ANALISIS DAMPAK DAN RISIKO KERUSAKAN LINGKUNGAN ATAS AKTIVITAS PERTAMBANGAN BATUAN DI KELURAHAN
FATUBENAO KECAMATAN KOTA ATAMBUA
SKRIPSI
OLEH
STEFANIA LEONARDA UNTUNG 2001100019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2024
ii
iii
iv
v
vi ABSTRAK
Untung Leonarda Stefania 2024. Analisis Dampak Dan Risiko Kerusakan Lingkungan Atas Aktivitas Pertambangan Batuan Di Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana Kupang. Pembimbing (1) Dr Hamza Huri Wulakada, M.Si (II) Agustinus Hale Manek, S.Pd., M.Pd
Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua sering terjadi pengikisan dan longsor.
Permasalahan ini mulai muncul akibat dilakukannya penambangan batuan yang dilakukan secara konvensional sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan dan pencemaran yang di rasakan oleh masyarakat sekitar sungai Talau. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Untuk mengetahui aktivitas pertambangan batuan terhadap dampak kerusakan lingkungan (2) Untuk mengetahui seberapa besar tingkat risiko kerusakan lingkungan yang diakibatkan aktivitas pertambangan batuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kegiatan pertambangan di Kelurahan Fatubenao telah membuat pinggiran Sungai Talau menjadi rusak, kedalaman dan pendangkalan sungai terjadi secara bervariasi pada tempat pengerukan material sehingga terjadinya penimbunan, hal ini akan merubah aliran sungai yang mengakibatkan terjadinya longsor dan sedimentasi pada bibir/
pinggir sungai, serta terjadinya kerusakan pada lahan. (2) Tingkat risiko kerusakan lingkungan yang dialami pada lokasi penambangan batuan menyebabkan kerugian besar sehingga terjadinya longsor, dan tanah yang mudah terkikis akibat keberadaan Excavator yang mengeruk pinggiran sungai dan mengambil material batuan (pasir, tanah, batu kali, dan kerikil).
Kata kunci: Pertambangan batuan, kerusakan lingkungan, material.
vii ABSTRACT
Untung Leonarda Stefania 2024. Analysis of the Impact and Risk of Environmental Damage on Rock Mining Activities in Fatubenao Village, Atambua City District. Thesis. Department of Geography Education, Faculty of Teacher Training and Education, Nusa Cendana University Kupang. Supervisor (1) Dr. Hamza Huri Wulakada, M.Si (II) Agustinus Hale Manek, S.Pd., M.Pd
Fatubenao Village, Atambua City District often experiences erosion and landslides. This problem began to arise due to the conventional rock mining so that it had an impact on environmental damage and pollution felt by the community around the Talau river. The objectives of this study are to: (1) To find out the impact of rock mining activities on environmental damage (2) To find out how much risk of environmental damage caused by rock mining activities. The method used in this study is a quantitative research method. The results of the study show that: (1) Mining activities in Fatubenao Village have made the outskirts of the Talau River damaged, the depth and siltation of the river occur in varying places at the material dredging site so that the occurrence of landfilling, this will change the flow of the river which results in landslides and sedimentation on the river banks, as well as damage to the land. (2) The level of risk of environmental damage experienced at rock mining sites causes large losses so that landslides occur, and soil that is easily eroded due to the existence of excavators that dredge the riverside and take rock materials (sand, soil, river stones, and gravel).
Keywords: Rock mining, environmental damage, materials.
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
In the Name Of Jesus Christ
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”
(Matius 21:22)
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)
“You are the only one who can create the future”
(Taehyung 김태형 of BTS)
PERSEMBAHAN
Dengan segala puji dan syukur penulis persembahkan tulisan ini kepada:
“Hormat dan kemuliaan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus: Bapa, Putera, dan Roh Kudus dan juga Bunda Perawan Maria. Terima kasih karena selalu memberikan berkat, rahmat, harapan, dan mujizat diwaktu yang tepat ditengah keputusasaa penulis. Terima kasih karena selalu menopang seorang Stefania, saat ini ia tidak mampu melangkah maju dan menjadi sumber kekuatan ditengah ketidakpastian. Terima kasih sudah menjadi rumah bagi penulis untuk meneteskan air mata sukacita”
“Kedua Orangtua tercinta Bapak Ferdinandus Yasintun Untung dan Mama Oktaviana Bean. Terimakasih karena telah memberikan semangat, dukungan,
ix
motivasi pengorbanan, dan selalu memberikan cinta dan doa yang sangat tulus kepada penulis, sehingga penulis tidak pernah menyerah, dan dapat menyelesaikan pendidikan hingga sarjana. Terima kasih karena telah menjadi sosok orangtua yang berhasil membuat saya bangkit dari kata menyerah. Penulis sadar, bahwa setiap kata dalam skripsi ini adalah buah dari doa orangtua. Suatu kebanggaan penulis karena memiliki orangtua yang begitu sayang dan mendukung penulis. Skripsi ini adalah persembahan untukmu dari putri kecilmu yang saat ini sudah tumbuh dewasa.
“Nenek, Kakek, Om, Tanta, Kakak, Adik dan sanak saudara yang selalu memberi dukungan kepada penulis baik dalam bentuk doa maupun dalam bentuk transferan”
“Almamater Tercinta Universitas Nusa Cendana Kupang sebagai wadah untuk penulis menimbah ilmu”
“Dan terakhir kepada Diri Sendiri, Stefania Leonarda Untung. Terima kasih telah berjuang dan bertahan sejauh ini. Terima kasih tetap memilih bertahan dan terus berjuang walaupun terkadang merasa lelah dan putus asa atas apa yang diusahakan namun belum berhasil digapai. Terima kasih sudah menjadi kuat dan terus melangkah sampai titik ini. Sesulit apapun proses penyusunan skripsi ini kamu telah menyelesaikannya dengan baik dan semaksimal mungkin. Teruslah melangkah dan jangan pernah membandingkan dirimu dengan orang lain, karena tidak pernah ada pertandingan antara matahari dan bulan mereka akan bersinar pada waktunya.
Teruslah bahagia dimanapun berada, baik dan buruknya dirimu, kurang dan lebihnya dirimu mari tetap merayakan diri sendiri”
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia serta penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “ANALISIS DAMPAK DAN RISIKO KERUSAKAN LINGKUNGAN ATAS AKTIVITAS PERTAMBANGAN BATUAN DI KELURAHAN FATUBENAO KECAMATAN KOTA ATAMBUA” tepat pada waktunya. Hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada Program Studi Pendidikan geografi, Fakultas keguruan, dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana.
Penulis meyadari bahwa tersusunnya karya Ilmiah ini tidak terlepas dari kerja sama antar dosen pembimbing dan beberapa pihak yang memberikan masukan dan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran yang bermanfaat bagi penulis. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Nusa Cendana Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc yang telah menerima serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Nusa Cendana.
2. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Cendana Dr. Malkisedek Taneo, M.Si yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu hingga menyelesaikan studi di Universitas Nusa Cendana.
xi
3. Bapak Drs. Mikael Samin, M.Si selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Geografi.
4. Bapak Dr. Hamza Huri Wulakada, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini dapat tersusun.
5. Bapak Agustinus Hale Manek, S.Pd.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang rela mengorbankan waktu dan tenaga memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dari awal hingga penyelesaian karya ilmiah ini.
6. Bapak Muhammad Husain Hasan, S.Pd.,M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah menguji dan memberikan nasehat serta masukan yang bermanfaat bagi penulis.
7. Bapak/Ibu Dosen dan Pegawai yang telah membekali penulis dengan segudang ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
8. Bupati Belu, Camat Kota Atambua, dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Kab. Belu yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian di Kelurahan Fatubenao, serta semua staf yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan penulis selama penelitian.
9. Lurah Fatubenao Bapak Stefanus Pires, S.IP yang telah memberikan keluasan, informasi serta mengijinkan penulis melakukan penelitian di Wilayah Fatubenao.
xii
10. RD. Patrisius Sixtus Bere, S. Fil.,MA sebagai Ketua Forum Masyarakat Peduli Sungai Talau (Formapes) yang telah memberikan saran serta masukan kepada penulis.
11. Orang tua tercinta Bapak Ferdinandus Yasintus Untung dan Mama Oktaviana Bean yang telah melahirkan dan membesarkan serta dengan kasih dan cintanya yang tulus selalu memberikan dukungan dan doanya demi keberhasilan penulis.
12. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini : Bapa Romo, Tanta Mesak, Ina Klara, Bo Monika, Ikun Lit, Bapak Idus, Bapak Ito, Ikun Enso, Om Dami, Ombek, Mama Lia, Ade Denil, Ade Leon, dan Ade Lola.
13. Saudara kandung penulis yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan dukungan dalam penyusunan karya ilmiah ini : Adik Maximus L. Moris dan Adik Johann G. Untung
14. Sahabat dan orang terkasih yang selalu memberikan support dalam penyusunan karya ilmiah ini : Elgaliana Lusiana , Nhya Kunti, Surtini Tintin, Gioseva Lebangu, Nela Preman, Adhe Shiva, Ma Ann, Ani Bontot, Anggi Reti.
15. Teman kos Ayu yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan karya ilmiah ini : Kaka Ika (yang menemani selama penelitian), Nona, Venven, Niken, Noga, Markuci, Anisa.
xiii
16. Group Boyband dan Girlband Korea yang telah memberikan motivasi melalui lagu-lagu mereka sehingga penulis dengan semangat menyusun karya ilmiah ini : BTS (RM, Jin, Suga, J-Hope, Jimin, Taehyung, Jungkook), Blackpink (Jennie, Lisa, Rosé, Jisoo), TXT, NCT, Astro, Seventeen, Treasure, Enhypen, Itzy, Twice, Babymonster, Aespa.
17. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Geografi angkatan 2020 baik dari kelas A, B, maupun C yang selalu ada dan sama- sama berjuang dalam menyelesaikan pendidikan ini. Kiranya kita semua selalu di berikan kesehatan, kemudahan untuk dapat menyelesaikan studi ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan tulisan ini.
Kupang, 2024
Stefania Leonarda Untung
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ... i
ABSTRAK ... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Telaah Pustaka ... 9
2.1.1 Geografi ... 9
2.1.2 Geografi Lingkungan ... 9
2.1.3 Gegrafi Pembangunan ... 10
2.2 Pertambangan ... 10
2.2.1 Pertambangan Batuan ... 11
xv
2.2.2 Jenis Pertambangan Batuan ... 12
2.2.3 Jenis-jenis Limbah Pertambangan ... 13
2.3 Dampak Lingkungan Aktivitas Pertambangan ... 14
2.3.1 Dampak Positif Pertambangan Batuan ... 15
2.3.2 Dampak Negatif Pertambangan Batuan ... 16
2.3.3 Dampak Pertambangan Terhadap Kerusakan Lingkungan ... 16
2.4 Lingkungan ... 18
2.4.1 Kerusakan Lingkungan ... 18
2.4.2 Aspek Pendekatan Kegiatan Tambang ... 19
2.4.3 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ... 20
2.4.4 Tanah ... 24
2.4.5 Klsifikasi Tanah... 24
2.4.6 Batuan ... 24
2.4.7 Longsor ... 25
2.4.8 Risiko ... 26
2.4.9 Skala Penilaian Risiko ... 26
2.4.10 Tingkat Risiko Kerusakan Lingkungan ... 30
2.5 Sistem Pertambangan ... 31
2.6 Daerah Aliran Sungai ... 32
2.6.1 Material-material DAS ... 32
2.6.2 Komponen Ekosistem DAS ... 33
2.7 Penelitian Terdahulu ... 35
2.8 Kerangka Berpikir ... 37
xvi
2.9 Ruang Lingkup Penelitian ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
3.2 Instrumen dan Bahan Penelitian ... 41
3.2.1 Instrumen Penelitian ... 41
3.2.2 Alat dan Bahan Penelitian ... 41
3.3 Jenis dan Desain Penelitian ... 42
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
3.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.6 Analisis Data ... 46
3.7 Skema Alur Penelitian ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Kota Atambua ... 50
4.1.1 Aspek Letak, Luas, dan Batas Wilayah ... 50
4.1.2 Keadaan Topografi ... 51
4.1.3 Keadaan Geologis ... 52
4.1.4 Keadaan Iklim ... 52
4.1.5 Hidrologi... 54
4.1.6 Jenis Tanah ... 54
4.1.7 Kependudukan ... 55
4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56
4.2.1 Letak Geografis, Luas, dan Administrasi Wilayah ... 56
xvii
4.2.2 Kondisi Fisik Wilayah Kelurahan Fatubenao ... 58
4.2.3 Kependudukan... 58
4.3 Hasil Penelitian ... 61
4.3.1 Gambaran Umum Aktivitas Pertambangan Batuan ... 61
4.3.2 Aktivitas Pertambangan Batuan Pada Lingkungan Fisik ... 64
4.3.3 Jenis-jenis Bahan Material Pertambangan Batuan ... 74
4.3.4 Tingkat Risiko Kerusakan Lingkungan ... 76
4.3.5 Analisis Dampak dan Risiko Kerusakan Lingkungan ... 80
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 88
5.1 Aktivitas Penambangan Batuan Pada Lingkungan Fisik ... 88
5.2 Jenis-jenis bahan material penambangan batuan ... 93
5.3 Tingkat Risiko Kerusakan Lingkungan ... 95
BAB VI PENUTUP ... 103
6.1 Kesimpulan ... 103
6.2 Saran... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 107
LAMPIRAN ... 112
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu ... 35
Tabel 4.1 Nama Kelurahan di Kecamatan Kota Atambua ... 51
Tabel 4.2 Keadaan Iklim Kecamatan Kota Atambua ... 53
Tabel 4.3 Data Kependudukan Kecamatan Kota Atambua ... 55
Tabel 4.4 Data Persentase Kependudukan Kecamatan Kota Atambua ... 56
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kelurahan Fatubenao ... 58
Tabel 4.6 Jumlah Kepemilikan Keluarga ... 59
Tabel 4.7 Jumlah Kartu Tanda Penduduk (KTP) ... 59
Tabel 4.8 Jumlah Akta Kelahiran (0 s/d 17) ... 59
Tabel 4.9 Jumlah Akta Perkawinan ... 60
Tabel 4.10 Jumlah Kartu Identitas Anak (KIA) ... 60
Tabel 4.11 Rincian Penetapan Pajak MBLB 2023 ... 63
Tabel 4.12 Jumlah Responden Menurut Jenis Kelamin ... 70
Tabel 4.13 Total Responden Yang Menjawab Berdasarkan Pertanyaan ... 70
Tabel 4.14 Jenis Ukuran Batu Picah ... 75
Tabel 4.15 Kriteria Kemungkinan Risiko Kerusakan Lingkungan ... 86
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.8 Kerangka Berpikir... 37
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian... 40
Gambar 3.7 Skema Alur Penelitian ... 49
Gambar 4.2 Lokasi Penelitian... 57
Gambar 4.3 Keadaan Sungai Talau ... 65
Gambar 4.4 Kerusakan Lingkungan ... 65
Gambar 4.5 Rumah Masyarakat Yang Terkena Dampak Pertambangan ... 66
Gambar 4.6 Terjadinya Pendangkalan Sungai... 67
Gambar 4.7 Masyarakat Yang Bekerja Sebagai Pemecah Batu Kali ... 69
Gambar 4.8 Alat Berat/ Excavator ... 73
Gambar 4.9 Stone Crusher/ Alat Pemecah Batu ... 73
Gambar 4.10 Batu Kali ... 74
Gambar 4.11 Batu Kerikil... 74
Gambar 4.12 Pasir ... 76
Gambar 4.13 Pengikisan Tanah Di Pinggir Area Sungai ... 78
Gambar 4.14 Kerusakan Lahan Pada Jalan Masuk ... 78
Gambar 4.15 Kerusakan Jalan ... 79
Gambar 4.16 Kondisi Sungai Belum Di Bangun Bronjong ... 79
Gambar 4.17 Terbentuknya Kali Kecil ... 80
Gambar 4.18 Peta Lebar Sungai Pada Tahun 2019 ... 82
Gambar 4.19 Peta Lebar sungai Pada Tahun 2023 ... 83
xx
Gambar 4.20 Dokumentasi Tahun 2019 Stone Crusher ... 84 Gambar 4.21 Dokumentasi Tahun 2019 Mobil Truk ... 84 Gambar 4.22 Dokumentasi Tahun 2019 Alat Berat/ Excavator ... 85
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pertambangan merupakan suatu kegiatan yang meliputi upaya pencarian, penggalian, pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batu bara, panas bumi dan migas). Menurut A Faroby dalam (Falatehan 2023).
Pertambangan adalah salah satu sektor penting yang ada di Indonesia.
Pertambangan atau bahan galian meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan lain-lain. Bahan galian itu dikuasai oleh negara yang berwenang mengatur, mengurus, dan menguasai pengelolaan atau pengusahaan bahan galian, serta wajib memanfaatkaan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Falatehan, 2023).
Kegiatan pertambangan ini merujuk pada Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 1 tahun 2020 paragraf 4 mengenai kawasan pertambangan dan energi pasal 31 ayat 4 huruf e yang membahas tentang potensi pasir dan batu kali yang tersebar di sepanjang badan sungai di Kabupaten Belu. (Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 20202 - 2040, 2020)
Kegiatan pertambangan juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Menurut Nurdiyanti dalam (Haediana Bayati, Solikatun, and Khalifatul Syuhada 2023). Sumber daya alam di Indonesia cukup banyak dan melimpah terutama bahan penambangan batuan, sehingga terkadang dieksploitasi secara besar-besaran untuk kebutuhan
2
pembangunan. Pesatnya pembangunan di indonesia mempengaruhi kebutuhan bahan baku yang berasal dari bahan tambang terutama pasir dan batu (Haediana Bayati, Solikatum 2023).
Pertambangan dapat mengakibatkan perubahan pada tata guna tanah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belu No.1 tahun 2020 pasal 1 ayat 26 memberikan definisi kawasan pertambangan dan energi adalah wilayah yang memiliki potensi sumber daya bahan tambang. Dimana bahan tambang tersebut dapat berwujud padat diantaranya batu kapur, pasir, kerikil, batu karang, batu pecah, tanah, tanah liat, dan sirtu, yang dapat ditemukan melalui peta atau data geologi dengan luasan area yang diambil terdokumentasi melalui data statistik.
Kawasan ini juga dapat merupakan lokasi untuk sebagian atau seluruh tahapan operasi pertambangan seperti penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, produksi atau eksploitasi, dan operasi pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan.
Kawasan ini juga tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik di kawasan budidaya maupun lindung (Bupati Belu et al., 2020). Berdasarkan uraian diatas dapat dikaji bahwa Sungai Talau adalah nama dari sungai yang berhulu pada Kelurahan Fatubenao hingga belakang Polres Belu di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang memasuki Kecamatan Kota Atambua Kabupaten Belu. Sungai Talau ini bertemu dengan muara Sungai yang berlokasi di Tenukiik, dengan panjang sungai Talau dari Fatubenao ke Polres Belu kurang lebih (±) 1km, dan dari Polres Belu ke Tenukiik kurang lebih (±)600m. Alirannya yang menuju ke
3
hilir sungai yang disebut dengan sungai Lesepu atau kali Lesepu, walaupun nama ini jarang digunakan.
Aktivitas pertambangan menunjukkan suatu proses pengambilan bahan galian dari dalam tanah atau batuan. Menurut Elvis Pedroso, ketua Komisi II DPRD Belu, Pemerintah Daerah Kabupaten Belu, melalui lembaga terkait, harus segera mengambil tindakan tegas sesuai regulasi untuk menghentikan operasi di AMP milik PT SKM sementara izin belum diberikan. Pemerintah harus menghentikan aktivitas tambang, kata ketua Komisi II DPRD Belu.
Politisi PKB ini juga meminta pemerintah segera melakukan penyelidikan apakah AMP itu layak berdiri sendiri di lokasi tersebut untuk mencegah pencemaran lingkungan di kemudian hari.
Ketua Komisi II DPRD Belu berharap agar lembaga yang berhubungan, seperti Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perizinan, Bapenda, dan Satpol PP, memeriksa laporan masyarakat. Dengan cara ini, mobilisasi dan kegiatan AMP akan dihentikan untuk sementara waktu karena belum ada izin (Pedroso, 2022).
Berdasarkan informasi diatas bahwa pertambangan batuan yang berloksi di Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua sering terjadi. Namun permasalahan mulai muncul akibat dilakukannya penambangan batuan yang dilakukan secara konvensional atau menggunakan alat berat di sekitaran Kali (Sungai) Talau tersebut. Sehingga Kali (Sungai) tersebut akan melebar secara perlahan-lahan dan Kali Talau menjadi lebih dalam akibat material yang ada di dalamnya seperti batu kali, sirtu, pasir, tanah timbun, batu pecah, dan kerikil tersebut diambil. Yang dimana ada penurunan daratan permukaan dari tambang
4
tersebut. Kemudian tanah-tanah milik masyarakat seperti perkebunan dan lahan kosong tersebut akan tergerus air ketika hujan besar dan mengakibatkan banjir serta longsor.
Hal ini terjadi karena dari hasil pengamatan media, bahwa dalam kegiatan penambangan batuan di Kabupaten Belu Kecamatan Kota Atambua Kelurahan Fatubenao belum terlalu di perhatikan. Keberadaan Stone crusher (Mesin Penggiling Batu) milik PT Samara Jaya yang berada di Kali Talau kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua, Kabupaten Belu yang berdiri sejak tahun 2014 ini dapat merusak lingkungan dan lahan pertanian milik warga. Aktivitas tambang yang dilakukan oleh PT Samara Jaya ini tidak memiliki izin lingkungan. Karena lingkungan terus berdampak akibat aktivitas tambang disana. Pada tahun 2019 masyarakat pernah mengadukan PT Samara Jaya kepada Pemerintah. Atas pengaduan masyarakat, beberapa point penting yang harus dilakukan telah disepakati oleh PT Samara Jaya.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai merasakan dampak kerusakan lingkungan, dan kesepakatan yang dibuat ternyata hanyalah pepesan kosong.
Masyarakat setempat akhirnya memutuskan untuk kembali mengadu ke Pemerintah Kabupaten Belu tentang kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas tambang di area Stone Crusher milik PT Samara Jaya karena yang dirasakan lingkungan mereka semakin terancam. Masyarakat Kelurahan Fatubenao Yohanes Babtista yang juga pemerhati lingkungan, mengatakan bahwa lingkungan di daerah itu semakin rusak akibat dari kurangnya studi lingkungan dan tidak ada izin lingkungan. Penurunan tanah selebar delapan (8)
5
meter dalam waktu satu (1) bulan, di akhir tahun 2021. Sebagai masyarakat di Kelurahan Fatubenao ini dirugikan oleh keberadaan Stone Crusher tersebut tidak memperhatikan keselamatan lingkungan. Ada beberapa dampak yang dirasakan oleh masyarakan saat ini yaitu lahan pertanian hilang dimana lahan yang dimiliki oleh para petani merupakan modal untuk lapangan kerja.
Permukiman masyarakat yang rusak akibat berdirinya Stone Crusher milik PT Samara Jaya di kali Talau Kelurahan Fatubenao dimana saat ini lingkungan diwilayah tersebut sudah rusak dan tercemar, dan dampak terhadap jembatan Fatubenao. Jika situasi ini terus berlanjut, longsor di bantaran kali Talau akan merambat ke area jembatan Fatubenao. Berdasarkan permasalahan tersebut masyarakat telah memberi tahu kepada Camat Kota untuk mengatur keberadaan Stone Crusher tersebut. Lurah setempat juga telah bersurat ke Balai Wilayah Sungai tetapi belum ada tanggapan. Oleh karena itu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis terkait diminta untuk memperkuat surat Lurah terutama dari sisi kajian dampak lngkungan.
Dampak pertambangan batuan yang dikatakan oleh (Kuspriyanto) diantaranya adalah pasir di pinggiran sungai yang telah memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat sekitar tambang (Kuspriyanto, 2016). Hal ini juga sama kaitannya dengan yang di katakan oleh Reska bahwa potensi tambang yang berada pada suatu daerah dapat dikelola oleh masyarakat sehingga menjadi kawasan pertambangan.
6
Dampak dari kegiatan pertambangan tersebut perlu dikaji untuk mengetahui besaran dampak terhadap lingkungan serta untuk mengetahui arahan pengelolaan (Monica,Rezka Rindra et al., 2021). Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan judul dalam tulisan ini yaitu “Analisis Dampak Dan Risiko Kerusakan Lingkungan Atas Aktivitas Pertambangan Batuan Di Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi yang telah di paparkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana aktivitas pertambangan batuan terhadap dampak kerusakan lingkungan di Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua ? 2. Seberapa besar tingkat risiko kerusakan lingkungan yang diakibatkan
aktivitas pertambangan batuan di Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui aktivitas pertambangan batuan terhadap dampak kerusakan lingkungan di Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua.
2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat risiko kerusakan lingkungan yang diakibatkan aktivitas pertambangan batuan di Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua.
7 1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi mahasiswa dalam melengkapi kajian yang mengarah kepada pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Analisis Dampak dan Risiko Kerusakan Lingkungan Atas Aktivitas Pertambangan Batuan di Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis
Untuk memperdalam dan menambah pengetahuan serta menambah wawasan mengenai bagaimana Analisi Dampak dan Risiko Kerusakan Lingkungan atas Aktivitas Pertambangan batuan.
b. Bagi pemerintah
Hasil kajian ini juga nantinya dapat memberikan masukan yang berarti bagi pemerintah Kabupaten Belu dalam menyusun dan membuat kebijakan daerah serta mengurangi dampak khususnya yang berkaitan dengan Dampak Penambangan Batuan (Pasir, Tanah, dan Krikil) Terhadap Kerusakan Lingkungan di Kabupaten Belu Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat, mengenai Dampak Penambangan Batuan (pasir, tanah, dan krikil) dan
8
Kerusakan Lingkungan di Kabupaten Belu Kelurahan Fatubenao Kecamatan Kota Atambua.
d. Bagi Mahasiswa Geografi
Sebagai masukan dalam pengembangan teori ilmu sistem informasi Geografis dan Geografi Fisik khususnya pada Geografi Pembangunan dan Lingkungan pada bidang Penambangan dan Kerusakan Lingkungan.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TELAAH PUSTAKA
2.1.1 Geografi
Geografi menelaah bumi dalam hubungannya dengan manusia. Arti geografi yang sebenarnya adalah uraian (grafien) artinya menguraikan atau melukiskan) tentang bumi (geos) dengan segenap isinya yakni manusia, hewan dan dunia tumbuhan. Geografi merupakan suatu gejala- gejala di permukaan bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di permukaan bumi baik yang secara fisikal maupun yang menyangkut ke dalam makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (WH Rhamdani, 2016).
Secara umum Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi serta persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
2.1.2 Geografi Lingkungan
Keberadaan geografi lingkungan tidak terlepas dari masalah lingkungan, khususnya hubungan antara pertumbuhan penduduk, konsumsi sumberdaya dan peningkatan intensitas masalah akibat eksploitasi sumberdaya yang berlebihan. Geografi lingkungan dapat memberikan kombinasi yang kuat perangkat konseptual untuk
10
memahami masalah lingkungan yang komplek. Geografi lingkungan melibatkan beberapa aspek hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan (Syahza, 2020).
Geografi lingkungan merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lokasi dan variasi keruangan fenomena alam (fisis) maupun manusia di permukaan bumi.
2.1.3 Geografi Pembangunan
Geografi pembangunan (development geography) adalah cabang disiplin ilmu geografi yang mempelajari ataupun mengkaji keterkaitan antara proses pembangunan suatu wilayah dengan kondisi alam serta penduduk wilayah tersebut. Geografi pembangunan mempelajari aspek keruangan geografi (alam semesta dengan segala isinya). Geografi pembangunan diperlukan untuk menyusun rancangan atau perencanaan pembangunan suatu wilayah. Geografi Pembangunan adalah cabang dari disiplin ilmu geografi yang mengkaji tentang keterkaitan antara proses pembangunan yang dilakukan suatu region dengan keadaan alam serta penduduk region tersebut (Na and Hipertensiva, 2018).
2.2 Pertambangan
Kata pertambangan berasal dari kata “tambang” yang berarti lumbung tempat mengambil hasil bumi berupa biji logam, batu bara dan sebagainya.
Dalam perkembangannya tambang terbagi atas tambang basah, yaitu tambang yang proses penggaliannya menggunakan banyak air dan tambang emas, yaitu tempat penggalian emas. Menurut Undang-Undang Nomor 4
11
Tahun 2009, Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang (Surjono, 2018).
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksploitasi, studi kelayakan, kontruksi, pertambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pascatambang. Pertambangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan penggalian ke dalam tanah (bumi) untuk mendapatkan sesuatu yang berupa hasil tambang (Rizaldy, 2020).
Penambangan tradisional berpotensi merusak lingkungan dan mempengaruhi masyarakat disekitar area eksplorasi. Hal ini semakin diperparah dengan adanya ekspliotasi berlebihan yang mempengaruhi kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan (Kartodiharjo, 2005).
Akibat dari eksploitasi yang berlebihan yang tidak mengantisipasi kaidah konservasi sehingga tanah akan tergerus dan berpotensi menimbulkan erosi (Mbas, Wulakada, and Hasan, 2022)
2.2.1 Pertambangan Batuan
Segala bentuk aktivitas pertambangan merupakan salah satu aktivitas manusia dalam mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di bumi. Tentu saja aktivitas tersebut tidak akan terlepas dari akan adanya dampak negatif
12
yang ditimbulkan. Pasir merupakan salah satu bahan atau material tambang yang berperan penting dalam kegiatan pembangunan infrastruktur berupa pembangunan jalan, pembangunan bangunan hingga perumahan (Mathematics, 2016).
Batuan adalah benda keras dan padat yang berasal dari bumi, yang bukan logam. Batuan dibagi menjadi beberapa macam yaitu, tras, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap, granit, granodiorit, andesit, garbo, periodit, basalt, trakhit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorite, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, sirtu, tanah, urukan tanah setempat, tanah merah, batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Batuan dibagi menjadi 4 macam yaitu bitumen padat, batuan aspal, batubara dan gambut (Kosanke, 2019).
2.2.2 Jenis Pertambangan Batuan
Bahan tambang batuan merupakan barang tambang untuk industri atau yang tidak dianggap langsung mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Pengelolaan barang tambang batuan ini dilakukan oleh masyarakat. Jenis tambang batuan adalah:
1. Nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite).
2. Abses, talk, mika, grafit, magnesit.
13
3. Yarosit, leusit, tawas (alum), oker.
4. Batu permata, batu setengah permata.
5. Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit.
6. Batu apung, tras, obsidib, perlit, tanah diatome, tanah serap.
7. Batu kapur, dolomite, kalsit
8. Granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir yang didalamnya tidak mengandung unsur-unsur mineral dan batuan dalam jumlah tertentu (Nurul Azizah, 2023).
2.2.3 Jenis-jenis Limbah Pertambangan 1. Limbah Padat
Jenis limbah yang pertama adalah berbentuk padat atau batuan yang terbagi atas 3 kategori berdasarkan proses tambang yaitu:
a. Overburden atau limbah batu merupakan batuan awal yang biasanya akan dibuang untuk mengakses endapan mineral atau biji logam yang berharga.
b. Gangan merupakan limbah padat atau batuan yang bercampur dengan hasil tambang atau mineral yang perli dibuang saat proses pemisahan.
c. Tailing Tambang merupakan batuan yang melewati proses penggilingan halus bersama limbah mineral lainnya yang menjadi sampah hasil dari pengolahan mineral.
2. Limbah Tambang Cair
Jenis limbah tambang cair dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
14
a. Air tambang merupakan limbah tambang cair yang melewati proses produksi di lokasi tambang dan dapat memiliki tingkat kontaminasi yang variatif, jenis limbah ini pada umumnya memiliki sifat yang asam.
b. Lumpur Pengolahan Air merupakan jenis limbah tambang cair yang biasanya terdapat di sebagian lokasi tambang dan bentuknya serupa dengan air tambang (Patrick, 2023).
2.3 Dampak Lingkungan Aktivitas Pertambangan
Dampak dari aktivitas pertambangan dapat berupa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan akibat dari adanya suatu kegiatan yang membawa manfaat dan nilai tambah terhadap masyarakat atau lingkungannya. Sedangkan dampak negatif merupakan akibat dari adanya suatu kegiatan yang membawa kerusakan dan penurunan nilai terhadap masyarakat dan lingkungannya.
Suatu lingkungan dapat mengalami penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat dari kegiatan manusia yang berkaitan dengan pembangunan.
Pertambangan, merupakan salah satu kegiatan manusia yang berkaitan dengan pembangunan. Kegiatan pertambangan, adalah salah satu kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Oleh sebab itu, pertambangan akan mengakibatkan berbagai macam dampak kepada lingkungan disekitarnya.
15
2.3.1 Dampak Positif Dari Aktivitas Pertambangan Batuan 1) Membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
Adanya aktivitas pertambangan akan memberikan pekerjaan.
Kegiatan pertambangan, terutama pertambangan pasir membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memindahkan pasir dari sungai hingga ke kendaraan pengangkut.
2) Memberikan peluang usaha bagi warga sekitar.
Pertambangan tersebut juga memberikan peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar, seperti membuka kedai makan, tambal ban, tempat pencucian kendaraan dan lain sebagainya.
3) Menambah Pendapatan Kas Desa.
Kas desa dapat bertambah dari penarikan retribusi dari kendaraan pengangkut pasir yang lewat. Pendapatan tersebut dapat digunakan untuk perbaikan jalan desa, pembuatan fasilitas umum desa dan pembiayaan kegiatan desa lainnya.
4) Mempermudah mobilitas masyarakat desa dengan adanya perbaikan fasilitas.
Adanya perbaikan fasilitas, seperti pengaspalan jalan.
Pengaspalan jalan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempermudah aksesabilitas perusahaan tersebut, disisi lain juga sebagai pemberian fasilitas untuk warga sekitar perusahaan atas pemberian izin yang diberikan (Mathematics, 2016).
16
2.3.2 Dampak Negatif Dari Aktivitas Pertambangan Batuan
1) Usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk topografi tanah dan keadaan permukaan tanah (land impact) sehingga dapat mengubah keseimbangan sistem ekologi pada Daerah sekitarnya.
2) Usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan, antara lain pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing, serta buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun.
3) Pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja dan kondisi geologi dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang, dan keruntuhan tambang (Listiyani, 2017).
2.3.3 Dampak Pertambangan Terhadap Kerusakan Lingkungan
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan yang akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan lahan. Untuk melakukan kegiatan penambangan juga dilakukan penggalian yang akan terjadi perombakan dan berpengaruh pada permukaan bumi.
Penambangan yang tidak memperhatikan konsep penambangan dengan baik dan benar dapat merugikan masyarakat dan dapat menimbulkan bencana seperti tanah longsor, kekeringan, hancurnya jalan, banjir bandang, hingga erosi (Yoon, 2014).
Secara teori dampak sosial yang ditimbulkan oleh usaha pertambangan menimbulkan beberapa dampak diantaranya:
17 1. Terkorbannya Pemilik Lahan
Kegiatan usaha pertambangan adalah kegiatan yang cenderung mengorbankan kepentingan pemegang hak atas lahan. Hal ini sering terjadi lantaran selain kurang bagusnya administrasi pertanahan di tingkat bawah, juga karena faktor budaya dan adat setempat.
2. Kerusakan Lingkungan
Kegiatan usaha pertambangan adalah kegiatan yang sudah pasti akan menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah. Karena untuk mengambil atau untuk memperoleh bahan galian tertentu, sudah pasti dengan melakukan penggalian. Artinya, akan terjadi perombakan atau perubahan permukaan bumi, sesuai dengan karakteristik pembentukkan dan keberadaan bahan galian, yang secara geologis dalam pembentukannya atau kejadiannya harus memenuhi kondisi geologi tertentu dan yang pasti berada di bawah permukaan bumi, laut, sungai, dan sebagainya.
3. Ketimpangan Sosial
Kebanyakan kegiatan usaha pertambangan di daerah terpencil, dimana keadaan masyarakatnya masih hidup dengan sangat sederhana, tingkat pendidikan umumnya hanya tamatan Sekolah dasar, dan kondisi sosial ekonomi umumnya masih berada di bawah garis kemiskinan (Asril, 2014).
18 2.4 Lingkungan
Secara umum lingkungan merupakan segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang tidak bernyawa. Misalnya air, kelembaban, udara, suhu, angin, rumah, dan benda mati lainnya (Khusna, 2013).
Lingkungan fisik atau lingkungan biotik merupakan lingkungan yang menyangkut dengan alam. Lingkungan fisik ialah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat hidup, yang akan mempengaruhi pada individu tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.4.1 Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan ditandai dengan adanya pencemaran yang terjadi pada lingkungan dari kegiatan manusia. Pencemaran lingkungan merupakan bercampurnya antara bahan pencemar dengan komponen lingkungan. Kerusakan lingkungan dapat terjadi akibat aktivitas manusia dan pembangunan yang dilakukan oleh suatu negara.
Kerusakan lingkungan dapat diartikan sebagai penurunan kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan komponen-komponen dalam suatu lingkungan yang tidak dapat berfungsi dengan baik (James W, Elston D 2020).
19
2.4.2 Aspek Pendekatan Kegiatan Pertambangan Terhadap Lingkungan a. Aspek Fisik
Kegiatan pembukaan lahan akan mengakibatkan hilangnya tanaman penutup tanah dan pohon. Dengan begitu akibat dari hilangnya tanaman penutup ini menyebabkan permukaan tanah menjadi rentan terhadap erosi oleh air dan angin, yang mengakibatkan erosi permukaan dan penurunan kualitas tanah.
b. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Kegiatan pertambangan, yang memiliki tingkat teknologi dan modal yang tinggi, merupakan salah satu sumber devisa negara.
Selama proyek berlangsung, ada perputaran ekonomi yang akan mendorong sektor ekonomi lokal untuk berkembang. dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal untuk membantu aktivitas pertambangan. Dengan masuknya berbagai budaya dan gaya hidup dari setiap karyawan proyek pertambangan ini, secara bertahap akan mempengaruhi masyarakat setempat secara sosial dan budaya.
c. Aspek Kimia
Penurunan kualitas kimiawi air permukan, air tanah, udara, dan tanah sebagai akibat dari masuknya unsur kimia dari kegiatan pertambangan yang melampaui standar kualitas yang telah ditetapkan. Kegiatan sarana penunjang juga menyebabkan pencemaran yang berpotensi melepaskan limbah cair, padat, dan gas
20
ke lingkungan dengan berbagai sifat fisik dan kimiawi (Novitasari, 2019).
2.4.3 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Kerusakan lingkungan dapat terjadi karena pembangunan, oleh karena itu dapat membahayakan manusia terutama mereka yang tinggal di dekat pembangunan tersebut. Dengan adanya AMDAL, setiap pembangunan yang di lakukan oleh perusahaan bisa membuat masyarakat sekitar masih merasa aman untuk tinggal di wilayah pembangunan. Dampak dalam AMDAL merupakan pengaruh aktivitas manusia dalam pembangunan terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di sisi lain kondisi lingkungan di Indonesia mengganggu kesejahteraan rakyat karena kurangnya pembangunan seperti:
1) Sanitasi lingkungan yang buruk akan menyebabkan penyakit berbasis lingkungan.
2) Hujan yang akan menyebabkan banjir dan pada musim kemarau akan menyebabkan kekeringan (Al-Jauhari, 2021).
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) adalah suatu proses untuk menilai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh suatu rencana kegiatan atau proyek terhadap lingkungan hidup. Dalam konteks lingkungan fisik, AMDAL mencakup evaluasi terhadap dampak yang mungkin terjadi pada berbagai aspek fisik lingkungan, seperti:
21
1. Kualitas Udara: Dampak terhadap pencemaran udara, emisi gas berbahaya, atau debu.
2. Kualitas Air: Dampak terhadap sumber air, kualitas air permukaan, dan air tanah.
3. Tanah: Dampak terhadap struktur tanah, kontaminasi tanah, dan perubahan penggunaan tanah.
4. Kebisingan: Dampak terhadap tingkat kebisingan dan potensi gangguan bagi manusia dan lingkungan.
5. Suhu Mikro: Perubahan suhu di area proyek yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitar.
Proses AMDAL akan melibatkan identifikasi, prediksi, evaluasi, dan mitigasi dampak-dampak ini untuk memastikan bahwa proyek atau kegiatan yang direncanakan tidak merugikan lingkungan fisik secara berlebihan. Lingkungan fisik dalam analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan kondisi fisik dan geografi suatu lokasi yang akan terkena dampak dari proyek atau kegiatan yang direncanakan. Beberapa elemen penting dari lingkungan fisik dalam AMDAL meliputi:
1. Topografi: Bentuk permukaan tanah, kemiringan lereng, dan karakteristik geologi yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan tersebut.
2. Geologi: Struktur geologi, jenis tanah, dan potensi kerawanan geologis seperti gempa bumi atau tanah longsor.
22
3. Hidrologi: Kondisi sumber daya air, pola aliran sungai, dan sistem drainase yang ada di area tersebut.
4. Iklim: Suhu, curah hujan, kelembapan, dan pola cuaca yang bisa mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proyek.
5. Sumber Daya Alam: Ketersediaan dan keberadaan mineral, tanah, dan sumber daya lainnya yang mungkin akan terpengaruh oleh proyek.
Evaluasi terhadap aspek-aspek ini membantu dalam memahami bagaimana proyek atau kegiatan akan berinteraksi dengan kondisi fisik dan geografi serta dampak yang mungkin timbul. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) lingkungan fisik adalah bagian dari studi AMDAL yang berfokus pada analisis dampak terhadap komponen lingkungan fisik dari suatu proyek atau kegiatan. Ini meliputi penilaian terhadap:
1. Tanah: Kualitas tanah, potensi erosi, dan perubahan penggunaan lahan.
2. Air: Dampak terhadap kualitas dan kuantitas air permukaan dan tanah, serta sistem drainase.
3. Udara: Emisi polutan dan dampaknya terhadap kualitas udara dan kesehatan manusia.
4. Suara: Tingkat kebisingan dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
23
5. Kondisi Geologi: Pengaruh terhadap struktur geologi seperti gempa bumi atau penurunan tanah.
AMDAL lingkungan fisik bertujuan untuk mengidentifikasi, memprediksi, dan mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul akibat kegiatan atau proyek, serta memberikan rekomendasi untuk mitigasi dampak tersebut.
Terdapat beberapa kriteria kegiatan yang berdampak penting pada pengelolaan lingkungan hidup yang di lengkapi dengan AMDAL yaitu:
1) Perubahan bentuk lahan dan bentang alam.
2) Eksploitasi sumber daya alam , baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
3) Kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
4) Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan mempengaruhi pertahanan Negara.
5) Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan perlindungan cagar budaya (Caron, 2016).
24 2.4.4 Tanah
Tanah merupakan lapisan teratas lapisan bumi. Tanah memiliki ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda antara tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lain. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami proses lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, struktur dan warna hasil pelapukan (Fauzek, 2018).
2.4.5 Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah merupakan pengelompokan berbagai jenis tanah ke dalam kelompok yang sesuai dengan karakteristiknya. Sistem klasifikasi ini menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat beragam namun tidak ada yang benar-benar memberikan penjelasan yang tegas mengenai kemungkinan pemakainya. Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan kesesuaian untuk pemakaian tertentu serta untuk memberikan informasi tentang keadaan tanah di berbagai wilayah dengan menggunakan data dasar seperti karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan jenis tanah (Fauzek, 2018).
2.4.6 Batuan
Batuan terbentuk melalui proses alamiah. Batuan terbentuk dari magma panas yang keluar ke permukaan bumi dan kemudian mengeras
25
karena pendinginan. Selama proses pendinginan, batuan pelapukan dan terurai menjadi material yang lebih halus yang disebut tanah.
Batuan adalah semua kombinasi mineral dan bahan organik yang bersatu yang membentuk kerak bumi. Namun, dari perspektif geoteknik, batuan didefinisikan sebagai formasi material yang keras dan solid yang berasal dari kerak bumi dan memiliki kekuatan hancur dengan tes kuat tekan (tes tidak hancur) melebihi 1 Mpa. Dengan demikian, batuan sangat berbeda dengan tanah karena sifatnya yang rapuh, lunak, dan hampir selalu berada di dekat permukaan air (Ismatulloh, 2021).
Berdasarkan peraturan Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 301 tahun 2022. Peraturan ini membicarakan tentang Rencana Pengelolaan Mineral Dan Batubara Nasional tahun 2022-2027. Dalam peraturan ini membahas mengenai klasifikasi pertambangan batuan yang terdiri dari batu gamping, andesit, pasir laut, batu apung, sirtu, granit, marmer, mangan, dan kerikil (Margareth, 2017).
2.4.7 Longsor
Tanah longsor merupakan pergerakan lereng batuan atau tanah yang terjadi diatas permukaan tanah yang dipengaruhi oleh garavitasi dan bentuk lahan yang dihasilkan dari pergerakannya. Prinsip dasar tanah longsor yaitu apabila gaya yang mendorong gerakan tanah lebih besar dari pada gaya yang menahan pergerakan tanah tersebut. Gaya pendorong merupakan kemiringan lereng, banyaknya air yang
26
terkandung dalam lereng, dan berat jenis tanah. Sedangkan gaya penahan meliputi batuan kuat dan tingkat kepadatan tanah (Stockes, 2019).
2.4.8 Risiko
Risiko dapat diartikan sebagai dampak buruk atau negatif dari suatu tindakan manusia maupun alam. Pemahaman tentang adanya risiko ini dapat membuat seseorang melakukan pertimbangan yang lebih hati-hati dalam bertindak atau berbuat, dengan demikian orang tersebut akan memiliki kemungkinan tingkat selamat yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak memikirkan tentang risiko sebelum dia bertindak (Lingkungan, 2020).
2.4.9 Skala Penilaian Risiko
Pengukuran risiko merupakan langkah tambahan dalam identifikasi risiko untuk mengetahui besarnya risiko. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat risiko yang dihadapi oleh individu maupun organisasi sehingga dapat diperkirakan dampak dari risiko terhadap kinerja individu maupun organisasi. Jika risiko tidak dapat diidentifikasi, maka risiko tersebut tidak dapat diukur dan tidak akan berpengaruh terhadap situasi saat ini. Jika tidak dapat diidentifikasi, risiko tersebut tidak dapat diukur dan tidak akan berpengaruh terhadap situasi saat ini (Wardhana, 2014).
27
Dimensi-dimensi dari skala risiko yaitu:
3) Frekuensi atau Jumlah Kejadian
Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran dihitung sebagai jumlah kejadian yang akan terjadi atau frekuensi yang dapat mempengaruhi kerugian yang terjadi dalam suatu waktu tertentu.
Yang perlu diperhatikan adalah jenis kerugian yang berbeda yang dapat mempengaruhi suatu objek dan jenis kerugian yang berbeda yang dapat mempengaruhi suatu objek.
a. Almost nil (Hampir nihil, atau hampir tidak ada) b. Moderate (Sedikit ada)
c. Slight(sedikit hampir tidak ada).
d. Definite (pasti ada).
Dari hasil pengukuran risiko tersebut maka kerugian yang menimpa individu maupun organisasi dapat dikategorikan dalam skala sebagai berikut:
1= kerugian sangat kecil 2= kerugian kecil
3= kerugian sedang 4 = kerugian besar 5= kerugian sangat besar.
4) Besarnya kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan dampak kerugian yang ditimbulkan dari risiko tersebut sehingga dapat ditentukan variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode
28
anggaran yang lain dan dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut, terutama kerugian yang ditanggung sendiri (diretensi) bukan hanya nilai finansialnya saja (Wardhana, 2014).
Potensi bahaya yang sudah diidentifikasi dan penilaian risiko dilakukan untuk membobotan bahaya tersebut. Untuk menentukan tingkat risiko, analisis risiko perlu dilakukan dengan mengacu pada kemungkinan terjadinya, besar akibat yang ditimbulkan, dan paparan bahaya yang diterima oleh pekerja. Jika risiko tidak dapat diterima maka perlu dilakukan pengendalian pengendalian yang tepat. Berikut parameter yang digunakan dalam penilaian evaluasi risiko antara lain:
1. Kemungkinan (Likelihood)
Likelihood atau kemungkinan tersebut dilakukan dengan mengetahui atau menyoroti jenis kegiatan yang dilakukan saat kerja serta menentukan atau memprediksi risiko yang dapat terjadi pada pekerja maupun alat yang digunakan saat bekerja. Likelihood memiliki tingkatan/nilai rating yang mewakili setiap kemungkinan bahaya dan risiko yang di terima. Konsekuensi (Severity) atau tingkat keparahan merupakan efek dari timbulnya risiko pada setiap tahap pekerjaan. Kemudian dari semua nilai yang sudah di bobot, dilakukan pembobotan total dengan cara sesuai dengan persamaan berikut:
Nilai Risiko = Likelihood X Exsposure X Severity/Consequences
29
Total dari nilai akan menentukan pengklasifikasian bahaya dan risiko kedalam tingkatan pengendalian.
2. Paparan (Exporsure)
Paparan adalah tingkat keseringan/frekuensi interaksi antara sumber risiko yang ada pada wilayah kerja dengan pekerja dan menggambarkan kemungkinan terjadinya dan kesempatan sumber risiko menjadi kecelakaan bila di ikuti dengan kemungkinan dan konsekuensi yang akan timbul.
3. Pemuatan (Loading)
Pemuatan merupakan kegiatan yang di lakukan untuk memasukkan material bahan galian dari hasil kegiatan pembongkaran ke dalam alat angkut. Pemuatan dikerjakan dengan menggunakan alat muat yang kemudian akan mengisi material hasil pembongkaran ke dalam alat angkut, dan dilakukan setelah kegiatan penggusuran.
4. Pengangkutan (Hauling)
Pengangkutan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan atau membawa bahan maupun endapan bijih dari satu tempat (tambang) ke stock pile (tempat penimbunan/pengolahan).
Pengangkutan terdapat beberapa tahap seperti, menunggu keadaan dimana truk menunggu untuk manuver sebelum pemposisian untuk proses pemuatan, pemposisian (spot) kadaan dimana alat angkut mengambil posisi, pengisisian (load) tahap ini dimana alat angkut
30
diberi muatan pengangkutan, haul tahap dimana alat angkut membawa muatan, dan pembuangan (dump) keadaan dimana material di angkut.
5. Dumping
Dumping merupakan proses akhir setelah proses pemuatan material ke dalam alat angkut (loading) dan proses hauling yaitu, perjalanan dari lokasi pemuatan material (loading point) menuju tempat penyimpanan (stock pile) atau langsung menuju crusher (Kelvin, Purwoko, and Syafrianto 2020).
2.4.10 Tingkat Risiko Kerusakan Lingkungan
Lingkungan merupakan subjek yang paling banyak mengalami risiko baik akibat kondisi alam maupun tindakan manusia seperti adanya pelepasan zat berbahaya ke lingkungan, penebangan hutan, dan lain- lain. Risiko kerusakan lingkungan merupakan perkalian frekuensi kejadian kecelakaan dengan dampak lingkungannya. Artiya besaran risiko lingkungan menunjukkan tingkat dari dampak suatu tindakan manusia atau alam terhadap lingkungan, baik terhadap manusia itu sendiri maupun terhadap ekologi (Bani Saleh, 2020).
Kondisi lingkungan hidup yang semakin rusak tentu akan semakin mengancam kehidupan makhluk hidup. Bencana alam akan terjadi karena adanya kerusakan lingkungan yang parah. Tingkat kerusakan alam yang semakin tinggi maka semakin tinggi pula risiko bencana alam.
31 2.5 Sistem Penambangan
Penambangan adalah serangkaian proses pelepasan material tanah ataupun batuan dari permukaan maupun bawah bumi untuk diambil manfaat dan nilai ekonomisnya. Proses penambangan terdiri dari aktivitas penggalian maupun pembongkaran, pemuatan, dan pengangkutan bahan galian. Proses sistem penambangan dibagi menjadi tiga (3) macam yaitu:
1. Tambang Terbuka
Tambang terbuka adalah suatu proses penambangan yang seluruh aktivitas penambangannya berhubungan langsung dengan atmosfer dan udara luar.
2. Tambang Bawah Tanah
Tambang bawah tanah (underground mining) adalah penambagan yang sebagian besar atau seluruh aktivitas penambangannya tidak berhubungan langsung dengan atmosfer dan udara luar.
3. Tambang Bawah Air
Tambang bawah air adalah metode penambangan yang dilakukan untuk mengambil endapan alluvial atau endapan placer yang terletak dibawah permukaan bumi. Contohnya seperti lepas pantai, sungai, danau atau lembah yang menjadi daerah aliran dan genangan air (Desi Selvia Ningrum, 2023).
2.6 Daerah Aliran Sungai
Asdak mendefinisikan Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung
32
gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem daerah unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Saifudin, 2017).
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut yang mengalir secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai ke daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Hasan &
Agustinus Hale Manek, n.d.)
2.6.1 Material-material Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasi oleh topografi alami berupa punggung bukit atau pegunungan, sebagai satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya. Kemudian berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami.
1) Pasir 2) Kerikil 3) Batu
33 4) Lumpur (Muchlisin Riadi, 2019)
2.6.2 Komponen Ekosistem Daerah Aliran Sungai 1. Air
Komponen ekosistem sungai pertama adalah air. Air adalah komponen utama dalam ekosistem sungai. Aliran air yang terus menerus membentuk saluran sungai dan mempengaruhi kondisi fisik dan kimia sungai.
2. Substrat dasar sungai
Komponen ekosistem sungai kedua adalah substrat dasar sungai.
3. Vegetasi riparian
Komponen ekosistem ketiga adalah vegetasi riparian. Vegetasi riparian adalah tumbuhan yang tumbuh di sepanjang tepi sungai.
Tumbuhan ini memberikan kestabilan erosi, menyediakan penutup tanah, serta menyediakan habitat bagi berbagai spesies fauna dan flora.
4. Makhluk hidup
Ekosistem sungai mendukung kehidupan beragam organisme seperti ikan, amfibi, serangga air, moluska, tumbuhan air, dan mikroorganisme. Organisme ini berperan penting dalam rantai makanan, dekomposisi bahan organik, dan menjaga keseimbangan ekosistem sungai.
34 5. Nutrien dan bahan organik
Nutrien seperti nitrogen dan fosfor serta bahan organik mempengaruhi produktivitas ekosistem sungai. Nutrien dan bahan organik ini berasal dari aliran air, pengendapan sedimen, serta dekomposisi organisme.
6. Iklim dan cuaca
Komponen ekosistem keenam adalah iklim dan cuaca. Iklim dan cuaca mempengaruhi suhu air, tingkat curah hujan, dan pola aliran air di sungai. Hal ini dapat memengaruhi kondisi fisik dan kimia sungai serta kehidupan organisme di dalamnya (Max Ki, 2023).
35 2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu
No Nama Penulis
Artikel Metode Hasil
1 Ainun Siti Wahyuni
Dampak penambangan Batu Andesit Di Daerah Kawasan Gunung Kecapi Terhadap Kerusakan Lingkungan.
Kualitatif- Kuantutatif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan tambang batu andesit yang beroperasi di Desa Liunggunung ini secara langsung memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar. Dekatnya lokasi penambangan yang
menyebabkan masyarakat banyak memberikan aksi keluhan terhadap perusahaan maupun pemerintah Desa.
Dampak yang di timbulkan oleh adanya pertambangan yaitu munculnya polusi udara yang diakibatkan oleh pengangkutan bahan tambang yang dibawa oleh mobil-mobil besar (Wahyuni, 2022).
2 Yudhistira Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir Di Daerah Kawasan Gunung Merapi
Analisis Kuantitatif
Hasil penelitian menunjukkan tingkat erosi di lokasi penambangan pasir adalah moderat dan ringan serta menimbulkan dampak fisik lingkungan seperti tanah longsor, berkurangnya debit air permukaan (mata air), polusi udara, dan dampak sosial ekonomi (Yudhistira, Hidayat, and Hadiyarto 2012).
3 Eka Yudhiman, Agus Susanto, Lieza Corsita
Analisis Risiko Dampak Pembukaan Lahan Pada Kegiatan Pertambangan Emas PT Meares Soputan Mining
Kuantitatif Kegiatan pertambangan membawa dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik, seperti menurunnya kualitas permukaan, kualitas udara, dan terganggunya flora dan fauna akibat pembukaan lahan untuk menunjang kegiatan pertambangan.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis risiko dampak pembukaan lahan pada kegiatan pertambangan emas dalam meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan berkelanjutan melalui pelaksanaan program reklamasi lahan terganggu selama tahap operasi produksi (Yudhiman, Susanto, and Corsita 2023).
4 Sefiana Giansi
Analisis Dampak Kebijakan
pertambangan Batuan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa
Kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya kebutuhan akan bahan galian tambang, dan ketersediaanya di alam dapat memanfaatkan nilai ekonomi dari suatu komoditas tambang, khususnya tambang bahan
36 Gunung Wetan
Kecamatan Jatilawang Kabupaten Banyumas.
galian batuan. Dampak yang ditimbulkan dari adanya kebijakan pertambangan batuan di Desa yaitu terjadinya perubahan pada mata pencaharian buruh tani ke sektor pertambangan dan pengangguran (Giansi ,2016).
Keempat penelitian terdahulu tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kesamaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis risiko penambangan batuan.
Sedangkan perbedaan (Nevelty) adalah pada penelitian terdahulu tersebut membatasi objek kajiannya pada dampak penambangan batuan terhadap kerusakan lingkungan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan mengkaji tentang analisis dampak dan risiko kerusakan lingkungan, namun diperluas lagi dengan mengkaji bagaimana dampak aktivitas tambang batuan terhadap kerusakan lingkungan. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis Disacounting atau Habitat Equivalency Analysis (HEA).
37 2.8 Kerangka Berpikir
Gambar 2.8 kerangka Berpikir
Tambang batuan
Dampak aktivitas tambang
Tingkat risiko kerusakan lingkungan
1. Dampak positif tambang batuan 2. Dampak negatif tambang batuan 3. Dampak tambang batuan terhadap
kerusakan lingkungan
Analisis dampak dan risiko kerusakan
lingkungan Pertambangan Geografi lingkungan
Risiko kerusakan lingkungan
38 2.9 Ruang Lingkup Penelitian
Batasan ruang lingkup penelitian lingkungan fisik dapat mencakup beberapa aspek antara lain:
1. Aspek Geografi: Penelitian dapat difokuskan pada area tertentu, seperti penggunaan lahan pada area penambangan batuan, tanah.
2. Komponen Fisik: Melihat tanah, air, udara, dan vegetasi. Hal ini termasuk sumber daya air, dan polusi udara, serta dampaknya terhadap kesehatan manusia dan ekosistem.
3. Dampak Aktivitas Manusia: Menganalisis bagaimana aktivitas manusia, seperti kegiatan penambangan batuan di pinggir sungai, pertanian, dan industri, memengaruhi lingkungan fisik.
4. Metodologi Penelitian: Memilih metode yang sesuai, seperti survei lapangan.
5. Risiko Lingkungan: Menilai dan mengelola risiko terkait bencana alam (seperti banjir, dan kebakaran hutan) serta risiko terkait aktivitas manusia.
6. Restorasi Lingkungan: Penelitian tentang teknik dan strategi untuk memulihkan ekosistem yang terdegradasi atau rusak.
7. Teknologi Lingkungan: Mempelajari penggunaan teknologi dalam pengelolaan lingkungan, seperti sistem informasi geografis (SIG) dan pemantauan satelit.
8. Perilaku dan Kebijakan Lingkungan: Menganalisis bagaimana perilaku manusia dan kebijakan pemerintah memengaruhi lingkungan fisik, termasuk aspek sosial, ekonomi, dan politik.