• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Oleh - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Skripsi Oleh - etheses UIN Mataram"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DALAM PERJANJIAN MUDHARABAH DI DESA BATU PUTIH KECAMATAN SEKOTONG KABUPATEN. Mengenai Praktek Bagi Hasil Akad Mudharabah di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat “memenuhi persyaratan dan disetujui untuk diuji Judul : Pemahaman Masyarakat Tentang Praktek Bagi Hasil Dalam Akad Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

Atas rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan tesisnya dengan judul yang diajukan “PAHAM MASYARAKAT TERHADAP PRAKTIK BAGI HASIL DALAM PERJANJIAN MUDHARABAH DI DESA BATU PUTIH KECAMATAN SEKOTONG KAWASAN LOMBOK BARAT”. Praktek Bagi Hasil Dalam Akad Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Praktek Bagi Hasil Dalam Akad Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat khususnya dalam praktik bagi hasil antara pemilik modal dan pengelola modal yang terjadi di desa Batu Putih. Penelitian ini menghasilkan praktik bagi hasil antara pemilik modal dan pengelola yang terjadi di lapangan, pemilik modal memberikan sejumlah uang kepada masyarakat desa Batu Putih untuk dikelola dengan sistem bagi hasil yang ditentukan oleh modal. pemilik.

Latar Belakang

Dalam akad bagi hasil yang dilakukan oleh Huria berbeda antara satu orang dengan orang lainnya, namun yang menjadi patokan dalam perjanjian akad adalah mereka menggunakan bagi hasil mudharabah, namun secara teori, bagi hasil mudharabah tidak langsung digunakan dalam praktek, melainkan hanya dengan menggunakan kata bagi hasil (mudharabah), penerima modal (masyarakat) hanya menerima tanpa harus mengetahui detail akad bagi hasil mudharabah yang digunakan oleh Huria (penyedia modal) dalam melakukan kerjasama ini, yang terpenting adalah yang diinginkan modal bisa digunakan secepatnya untuk modal usaha bagi yang membutuhkan. Masyarakat desa Batu Putih tidak memiliki banyak modal, sehingga keadaan ini memaksa mereka untuk mencari tambahan modal. Mengingat kondisi masyarakat Desa Batu Putih yang jauh dari kelembagaan, maka tidak jarang masyarakat yang membutuhkan sumber daya mendatangi orang yang lebih memiliki sumber daya, karena dengan demikian satu tetangga dapat membantu yang lain.

Permasalahan yang sering terjadi dalam praktik bagi hasil dalam akad mudharabah di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Barat adalah terkait dengan kurangnya pemahaman masyarakat, bahkan mereka tidak memahami akad mudharabah (bagi hasil) yang merupakan akad akad dalam koperasi. praktik yang dilakukan, namun masyarakat terus mempraktekkan kerjasama tersebut. Menanggapi hal tersebut peneliti ingin mengetahui pemahaman masyarakat tentang praktik kerjasama bagi hasil dalam akad mudharabah di sekitar Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Dan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat memahami praktik bagi hasil dalam akad mudharabah ini.

Praktik kerjasama antara pemilik ekuitas dan pengelola ekuitas telah dilakukan sejak tahun 2016 di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. menunjukkan jumlah dan ruang lingkup kerjasama. Berdasarkan hal-hal tersebut, terdapat permasalahan yang terjadi antara pemilik modal dan pengelola modal mengenai implementasi kerjasama dalam akad mudharab, sehingga peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang implementasi praktik mudharab di masyarakat dan kesesuaiannya dengan perekonomian. Pemahaman Praktek Bagi Hasil” dalam Akad Mudharabah di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

Rumusan Masalah

Faktor apa saja yang mempengaruhi pemahaman masyarakat tentang praktik bagi hasil dalam akad Mudharabah di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Apa Implikasi Pemahaman Masyarakat Terhadap Praktek Bagi Hasil Dalam Akad Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Sebagai referensi tambahan bagi penulis atau masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh perkembangan teori terkait pemahaman masyarakat tentang praktik bagi hasil dalam akad mudharabah. Untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca serta masyarakat umum tentang penerapan pemahaman masyarakat tentang praktik bagi hasil dalam akad mudharabah menurut ekonomi syari'ah, dan semoga bermanfaat untuk informasi dan referensi baru bagi mahasiswa khususnya mengenai praktek bagi hasil (mudharabah).

Ruang Lingkup dan Seting Penelitian

Telaah Pustaka

Sedangkan dalam hal ini peneliti memfokuskan pada pembagian keuntungan antara pemilik modal dan pengelola modal pada perusahaan dagang. 6 Saharudin, Tinjauan Hukum Islam tentang Sistem Bagi Hasil Kerjasama Bidang Pertanian di Desa Genggelang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Fiqh Muamalah Kajian praktik bagi hasil antara pemilik harta dan pemmpas di desa Telaga Waru.

8 Endah Widia Astuti, Kajian Fiqh Muamalah tentang Praktik Bagi Hasil antara Pemilik Komoditi dan Pemmpas di Desa Telaga Waru, (Disertasi IAIN Mataram 2018). Sedangkan peneliti lebih memfokuskan pada sistem akad bagi hasil yang dilakukan oleh pemilik modal dengan pengelola aset, dimana akad tersebut tidak sesuai dengan sistem akad bagi hasil akad mudharabah. Sementara itu, peneliti memfokuskan pada sistem bagi hasil antara pemilik modal dan pengelola modal pada industri perdagangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dahman Nursait berjudul “Analisis Fiqh Muamalah Pada Sistem Bagi Hasil Antara Pengikut dan Pemilik Traktor”. 11 Dahman Nursait, Fiqh Muamalah Analisis Sistem Bagi Hasil antara Pemilik Traktor dan Pemilik, (Skripsi UIN Mataram 2018). Melalui observasi, peneliti akan memperoleh data dan informasi mengenai sistem bagi hasil (mudharabah) dalam mekanisme bagi hasil antara pemilik modal dan pengelola modal di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

Pemahaman Masyarakat Terhadap Praktek Bagi Hasil Dalam Akad Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman Masyarakat Terhadap Praktek Bagi Hasil Dalam Akad Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Namun yang membedakannya adalah sistem bagi hasil yang diterapkan oleh kedua belah pihak yang terlibat.

Konsep bagi hasil yang dilakukan pemilik modal desa Batu Putih menurut tinjauan ekonomi Islam menyimpang dari sistem ekonomi Islam. Model perhitungan bagi hasil berbeda dengan di atas, dengan modal Rp pengelola modal mendapat untung Rp. Pemahaman Masyarakat Terhadap Praktek Bagi Hasil Dalam Akad Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

Berdasarkan pengertian mudharabah di atas, terlihat bahwa sistem bagi hasil antara pemilik dan pengelola modal tidak sesuai dengan sistem bagi hasil yang ditetapkan dalam hukum Islam. Implikasi Pemahaman Masyarakat Terhadap Praktek Bagi Hasil Dalam Pengaturan Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman Masyarakat Tentang Praktek Bagi Hasil Dalam Pengaturan Mudharabah Di Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman masyarakat tentang praktik bagi hasil adalah: (a) faktor pendidikan, (b).

Tabel l  No  Nama  Usia  dan  tingkat
Tabel l No Nama Usia dan tingkat

Penjelasan Konseptual ................................................................................. 错

Sistematika pembahasan

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITI 31

Hasil Perolehan Wawancara Beserta Tingkat Pendidikan

1 Inaq Har 42 Tahun, Lulus SD Labuan Poh Putri 2 Bapak Eka 45 Tahun, Lulus SD Putra Labuan Poh 3 Suharni 28 Tahun, Lulus.

Pemahaman Masyarakat Terhadap Praktik Bagi Hasil Pada Perjanjian

Har yang berlatar belakang Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu anggota masyarakat yang ikut bagi hasil dalam pengaturan mudharabah, namun inaq. Menurut pengelola aset atas nama Pak Adi, warga Tibu Baru menjelaskan kepada Dusun bahwa bagi hasil berarti bagi hasil dalam Islam. Selanjutnya penjelasan Pak Marjuki salah satu warga Dusun Gelundung yang paham sistem bagi hasil dalam Islam adalah benar adanya.

Itulah faktor yang menyebabkan rendahnya pengetahuan tentang bagi hasil dalam transaksi mudharabah. Berdasarkan hasil wawancara dengan peneliti, peneliti memperoleh data bahwa sebagian orang tua tidak mengetahui dan tidak memahami sistem bagi hasil yang berlaku. Lebih dari itu, mekanisme bagi hasil merupakan inti permasalahan yang dikaji oleh peneliti dan menjadi fokus utama peneliti tentang bagaimana mekanisme bagi hasil yang diterapkan antara pemilik modal dan pengelola.

Letak penyimpangannya adalah adanya ketidakjelasan pembagian keuntungan yang dilakukan oleh dua pihak, dimana salah satu pihak merasa dirugikan. Model perhitungan hasil kerjasama dalam usaha yang dilakukan oleh masyarakat desa Batu Putih berupa tujuan pencapaian dan bagi hasil tergantung dari nilai modal yang diberikan atau diterima oleh pengelola modal. Dalam hal ini, pemilik ekuitas menawarkan Rp. Seperti yang saat ini terjadi di desa Batu Putih yaitu pemberian uang tunai sebagai modal usaha.

Beberapa orang yang dijadikan saksi dalam transaksi bagi hasil dalam akad mudharabah untuk jaminan jika terjadi wanprestasi antara kedua pihak yang terlibat antara lain keterangan Sumarni. Praktek bagi hasil yang dilakukan antara pemilik modal dan pengelola modal di Desa Batu Putih sudah berlangsung lama dan berkembang hingga saat ini, pengelola yang mendasari masih melakukan kerjasama bagi hasil ini karena belum ada pekerjaan yang lebih menjamin keuntungan. kecuali menjadikan modal sebagai modal utama yang akan digunakan dalam pengembangan usaha. Dalam praktik bagi hasil dapat kita lihat bahwa pemilik modal dan pengelola modal sama-sama saling membutuhkan padahal pengelola modallah yang lebih membutuhkan, karena jika tidak dengan modal tersebut maka usaha yang akan dibangun tidak akan berjalan. bekerja tanpa menggunakan modal.

Dari pernyataan di atas, Pak Edi menjelaskan bahwa mereka sedikit kecewa dengan pembagian keuntungan yang berbeda. Dalam hal ini pembagian keuntungan memiliki beberapa syarat yang berkaitan dengan aqidah, modal dan keuntungan. Praktik bagi hasil antara investor dan pengelola dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, namun pengertian bagi hasil ditentukan oleh pemilik modal sendiri.

Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap praktik koperasi terkait bagi hasil mudharabah, pihak pemilik modal harus membuat kesepakatan yang jelas, tidak boleh melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Bagi pengelola sebelum pelaksanaan pekerjaan harus ada kesepakatan yang jelas terkait sistem bagi hasil yang akan berlangsung, jangan sampai pemilik modal menentukan sistem bagi hasil secara sepihak tanpa sepengetahuan pengelola modal.

Gambar

Tabel l  No  Nama  Usia  dan  tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa indikator yang telah ditetapkan oleh STIESIA Surabaya, berupa daftar pertanyaan yang dipetakan kembali menjadi sub indikator