumpal sebaliknya serum membiarkan darah menggumpal. Plasma memiliki suatu senyawa fibrinogen yaitu protein yang berganti sebagai jaring dari benang fibrin pada saat proses koagulasi darah yang tidak terdapat di serum. Fibrinogen yang terdapat di plasma tidak serta merta berganti menjadi fibrin disebabkan karena terdapat antikoagulan.

Ketika membuat serum, sel darah akan nampak menggumpal di serat fibrin atau tidak terpisah satu sama lain ketika dilihat dengan menggunakan mikroskop, sementara saat membuat plasma, sel darah akan nampak berada di bagian paling bawah dari tabung. Dapat dilihat dengan jelas, pengendapan sel darah tadi akan terlihat 2 macam yang didasarkan dari masa jenisnya yaitu eritrosit yang memilikilapisan tebal dengan volume bisa mencapai

(6)

setengahnya, dan ada juga bagian tipis diatasnya yaitu berupa leukosit serta trombosit atau keping darah (Sadikin, 2014)

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi (Gandjar, 2007).

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung pada senyawa atau warna terbentuk (Cairns, 2009). Nilai absorbansi dari cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi larutan didalam kuvet (Sastrohamidjojo, 2007).

Keuntungan dari metode spektrofotometri adalah hasil yang diperoleh cukup akurat, angka yang terbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital.

Bagian-bagian spektrofotometer : 1. Sumber cahaya

2. Monokromator 3. Kuvet

4. Detector

Prinsip dari spektrofotometer adalah Cahaya yang berasal dari lampu diteruskan melalui lensa menuju ke monokromator, kemudian cahaya akan diubah cahaya yang awalnya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas cahaya dilewatkan pada sampel yang mengandung zat konsentrasi dengan tertentu. Cahaya yang terbentuk ada yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan kemudian diterima oleh detektor. Cahaya yang diterima dihitung dan untuk mengetahui cahaya yang diserap sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel, sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif (Triyati, 1985)

(7)

Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang kecil.

Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detektor dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan (Yahya S, 2013)

IV. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah fotometer dengan panjang gelombang 520 nm, mikropipet 25 μL, pipet 1,0 mL dan tabung reaksi. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah reagen (glory diagnostic) yang terdiri dari monoreagent dan larutan asam urat standar (asam urat 6 mg/dL) dan sampel yang berupa serum.

V. Prosedur

Dikeluarkan sampel dan reagen dari kulkas dan dibiarkan pada suhu ruangan, selanjutnya pada saat akan digunakan suhunya sudah dipastikan sama dengan suhu ruangan. Kemudian pada tabung 1 (blanko) dimasukkan 1 ml larutan kerja, pada tabung 2 (standar) dimasukkan 1 ml larutan kerja dan 25 μL larutan standar, dan pada tabung 3 (sampel) dimasukkan 1 ml larutan kerja dan 25 μL larutan sampel.

Setelah itu campuran dihomogenkan dan dihangatkan pada suhu 37°C selama 5 menit dengan cara digenggam dengan tangan. Lalu absorbansi setiap tabung diukur menggunakan fotometer dengan panjang gelombang 520 nm.

VI. Data Pengamatan

Nilai Absorbansi Standar Nilai Absorbansi Uji

0,277 0,280

0,283 0,293

0,281 0,292

VI.1. Nilai rata-rata - Larutan Standar

(8)

= 0,277+0,283+0,281 3

= 0,292 - Larutan Uji

= 0,280+0,293+0,292 3

= 0,280 VI.2. Perhitungan

- Perhitungan kadar asam urat Konsentrasi Uji

Konsentrasi Standard x Kadar Kolesterol - Kadar Asam Urat 1

0,123

0,139 x 6 =5,309 mg/dL - Kadar Asam Urat 2

0,124

0,131 x 6 =5,68mg/dL - Kadar Asam Urat 3

0,122

0,116 x 6 =6,31 mg/dL - Kadar Asam Urat 4

0292

0,280 x 6 =6,26 mg/dL - Kadar Asam Urat 5

0,118

0,153 x 6 =4,63 mg/dL - Kadar Asam Urat 6

0,112

0,413 x 6 =1,63mg/dL VI.3. Perhitungan SD

Kelompok Nilai Asam Urat (MG/DL)

1 5,309 mg/dL

(9)

2 5,68mg/dL

3 6,31 mg/dL

4 6,26 mg/dL

5 4,63 mg/dL

6 1,63mg/dL

- Simpangan baku (SD)

(5,31−4,97)2+(5,68−4,97)2+(6,31−4,97)2+(6,26−4,97)2+¿(4,63−4,97)2+(1,63−4,97)2

0,1156+0,5041+1,7956+1,6641+0,1156+11,1556

=

15,35066−1 =

15,35065 = 1,75 %

- RSD = simpangan baku

rataratauji x 100 % - % RSD ¿3,07

4,97 x 100 % = 35,21 %

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemeriksaan kadar asam urat di dalam darah dengan menggunakan metode enzimatik. Asam urat adalah asam yang bebentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, yaitu satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh.

Pemeriksaan kadar asam urat didalam darah merupakan satu hal yang penting karena bisa digunakan untuk penegakan diagnosa penyakit dan dapat mengetahui berapa kadar asam urat didalam darah sehingga bisa mewujudkan tercapainya terapi yang tepat dan efektif. Peningkatan kadar asam urat didalam

(10)

tubuh akan menyebabkan terjadinya hiperurisemia (penumpukan asam urat didalam persendian dan organ tubuh lainnya). Penumpukan asam urat inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang (Sutanto, 2013). Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang terdiri dari komponen karbon, nitrogen, oksigen dan hidrogen dengan rumus molekul C5H4N4O3 . Pada pH alkali kuat, asam urat membentuk ion urat dua kali lebih banyak daripada pH asam, asam urat merupakan hasil akhir metabolisme dari purin. Sebagian besar purin ini berasal dari makanan terutama daging jeroan, beberapa jenis sayuran, dan kacang- kacangan (Putrie dkk., 2019). Kadar asam urat didalam tubuh haruslah berada dalam keadaan normal, kadar normal untuk laki- laki adalah 3,5-7,2 mg/dL sedangkan untuk perempuan adalah 2,6-6,0 mg/dL (Parahita, 2009). Pembentukan asam urat di mulai dengan metabolisme dari DNA dan RNA menjadi adenosin dan guanosin. Proses ini berlangsung secara terus menerus di dalam tubuh, dimana sebagian besar sel tubuh selalu di produksi dan di gantikan terutama di dalam darah. Adenosin terbentuk kemudian di metabolisme menjadi hipoxantin, selanjutnya hipoxantin di metabolisme menjadi xantin, sedangkan guanosin di metabolisme langsung menjadi xantin. Kemudian xantin dari hasil metabolisme hypoxanthine dan guanosin di metabolisme dengan bantuan enzim xanthine oksidase, enzim ini menjadi sangat penting dalam metabolisme purin karena mengubah hypoxanthine menjadi xanthin, dan kemudian xantin menjadi asam urat (Desri Mulyanti, 2019).

(11)

Gambar 2. Metabolisme Purin menjadi Asam urat (Silbernagl , 2009)

Purin merupakan bahan utama pembentuk asam urat. Purin dapat berasal dari pemecahan asam nukleat tubuh dan asupan makanan (Wibowo,2009).

Makanan yang mengandung tinggi purin yaitu diantara nyaa, daging, ikan, kacang kacangan serta jeroan. Selain itu minuman beralkohol juga memiliki kadar purin yang tinggi (Vazquez, Mellado dkk, 2004). Meningkatnya kadar asam urat dalam darah disebut dengan kondisi hiperurisemia. Hiperurisemia disebabkan oleh dua hal, yaitu karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau karena penurunan pengeluaran asam urat oleh ginjal. Hiperurisemia yang tidak ditangani menyebabkan asam urat dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan penumpukan kristal asam urat. Apabila kristal berada dalam cairan sendi maka akan menyebabkan terjadinya penyakit gout. Gout ini merupakan peradangan pada sendi atau otot yang disebabkan dari berlebihannya kadar asam urat dalam darah manusia. Hal ini disebabkan oleh berlebihnya jumlah makanan yang banyak mengandung purin yang masuk ke dalam tubuh manusia, sedangkan kemampuan ginjal yang membuang purin dalam darah terbatas (Supriyadi, 2014).

Pada pemeriksaan ini, sebelum melakukan tes harus berpuasa 10 - 12 jam dan tidak mengkonsumsi makanan tinggi purin (misalnya daging, jerohan, sarden, otak) minimal 24 jam sebelum uji dilaksanakan, hal ini disebabkan karena dapat mempengaruhi terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan, karena ditakutkan terjadinya peningkatan kadar purin didalam tubuh.

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan kadar asam urat terdiri dari beberapa metode seperti metode Enzymatic Colorymatic (Uricase), PTA Kimia (phosphotungstic acid), dan metode yang berdasar Kromatografi HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Namun pada percobaan kali ini hanya menggunakan metode enzimatik. Adapun prinsip reaksinya:

Asam urat + H2O + O2 Urikase Allantoin + CO2 + H2O2

DCPS + 4-Aminoantipirin + 2H2O2 Hidrogen Peroksidase Quinoneimina + 3H2O

(12)

Prinsip dari metode ini adalah uricase memecah asam urat menjadi allantoin dan hidrogen peroksida. Selanjutnya dengan adanya peroksidase, peroksida, Toos dan 4- aminophenazone membentuk warna quinoneimine. Secara lebih jelas prinsip utama dari reaksi ini adalah pemecahan inti purin dari asam urat dengan bantuan enzim urikase atau reagen urikase yang menghasilkan allantoin..

Dimana allantoin disini tidak bisa menghasilkan warna maka dari itu tidak bisa dilakukan pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis. Allantoin merupakan suatu produk yang larut dalam air dan bisa diekskresi melalui urin. Maka, dilakukan lagi pengujian reaksi indikasi yakni dengan 2 kromogen yaitu DCPS dan 4- Aminoantipirin yang ditambahkan dengan hidrogen peroksidase yang menghasilkan quinoneimina. Dimana quinoneimina disini senyawa yang menghasilkan warna maka bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Quinoneimina akan menghasilkan zat warna dan dapat diukur dengan fotometer (Trisnawati, 2017). Intensitas warna merah yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi asam urat.

Kelebihan dari metode enzimatik ini adalah spesifik, memiliki sensitivitas dan selektivitas tinggi, memiliki ketelitian yang baik dan pengukurannya yang mudah, kinerja yang cepat relatif, bebas dari gangguan (kadar hematocrit, vit.C, lipid, volume sampel, dan suhu) (Astika dan Iswanto, 2018).. Meskipun metode ini sangat akurat dan dapat diandalkan, tetapi perawatannya cukup rumit, sampel yang digunakan harus serum serta harga analisis yang lebih mahal (Astika, 2018)

Darah merupakan salah satu jaringan dalam tubuh yang berbentuk cairan berwarna merah. Darah dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat menyebar ke berbagai kompartemen tubuh (Nugraha, 2015). Serum merupakan bagian cair darah yang tidak mengandung sel-sel darah dan faktor- faktor pembekuan darah. Protein-protein koagulasi lainnya dan protein yang tidak terkait dengan hemostasis, tetap berada dalam serum dengan kadar serupa dalam plasma. Apabila proses koagulasi berlangsung secara abnormal, serum mungkin mengandung sisa fibrinogen dan produk pemecahan fibrinogen atau protrombin yang belum di konevensi (Sacher dan McPerson, 2012). Serum pada hakikatnya

(13)

mempunyai susunan yang sama seperti plasma, kecuali fibrinogen dan faktor pembekuan II, V, VIII, XIII yang sudah tidak ada. Sedangkan plasma adalah adalah bagian cair dari darah yang tidak mengandung sel-sel darah tetapi masih mengandung faktor-faktor pembekuan darah. Plasma diperoleh dengan cara memisahkan sel-sel darah dari darah (whole blood) dengan cara sentrifugasi.

Plasma yang terbentuk memiliki komposisi faktor pembekuan yang berbeda sesuai dengan jenis antikoagulan yang ditambahkan (Nugraha, 2015). Perbedaan antara serum dan plasma adalah plasma mencegah proses penggumpalan darah sedangkan serum membiarkan terjadinya proses penggumpalan darah. Plasma mengandung senyawa fibrinogen yaitu suatu protein darah yang berubah menjadi jaring dari serat-serat fibrin pada peristiwa penggumpalan, dimana senyawa tersebut sudah tidak ada lagi dalam serum. Di dalam plasma fibrinogen tidak dapat berubah menjadi fibrin karena adanya antikoagulan yang ditambahkan (Sadikin, 2014).

Teknik pemisakan serum menggunakan sentrifugasi adalah teknik yang dilakukan setelah pengambilan darah vena, bagian darah tersebut dibiarkan membeku (± 15 menit) kemudian dipisahkan. Serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan antikoagulan dengan cara memisahkan darah menjadi 2 bagian, setelah darah didiamkan hingga membeku kurang lebih 15 menit (Nugraha, 2015). Setelah disentrifugasi akan tampak gumpalan darah yang bentuknya tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah dapat dilepaskan dari dinding tabung. Pada percobaan ini alasan penggunaan serum sebagai sampel pemeriksaaan asam urat adalah karena serum tidak terdapat fibrinogen, protrombin, faktor VIII ,V, dan XIII dan untuk mencegah pencemaran antikoagulant terhadap specimen. Selanjutnya setelah dilakukan pemisahan serum, maka serum ini dimasukkan kedalam 3 jenis tabung, tabung 1 yakni blanko, tabung 2 standar, tabung 3 uji. Alat yang digunakan adalah mikropipet, alasan penggunaan mikropipet adalah karena bisa memindahkan cairan/reagen tertentu dalam skala kecil atau memiliki akurasi yang jauh tinggi, Ketiga larutan diberikan

(14)

perlakuan yang sama, tetapi diisi dengan larutan yang berbeda. Tabung blangko berisi 1,0 mL reagen, fungsi dari blanko ini adalah sebagai kalibrasi kuvet dan mencegah terukurnya serapan selain dari analit yang diinginkan saat pengukuran absorbansi, lalu tabung 2 larutan standar berisi 1,0 mL reagen dan 25 μL, fungsi larutan standar adalah sebagai larutan pembanding nantinya dengan larutan uji, sedangkan tabung 3 sampel berisi 1,0 mL reagen dan 25 μL sampel serum darah.

Pada percobaan ini hanya menggunakan 1 larutan standar, atau one point method, hal ini disebabkan karena membandingkan dengan 1 titik konsentrasi pembanding, dilakukan dengan menggunakan panjang gelombang maksimum, pelarut dan peralatan yang sama. Lalu, larutan blanko, standar, dan uji dikocok masing-masing sampai dengan homogen dan didiamkan selama 5 menit pada suhu kamar (37°C) dengan cara digenggam, suhu ini digunakan karena ini berhubungan dengan cara kerja enzim, enzim akan bekerja optimum apabila suhu 37°C, apabila suhunya terlalu tinggi maka enzim dapat terdenaturasi sehingga tidak dapat digunakan, namun jika didiamkan kurang dari 5 menit, enzim dan substrat akan kurang bisa bereaksi. Setelah didiamkan selama 5 menit maka selanjutnya dilakukan proses pengukuran absorbansi dengan menggunakan alat spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 520 nm. Alasan penggunaan panjang gelombang ini adalah karena senyawa berwarna quinonemina akan mengabsorbsi radiasi dengan kuat pada panjang gelombang ini, sehingga akan memberikan hasil yang sebenarnya. Pada pengukuran menggunakan alat spektrofotometri UV-vis karena spektrofotometri UV-Vis merupakan metode analisis yang menggunakan panjang gelombang UV dan Visible sebagai area serapan untuk mendeteksi senyawa. Pada umumnya senyawa yang dapat diidentivikasi menggunakan Spektrofotometri UV-Vis adalah senyawa yang memilki gugus gugus kromofor dan gugus auksokrom. Pengujian dengan Spektrofotometri UV-Vis tergolong dan cepat cepat jika dibandingkan dengan metode lain. Pada proses ini pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali (triplo), hal ini disebabkan agar mendapatkan hasil yang tepat, spesifik, sesuai dan akurat, sehingga akan mendapatkan nilai rata-rata yang sesuai.

(15)

Dari hasil pengukuran, diperoleh kadar asam urat dengan 6 kali pengukuran 5,31 mg/dL; 5,68 mg/dL; 6,31 mg/dL; 6,26mg/dL; 4,63mg/dL dan 1,63 mg/dL. Pengambilan darah dilakukan terhadap seseorang berjenis kelamin perempuan, makan kadar batas normal asam urat yaitu 2,6 – 6 mg/dL. Kadar batas normal pada Wanita lebih rendah dibandingkan dengan batas normal pada pria, ini disebabkan perempuan memiliki hormon sterogen dan progesterone dalam jumlah lebih banyak dari pria yang dapat berfungsi sebagai penghambat produksi asam urat dalam tubuh. Dilihat dari nilai simpangan baku (RSD) yang diperoleh yaitu 31,211% sangat jauh dari yang seharusnya yaitu < 2%.

Adapun faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan asam urat:

1. Volume pengambilan reagen yang tidak sesuai dapat mempengaruhi hasil.

2. Kondisi alat yang digunakan, alat yang digunakan harus dalam keadaan baik dan terkalibrasi agar hasil yang diapat merupakan hasil yang sebenarnya.

3. Sampel pemeriksaan mengalami hemolisis

4. Aktivitas yang berat dapat meningkatkan hasil pemeriksaan

VIII. Kesimpulan

1. Kadar asam urat yang diperoleh dari sampel serum wanita 5,31 mg/dL; 5,68 mg/dL; 6,31 mg/dL; 6,26mg/dL; 4,63mg/dL dan 1,63 mg/dL dengan nilai rata- rata kadar asam urat yaitu 4,97mg/dL. Dimana hasil tersebut masih berada pada batas normal yaitu 2,6-6 mg/dL

2. Metode yang digunakan adalah metode enzimatis menggunakan uricase pada reaksi utama dan peroksidase

3. Penetapan kadar asam urat bisa dijadikan sebagai acuan untuk bisa mendiagnosa suatu penyakit gout/pirai dan gangguan ginjal, dan bisa digunakan sebagai pemantuan terapi dalam upaya penyembuhan penyakit.

(16)
(17)

DAFTAR PUSTAKA

Astika, Yuli., Iswanto, Rolly. (2018). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Asam Urat Menggunakan Metode Spektrofotometer Dan Metode POCT Pada Pasien Puskesmas Poasia Kendari Sulawesi Tenggara. Jurnal MedLab Mandala Waluya Kendari, 2(2).

Astuti, S. T. W., & Tjahjono, H. D. (2018). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kadar Asam Urat (Gout) Pada Laki-Laki Dewasa Di Rt 04 Rw 03 Simomulyo Baru Surabaya. Keperawatan, 3(2).

Cairns. D, (2009), Intisari Kimia Farmasi, Ed. 2, EGC, Jakarta

Dianati, N.A., (2015). Gout and hyperuricemia. Lampung: J MAJORITI. Vol. 4, No. 3

Gandjar, I. G. dan Rohman, A., (2007), Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Marlinda, Roza and Putri Dafriani. (2019). “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Arthritis Gout.” Jurnal Kesehatan Saintika Meditory 2(1):62–70.

Mulyanti Desri. (2019). Gambaran Kadar Asam Urat Pada Masyarakat Batu Bagirak Usia 40 Tahun Di Puskesmas Alahan Panjang. Stikes Perintis Padang.

Noviyanti. (2015). Hidup Sehat tanpa Asam Urat. Edited by Ola. Jakarta:

NOTEBOOK

Nugraha, Gilang (2015). Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar.

Jakarta: CV Trans Info Medika

Parahita. (2009). SOP Roche Modular Analytic. Laboratorium Diagnostik Parahita. Surabaya

(18)

Sacher, R. A. and McPherson, R. A. (2012) Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Alih Bahasa: H. Hartanto. Jakarta: EGC

Sadikin, M. (2014). Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika

Sastrohamidjojo H, (2007.) Spektroskopi. Gadjah Mada University. Yogyakarta Silbernagl, S., & Despopoulos, A. (2009). Color Atlas of Physiology (6th ed.).

New York: Thieme.

Supriyadi. (2014). Statistik Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Susanto, Teguh. (2013). Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan.

Yogyakarta: Buku Pintar.

Trisnawati, N.E., (2017). Presesisi dan Akurasi Hasil Pemeriksaan Reagen Glukosa Kadaluarsa Metode GOD-PAP, Skirsi, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang

Triyati, Etty. (1985). Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam Oseanologi. Jakarta

Vazquez-Mellado J, Garcia CG, Varquez SG, Medrano G, Omelas M, Alcocer L., (2004). Metabolic syndrome and ischemic heart disease in gout, J Clin, Rheumatology, Vol.10

Wibowo, ZS, (2009). 100 Question and Answer Asam Urat, Jakarta : Elex Media Yahya, S. (2013). Spektrofotometri UV-VIS. Jakarta : Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk menentukan berapa kadar minimal fruktosa yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat serum pada mencit.. Penelitian menggunakan

merk BC terhadap kadar asam urat darah mencit dengan dosis sampai tiga kali sehari selama 14 hari. kata kunci : minuman berkarbonasi, kadar

vitamin C terhadap kadar asam urat serum setelah berolahraga pada mahasiswa. Fakultas Kedokteran

kadar asam urat dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa karakteristik subyek penelitian seluruhnya adalah pasien yang melakukan pemeriksaan kadar asam urat dan kristal asam urat pada

Kemudian data dianalisis dengan menggunakan anava satu arah yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemberian teh kombucha terhadap kadar asam urat serum darah

Sepuluh hasil pemeriksaan kadar asam urat tetesan darah pertama sama dengan tetesan darah kedua, hal ini bisa disebabkan karena pada saat pengambilan darah

Pada manusia asam urat merupakan produk akhir dari metabolisme purin. 4emudian kondisi 64&#34; semakin memperparah kenaikan serum asam urat sehingga kadar asam urat dalam