PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sumber: Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (2018), diolah Selama tahun 2016, penjualan mobil di Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Suku bunga kredit konsumen yang berlaku menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan pembelian mobil di Indonesia.
Identifikasi Masalah
Oleh karena itu peneliti mengambil judul penelitian “Pengaruh Suku Bunga Kredit, Nilai Tukar, Inflasi dan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) terhadap Konsumsi Mobil di Indonesia. Terdapat faktor makroekonomi yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan mobil yang dapat mempengaruhi konsumsi mobil.
Batasan Masalah
Penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2013 yang menunjukkan angka tertinggi selama 9 tahun terakhir, justru terjadi ketika tingkat inflasi di Indonesia mencapai 8,38%.
Rumusan Masalah
Pada tahun 2014, anggaran subsidi BBM melonjak menjadi Rp 285 triliun seiring dengan peningkatan konsumsi akibat penambahan jumlah mobil dan sepeda motor, serta melemahnya nilai tukar rupiah. Apa pengaruh suku bunga kredit, nilai tukar rupiah/dolar Amerika, inflasi dan pengurangan subsidi BBM secara bersama-sama terhadap konsumsi mobil di Indonesia.
Tujuan
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat khususnya yang berperan sebagai konsumen atau konsumen mobil masa depan, agar lebih memperhatikan pola konsumsi/kepemilikan mobil, agar tidak terjadi inefisiensi akibat terhadap konsumsi mobil yang berlebihan. penggunaan mobil. Penelitian ini diharapkan dapat semakin memotivasi mahasiswa dalam belajar dan menjadi bahan referensi untuk mengkaji dampak kondisi makroekonomi terhadap pasar otomotif di Indonesia.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Teori
- Konsep Konsumsi
- Konsep Suku Bunga
- Nilai Tukar: Kurs Rupiah terhadap Dollar AS
- Konsep Inflasi
- Kebijakan Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM)
Nilai tukar atau exchange rate adalah harga suatu mata uang suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lain. Nilai tukar nominal merupakan nilai yang digunakan seseorang pada saat menukarkan mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Ketika mata uang suatu negara terapresiasi, barang-barang yang diproduksi oleh negara tersebut menjadi lebih mahal dan barang-barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih murah.
Ketika harga suatu barang di suatu negara naik (dengan asumsi harga barang luar negeri tetap), permintaan terhadap barang tersebut turun dan mata uang cenderung melemah. Dalam jangka panjang, kenaikan tingkat harga di suatu negara (relatif terhadap tingkat harga di luar negeri) menyebabkan mata uang terdepresiasi, dan penurunan tingkat harga relatif menyebabkan mata uang terapresiasi. Ketika suatu negara menaikkan tarif dan mengurangi kuota barang impor, permintaan barang dalam negeri meningkat dan mata uang cenderung menguat.
Jadi, peningkatan permintaan ekspor suatu negara menyebabkan mata uangnya menguat dalam jangka panjang, sedangkan peningkatan permintaan impor menyebabkan mata uang domestik melemah. Pada sistem nilai tukar tetap ini, mata uang suatu negara dipatok pada mata uang asing tertentu, misalnya rupee dipatok pada dolar Amerika Serikat (USD). Dalam sistem nilai tukar mengambang penuh, mekanisme penentuan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar.
Menurut nilai tukar, jika terjadi penurunan nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing atau depresiasi, maka harga barang impor pun ikut naik (konsep inflasi Simorangkir).
Penelitian yang Relevan
PDB berhubungan positif dengan penjualan mobil di Malaysia, sedangkan tingkat suku bunga, tingkat pengangguran, dan tingkat inflasi berhubungan negatif dengan penjualan mobil di Malaysia. Variabel harga komoditas, minyak mentah dan suku bunga bank berhubungan negatif dengan permintaan/volume penjualan mobil penumpang di industri otomotif India.
Kerangka Berpikir
Dalam hal ini berlaku hukum satu harga atau yang sering disebut dengan konsep paritas daya beli absolut (PPP), yang diartikan sebagai tingkat harga umum suatu barang sejenis akan sama di setiap negara apabila dikonversikan ke dalam mata uang lokal masing-masing negara. negara adalah dasar hubungan antara nilai tukar dan konsumsi mobil. Mengacu pada konsep PPP dapat dijelaskan bahwa harga barang impor (bahan baku komponen mobil) dipengaruhi oleh harga di luar negeri dan nilai tukar. Jika harga di luar negeri naik, maka harga barang dalam negeri asal impor juga ikut naik.
Tingkat inflasi dapat menggambarkan seberapa tinggi harga umum suatu barang di suatu negara, termasuk harga mobil. Jika harga mobil dapat mempengaruhi tingkat konsumsi mobil dan tingkat inflasi dapat menggambarkan tingkat harga, maka tingkat inflasi dapat menggantikan posisi harga dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap konsumsi mobil. Subsidi bahan bakar di Indonesia membuat biaya operasional mobil menjadi lebih murah dari seharusnya sehingga berdampak pada konsumsi mobil yang lebih besar.
Dampak gabungan suku bunga kredit, nilai tukar rupiah/dolar AS, inflasi, dan pemotongan subsidi bahan bakar terhadap konsumsi mobil di Indonesia. Suku bunga kredit, nilai tukar rupee/dolar AS, inflasi, dan pengurangan subsidi merupakan beberapa faktor makroekonomi yang dapat mempengaruhi konsumsi mobil.
Hipotesis
METODE PENELITIAN
- Desain Penelitian
- Waktu dan Tempat Penelitian
- Sumber Data
- Definisi Operasional
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Uji Mackinnon White Davidson (MWD)
- Uji Stasionaritas
- Uji Derajat Integrasi
- Uji Kointegrasi
- Estimasi Model Regresi ECM Engle Granger
- Pengujian Asumsi OLS
- Uji Hipotesis
Estimasi model menggunakan analisis regresi pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel suku bunga kredit, nilai tukar, inflasi dan subsidi bahan bakar terhadap konsumsi mobil di Indonesia tahun 2009-2017. Artinya suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap konsumsi mobil dalam jangka panjang. Artinya suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi mobil dalam jangka pendek.
Artinya nilai tukar rupiah/dolar AS tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi mobil dalam jangka pendek. Berdasarkan hasil estimasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 (H2) ditolak dalam penelitian ini. 3) Hipotesis 3 (H3): Inflasi mempengaruhi konsumsi mobil di Indonesia. Dari hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 (H3) diterima dalam penelitian ini. 4) Hipotesis 4 (H4): Kebijakan pengurangan subsidi bahan bakar berpengaruh terhadap konsumsi mobil di Indonesia.
Artinya, dalam jangka pendek kebijakan pengurangan subsidi BBM tidak berpengaruh signifikan terhadap konsumsi mobil. Suku bunga pinjaman, nilai tukar rupiah/dolar AS, inflasi dan kebijakan pengurangan subsidi BBM secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi mobil di Indonesia.
PEMBAHASAN
Deskripsi Data Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel dependen yaitu konsumsi mobil, 3 variabel independen kuantitatif yaitu suku bunga kredit, nilai tukar rupiah/dolar Amerika, inflasi dan 1 variabel independen kualitatif yaitu pengurangan subsidi BBM pada tahun 2015. Tentang Keseluruhan , konsumsi mobil periode Januari 2009 hingga Desember 2017 membentuk tren peningkatan seperti terlihat pada Gambar 12. Dari 108 observasi menghasilkan nilai standar deviasi sebesar 1,08% lebih kecil dari nilai mean yang menunjukkan bahwa variabel data suku bunga kredit digunakan dalam penelitian ini sudah baik.
Secara keseluruhan, suku bunga kredit periode Januari 2009 hingga Desember 2017 membentuk tren menurun seperti terlihat pada Gambar 13. Secara keseluruhan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS periode Januari 2009 hingga Desember 2017 membentuk tren menurun seperti terlihat pada Gambar 14. Secara keseluruhan, laju inflasi bulanan terbentuk sejak Januari 2009 hingga Desember 2017 dalam tren menurun yang berfluktuasi seperti terlihat pada gambar 15.
Indonesia merupakan negara yang menerapkan kebijakan subsidi bahan bakar untuk mengurangi beban masyarakat akibat tingginya harga minyak. Data subsidi energi Indonesia yang dirilis Indonesia-Investment menunjukkan bahwa pemotongan subsidi BBM yang terjadi pada tahun 2015 dapat mengurangi dana subsidi sebesar 181,8 triliun rupiah.
Hasil Pengujian
Dengan jumlah observasi sebanyak 108 observasi selama periode Januari 2009-Desember 2017, uji stasioneritas pada penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut. Berdasarkan hasil uji derajat integrasi pada Tabel 6 terlihat bahwa seluruh data variabel yang digunakan dalam penelitian ini stasioner pada diferensiasi pertama, sehingga tidak perlu dilakukan uji derajat integrasi pada diferensiasi kedua. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai hubungan jangka panjang atau tidak maka dilakukan uji kointegrasi.
Metode yang digunakan untuk menguji kointegrasi pada penelitian ini adalah metode kointegrasi Johansen dengan membandingkan nilai kritis 5% dengan statistik trace dan statistik Max-Eigen. Pengujian sebelumnya menemukan bahwa data variabel dalam penelitian ini bersifat non-stasioner namun saling berintegrasi. Oleh karena itu, karena data variabel dalam penelitian ini diketahui tidak stasioner pada level levelnya, maka dilakukan koreksi kesalahan.
Model ECM yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model dua tahap Engle-Granger. Untuk mengetahui pengaruh parsial pada penelitian ini dilakukan uji t, sedangkan untuk mengetahui pengaruh gabungan dilakukan uji F.
Pembahasan
Variabel nilai tukar rupiah/dolar Amerika pada model ECM menggunakan variabel terikat konsumsi mobil yang diukur dengan jumlah penjualan mobil. Menurut pandangan peneliti, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tidak mempengaruhi konsumsi mobil di Indonesia karena perusahaan otomotif di Indonesia juga tidak berpengaruh. Variabel inflasi pada model ECM menggunakan variabel dependen konsumsi mobil yang diukur dengan jumlah penjualan mobil.
Variabel dummy kebijakan pengurangan subsidi BBM menggunakan variabel terikat konsumsi mobil yang diukur dengan jumlah penjualan mobil. Keadaan ini menimbulkan efek minimalis dari pemotongan subsidi BBM, sehingga dalam jangka pendek pemotongan subsidi BBM tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi mobil. Terdapat pengaruh bersama antara suku bunga, nilai tukar rupiah/dolar Amerika dan inflasi terhadap konsumsi mobil di Indonesia sebelum dan sesudah penghapusan subsidi BBM.
Secara bersamaan atau bersama-sama, suku bunga, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dan inflasi mempengaruhi konsumsi mobil di Indonesia sebelum dan sesudah kebijakan pengurangan subsidi BBM. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi mobil di Indonesia dalam jangka pendek karena perubahan harga memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap konsumsi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Suku bunga pinjaman berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi mobil di Indonesia dalam jangka pendek, karena suku bunga pinjaman sangat fleksibel terhadap perubahan, sehingga ketika terjadi perubahan suku bunga pinjaman dapat segera merespon dari konsumsi mobil. Jadi perubahan nilai tukar tidak langsung tercermin pada harga mobil, sehingga tidak berdampak pada konsumsi mobil. Sebab, ketika subsidi BBM dikurangi maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga BBM juga turun, seperti harga minyak dunia, sehingga pengurangan subsidi BBM tidak berdampak signifikan terhadap harga barang pelengkap mobil.
Rekomendasi Kebijakan
Saran
Diakses 7 Juli 2018 dari https://khairulamin14.wordpress.com analisa-pelemahan-nilai-tukar-rupiah-terhadap-dolar-as/. Diakses 1 Juni 2018 dari https://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Disagregasi .aspx. Diakses tanggal 12 Juli 2018 dari https://tirto.id/harga-mobil-baru-dalam-bayar-bayar-dolar-yang-.
Diakses 7 April 2018 melalui https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/industri-sector/otomotif/item6047. Diakses pada 8 Juni 2018 melalui https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka- Ekonomi-makro/inflasi-di-indonesia/item254. Diakses 7 Juli 2018 melalui http://www.kemenperin.go.id/article/11433/Toyota:-Industri-Komponen-Still-Impor-Bahan-Baku.