• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR GLUKOSA DARAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR GLUKOSA DARAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI DAN KIMIA KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI DAN KIMIA KLINIK

PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR GLUKOSA DARAH PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR GLUKOSA DARAH

Hari Tanggal: Senin, 09 April 2018 Hari Tanggal: Senin, 09 April 2018

Kelas: A1B Kelas: A1B Golongan: I Golongan: I Kelompok: II Kelompok: II

I Gusti Ngurah Bagus Darma Suwitra I Gusti Ngurah Bagus Darma Suwitra

161200048 161200048

Dosen pengampu: Dosen pengampu:

PRAKTIKUM PATOLOGI DAN KIMIA KLINIK PRAKTIKUM PATOLOGI DAN KIMIA KLINIK

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI

DENPASAR DENPASAR

2018 2018

(2)

PRAKTIKUM PENETAPAN KADAR GLUKOSA DARAH

I. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu menetapkan kadar glukosa dalam darah dengan metode toluidin

II. Prinsip Praktikum

2H2O2+4-Chlorophenol+Aminoantipynne → Quinoneimine dye + H2O

III. Dasar Teori

Glukosa darah di dalam tubuh berfungsi untuk bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga sumber energi utama bagi otak. Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Subiyono,et al.2016).

Jumlah kadar glukosa dari pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang menunjukkan jumlah nilai ≥140 mg/dl atau glukosa darah puasa menunjukan nilai >120 mg/dl ditetapkan sebagai diagnosis diabetes melitus. (Subiyono,et al.2016)

Glukosa darah adalah parameter untuk mengetahui penyakit diabetes melitus yang dahulunya dilakukan terhadap darah lengkap. Karena eritrosit memiliki kadar protein yaitu hemoglobin yang lebih tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah lengkap serum lebih banyak glukosa. Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan darah lengkap seperti serum atau plasma. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga serum berisi lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap. Kadar glukosa darah dapat ditentukan dengan berbagai metode  berdasarkan sifat glukosa yag dapat mereduksi ion-ion logam tertentu, atau

dengan pengaruh enzim khusus untuk menghasilkan glukosa, yaitu enzim glukosa oksidase. Enzim glukosa oksidase merupakan senyawa yang mengubah glukosa menjadi asam glukonat. (Subiyono,et al.2016)

Serum adalah bagian darah yang tersisa setalah darah membeku. Pembekuan mengubah semua fibrinogen menjadi fibrin dengan menghabiskan faktor V, VIII dan protombin. (Subiyono,et al.2016)

(3)

Faktor pembekuan lain dan protein yang tidak ada hubungan dengan hemostasis tetap ada dalam serum dengan kadar sama seperti dalam plasma. Di dalam serum normal tidak terdapat fibrinogen, protombin, faktor V, VIII dan XIII. Yang ada ialah faktor VII, IX, X, XI dan XII. Bila proses  pembekuan tidak normal serum mungkin masih mengandung sisa fibrinogen, produk perombakan fibrinogen atau protombin yang tidak diubah. (Subiyono,et al.2016)

Pemeriksaan glukosa darah metode GOD-PAP lebih banyak dilakukan di laboratorium karena dianggap ketelitiannya lebih tinggi, sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah metode ini adalah spektrofotomoter. (Subiyono,et al.2016)

Glukosa merupakan salah satu karbohidrat penting yang digunakan sebagai sumber tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat. Glukosa berperan sebagai molekul utama bagi  pembentukan energi di dalam tubuh, sebagai sumber energy utama bagi

kerja otak dan sel darah merah. (Subiyono,et al.2016)

Glukosa darah berasal dari absorbsi pencernaan makanan dan  pembebasan glukosa dari persediaan glikogen sel. Tingkat glukosa darah akan turun apabila laju penyerapan oleh jaringan untuk metabolisme atau disimpan lebih tinggi daripada laju penambahan. Penyerapan glukosa oleh sel-sel distimulus oleh insulin, yang disekresikan oleh sel-ß dari pulau-pulau langerhans.

Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandung karbohidrat yang terdiri dari monosakarida, disakarida dan juga polisakarida. Karbohidrat akan konversikan menjadi glukosa di dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energy dalam tubuh. Glukosa tersebut akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah dan didistribusikan ke seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen yang disimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar  bagi proses metabolisme dan juga merupakan sumber energi utama bagi

(4)

Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan energi alternatif juga dapat berasal dari metabolisme asam lemak. Tetapi jalur ini kurang efisien dibandingkan dengan pembakaran langsung glukosa. Proses ini juga di hasilkan metabolit-metabolit asam yang  berbahaya apabila dibiarkan oleh beberapa mekanisme homeolitik yang dalam keadan sehat dapat mempertahakan kadar dalam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan puasa. (Subiyono,et al.2016)

Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan asetil-coenzim A. Jika glukosa dioksidasi total maka akan menghasilkan karbondioksida, air, dan energi yang akan disimpan didalam hati atau otot dalam bentuk glikogen. Hati dapat mengubah glukosa yang tidak terpakai melalui jalur-jalur metabolic lain menjadi asam lemak yang disimpan sebagai trigliserida atau menjadi asam amino untuk membentuk protein. Hati berperan dalam menentukan apalah glukosa langsung dipakai untuk menghasilkan energy, disimpan atau digunakan untuk tujuan structural. (Subiyono,et al.2016)

Glukosa darah dikatakan abnormal apabila kurang atau melebihi nilai rujukan. Nilai rujukan glukosa adalah pada rentang 60-110 mg/dl. Kadar gula darah yang terlalu tinggi dinamakan hiperglikemia. Kadar glukosa kurang dari normal dinamakan hipoglikomia. Dalam tubuh manusia glukosa yang telah diserap oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel tubuh melalui aliran darah. (Subiyono,et al.2016)

Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan  juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta  beberapa hormon. Hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin adalah suatu hormon anabolik, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon adalah suatu katabolik, membatasi sintesis makromolekuler dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan kosentrasi

(5)

glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan  pengurangan glukagon, demikian sebaliknya. (Wicaksono,2014)

Diabetes melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.

Definisi Diabetes Melitus (DM) menurut The American Diabetes Association (ADA) adalah

1. Kadar GDP (Glukosa Darah Puasa) plasma ≥ 126 mg/dL 2. Kadar GDS (Glukosa Darah Sewaktu) plasma ≥ 200 mg/dL

3. Kadar glukosa pada 2 jam pasca TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) ≥ 200 mg/dL.

Definisi menurut The American Diabetes Association (ADA)

1. Hiperglikemia atau kadar glukosa darah diatas normal adalah jika kadar GDP > 110 mg/dL.

2. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) adalah jika kadar GDP antara 110 –  126 mg/dL dan hasil TTGO antara 110 –  200 mg/dL.

Bila terdapat salah satu faktor resiko DM sebagai berikut: a. Usia > 45 tahun

 b. Berat Badan (BB) lebih: BB >110 % BB idaman atau IMT > 23 kg/m2.

c. Hipertensi (≥140/90 mmHg).

d. Riwayat DM dalam garis keturunan.

e. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000 g.

f. Kolesterol HDL < 35 mg/dL, dan atau Trigliserida > 250 mg/dL). Keterangan : IMT= BB/TB2 (Berat Badan/Tinggi Badan kuadrat).

(6)

IV. Alat dan Bahan a. Alat 1. Tabung reaksi 2. Pipet micrometer (10μl, 1000μl) 3. Gelas beaker 4. Penangas air 5. Stopwatch 6. Kuvet 7. Spektofotometer b. Bahan 1. Reagen Reiged 2. Standar glukosa 3. Aquadest

(7)

V. Cara Kerja

Dicatat nilai absorbansi yang ditunjukkan pada

spektofotometer dan dihitung kadar glukosa pasien serta faktor konfersinya

Kemudian di atur posisi jarum petunjuk pada angka 0, kemudian di tarik mulai dari standar sampai ke sampel II

Dituangkan masing-masing larutan kedalam kuvet, kemudian masing-masing kuvet diletakkan di dalam spektofotometer secara berurutan mulai dari paling depan blanko,standar,sampel I dan sampel II

Dikocok masing-masing tabung hingga homogen. Dipanaskan semua tabung dipenangas air selama 10 menit dengan suhu 37oC

Disiapkan 3 tabung reaksi kemudian diberi label Blanko, Standar dan Sampel I, Sampel II

Di pipet dan di teteskan kedalam tabung a.Blanko

1.1000μl reagen reiged 2.10μl aquadest

 b.Standar

1.1000μl reagen reiged

2.10μl larutan glukosa standar  c.Sampel I

1.1000μl reagen reiged

2.10μl sampel serum darah C d.Sampel II

1.1000μl reagen reiged

(8)

VI. Hasil

 No. Tabung Absorbansi

1 Blanko 0 nm

2 Standar 0,750 nm

3 Sampel I 0,431 nm

4 Sampel II 0,775 nm Penetapan kadar glukosa dalam sampel 1. Sampel I Kadar glukosa =   x 100 =0,431 0,750 x 100 = 57,46 mg/dL

Faktor konfersi = kadar glukosa x 0,05551 = 57,46 x 0,05551 = 3,189 mmol/L 2. Sampel II Kadar glukosa =   x 100 =0,775 0,750 x 100 = 103,33 mg/dL

Faktor konfersi = kadar glukosa x 0,05551 = 103,33 x 0,05551

(9)

VII. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah pada sampel serum darah C. Pada praktikum ini menggunakan metode Enzim Glukosa Oksidase. Metode Enzim Glukosa Oksidase (GOD PAP) adalah metode yang sangat spesifik untuk pengukuran glukosa didalam serum atau  plasma melalui reaksi dengan glukosa oksidase, asam glukonat serta

dibentuk hydrogen peroksida. Pemeriksaan dengan metode GOD PAP ini dianjurkan menggunakan plasma darah yang diambil langsung dari vena (pembuluh darah balik) disekitar lipatan siku. Hal ini disebabkan metode GOD PAP dinilai bersifat lebih spesifik karena yang diukur hanya kadar glukosa.

Pada reaksi kimia enzimatis yang terjadi, glukosa oksidase (GOD) mengoksidasi glukosa sehingga terbentuklah H2O2 yang dengan adanya  peroksidase akan bereaksi dengan phenol dan aminoantipirin. Oksidasi ini

akan menghasilkan zat warna yang intensitasnya sama dengan kadar glukosa. Kemudian intensitas warna dibaca pada fotometer gelombang 510nm.

Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Alat ini memiliki prinsip kerja hasil penggabungan dari alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu. Sedangkan fotometer adalah alat  pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsikan. Spektrometer memiliki alat pengurai seperti prisma yang dapat menyeleksi  panjang gelombang dari sinar putih. Pada fotometer terdapat filter dari  berbagai warna yang memiliki spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Spektrofotometer merupakan suatu alat/ instrumen yang dilengkapi dengan sumber cahaya (gelombang elektromagnetik), baik cahaya UV (ultra-violet) atau pun cahaya nampak (visible). Spektrofotometer mampu membaca/mengukur kepekatan warna dari sampel

(10)

tertentu dengan panjang gelombang tertentu pula. Penyerapan sinar UV dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan, penyerapan oleh transisi elektron d dan f dari molekul kompleks, dan penyerapan oleh perpindahan muatan.Spektrofotometer dibagi menjadi dua jenis yaitu spektrofotometer single beam dan spektrofotometer double-beam. Pada single-beam, cahaya hanya melewati satu arah sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi dari larutan yang dimasukan. Berbeda dengan single-beam, pada spektrofotometer double-beam, nilai blanko dapat langsung diukur  bersamaan dengan larutan yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Selain itu spektrofotometer juga dikenal dalam  pengukuran intensitas cahaya atau penyerapan cahaya pada daerah panjang gelombang yang sempit, yang disebut amperemonocromatic, yang dapat diperoleh dengan menggunakan monokromator. Monokromator merupakan suatu alat khusus untuk menyingkirkan atau membuang bagian-bagian dari cahaya yang tidak diperlukan dalam sistem pemeriksaan. Dengan spektrofotometer maka senyawa-senyawa organik maupun anorganik dapat diidentifikasi.Di laboratorium ataupun klinik pada umumnya spektrofotometerdigunakan untuk memeriksa parameter kadar kimia dalam darah antara lain kolesterol, gula darah, asam urat, trigliseride, sgot, sgpt, albumin, bilirubin, amylase dan lain-lain.

Pemeriksaan dengan menggunakan alat spektofotometer memiliki kelebihan, diantaranya: presisi yang tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relative  bebas dari gangguan (kadar hematocrit, vitamin C, lipid, dan suhu)sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada reagen, membutuhkan sampel darah yang banyak, pemeliharaan reagen dan alat memerlukan tempat yang khusus dan membutuhkan biaya yang cukup mahal.

(11)

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar glukosa dalam sampel I adalah 57,46mg/dL dengan faktor konfersi 3,189 mmol/L dan pada sampel II didapatkan hasil 103,33mg/dL dengan faktor konfersi 5,735mmol/L. Berdasarkan hasil yang didapatkan serum  plasma darah pasien diambil pada saat pasien puasa karena kadar glukosa  paien kurang dari 110mg/dL serta faktor konfersinya kurang dari 6,1mmol/L

serta pasien bukan penderita Diabetes Militus.

Hasil dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yang sangat menyimpang antara kadar glukosa sampel I dengan kadar glukosa sampel II. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, pada saat  pemipetan tidak baik karena tekanan pada setiap orang berbeda, alat yang digunakan tidak terkalibrasi, kemungkinan adanya goresan pada kuvet yang digunakan, spektofotometer yang di letakkan di atas meja yang seharusnya di letakkan pada meja kramik agar mengurangi getaran, cahaya pada spektofotometer yang terlalu tinggi sedangkan cairan dalam kurvet yang sedikit sehingga perlu dinaikkan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil pada saat pembacaan nilai absorbansi pada spektofotometer.

Glukosa yang terkandung dalam darah dapat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah berlebihan dalam mengkonsumsi makanan  bergula. Mengkonsumsi makanan bergula yang berlebihan dapat meningkatkan kadarglukosa dalam darah, sehingga dapat menyebabkan penyakit diabetes. Kurangnya aktivitas secara fisik misalnya olahraga, dapat juga menumpuk glukosa dalam darah. Untuk itu olahraga sangat dibutuhkan untuk dapat mengubah kadar glukosa dalam darah menjadi energi. Selain itu  juga glukosa dalam darah dapat dipegruhi karena stress, karena adanya

kinerja adrenalin sebagai gula darah akan tidak stabil. Sehingga dapat menyebabkan hormone insulin sush dalam menstabilkan gula darah. Kurang tidur dan usia juga dapat menyebakan atau mempengaruhi kadar gula dalam darah (Adnan 2013).

Darah terdiri dari cairan dan sel-sel darah. Fungsi darah antara lain yaitu sebagai absorbsi dan transportasi nutrient dari saluran pencernaan ke  jaringan, transport oksigen ke jaringan, mengangkut sisa metabolisme,

(12)

transportasi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dan pengaturan kandungan air pada jaringan tubuh (Wijiastuti et al 2013).

Menurut Sturki (1976) dalam Wijiastuti et al (2013), darah juga berperan  penting dalam menjaga temperatur tubuh (Sturki, 1976). Di dalam darah terdapat serum protein merupakan salah satu dari tiga jenis protein di dalam tubuh yang terbentuk dari asam amino berupa larutan koloidal di dalam  plasma darah. Fungsi protein plasma dalam serum adalah sebagaii  pengangkut, imunitas dan buffer. Total protein plasma dalam darah sekitar 7,2 - 8 g/dl atau sekitar 7% dari volume darah keseluruhan dengan berbagai kegunaan. Beberapa contohnya yaitu sirkulasi molekul lipid, hormon, vitamin dan zat besi; pengangkutan enzim, komponen komplemen, protease inhibitor dan kinin precursor; dan regulasi aktivitas baik fungsional non seluler dalam sistem kekebalan.

VIII. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar glukosa dalam sampel I adalah 57,46mg/dL dengan faktor konfersi 3,189 mmol/L dan pada sampel II didapatkan hasil 103,33mg/dL dengan faktor konfersi 5,735mmol/L. hal ini menunjukkan bahwa pasien menurut The  American Diabetes Association (ADA) tidak menderita penyakit diabetes.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan M, Mulyati T, dan Isworo J.T.2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh  Dengan Kadar Glukosa Dalam Darah Penderita Diabetes  Militus Tipe 2 Rawat jalan di Rumah Sakit Tugurejo

Semarang.Jurnal Gizi.Semarang:Universitas Muhammadiyah

Firgiansyah Andi.2016. Perbandingan Kadar Glukosa Darah Menggunakan Spektofotometer dan Glukometer.Semarang: Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Subiyono.,M.A.Martsiningsih.,D.Gabriela.2016.Gambaran Kadar Glukosa  Darah Metode GOD-PAP (Glucose Oxsidase

 – 

  Peroxidase  Aminoantypirin) Sampel Serum dan Plasma EDTA (Ethylen  Diamin Terta Acetat)Jurnal Teknologi Laboratorium Vol.5,  No.1.Yogyakarta:Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Wicaksono B.A.2014. Blok Endokrin Metabolisme NutrisiPemeriksaan Glukosa Darah Dan Urin. Purwokerto:Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Wijiastuti T.,Yuwono E.,Iriyanti N.2013. Pengaruh Pemberian Minyak  Lemuru Terhadap Total Protein Plasma Dan Kadar  Hemoglobin Pada Ayam Kampong.Jurnal Ilmiah Peternakan

Referensi

Dokumen terkait

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet karena pada hasil uji validasi, metode ini menunjukkan akurasi dan

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar nifedipin dalam sediaan tablet karena dari hasil uji validasi, metode ini menunjukkan akurasi dan

Percobaan penentuan kadar glukosa darah menggunakan sampel darah sapi yang memiliki kadar gula darah 3,04 mg/dL.. Kadar gula darah dalam sapi tersebut sangat rendah

Pada pemeriksaan darah sebelum tindakan be- dah terdapat angka kejadian asidosis metabolik, hiponatremia, serta gangguan kadar gula darah (hipo/ hiperglikemia) yang

Penentuan kadar glukosa didasarkan dari hasil reduksi ion kupri oleh glukosa dalam suasana basa dengan menggunakan arsenomolibdat yang memberikan warna biru

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar Bromheksin HCl dalam sediaan tablet dan metode ini memenuhi uji validasi dengan parameter akurasi

Data yang diukur adalah kadar glukosa darah sewaktu kapiler dan vena orang percobaan yang diukur menggunakan metode glucose oxidase menggunakan alat glukometer..

Hasil penelitian menunjukkan nilai r = 0.388 sehingga dapat diketahui semakin tinggi kadar glukosa darah maka semakin tinggi pula kadar asam urat pada wanita