• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT DAN PERILAKU SUKU BUNGA

N/A
N/A
Khairul Anam

Academic year: 2024

Membagikan "TINGKAT DAN PERILAKU SUKU BUNGA "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT DAN PERILAKU SUKU BUNGA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter Dosen Pengampu: Syamsudin, M. Si

Disusun Oleh :

1. Faradiba Syabana (40222005) 2. Anis Nala Falikhah (40222013) 3. Givan Mauzarima Fortuna (40222026) 4. Saniyah Putriningsih (40222042)

Kelas : A

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “TINGKAT DAN PERILAKU SUKU BUNGA” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ekonomi Moneter. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Tingkat dan Perilaku Suku Bunga bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta Keluarga dan para sahabat- Nya. Semoga kita tetap menjadi pengikut beliau dan mendapat syafaatnya di hari akhir kiamat.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syamsudin, M. Si selaku Dosen pengampu mata kuliah Ekonomi Moneter yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekalongan, 19 April 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

TINGKAT DAN PERILAKU SUKU BUNGA...1

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Masalah...5

PEMBAHASAN...6

1. Tingkat Dan Perilaku Suku Bunga...6

a. pengertian suku bunga...6

b. jenis jenis suku bunga...8

c. tranmisi kebijakan moneter melalui Suku Bunga...9

d. penentuan suku bunga………9

e. penentuan suku bunga di Indonesia...10

f. Faktor Faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga...11

PENUTUP...18

A. Kesimpulan...18

B. Saran...18

DAFTAR PUSTAKA...19

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Latar belakang makalah mengenai tingkat dan perilaku suku bunga adalah penting karena suku bunga memegang peranan utama dalam mengatur aktivitas ekonomi global. Tingkat suku bunga tidak hanya memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi individu, tetapi juga kebijakan moneter suatu negara serta pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dalam era globalisasi saat ini, perubahan dalam tingkat suku bunga dapat memiliki dampak yang signifikan pada berbagai sektor ekonomi, mulai dari sektor perbankan, pasar modal, hingga sektor riil. Pentingnya memahami tingkat dan perilaku suku bunga terletak pada kemampuan kita untuk meramalkan dan mengantisipasi perubahan ekonomi. Tingkat suku bunga yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi belanja konsumen dan investasi perusahaan, sementara tingkat suku bunga yang rendah dapat mendorong aktivitas ekonomi dengan merangsang pinjaman dan investasi. Oleh karena itu, penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi tingkat suku bunga dan bagaimana pasar bereaksi terhadapnya sangat penting untuk memahami dinamika ekonomi modern.

Selain itu, tingkat suku bunga juga menjadi fokus utama bagi bank sentral dalam merumuskan kebijakan moneter. Bank sentral menggunakan instrumen kebijakan moneter, seperti suku bunga acuan dan operasi pasar terbuka, untuk mengendalikan tingkat suku bunga guna mencapai tujuan tertentu, seperti menjaga stabilitas harga atau merangsang pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, memahami perilaku suku bunga membantu kita memahami bagaimana bank sentral beroperasi dan bagaimana kebijakan mereka memengaruhi perekonomian. Selain faktor internal suatu negara, tingkat suku bunga juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti kondisi ekonomi global dan kebijakan moneter negara lain. Misalnya, perubahan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) dapat mempengaruhi aliran modal ke negara-negara lain, mengubah dinamika pasar keuangan global secara keseluruhan. Oleh karena itu, studi mengenai tingkat dan perilaku suku bunga tidak hanya relevan secara lokal, tetapi juga memiliki implikasi global yang signifikan.

Dalam konteks pasar keuangan, perilaku suku bunga juga menjadi faktor penting yang memengaruhi harga instrumen keuangan, seperti obligasi dan saham. Perubahan dalam tingkat suku bunga dapat mempengaruhi valuasi aset dan strategi investasi investor, serta mengubah arus kas perusahaan. Oleh karena itu, pemahaman tentang bagaimana pasar bereaksi terhadap perubahan dalam tingkat suku bunga dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang lebih baik.Selain itu, dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil atau mengalami

(5)

krisis, pemahaman tentang perilaku suku bunga dapat menjadi alat penting bagi pemerintah dan regulator untuk merespon dan mengatasi masalah ekonomi. Melalui kebijakan moneter yang tepat, pemerintah dapat mencoba untuk mengurangi dampak negatif dari perubahan tingkat suku bunga yang ekstrem atau tidak stabil.

Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk menyelidiki faktor-faktor yang memengaruhi tingkat suku bunga, bagaimana pasar bereaksi terhadap perubahan tersebut, serta implikasi dari perubahan tingkat suku bunga terhadap perekonomian secara keseluruhan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang tingkat dan perilaku suku bunga, kita dapat mengambil langkah-langkah yang lebih tepat dalam merespons perubahan ekonomi dan mengelola risiko finansial.

1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian suku bunga?

2. Apa saja jenis jenis suku bunga?

3. Bagaimana tranmisi kebijakan moneter melalui Suku Bunga ? 4. Bagaimana penentuan suku bunga?

5. Bagaimana penentuan suku bunga di Indonesia?

6. Apa saja Faktor Faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga?

2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan pengertian suku bunga

2. Menjelaskan jenis jenis suku bunga

3. Menjelaskan tranmisi kebijakan moneter melalui Suku Bunga 4. Menjelaskan penentuan suku bunga

5. Menjelaskan penentuan suku bunga di Indonesia

6. Menjelaskan Faktor Faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

(6)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Dasar

Dalam perekonomian yang mendasarkan diri pada mekanisme pasar, maka keputusan ekonomi didasarkan atas pertimbangan pasarArtinya sistem ekonomi diatur melalui bekerjanya mekanisme pasar, yakni pasar untuk berbagai barang dan jasa yang berbeda-beda.

Berapa banyaknya sesuatu barang akan diprodusir, ditentukan oleh pasar, yakni permintaan akan barang tersebut Misalnya, apabila masyarakat lebih menyukai kopi daripada teh, maka mereka akan membeli kopi dan bukan teh di toko Toko tersebut kemudian akan membeli kopi dari para produsen, yang selanjutnya akan mendorong produsen ini memprodusir kopi lebih banyak dibandingkan dengan teh.

Dalam contoh ini konsumen yang menentukan berapa banyak sesuatu barang dihasilkan Mekanisme pasar ini berfungsi melalui apa yang disebut dengan harga. Harga mempunyai fungsi alokasi faktor produksi ke arah pro- duksi barang-barang yang lebih disukai oleh masyarakat dari produksi barang yang tidak disukainya. Dengan menurutkan contoh di atas, ternyata produsen/petani tidak begitu mudah mengubah produksi dari teh ke kopi. Oleh karena itu, produsen kopi akan meminta harga yang lebih tinggi dan apabila konsumen mau membayar tentu saja mereka akan dapat memperoleh kopi. Kenaikan harga ini dapat pula dipandang sebagai ongkos ganti penggunaan faktor produksi dari produksi teh ke kopi.

Dalam kaitannya dengan tingkat bunga, pertanyaan timbul "Apa peranan tingkat bunga" seperti halnya harga kopi dan teh di atas tingkat bunga tidak lain adalah harga yang terjadi di pasar uang dan modal. Jadi tingkat bunga juga mempunyai fungsi alokatif dalam perekonomian, khususnya dalam penggunaan uang atau modal.

A. Bunga

Menurut Kasmir (2014), Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang, yang biasanya dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan. Suku bunga adalah tingkat bunga yang dinyatakan dalam persen, jangka waktu tertentu (perbulan atau pertahun).

Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus

(7)

dibayarkan kepada kreditur. (Malihatunnisa, Ika Nurfarikha, 2012). Menurut Hubbard (1997), bunga adalah biaya yang harus dibayar borrower atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya.

Suku bunga juga berarti penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya atau deficitspending units (Judisseno, 2005:80) dalam (Malihatunnisa, Ika Nurfarikha, 2012). Pengertian lain tentang suku bunga adalah sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat bunga sebagai ”harga” dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi ”pertukaran” antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti.

Menurut Marshall Principle : ”bunga selaku harga yang harus dibayar untuk penggunaan modal di semua pasar, cenderung ke arah keseimbangan, sehingga modal seluruhnya di pasar itu menurut tingkat bunga sama dengan persediaannya yang tampil pada tingkat itu”. Tingkat bunga ditetapkan pada titik dimana tabungan yang mewakili penawaran modal baru adalah sama dengan permintaannya.(Winarto, 2009)

Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menabung untuk membeli rumah. Sementara, Kern dan Guttman (1992) menganggap suku bunga merupakan sebuah harga dan sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan pena-waran. Para ekonom membedakan antara suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati di pasar, sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat kembalian setelah dikurangi inflasi (Melvin, 1985). (Laksmono R et al., 2003)

Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga (secara makro) yaitu harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga kredit. Tingkat suku bunga berkaitan dengan peranan waktu didalam kegiatan- kegiatan ekonomi. Tingkat suku bunga muncul dari kegemaran untuk mempunyai uang sekarang. Teori klasik menyatakan bahwa bunga adalah harga dari loanable funds (dana investasi) dengan demikian bunga adalah harga yang terjadi di pasar dan investasi. Menurut teori Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan di pasar uang).(Winarto, 2009)

(8)

B. Jenis Jenis Suku Bunga

(1) Suku Bunga Dasar (Bank Rate)

Suku bunga dasar merupakan suku bunga yang sudah ditentukan oleh bank sentral (bank indonesia) yang berbentuk kredit yang akan diberikan pada para perbankan, dan tingkat suku bunga yang telah ditetapkan oleh bank sentral untuk memberi potongan atau diskon terhadap surat-surat berharga (mendiskontokan surat berharga) yang akan diambil pada bank sentral.

Pasar perhitungan tingkat suku bunga ini dapat dipakai oleh bank komersial digunakan untuk menghitung atau mencari suku bunga yang diberikan kepada nasabah.

(2) Suku Bunga Efek (Effective Rate)

Suku bunga efektif merupakan tingkat suku bunga yang dibayar atau bisa disebut dengan harga beli pada obligasi (bond). Semakin rendahnya nilai harga pembelian pada obligasi pada tingkat bunga yang bernominal tertentu, maka akan semakin tinggi tingkat bunga efektifnya, juga sebaliknya yaitu Semakin tingginya nilai harga pembelian pada obligasi. pada tingkat bunga yang bernominal tertentu, maka akan semakin rendah tingkat bunga efektifnya.

(3) Suku Bunga Nominal (Nominal Rate)

Suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang telah dibayarkan secara langsung tanpa melakukan sebuah penyesuaian terhadap terjadinya sebuah inflasi.

(4) Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate)

Suku bunga padanan merupakan suku bunga yang nilai besarnya bunga selalu dihitung setiap harinya atau bisa disebut bunga harian, setiap bulan atau bunga bulanan, dan juga dihitung pada setiap tahunan atau bunga tahunan untuk digunakan sejumlah pembayaran atau berinvestasi dalam jangka waktu yang tertentu, dan yang pembayarannya tetap yangdilakukan secara berkala pada jangka waktu tertentu atau bisa disebut secara anuitas akan memberikan sebuah penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.

Kalau berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari para masyarakat maka dari itu suku bunga dikelompokkan menjadi dua jenis:

(9)

a) Bunga Simpanan

Bunga simpanan merupakan bunga yang telah diberikan sebagai atas balas jasa pada para nasabah yang telah menyimpan uangnya di bank, yang merupakan harga berharga yang harus dibayar oleh bank kepada para nasabahnya. Contohnya seperti Giro, bunga tabungan, bunga deposito.

b) Suku Bunga Pinjaman

Bunga pinjaman merupakan biaya atau sebuah harga yang diharuskan dibayar oleh para nasabah atau peminjam kepada bank pada atas dana yang diberikan kepadannya.

Contohnya seperti bunga kredit.(’Himmawati, 2021) C. Transmisi kebijakan moneter melalui Suku Bunga

Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga.

Diagram.1

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Suku Bunga Kebijakan

Dalam hal ini, pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah/panjang melalui mekanisme penyeimbangan sisi permintaan dan penawaran di pasar uang. Perkembangan suku bunga tersebut akan mempengaruhi cost of capital ‘biaya modal’, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi yang merupakan komponen dari permintaan agregat.(Warjiyo & Solikin, 2003)

D. Penentuan Suku Bunga

Terdapat dua penjelasan teoritis mengenai proses penentuan suku bunga, yaitu: real theory dan the monetary theory atau liquidity preference theory. Teori pertama dikembangkan oleh kelompok ekonom klasik pada abad 19 dan sering juga disebut loanable funds theory. Menurut teori tersebut, tingkat suku bunga riil (suku bunga yang telah dikoreksi dengan laju inflasi) ditentukan oleh interaksi antara suplai tabungan yang tersedia untuk

(10)

dipinjamkan (loanable funds) dan permintaan terhadap dana tersebut untuk diinvestasikan.

Suplai loanable funds ditentukan oleh ting-kat tabungan dalam perekonomian. Sedangkan tingkat tabungan sangat tergantung pada beberapa faktor ekonomi dasar (seperti : kesejahteraan dan pendapatan in-dividu saat ini serta ekspektasinya; semua intangible factors termasuk selera, pre-ferensi dan perilaku sosiologis) dan juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku. Sementara, permintaan terhadap dana ditentukan oleh produktivitas ak- tual dan prospek dari modal dan pinjaman yang diperlukan untuk menutup ke-senjangan antara tingkat investasi kapital yang diharapkan dan sumber daya yang ada saat ini. Seperti halnya suplai loanable funds, tingkat suku bunga merupakan faktor kunci yang menentukan permintaan dana.

Keseimbangan tingkat suku bunga dipengaruhi oleh tabungan dan produk-tivitas.

Dengan pengaruhnya terhadap penawaran dan permintaan, suku bunga juga menggiring kedua hal tersebut ke dalam kondisi keseimbangan. Teori ini juga meyakini bahwa suku bunga akan berubah dengan cepat dan mulus untuk mencip-takan keseimbangan di pasar untuk memberikan respon kepada perubahan faktor-faktor ekonomi riil. Perubahan tersebut seperti pergeseran pada kebiasaan menabung yang mungkin mengakibatkan berkurangnya tabungan yang akhirnya akan men-dorong peningkatan suku bunga. Pada sisi permintaan, perubahan suku bunga mungkin merupakan hasil peningkatan produktivitas dari modal baru yang mem-perbaiki potensi kemampulabaan investasi baru.

Dalam kerangka teoritis Keynes, uang dipegang bukan hanya untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga (precautionary) semata-mata, tetapi juga untuk tujuan spekulatif. Oleh karena itu, uang dipegang sebagai alternatif terhadap obligasi un-tuk memperoleh keuntungan jika suku bunga meningkat yang berakibat terhadap turunnya harga obligasi, sehingga ada kesempatan untuk membeli obligasi pada harga yang lebih menguntungkan. Sebaliknya, jika ekspektasi suku bunga akan tu-run dan berarti harga obligasi akan meningkat, orang akan lebih cenderung untuk memegang obligasi dibanding uang. dengan demikian, permintaan memegang uang tunai untuk tujuan spekulatif sangat berhubungan dengan ekspektasi suku bunga di masa mendatang. Liquidity preference menjelaskan proses penentuan suku bunga atas dasar permintaan terhadap uang, dengan penekanan utama pada motif spe-kulatif untuk perpindahan antara obligasi dan uang tunai.(Laksmono R et al., 2003)

E. Penentuan Suku Bunga di Indonesia

(11)

Bond dan Kurniati (1994) yang melakukan penelitian pada penelitian pada periode 1984-1994 menemukan bahwa suku bunga domestik sangat terkait dengan suku bunga internasional. Hal tersebut disebabkan baiknya akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan internasional dan kebijakan nilai tukar yang tidak fleksibel (pada saat itu).

Peningkatan akses tersebut telah memperbesar ken-dala manajemen moneter Bank Indonesia.

Setiap upaya untuk mempengaruhi money supply dengan meningkatkan suku bunga di atas suku bunga internasional akan mendapat gangguan dari arus modal masuk berjangka pendek.

Namun, Bank Indonesia terlihat dapat mempertahankan derajat kebebasan beberapa suku bunga domestik sehingga tetap dapat mempengaruhi suku bunga domestik tanpa merubah kebijakan nilai tukar.

Selain suku bunga internasional, tingkat diskonto SBI juga merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di Indonesia. Peningkatan diskonto SBI akan segera direspon oleh suku bunga PUAB, sedangkan respon dari suku bunga de-posito baru muncul setelah 7-8 bulan, dan respon dari suku bunga kredit baru terjadi setelah 8-9 bulan. Faktor lain yang juga berpengaruh dalam penentuan suku bunga di Indonesia adalah kondisi likuiditas yang berdampak pada suku bunga PUAB dalam jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang pengetahuan likuiditas mendorong arus modal masuk sehingga pengaruhnya terhadap suku bunga deposito dan suku bunga kredit menjadi lebih kecil.(Laksmono R et al., 2003)

F. Faktor Faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Menurut Kasmir (2010), faktor–faktor yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan tingkat suku bunga (pinjaman dan simpanan) adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana. Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkat kan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman.

2. Target laba. Yang diinginkan faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Sebaliknya apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban.

(12)

3. Kualitas jaminan. Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

4. Kebijaksanaan pemerintah. Dalam menentukan baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

5. Jangka waktu. Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.

6. Reputasi perusahaan. Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan risiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

7. Produk yang kompetitif. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.

8. Hubungan baik. Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

9. Persaingan. Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.

10. Jaminan pihak ketiga. Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari segi kemampuan membayar , nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, maka bunga yang dibebankan pun berbeda.(Novi, 2022)

(13)

2. Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan/mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.

Gambar. 1

Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik io, di mana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga di atas io, jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun balik ke posisi lo Sebaliknya, apabila tingkat bunga di bawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya lebih kecil Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke lo. Kenaikan efisiensi produksi misalnya, akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan naik. Sehingga, pada tingkat bunga yang sama pengusaha bersedia meminjam dana lebih

(14)

besar untuk membiayai investasinya, atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, peng- usaha bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini dalam Gambar.1, ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada titik i ,.(Nopirin 1998)₁

3. Pasar Uang dan Tingkat Bunga

Menurut Keynes mempunyai pandangan yang berbeda. Tingkat bunga, merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Sedang menurut kaum klasik, uang hanyalah mempengaruhi harga barang (teori kuantitas uang).

Uang, menurut Keynes adalah merupakan salah satu bentuk keka- yaan yang dipunyai seseorang (portfolio) seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan di bank, saham atau surat berharga lainnya. Keputusan masyarakat mengenai bentuk susunan/komponen daripada kekayaan mereka, berapa besar dari kekayaan mereka akan diujudkan dalam bentuk uang kas, tabungan atau surat berharga akan menentukan tingginya tingkat bunga. Untuk menyederhanakan modelnya, Keynes hanya membagi susunan/komponen kekayaan dalam dua bentuk, yakni uang kas dan surat berharga (obligasi). Keuntungan apabila kekayaan diujudkan dalam bentuk uang kas adalah kemudahan dalam melakukan transaksi sebab uang kas merupakan alat pembayaran yang paling likuid.

Likuid diukur dengan kecepatan menukar kekayaan dalam bentuk alat pembayar (untuk transaksi) tanpa adanya kerugian nilai. Jadi, uang tidak ada risiko capital gain atau loss seperti halnya pada bentuk kekayaan yang lain. Tetapi, bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan (misalnya berupa bunga). Sebaliknya kekayaan dalam bentuk surat berharga, di mana harganya dapat naik turun tergantung dari tingkat bunga (apabila tingkat bunga naik harga surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau gain. Namun demikian, surat berharga mendatangkan pendapatan yang berupa bunga. Dengan anggapan bahwa masyarakat itu tidak suka risiko (risk averters) maka mereka akan mau memegang bentuk kekayaan yang risikonya tinggi (surat berharga) apabila didorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Makin banyak surat berharga dalam susunan kekayaan, risikonya

(15)

juga makin tinggi. Oleh karena itu harus didorong dengan tingkat bunga yang lebih tinggi pula. Tingkat bunga di sini adalah tingkat bunga "rata-rata" dari segala macam surat berharga yang beredar dalam masyarakat.

Gambar. 2

Teori Keyness tentang Tingkat Bunga

Permintaan akan uang, yang oleh Keynes disebut dengan "liquidity preference"

(permintaan uang) tergantung daripada tingkat bunga. Permintaan akan uang mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga dapatlah dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun di bawah tingkat normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (jadi mereka yakin bahwa tingkat bunga akan naik di waktu yang akan datang) Jika mereka memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik (dus, harganya turun) mereka akan menderita kerugian (capital loss) Mereka akan menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat berharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik. Hubungan ini disebut motif spekulasi permintaan uang kas sebab mereka melakukan spekulasi tentang harga surat berharga di masa yang akan datang. Kedua, berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula

(16)

ongkos memegang uang kas (dalam bentuk tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan diujudkan dalam bentuk uang kas) sehingga keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik.

Kedua pendekatan di atas semuanya menjelaskan adanya hubungan negatif antara tingkat bunga dengan permintaan akan uang kas. Bersama dengan jumlah uang beredar yang tetap (dengan anggapan bahwa jumlah uang yang beredar ini ditetapkan oleh pemerintah), permintaan uang ini menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga dalam keseimbangan (roq pada Gambar.2) apabila jumlah uang kas yang diminta sama dengan pena- warannya (jumlah uang beredar). Apabila pada suatu ketika tingkat bunga di bawah tingkat keseimbangan, masyarakat akan menginginkan uang kas lebih banyak dengan cara menjual surat berharga yang di- pegangnya. Usaha menjual surat berharga ini akan mendorong harganya turun (tingkat bunga naik), sampai ke tingkat keseimbangan dalam mana masyarakat sudah puas dengan komposisi kekayaannya (permintaan sama dengan penawaran uang). Sebaliknya, apabila tingkat bunga berada di atas keseimbangan, masyarakat menginginkan uang kas lebih sedikit dengan cara membeli surat berharga. Pembelian ini akan mengakibatkan naiknya harga surat berharga (tingkat bunga turun) sampai keseim- bangan tercapai.(Nopirin, 1998)

4. Fungsi Tingkat Bunga Dalam Perekonomian

Dua masalah pokok yang harus dipecahkan oleh setiap sistem ekonomi adalah, pertama, berapa banyak faktor produksi yang harus digunakan/dialokasikan untuk menghasilkan beberapa barang yang berbeda pada waktu/saat yang bersamaan. Misalnya, kayu jati gelondongan itu dapat dibuat untuk kayu gergajian, meja, kursi, almari, atau pintu.

Dalam sistem ekonomi pasar, alokasi penggunaan kayu gelondongan tersebut ditentukan oleh harga meja, kursi, almari, pintu, atau kayu gergaji. Kedua, adalah masalah alokasi penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan barang yang akan digunakan sekarang atau di kemudian hari. Fungsi yang kedua inilah yang antara lain dilakukan oleh tingkat bunga, yakni alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari.

Seluruh warga masyarakat mempunyai keharusan melakukan alokasi faktor produksi untuk penggunaan sekarang dan nanti. Hanya metodenya yang berbeda antara satu negara dengan negara lain. Ada yang mendasarkan alokasi ini pada tradisi (terutama untuk masyarakat yang belum maju), yakni dengan menyisihkan sebagian dari hasil yang diperoleh

(17)

sekarang untuk penggunaan di waktu yang akan datang. Seperti yang dilakukan di Rusia alokasi ini lebih banyak ditentukan oleh pemerintah. Tetapi pada sistem ekonomi pasar (seperti di Amerika Serikat), alokasi antara sekarang dan nanti adalah hasil interaksi keputusan masing-masing individu.(Nopirin, 1998)

Suku bunga memberikan sebuah keuntungan dari sejumlah uang yang dipinjamkan kepada pihak lain atas dasar perhitungan waktu dan nilai ekonomis. Tinggi rendahnya keuntungan ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga. Adapun Menurut Novi (Novi, 2022), fungsi suku bunga dalam perekonomian adalah sebagai berikut:

1. Membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung pertumbuhan perekonomian.

2. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.

3. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara.

4. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

Sedangkan menurut Sunariyah (2013), tingkat bunga pada suatu perekonomian memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Sebagai daya tarik investor untuk menginvestasikan dananya.

2. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.

3. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.

4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat suku bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat suku bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi.

(18)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam perekonomian yang mengandalkan mekanisme pasar, keputusan ekonomi didasarkan pada pertimbangan pasar, di mana harga memainkan peran kunci dalam mengalokasikan sumber daya. Suku bunga, sebagai harga dari penggunaan uang, juga memiliki peran penting dalam perekonomian, memengaruhi keputusan individu terkait investasi dan tabungan. Ada beberapa jenis suku bunga, seperti suku bunga dasar, efektif, nominal, dan padanan, yang masing-masing memiliki fungsi dan penggunaan tertentu dalam pasar keuangan. Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga.

Penentuan suku bunga dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebutuhan dana, target laba, kualitas jaminan, kebijakan pemerintah, jangka waktu, reputasi perusahaan, persaingan, dan faktor eksternal seperti suku bunga internasional dan kondisi likuiditas.Teori klasik dan Keynesian memberikan pandangan yang berbeda tentang tingkat bunga. Menurut teori klasik, tingkat bunga ditentukan oleh keseimbangan antara tabungan dan investasi, sementara menurut Keynes, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan terhadap uang. Perbedaan ini mengarah pada pemahaman yang berbeda tentang peran uang dalam perekonomian. Secara keseluruhan, tingkat bunga memiliki peran yang penting dalam mengatur aktivitas ekonomi dan alokasi sumber daya, serta menjadi instrumen kebijakan moneter yang penting bagi otoritas keuangan suatu negara.

(19)

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

’Himmawati, R. s. mulya, citra’. (2021). ekonnomi moneter (mashudi, Ed.).

Laksmono R, D., Suhaedi, S., Kusmiarso, B., I, A., Pramono, B., Hutapea, E. G., & Pambudi, S. (2003). Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi Inflasi. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 2(4), 123–150. https://doi.org/10.21098/bemp.v2i4.283

Malihatunnisa, Ika Nurfarikha, D. N. (2012). Teori Tingkat Suku Bunga. 13–30.

Novi, P. natalia. (2022). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sukubunga. JRAK, 8(1), 110–118.

Warjiyo, P., & Solikin. (2003). Kebijakan Moneter Indonesia. In Jurnal Manajemen Maranatha (Vol. 3, Issue 1).

Winarto, A. (2009). BAB II LANDASAN TEORI. 1. https://doi.org/10.1057/9780230226203.2980

Referensi

Dokumen terkait

Untuk hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga bahwa, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga deposito dan

Permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini adalah berapa besar pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, tingkat suku bunga deposito dan Jumlah

Upaya Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate dengan harapan agar suku bunga kredit turun dan pada gilirannya akan menggairahkan investasi merupakan hal yang diperlukan

Tingkat penyesuaian pada perubahan Bi rate suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah lebih bisa menyesuaikan dengan suku bunga acuan dan memiliki

Pengaruh Suku Bunga terhadap Kapasitas Produksi dan Portofolio Kredit Dari sisi industri dalam negeri, kenaikan pada suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral seiring

Varians dari tingkat equivalent rate pembiayaan murabahah yang dipengaruhi oleh variabel itu sendiri dan variabel tingkat suku bunga kredit investasi me- nunjukkan bahwa mayoritas

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa variabel independen tingkat inflasi dan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) secara simultan berpengaruh signifikan

Ariansyah Jallo (2015) Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Suku Bunga Kredit Terhadap Penyaluran Kredit Pada Perusahaan Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek