• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI - Repository IAIN Bengkulu"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Tinjauan Pustaka

Jurnal Pusat Pelestarian Nilai Budaya Rafisrul di Sumatera Barat Padang Tahun 2019 dengan judul (The fungsi lemang dalam Upacara Perkawinan Suku Besemah di Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu) dalam penelitian ini Lemang merupakan salah satu jenis makanan yang terbuat dari beras ketan (pulut) yang dicampur dengan santan dan garam. 12 Refisrul, Fungsi Lemange Dalam Upacara Perkawinan Suku Besemah di Kecamatan Kaur, Bengkulu Selatan, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, vol.5, no.

Sistematika pembahasan

Perkawinan jika suami istri tidak memberi keterangan bahwa itu haram, Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan perkawinan sebagai perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri; menikah, (sudah) menikah atau menikah, dalam bahasa gaul, untuk melakukan hubungan badan. Dalam kamus bahasa Indonesia lengkap, menikah diartikan sebagai memasuki hidup baru dengan suami istri, menikah, melakukan hubungan seksual, melakukan hubungan seksual.

KERANGKA TEORI

Hukum Perkawinan

Rukun dan Syarat perkawinan

Tujuan Perkawinan

Pengertian Lemang

Sejarah lemang

Filosofi Lemang

Makna Lemang

METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu Penelitian

Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan yang berusaha memahami suatu tradisi seperti tradisi lemang dalam upacara perkawinan adat di Padang Guci Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu dengan mengamati interaksi antar manusia di dalamnya. Pemantauan dilakukan melalui kerja lapangan dan pengamatan langsung terhadap kondisi yang akan dipantau dalam hal pemahaman makna filosofis pernikahan suku Besemah dengan tradisi lemang dalam upacara pernikahan adat di Padang Guca Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Untuk menguji kredibilitas data tentang tujuan tradisi lemang dalam upacara pernikahan adat di Padang Guca Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu dapat dilakukan pengujian data pada masyarakat yang melakukan tradisi tersebut.

Menurut Mardani, S.Pi berasal dari Padang Guci Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing. Akhirnya Puyang Serunting Sakti kembali ke Pasemah di Desa Pelang Kendidai, sedangkan Puyang Raye Tabing tinggal di Bukit Puguk, hulu Sungai Padang Guci (air Padang Guci). 46 Berdasarkan hasil dari Sdr. Wawancara Malsareh dari Desa Talang Jawi, Kecamatan Padang Guci Hilir Padang, 24 Juni 2021, 16:02.

50 Berdasarkan hasil pemeriksaan Tn. Wawancara Malsareh dari Desa Talang Jawi, Kecamatan Padang Guci Hilir Padang, 24 Juni 2021, 16:02.

Pendekatan Penelitian

Metode Pengumpulan Data

Tujuan pembekalan ini adalah untuk mendapatkan data yang maksimal mengenai makna filosofis perkawinan suku Besemah dengan adat Lemang dalam upacara perkawinan adat di Padang Guci Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu.

Instrumen Penelitian

Pengamatan dalam suatu penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian pada suatu objek dengan menggunakan seluruh panca indera untuk memperoleh data. Instrumen yang digunakan dalam observasi ini dapat berupa pedoman observasi, tes, angket, rekaman gambar dan rekaman suara. Dokumen-dokumen dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi data wawancara dan observasi yang dilakukan.

Data Informan Penelitian

Metode Pengelohan Data Dan Analisis Data

Metode induktif, yaitu didasarkan pada unsur-unsur tertentu kemudian ditarik kesimpulan umum.

Pengujian Keabsahan Data

Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing memulai cerita ini dengan menanam tempayan di tengah lapangan dekat air Padang Guci.37 Setelah menanam tempayan, Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing juga menanam pohon kelapa di Padang Guci Hilir. Tanah dan air di tongkat itu bukan dari Padang Guci, tapi dibawa dari Pasemah. Perkelahian tersebut mengakibatkan kematian Puyang Rejang. Akibat perkelahian tersebut, masyarakat yang tinggal di Padang Guci saat ini terpecah menjadi tiga.

43 Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. Alidin SH dari Desa Nagarantai, Kecamatan Padang Guci Hulu, pada tanggal 24 Juni 2021 pukul 14.02 WIB. Peneliti menarik benang merah dari hasil wawancara dua tokoh adat yang mewakili daerah Padang Guci yaitu: Dari hasil penelitian yang dilakukan, makna filosofis yang terkandung dalam perkawinan suku Besemah dengan tradisi lemang yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Kaur khususnya di Padang Guci, makna filosofi lemang dapat disimpulkan bahwa kedua mempelai dapat hidup bersama seperti lemang dengan menggunakan beras ketan yang berarti lengket (lengket) sehingga kedua mempelai membangun rumah tangga yang menyatu. satu sama lain (tangguh dan tangguh).

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan serta melestarikan kelestarian budaya daerah, adat istiadat, salah satu adat dalam pernikahan suku Besemah dengan tradisi lemang dalam upacara pernikahan Padang Guci.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sejarah Padang Guci

Usai menanam pot dan pohon kelapa, Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing bertemu dengan Puyang Rejang, ingin membicarakan masalah wilayah yang diduduki Tapak Rejang, yang bukan milik daerah Rejang, melainkan Pasemah. Setelah bertemu dengan Puyang Rejang, Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing membicarakan maksud dan tujuan mereka, namun Puyang Rejang tidak dapat menerimanya. Kemudian Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing menunjukkan kepada mereka dan membongkar tempayan yang mereka kubur saat itu di perairan Padang.

Namun persahabatan Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing tidak bertahan lama karena dorongan dari Puyang Mulak. Puyang Mulak adalah orang luar yang ingin mengadu domba Puyang Serunting Sakti dengan Puyang Raye Tabing. Hasutan ini masuk ke hati Puyang Serunting Sakti dan Puyang Raye Tabing hingga akhirnya mereka sepakat.

Setibanya di Bukit Puguk, Puyang Raye Tabing mengubah ayam menjadi burung hijau, tongkat menjadi ular hijau, dan anjing menjadi singa liar.

Letak Geografis

Sekilas Kabupaten Kaur dan Suku Besemah

Penduduk pendatang di Kabupaten Kaur cukup beragam antara lain suku Jawa, Batak, Melayu, Minang, Palembang, Lampung dan lain-lain. Suku Batak, Minang, Palembang dan Lampung merupakan transmigran spontan, dimana mereka datang karena berdagang, perkawinan dan kepentingan lainnya. Masyarakat suku Besemah di Kabupaten Kaur, seperti diketahui, berasal dari Pagaralam, Sumatera Selatan, beberapa abad silam.

Suku Pasemah di Kabupaten Kaur, mendiami Kecamatan Kaur Utara, Padang Guci Hilir, Padang Guci Hulu, Kelam Tengah, Lungkang kule, Tanjung Kemuning, dan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan. Dalam kesehariannya, masyarakat Besemah (suku) Kabupaten Kaur tetap menjalankan adat Besemah seperti di Pagaralam. Suku Besemah menggunakan sistem hereditas berbasis patrilineal (garis ayah), dimana seorang yang lahir masuk dalam jurai (sumbai) ayahnya.

Meskipun masyarakat Besemah menggunakan sistem patrilineal, namun mereka tidak memiliki aturan yang tegas mengenai pola penyelesaian setelah menikah.

Pembahasan

  • Makna Filosofis lemang dalam adat perkawinan suku Besemah
  • Hubungan Lemang dengan perkawinan dalam suku besemah
  • Pentingnya Lemang dalam Proses Adat Perkawinan Suku Besemah
  • Sebab Lemang tidak diadakan dalam Adat Suku Besemah
  • Perkawinan Suku Besemah Dengan Suku lain
  • Hubungan Lemang dengan Agama
  • Ciri Khas Suku Besemah dalam Adat Pernikahan

Lemang merupakan jembatan umum atau simbol kemuliaan yang bertujuan untuk mempererat dan mempererat hubungan antara mempelai pria (lanang) dan mempelai wanita (putri) dalam ikatan perkawinan suku Besemah. Pentingnya Lemang dalam proses perkawinan adat suku Besemah Lemang merupakan tradisi budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi yang tidak dapat diwariskan. Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa lemangu dalam suku Besemah merupakan momen penting perkawinan dan seperangkat adat yang mengarah pada kehidupan baru antara seorang perempuan dan seorang laki-laki.

Dalam adat pernikahan suku Besemah, ditentukan bahwa mempelai pria akan memberikan beberapa batang lemanga kepada pihak wanita. Oleh karena itu, lemang menjadi salah satu unsur penting dalam upacara pernikahan adat suku Besemah dari dulu hingga sekarang yang tidak pernah terlupakan. Tingkah laku nenek moyang dan salah satu keturunan suku Besemah untuk selalu menerima adat yang berlaku umum dalam perkawinan antara laki-laki dan perempuan adalah lemang.

Menurut bapak Ikman ketua adat, “Permainan Lemang Tengah ini berhubungan ya, pertama jalin silaturahmi antara kedua belah pihak mempelai (laki-laki) dan mempelai perempuan (perempuan), ya kedua lemang itu agak terpisah dari agian karena menurut suku besemah lemangu umumnya merupakan alat endemik menilai pengantin betine dan keluarga pengantin betine dan tokoh masyarakatnya, kamu ketige lemang dengan agama menunjukkan bertentangan atau melanggar hukum agama”49.

Prsoses Memasak Lemang dalam Upacara adat perkawinan Suku

  • Bahan dan kelengkapan Lemang
  • Proses Pembuatan Lemang

Daun pisang yang digunakan disini adalah daun pisang batu yang menurut masyarakat sangat kuat dan mudah didapatkan hampir di seluruh pekarangan rumah warga. Setelah itu, garam dicampur ke dalam santan sampai larut dan dimasukkan ke dalam rotan (bambu) setelah ketan ditambahkan. Mencari alang-alang merupakan salah satu langkah awal yang dilakukan oleh setiap orang yang akan memasak lemangu, alang-alang yang digunakan tidak terlalu tua dan juga tidak terlalu baru, karena jika terlalu tua akan membuat lemangu terlalu lama untuk dimasak. . digunakan cenderung mudah retak dan akan menyebabkan lemang yang dimasak menjadi gosong dan mengeras sesuai selera yang dihasilkan.

Pucuk daun pohon pisang merupakan bagian yang sangat penting dalam pembuatan lemang, karena fungsi daun pisang adalah untuk menutupi bagian dalam alang-alang dan memberikan rasa yang enak pada lemang. masyarakat adalah pucuk pisang batu, karena mudah digenggam dan tidak mudah patah.Pada saat pembakaran lemang, pucuk pisang siap pakai diletakkan di dalam bambu yang juga mengikuti lingkaran lingkarannya. bambu sebelum ditambahkan bahan lain.ditambahkan, daun pisang biasanya keluar sedikit lebih tinggi dari bagian bambu yang digunakan. Proses pembuatan lemang selanjutnya adalah membersihkan beras pului dari kotoran yang ada pada beras pulut, setelah proses (pembersihan beras) beras pului yang sudah dibersihkan dari bagian-bagian yang masih ada sekam dibersihkan kembali dengan bersih air agar debu atau kotoran lain terpisah dan beras bersih tetap ada. Setelah dibersihkan, beras yang sudah bersih melalui tahap penjemuran agar kadar air pada beras pulut dapat berkurang, sehingga sari santan meresap dengan baik ke dalam pulut.

Oven ini terbuat dari dua buah kayu berukuran kurang lebih 50 cm yang dibentuk seperti huruf Y dan di tengahnya terdapat batang besi sepanjang kurang lebih 2 meter, sehingga dapat menampung banyak alang-alang yang perlu disangrai.

PENUTUP

Saran

Areka murasti, Alasan Calon Calon Pengantin Terkait Nikah Di Bawah Umur di Kantor Urusan Agama Islam Bengkulu, IAIN Bengkulu, 2019, hal 27-28 Agung Ari Gunawan, Pembatalan Nikah Karena Kawin Paksa. Salatiga, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, 2016, hal 22 Agung Ari Gunawan, Pembatalan Nikah Akibat Kawin Paksa. Salatiga, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, 2016, hal 26 Alkhalid Maulana, Tradisi Balamang pada masyarakat Suku Aneuk Jame.

Alkhalid Maulana, Tradisi Balamang Pada Masyarakat Suku Aneuk Jame Kluet Selatan, Darussalam-Banda Aceh, Universitas Islam Negeri ar-raniry Darussalam-Banda Aceh, 2021, h 26. Refisrul, Fungsi Lemang dalam Akad Nikah Suku Besemah di Kecamatan Kaur, Bengkulu Selatan, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, Vol.5, No. Rois Lionard Arios, Pertukaran Sosial dalam Tradisi Pemantauan Kandungan Suku Besemah di Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan, Pagar Alam, Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumatera Barat, September 2019, hlm.470.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dan penjelasan latar belakang di atas, maka perlu diadakan suatu tindakan guru mencari dan menerapkan suatu media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar