ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI
KOTA RANGKASBITUNG
(Studi Kasus Pada Kantor Samsat Rangkasbitung) SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ak) Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Disusun Oleh:
AFDA ORTEGA 31117064
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SERANG RAYA 2021
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA
RANGKASBITUNG
(Studi Kasus Pada Kantor Samsat Rangkasbitung) Disusun Oleh:
AFDA ORTEGA 31117064
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dalam Sidang Skripsi Program Studi Akuntansi
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Abdul Malik., M.Si Kodriyah., M.Akt NIDN : 0412076502 NIDN : 0402068409
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SERANG RAYA 2021
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA
RANGKASBITUNG
(Studi Kasus Pada Kantor Samsat Rangkasbitung) Disusun Oleh:
AFDA ORTEGA 31117064
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji pada Hari ______ Tanggal ___
Bulan _____Tahun 2021 dan Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diterima Sebagai Skripsi pada Program Studi Akuntansi (S1)
Susunan Dewan Penguji : Penguji I :
__________________
Penguji II : __________________
Penguji III : ___________________
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SERANG RAYA 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, Rahmat, dan Ridho-Nya sehingga berkat izin-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
DI KOTA RANGKASBITUNG
”.Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan tepat waktu
2. Bapak Dr. H. Hamdan, MM., selaku Rektor Universitas Serang Raya 3. Bapak Dr. Denny Kurnia, SE., MM., Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Serang Raya
4. Bapak Nana Umdiana, SE., M.Akt Selaku Ketua Program Study Akuntansi Universitas Serang Raya
5. Bapak Drs. Abdul Malik., M.Si selaku dosen pembimbing 1 yang telah berdedikasi memberikan saran serta masukan kepada peneliti
6. Ibu Kodriyah., M.Akt selaku dosen pembimbing 2 yang telah berdedikasi memberikan saran serta masukan kepada peneliti sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik
7. Kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ibu Nunung Lesmana dan Sarjiyanto yang tak henti-hentinya memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, serta dapat bermanfaat bagi masyarakat. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik atau saran yang membangun untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Rangkasbitung, September 2021
Afda Ortega
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG... 2
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG... 3
KATA PENGANTAR... 4
DAFTAR ISI... 6
BAB I PENDAHULUAN... 11
1.1 Latar Belakang... 11
1.2 Identifikasi Masalah... 18
1.3 Pembatasan Masalah... 19
1.4 Rumusan Masalah... 19
1.5 Tujuan Penelitian... 19
1.6 Manfaat Penelitian... 20
1.7 Sistematika Penelitian... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 24
2.1 Kajian Pustaka... 24
2.1.1 Perpajakan... 24
2.1.1.1Definisi Pajak... 24
2.1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak... 26
2.1.1.4 Jenis - jenis Pajak... 27
2.1.2 Pajak Kendaraan Bermotor... 29
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak ... 33
2.1.3 Kesadaran Wajib Pajak... 34
2.1.4 Sanksi Pajak... 35
2.1.5 Sosialisasi Pajak... 37
2.1.6 Tingkat Penghasilan Wajib Pajak... 39
2.2 Tabel Hasil Penelitian Terdahulu... 40
2.3 Kerangka Pemikiran... 45
2.4 Hipotesis Penelitian... 46
BAB III METODE PENELITIAN... 50
3.1 Metode Penelitian... 50
3.2 Populasi dan Sampel... 50
3.3 Variabel Penelitian ... 52
3.4 Definisi Operasional Variabel... 52
3.4.1 Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor... 53
3.4.2 Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor... 53
3.4.3 Penerapan Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor... 54
3.4.4 Sosialisasi Pajak Kendaraan Bermotor... 56
3.4.5 Tingkat Penghasilan Wajib Pajak ... 57
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian... 61
3.6 Instrumen Penelitian... 62
3.7 Metode Pengumpulan Data... 62
3.8 Metode Analisis Data... 63
3.8.1. Analisis Statistika Deskriptif... 63
3.8.2. Uji Kualitas Data... 64
3.8.2.1 Uji Validitas... 64
3.8.2.2 Uji Realibilitas... 65
3.8.3 Uji Asumsi Klasik... 65
3.8.3.1 Uji Normalitas... 65
3.8.3.2 Uji Multikolinearitas... 67
3.8.3.3 Uji Heteroskedastistitas... 67
3.8.4 Analisa Regresi Berganda... 68
3.8.5 Uji Hipotesis... 69
3.8.5.1 Uji Koefisien Determinasi... 69
3.8.5.2 Uji t (Persial)... 69
BAB IV HASIL DAN ANALISIS ... 72
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 72
4.2 Karakteristik Responden ... 76
4.3 Uji Kualitas Data... 81
4.3.1 Uji Validitas... 82
4.3.2 Uji Reliabilitas... 85
4.4 Hasil Analisis ... 89
4.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 91
4.4.1.1 Uji Normalitas Data ... 91
4.4.1.2 Uji Multikolinieritas ... 92
4.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 94
4.4.2 Analisis Regresi Berganda ... 96
4.4.2.1 Koefisien Determinasi ... 99
4.4.2.2 Uji t ... 101
4.4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 102
4.3 PEMBAHASAN ... 104
4.3.1 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak... 104
4.3.2 Pengaruh Sanksi Pajak ... 105
4.3.3 Pengaruh Sosialisasi ... 106
4.3.4 Pengaruh Tingkat Penghasilan Wajib Pajak ... 108
BAB V PENUTUP ... 109
5.1 Kesimpulan... 109
5.2 Keterbatasan... 110
5.3 Saran... 111
DAFTAR PUSTAKA... 113 LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bahwa besar dana penerimaan pajak merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu daerah, dan salah satu sumber pendapatan asli daerah berasal dari pajak kendaraan bermotor. Menurut Peraturan Gubernur Banten Nomor 12 Tahun 2020 Pasal 1 Nomor 9 “Pajak Daerah selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”. Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu dari jenis pajak provinsi yang dalam proses pemungutanya dilaksanakan di kantor samsat bersama.
Provinsi banten sendiri memiliki potensi penerimaan pajak yang cukup menjanjikan, dengan jumlah penduduk 11.904.562 jiwa berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Banten pada tahun 2020, serta dengan didukung kelajuan kendaraan bermotor yang tinggi merupakan salah satu sumber keuangan untuk pembangunan.
Kemudahan dalam memiliki berbagai jenis kendaraan bermotor merupakan faktor banyaknya jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Banten, serta didukung dengan kegemaran masyarakat Indonesia yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan kendaraan umum. Untuk memiliki kendaraan bermotor untuk pribadi bisa diperoleh dengan cara yang mudah yaitu dengan cara melakukan pembelian secara tunai atau dengan melakukan pembayaran secara kredit, sehingga bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor yang potensial didasarkan data dari Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA) Provinsi Banten dari 2 Januari 2015 hingga 31 Desember 2019 terdapat total 5.231.007 unit potensi kendaraan bermotor untuk membayar pajak. Namun potensi tersebut tidak terlepas dari tunggakan pajak, pada periode tersebut terdapat 2.244.717 unit tunggakan kendaraan bermotor atau sekitar 42,9%
dari total potensi penerimaan pajak dari kendaraan bermotor, dengan tunggakan pajak yang terbesar dari sepeda motor roda 2 dengan jumlah potensi 1.997.680 tunggakan kendaraan.
TABEL 1.1 DATA POTENSI DAN TUNGGAKAN POTENSI KENDARAAN BERMOTOR PER UPTD. PPD BAPENDA (KB.
SAMSAT) DIWILAYAH PROVINSI BANTEN 2 JANUARI 2015 S/D 31 DESEMBER 2019
N
O JENIS
KENDARAAN
POTENSI KENDARAAN
TUNGGAKAN KENDARAAN
UNIT % UNIT %
1 SEDAN 64.910 1.24 25.727 1.15
2 JEEP 59.005 1.13 12.150 0.54
3 MINIBUS 649.318 12.41 140.780 6.27
4 MICROBUS 5.536 0.11 1.534 0.07
5 BUS 2.441 0.05 874 0.04
6 PICKUP 104.449 2.00 36.399 1.62
7 LIGHT TRUCK 57.012 1.09 13.402 0.60
8 TRUCK 16.836 0.32 4.242 0.19
9 ALAT BERAT 69 0.00 20 0.00
10 SEPEDA MOTOR 2 4.254.915 81.34 1.997.680 88.99
11 SEPEDA MOTOR 3 16.509 0.32 11.909 0.53
12 MOBIL R3 7 0.00 0 0.00
TOTAL 5.231.007 100 2.244.717 100
Sumber: BAPENDA Provinsi Banten
Di Kota Rangkasbitung sendiri persentasi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor masih sangat rendah, pada tahun 2019 realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor hanya Rp.25.368.644.000 dari target penerimaan pajak Rp. 55.352.200.000 atau
sekitar 45.83 % , begitupun pada tahun 2020 realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor hanya Rp. 21.866.129.100 dari target penerimaan pajak Rp.49.819.800.000 atau sekitar 43.89 %.
Tabel 1.2 Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (dalam rupiah)
Tahun Target
Penerimaan
Realisasi Penerimaan
Persentase Realisasi Penerimaan 2019 55.352.200.000 25.368.644.000 45.83 % 2020 49.819.800.000 21.866.129.100 43.89 %
Sumber : Data SAMSAT Kota Rangkasbitung
Tunggakan Potensi Kendaraan Bermotor 2 Januari 2015 S/D 31 Desember 2019 Di Rangkasbitung masih sangat tinggi dibanding dengan potensi kendaraan, yaitu 99.147 unit kendaraan dari total potensi 209.952 unit kendaraan atau sekitar 47.22%.
Tabel 1.3 Potensi Dan Tunggakan Kendaraan Bermotor 2 Januari 2015 S/D 31 Desember 2019
N O
WILAYAH UPPTD PPD BAPENDA
POTENSI (UNIT)
TUNGGAKA N (UNIT)
PROSENTAS E
%
1 SERANG 255.317 114.615 44,89
2 CIKANDE 465.100 235.823 50,70
3 CILEGON 240.256 100.500 41,83
4 RANGKASBITUN
G
209.952 99.147 47,22
5 MALIMPING 80.121 43.802 54,67
6 PANDEGLANG 244.601 128.567 52,56
7 BALARAJA 892.436 428.214 47,98
Sumber: BAPENDA Provinsi Banten
Pajak kendaraan bermotor memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai aspek, karena merupakan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang mana akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana umum, menyelenggarakan program pemerintahan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan upaya untuk meningkatkan pendapatan pajak dari kendaraan bermotor.
Demi meningkatkan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor, maka sangat penting untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dalam memenuhi kewajibanya. Dengan mengetahui dan menganalisis berbagai faktor tersebut dapat dijadikan sebagai evaluasi pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak kendaraan bermotor.
Menurut Fuadi dan Yenni dalam Jurnal yang ditulis oleh [CITATION Cok18 \l 1033 ] mengatakan bahwa “Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri Wajib Pajak sendiri dan berhubungan dengan karakteristik individu yang menjadi pemicu dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri Wajib Pajak, seperti situasi dan lingkungan di sekitar Wajib Pajak.
Berdasarkan Jurnal yang ditulis oleh [CITATION Ast17 \l 1033 ] Kesadaran Wajib Pajak merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Kesadaran Wajib Pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam pemahaman Wajib Pajak terhadap fungsi pajak dan kesungguhan Wajib Pajak dalam membayar dan melaporkan pajak. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Faaz, Heriansyah,
& Damayanti, 2020) faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor yaitu kesadaran wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, sanksi wajib pajak , sosialisasi perpajakan, dan kualitas pelayanan.
Berdasarkan hasil analisis dalampenelitian terdahulu yang dilakukan oleh [ CITATION NiP20 \l 1033 ] juga menunjukkan bahwa kesadaraan wajib pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan dan sosialisasi perpajkan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak.
Pengetahuan atau pemahaman mengenai pentingnya membayar pajak akan menimbulkan kesadaran untuk melaksanakan kewajiban dalam membayar pajak, yang mana hal ini perlu dilakukan dengan cara
melaksanakan sosialisasi pada masyarakat agar meningkatnya kesadaran wajib pajak dalam menunaikan kewajibanya. Namun menurut observasi peneliti, pemerintah masih kurang gencar dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pajak khususnya pajak kendaraan bermotor, pentingnya melakukan penyuluhan dan edukasi kepada wajib pajak terkait pajak kendaraan bermotor akan secara langsung mempengaruhi pemahaman dan kesadaran wajib pajak kendaraan bermotor. Namun dalam hal lain, pemerintah sudah cukup berupaya untuk menyediakan fasilitas untuk mempermudah masyarakat dalam membayar pajak kendaraan bermotor, seperti halnya untuk UPTD Rangkasbitung dengan menyediakan mobil SAMLING ( Samsat Keliling ) di beberapa lokasi untuk mempermudah masyarakat dalam membayar pajak.
Disamping itu penerapan sanksi tunggakan wajib pajak perlu dikaji ulang, karena hal ini berpotensi dapat menurunkan realisasi penerimaan pajak, karena dengan semakin lamanya tunggakan keterlambatan pembayaran pajak maka sanksi yang diberikan juga akan semakin besar sehingga dikhawatirkan wajib pajak enggan membayarkan kewajibanya karena nominal yang harus dibayarkan dinilai terlalu besar terlebih jika Wajib Pajak memiliki penghasilan yang rendah karena seperti yang kita ketahui Upah Minimum Kabupaten Lebak sendiri merupakan yang terendah di Provinsi Banten, dengan adanya Peraturan Gubernur Banten No 32 Tahun 2021 Tentang Pengurangan Pokok Dan / Atau Penghapusan Sanksi Administratif Berupa Denda Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Penyerahan Pertama , Penyerahan Kedua Dan Seterusnya, Dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, akan lebih mempermudah memahami tentang pengaruh penerapan sanksi dan penghapusan sanksi pajak kendaraan bermotor terhadap kepatuhan dalam membayar pajak kendaraan bermotor.
Hal ini lah yang mendasari peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA RANGKASBITUNG”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Masih kurangnya kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban membayar pajak
2. Besarnya persentase pajak kendaraan bermotor yang tidak di bayarkan oleh wajib pajak
3. Kurang gencarnya sosialisasi tentang kewajiban membayar pajak terhadap peningkatan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor 4. Belum jelasnya efektifitas sanksi yang dibebankan kepada wajib pajak 5. Minimnya penghasilan Wajib pajak sehingga sulitnya dalam
membayarkan kewajibanya
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan dan berfokus pada : kesadaran wajib pajak, penerapan sanksi pajak, sosialisai pajak kendaraan bermotor, dan tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak.
1.4 Rumusan Masalah
1. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor?
2. Apakah penerapan atau penghapusan sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor?
3. Apakah sosialisasi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor?
4. Apakah besar penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji secara empiris tentang pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Untuk menguji secara empiris tentang pengaruh penerapan atau penghapusan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Untuk menguji secara empiris tentang pengaruh sosialisasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
4. Untuk menguji secara empiris tentang pengaruh tingkat penghasilan terhadap kepatuhan wajib pajak.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan : 1. Bagi Kantor Samsat
Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk Kantor Samsat Kota Rangkasbitung sebagai informasi untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, sebagai bahan evaluasi agar dapat meningkatkan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor di kota Rangkasbitung.
2.Pemerintah Pusat dan Dearah
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi bagi pemerintah baik pusat ataupun daerah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan evaluasi kebijakan agar dapat meningkatkan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor..
3. Bagi Wajib Pajak
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan wajib pajak, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kesadaran wajib pajak, penerapan sanksi pajak, pengaruh sosialisasi pajak, dan tingkat penghasilan terhadap kepatuhan pajak.
1.7 Sistematika Penelitian
Guna memberikan gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan penelitian yang dilakukan, maka penulis menyusun sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi yang dibahas dalam tiap-tiap bab.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan bab yang berisikan pendahuluan yang melatarbelakangi dilakukanya penelitian ini, serta proses melakukan identifikasi dan perumusan masalah. Secara lebih lengkap unsur – unsur yang terdapat di dalam bab ini diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Latar belakang masalah, merupakan alasan mendasar peneliti memilih judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kota Rangkasbitung” yang didasarkan pada data-data yang ada di lapangan.
b. Identifikasi masalah merupakan proses pengidentifikasian suatu permasalah yang terjadi secara faktual yang di kaji dari latar belakang masalah yang ada.
c. Pembatasan Masalah, Tujuan adanya sub bab pembatasan masalah yaitu untuk memfokuskan penelitian yang dilakukan pada suatu permasalahan tertentu, sehingga penelitian menjadi terarah dan efisien .
d. Rumusan Masalah, yaitu permasalah yang ditetapkan peneliti untuk di kaji secara mendalam.
e. Tujuan Penelitian merupakan target yang ingin dicapai pada penelitian ini, yaitu untuk menguji secara empiris tentang pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, sosialisasi pajak dan tingkat penghasilan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
f. Manfaat penelitian, merupakan hasil yang diharapkan peneliti setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, baik itu bagi kantor samsat terkait, bagi pembaca, dan bagi peneliti sendiri.
g. Sistematika penelitian merupakan sub bab yang bertujuan untuk mempermudah peneliti melakukan penelitian secara sistematis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini tersusun atas landasan teori yang digunakan dalam penelitian sebagai pendekatan teoritis dari suatu permasalahan yang akan diteliti, serta terlampir hasil dari penelitian terdahulu sebagai pembanding untuk mengetahui perbedaan dan korelasi dengan penelitian yang dilakukan,
terdapat pula kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai acuan untuk mempermudah proses penelitian, serta berisikan hipotesis penelitian yang didasarkan pada kajian teoritis serta penelitian terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti menguraikan mengenai, jumlah populasi dan sample yang di ambil pada penelitian, variabel terikat dan variabel bebas pada penelitian ini, tempat dan waktu dilakukanya penelitan, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. Pada penelitian ini, analisis data menggunakan software SPSS.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini membahas secara mendalam permasalahan-permasalahan yang diteliti, pembahasan dilakukan pada setiap variabel penelitian, serta membahas hipotesis awal yang diajukan oleh peneliti dengan data yang diperoleh dari hasil pengolahan data questioner dengan software SPSS.
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan sub bab saran, serta sub bab kesimpulan, yang disimpulkan dari hasil penelitian dari bab sebelumnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Perpajakan
Adapun beberapa penjelasan mengenai perpajakan adalah sebagai berikut :
2.1.1.1 Definisi Pajak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 nomor 1 “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Definisi Pajak sendiri menurut Andriani dalam buku yang ditulis oleh [ CITATION Mus14 \l 1033 ] merupakan iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam tesis yang ditulis oleh Woro Wiryaningtyas berpendapat bahwa Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasar norma – norma hukum guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa - jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum [CITATION WIR09 \l 1033 ]
Dalam jurnal yang ditulis oleh [ CITATION Jer18 \l 1033 ] Rochmat Soemitro mengatakan bahwa “pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli serta menurut Undang- undang Republik Indonesia terkait pajak, maka dapat disimpulkan beberapa hal bahwa pajak merupakan :
1. Kontribusi / iuran wajib kepada negara (yang dapat dipaksakan)
2. Iuran wajib individu ataupun badan kepada kas negara dengan tidak mendapat imbalan secara langsung
3. Sumber pemasukan negara untuk menjalankan pemerintahan serta untuk kepentingan umum
2.1.1.3 Sistem Pemungutan Pajak
Dalam buku yang di tulis oleh [ CITATION Isr13 \l 1033 ] Ada tiga sistem pemungutan pajak, yaitu Official Assessment System, Self Assessment System, dan With Holding Assessment System.
1. Official Assessment System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Adapun ciri-ciri sistem ini adalah:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus,
b. Wajib pajak bersifat pasif,
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh fiskus.
a. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang. Adapun ciri-ciri sistem ini adalah 13 Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak yang terutang,
b. Fiskus tidak ikut campur tetapi hanya mengawasi.
2. With Holding Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak) untuk menentukan besarnya pajak terutang. Adapun ciri-ciri sistem ini adalah wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga selain fiskus dan wajib pajak.
2.1.1.4 Jenis - jenis Pajak
Dalam Hukum pajak di bagi kedalam beberapa jenis yang didasarkan pada sifat, golongan, serta lembaga pemungut pajak.
Adapun penggolongan pajak adalah sebagai berikut : 1. Menurut Golongan
Menurut [ CITATION WIR09 \l 1033 ] dalam tesis nya membagi golongan pajak menjadi sebagai berikut:
a. Pajak Langsung
Pajak langsung merupakan pajak yang dibebanya ditanggung oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, dalam proses administratif dipungut secara berkala pada periode waktu tertentu.
b. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung merupakan pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga, yang mana pajak ini dipungut setiap terjadi peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak.
2. Menurut Sifatnya
Menurut [ CITATION Isr13 \l 1033 ] berdasarkan sifatnya pajak di kelompokan menjadi :
a.
Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau bersandarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.b.
Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.3. Menurut pemungut dan pengelolanya a. Pajak Pusat
Pajak Pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
b. Pajak Daerah
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak ini akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah, mengatakan bahwa Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok.
2.1.2 Pajak Kendaraan Bermotor
Definisi Pajak Kendaraan Bermotor Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Pasal 1 Nomor 12 yaitu “Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.”
Pada pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 , mengatur lebih rinci apa saja yang termasuk dan yang bukan termasuk objek pajak kendaraan bermotor.
Tabel 2.1 Objek dan Bukan Objek Pajak Menurut Undang-Undang
Objek Pajak Bukan Objek Pajak
1. Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor.
2. Termasuk dalam pengertian
Kendaraan Bermotor
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kendaraan bermotor beroda beserta
gandengannya, yang
dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).
1. Kereta Api
2. Kendaraan Bermotor yang semata- mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara 3. Kendaraan Bermotor yang dimiliki
dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah 4. objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
Penetapan Subjek Pajak dan wajib pajak secara jelas di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 4 Nomor 1,2 dan 3. Untuk mempermudah dalam memahami, berikut merupakan tabel subjek pajak dan wajib pajak.
Tabel 2.2 Penetapan Objek Pajak dan Subjek Pajak Kendaraan Bermotor
Subjek Pajak Wajib Pajak
Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor. Dalam hal Wajib Pajak Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.
Dasar pengenaan Pajak Kendaraan bermotor di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 5, yang mana di dasarkan pada 2 unsur, yaitu : Nilai Jual Kendaraan Bermotor dan bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.
Sedangkan dasar hukum pengenaan tarif pajak kendaraan bermotor diatur dalam Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 6.
Berikut merupakan tabel pengenaan tarif pajak kendaraan bermotor.
Tabel 2.3 Penetapan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor Besarnya Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
1. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% (satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen)
2. untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara progresif paling rendah sebesar 2%
(dua persen) dan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen).
3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, dan kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar 0,5% (nol koma lima persen) dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
4. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alatalat besar ditetapkan paling rendah sebesar 0,1% (nol koma satu persen) dan paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen).
2.1.3 Kepatuhan Wajib Pajak
Theory of planned behavior digunakan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Normative beliefs, yaitu seseorang akan memiliki keinginan untuk berperilaku jika memiliki kepercayaan mengenai harapan normatif orang lain dan memiliki dorongan untuk mewujudkan harapan tersebut [ CITATION NiP20 \l 1033 ]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kepatuhan atau Patuh memiliki arti suka menurut (perintah dan sebagainya); taat (pada perintah, aturan dan sebagainy). Dalam kaitanya dengan pajak Kepatuhan Wajib Pajak memiliki arti ketaatan seseorang/badan (Wajib Pajak) dalam membayarkan pajak.
Menurut D. Nowak dalam [ CITATION Riz18 \l 1033 ] bahwa kepatuhan wajib pajak merupakan suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, dengan indikator sebagai berikut :
1. Wajib Pajak paham dan berusaha memahami ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas 3. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya
Pendapat lain dari Gunadi dalam jurnal yang di tulis (Faaz, Heriansyah, & Damayanti 2020) menyatakan bahwa “Kepatuhan pajak (tax compliance) adalah bahwa wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan-aturan yang berlaku tanpa
perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukuman maupun administrasi”.
Chaizi Nasucha dalam tulisan [ CITATION Riz18 \l 1033 ] mengidentifikasi Kepatuhan Wajib Pajak dari beberapa hal, diantaranya :
1. Kepatuhan Wajib Pajak mendaftarkan diri
2. Kepatuhan Wajib Pajak untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan
3. Kepatuhan Wajib Pajak dalam perhitungan dan pembayaran pajak terhutang
4. Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar tunggakan 2.1.4 Kesadaran Wajib Pajak
Seperti yang kita ketahui bahwa realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor di Provinsi Banten khususnya UPTD Rangkasbitung masih rendah, yang mana hal ini merupakan salah satu dampak dari minimnya kesadaran wajib pajak dalam membayarkan kewajibanya.
Menurut Sugi dan Lely dalam jurnal yang ditulis oleh [ CITATION Cok181 \l 1033 ] Kesadaran Wajib Pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam pemahaman wajib pajak terhadap fungsi pajak dan kesungguhan wajib pajak dalam membayar pajak. Semakin tinggi tingkat kesadaran Wajib Pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan.
Pendapat lain dari [CITATION NiK11 \l 1033 ] yang menyatakan bahwa Kesadaran Wajib Pajak adalah suatu kondisi wajib pajak memenuhi dan melasanakan aturan perpajakan dengan benar dan sukarela. Apabila pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik maka tingkat kesadaran wajib pajak semakin tinggi sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan perpajakannya.
Ada beberapa indikator seseorang dikatakan sadar pajak, menurut Manik Asri dalam jurnal yang ditulis oleh [ CITATION NiK11 \l 1033 ] Wajib pajak dikatakan memiliki kesadaran akan pajak apabila sesuai dengan hal-hal berikut.
1. Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan.
2. Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara.
3. Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan suka rela.
5. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar.
2.1.5 Sanksi Pajak
Definisi sanksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“Tanggungan (tindakan, hukuman, dan sebagainya) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang (anggaran dasar, perkumpulan, dan sebagainya)” , kaitanya dengan pajak, sanksi pajak menurut [ CITATION Mar16 \l 1033 ] Merupakan jaminan bahwa
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi, atau sebagai alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam undang-undang perpajakan terdapat dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.
1. Sanksi Administrasi
Merupakan pembayaran kepada negara berupa bunga dan kenaikan tarif pajak yang harus di bayarkan
2. Sanksi Pidana
Sanksi pidana adalah alat terakhir atau hukum yang digunakan fiskus agar setiap norma perpajakan dituruti/ditaati/dipatuhi.
Tujuan dari pembuatan sanksi pajak merupakan untuk mempengaruhi perilaku wajib pajak agar mematuhi peraturan administrasi perpajakan.
Besarnya sanksi atau denda pajak kendaraan bermotor sendiri bervariasi tergantung pada berapa lama pajak yang belum dibayarkan dan berapa jumlah PKB yang harus di bayarkan. Berikut merupakan besaran denda / sanksi keterlambaran pajak kendaraan bermotor.
Tabel 2.4 Denda Pajak Kendaraan Bermotor
KETERLAMBATAN DENDA/ SANKSI
2 Bulan PKB X 25% X 2/12 + Denda SWDKLLJ
6 Bulan PKB X 25% X 6/12 + Denda SWDKLLJ
1 Tahun PKB X 25% X 12/12 + Denda SWDKLLJ
2 Tahun 2 X PKB X 25% X 12/12 + Denda
SWDKLLJ
Dengan adanya Peraturan Gubernur Banten No 32 Tahun 2021 Tentang Pengurangan Pokok Dan / Atau Penghapusan Sanksi Administratif Berupa Denda Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Penyerahan Pertama , Penyerahan Kedua Dan Seterusnya, Dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, tentu saja ini membatalkan peraturan tentang denda / sanksi PKB.
Menurut Peraturan Gubernur Banten No 32 Tahun 2021 Pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa “ Penghapusan sanksi administrative berupa denda PKB berlaku terhadap Wajib Pajak yang memiliki dan/ atau menguasai tetapi belum membayar PKB tahunan” , dan pada pasal 4 ayat 2 menyatakan bahwa “penghapusan sanksi administratif berupa denda PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan sebesar 100% (serratus persen) dari jumlah denda”
Adanya peraturan tersebutbakan lebih mempermudah memahami tentang pengaruh penerapan sanksi dan penghapusan sanksi pajak kendaraan bermotor terhadap kepatuhan dalam membayar pajak kendaraan bermotor.
2.1.6 Sosialisasi Pajak
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan realisasi penerimaan pajak adalah dengan cara melakukan sosialisasi kepada
masyarakat. Sosialisasi merupakan faktor eksternal dari wajib pajak yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Menurut Sudrajat dalan jurnal yang ditulis oleh [ CITATION Dew18 \l 1033 ] mengatakan bahwa
“sosialisasi perpajakan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perpajakan yang bertujuan agar seseorang ataupun kelompok paham tentang perpajakan sehingga kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Jika wajib pajak diberikan pemahaman yang baik dan benar melalui sosialisasi, maka wajib pajak akan memiliki pengetahuan tentang pentingnya membayar pajak”.
Berdasarkan beberapa penelitian menyatakan bahwa sosialisasi berpengaruh terhadap kepatuhhan wajib pajak, seperti halnya dalam penelitian yang dilakukan oleh [ CITATION Oky19 \l 1033 ] yang menyatakan bahwa Sosialisasi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.
Semakin besar upaya pemerintah dalam melakukan sosialisasi, penyuluhan, edukasi, serta himbauan kepada masyarakat akan pentingnya membayar pajak, maka semakin besar kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pajak, yang mana pengetahuan dan kesadaran akan pajak akan meningkatkan realsisasi penerimaan pajak yang di terima pemerintah.
Adapun indikator baik atau tidaknya sosialisasi perpajakan yang dilakukan pemerintah adalah sebagai berikut :
1. Wajib pajak mendapatkan informasi pajak kendaraan bermotor dari berbagai media terkait peran dan pentingnya pajak kendaraan bermotor, mekanisme dan sistem pajak kendaraan bermotor, dan lain-lain.
2. Wajib pajak mendapatkan himbauan dari pemerintah untuk membayar pajak kendaraan bermotor dari berbagai media
3. Wajib pajak mendapatkan informasi terkait kebijakan-kebijakan pajak kendaraan bermotor yang di ambil pemerintah, seperti penghapusan sanksi pajak
2.1.7 Tingkat Penghasilan Wajib Pajak
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah tingkat penghasilan Wajib Pajak.
Semakin besar penghasilan Wajib Pajak, maka akan semakin mudah ia dalam membayar pajak.
Masyarakat dengan penghasilan yang minim serta memiliki kendaraan dengan cara kredit, akan lebih mementingkan kebutuhan sehari- hari terlebih dahulu daripada untuk membayarkan kewajiban membayar pajak.
Adapun indikator tingkat penghasilan wajib pajak yang berkaitan dengan kepatuhan dalam membayar pajak menurut dari Muchlis dalam Jurnal [CITATION Ged21 \l 1033 ] adalah sebagai berikut :
1. Hubungan kemampuan wajib pajak saat membayarkan pajak melalui penghasilan yang dimiliki.
2. Kesesuaian pajak yang dibebankan dengan penghasilan yang dimiliki.
3. Kesanggupan wajib pajak atas biaya yang dikenakan.
4. Kesediaan wajib pajak dalam membayar meskipun pendapatan rendah.
2.2 Tabel Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan tabel hasil penelitian terdahulu : Tabel 2.5 Hasil Penelitian Terdahulu
No Nama / Tahun Judul / Variabel Metode Analisis Hasil
1 Okky Cahya
Akbar / 2019
Pengaruh Sosialisasi Pajak, Pengetahuan Pajak, Kualitas Pelayanan Sanksi Pajak Dan Kesadaran Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Pada Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Sleman) /
Variabel Bebas:
Analisis Regresi Berganda
1. Variabel Sosialisasi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.
3. Variabel Pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
1. Sosialisasi Pajak 2. Pengetahuan Pajak 3. Kualitas Pelayanan 4. Sanksi Pajak 5. Kesadaran Pajak
Variabel Terikat:
Kepatuhan Wajib Pajak
kendaraan bermotor.
4. Variabel kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan pajak dalam
membayar pajak
kendaraan bermotor.
5. Variabel sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak
kendaraan bermotor.
6. Variabel kesadaran
wajib pajak
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak
kendaraan.
Rizalatul Khusna / 2018
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
Statistik Deskriptif, Analisi Segresi
1. Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif
dan signifikan
membayar pajak
kendaraan bermotor (studi kasus di kantor Bersama samsat teratai jember) /
Variabel Bebas:
1. Kesadaran Wajib Pajak 2. Kualitas Pelayanan 3. Sanksi Pajak
4. Tingkat Penghasilan
Variabel Terikat:
Kepatuhan Wajib Pajak
Linier Berganda, dan Analisi
Korelasi
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor
2. Sanksi pajak
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepatuhan wajin pajak kendaraan bermotor
3. Kualitas pelayanan berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor
4. Tingkat penghasilan berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor
Muhammad Iqbal A.L / 2018
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Analisis Statistik Deskriptif Dan Analisis Linear
1. Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap
Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Di Kantor Bersama SAMSAT Kraksaan) /
Variabel Bebas:
1. Kesadaran Wajib Pajak 2. Kualitas Pelayanan 3. Sanksi Pajak
Variabel Terikat:
Kepatuhan Wajib Pajak
Berganda kepatuhan wajib
pajak dalam
membayar pajak kendaraan
2. Kualitas Pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan
3. Sanksi Pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan
bermotor.
Siti
Rukhayah / 2019
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor Dikantor Pelayanan Pajak
Kendaraan Bermotor
Analisis Statistik Dan Regresi Linear Berganda
1. Pengetahuan Pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Kesadaran Wajib Pajak
Samsat Semarang /
Variabel Bebas:
1. Pengetahuan Perpajakan
2. Kesadaran Wajib Pajak 3. Sosialisasi Perpajakan 4. Sanksi Perpajakan
Variabel Terikat:
Kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh tidak signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
3. Sosiaslisasi Perpajakan berpengaruh tidak signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
4. Sanksi Perpajakan berpengaruh tidak signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
Hajrinnisa Kodung / 2020
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Samsat Kota Manado) /
Variabel Bebas:
Analisis Regresi Linear Sederhana
Kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor
Kualitas Pelayanan
Variabel Terikat:
Kepatuhan Wajib Pajak
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah hubungan antara faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel, dengan 4 variabel independen dan 4 variabel dependen. Adapun variable independent tersebut adalah Kesadaran Wajib Pajak (X1), Sanksi Pajak (X2), Sosialisasi Pajak (X3), dan Penghasilan Wajib Pajak (X4). Sedangkan Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Y).
Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini digambarkan dalam skema sebagai berikut :
Skema Kerangka Berfikir
H1 H2 H3
H4 Kesadaran Wajib Pajak (X1)
Sanksi Pajak (X2)
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Y) Sosialisasi Pajak (X3)
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir
2.4 Hipotesis Penelitian
2.4.1 Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Kesadaran Wajib Pajak merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor, serta merupakan faktor terpenting dalam kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2019) menyatakan bahwa “Variabel kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan.”
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Khusna (2018) yang mengatakan bahwa “Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor”. Oleh karena itu peneliti mengajukan hipotesis bahwa :
H1 : Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Signifikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
2.4.2 Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Sanksi Pajak Merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi, atau sebagai alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan. Sanksi pajak sendiri merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor, dengan adanya interpretasi dari luar atau dalam hal ini adalah sanksi pajak yang diberikan oleh petugas pajak dengan harapan dapat mendisiplinkan wajib pajak.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khusna (2018) , dan juga Akbar (2019) secara kompak menyatakan bahwa Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajin pajak kendaraan bermotor. Namun, dalam penelitian Rukhayah (2019) menyatakan bahwa sanksi pajak berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Dalam variabel ini peneliti berhipotesis bahwa : H2 : Sanksi Pajak Berpengaruh Signifikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
2.4.3 Sosialisasi Pajak terhadap terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Sosialisasi Pajak merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan realisasi penerimaan pajak. Sosialisasi merupakan faktor eksternal dari wajib pajak yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Menurut Sudrajat dalam Wardani & Wati (2018) “sosialisasi perpajakan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perpajakan yang bertujuan agar seseorang ataupun kelompok paham tentang perpajakan sehingga kepatuhan wajib pajak akan meningkat”.
Dengan adanya sosialisasi, penyuluhan, dan edukasi terkait pajak akan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pajak, yang mana hal ini dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Akbar, (2019) yang menyatakan bahwa Variabel Sosialisasi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor. Maka Peneliti mengajukan hipotesis bahwa : H3 : Sosialisasi Pajak Berpengaruh Signifikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
2.4.4 Penghasilan Wajib Pajak terhadap terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Salah satu yang menentukan perilaku kepatuhan wajib pajak adalah Sumber Daya atau dalam hal ini adalah tingkat penghasilan wajib pajak.
Seseorang yang telah memenuhi kebutuhan hidup dasarnya tentu akan
lebih memungkinkan untuk membayar pajak dibandingan seseorang yang masih kesulitan dalam hal ekonomi, karna pastinya orang itu akan berusaha memenuhi kebutuhanya terlebih dahulu sebelum membayar pajak pada negara.
Semakin besar penghasilan seseorang tentu akan semakin mudah seseorang dalam membayar pajak, dalam penelitian yang dilakukan oleh Khusna (2018) menyatakan bahwa tingkat penghasilan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.
Jadi peneliti mengajukan hipotesis bahwa :
H4 : Penghasilan Wajib Pajak Berpengaruh SignifikanTerhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan kebenaran akan sesuatu yang sedang diteliti dengan cara tertentu. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif, yang mana Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data kuantitatif yaitu data yang berupa
angka atau bilangan [ CITATION Abd15 \l 1033 ], dalam hal ini penelitian ini menitikberatkan pengujian hipotesis dengan pengolahan data secara statistik.
Desain penelitian ini adalah causal research, yaitu jenis penelitian yang menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat berdasar pengamatan terhadap akibat dan mencari faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu [CITATION Muh18 \l 1033 ]. Causal Research bertujuan untuk mengetahui probabilitas dan mengetahui penyebab faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh subjek yang akan di teliti, sedangkan Sarwono (2006) mendefiniskan Populasi sebagai seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang di teliti. Populasi dalam peneltian ini adalah seluruh Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang terdaftar di Kantor Samsat Rangkasbitung, berdasarkan data yang diperoleh dari BAPENDA Provinsi Banten di UPTD Rangkasbitung sendiri terdapat potensi wajib pajak kendaraan bermotor sejumlah 209.952 unit kendaraan bermotor.
Dalam menentukan jumlah sampel yang akan di ambil dalam penelitian ini akan mengacu pada persamaan Slovin, yaitu :
n= N 1+Ne2
Dimana :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan pengambilan sampel yang bisa diterima (10%)
Sehingga, n= 209.952
1+209.953x0.12
Didapat: n= 209.952
1+209.952x0.01=209.952
2.100,52=99,95
Dibulatkan menjadi 100 . sehingga, pada penelitian ini sample yang digunakan adalah 100 sample.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode accidental sampling, yaitu siapapun wajib pajak yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti di lokasi penelitian dapat digunakan sebagai sampel.
3.3 Variabel Penelitian
Menurut [ CITATION Abd15 \l 1033 ] Variabel berasal dari kata dalam bahasa Inggris variable yang berarti faktor tidak tetap atau berubah-rubah. Dalam pengertian yang lebih konkrit dalam konteks penelitian variabel itu adalah konsep dalam bentuk konkrit atau disebut juga konsep operasional. Sedangkan menurut [ CITATION San14 \l 1033 ] variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variable) adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain yang dilambangkan
dengan “Y”, sedangkan variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang di lambangkan dengan “X”.
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor (Y)
2. Variabel Bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X1) b. Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor (X2)
c. Sosialisasi Pajak Kendaraan Bermotor (X3)
d. Tingkat Penghasilan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X4)
3.4 Definisi Operasional Variabel
Pada penelitian ini terdapat 4 variabel bebas (Dependent Variable) yang mana diantaranya adalah; Kesadaran Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X1), Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor (X2), Sosialisasi Pajak Kendaraan Bermotor (X3), Dan Tingkat Penghasilan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (X4). Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Y), yang akan dibahas lebih dalam di bawah ini :
3.4.1 Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan suatu kondisi dimana wajib pajak dengan sadar taat dan patuh untuk memenuhi kewajibanya dalam
membayar pajak kendaraan bermotor. Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor dapat di ukur dari indikator dibawah ini :
1. Wajib Pajak paham dan berusaha memahami ketentuan peraturan pajak kendaraan bermotor
2. Mengetahui tanggal jatuh tempo pembayaran pajak kendaraan bermotor
3. Mengetahui jumlah pajak kendaraan bermotor yang yang harus dibayarkan setiap tahun nya
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya 5. Tidak memiliki tunggakan pajak kendaraan bermotor 3.4.2 Kesadaran Wajib Pajak
Menurut Sugi dan Lely dalam jurnal yang ditulis oleh [ CITATION Cok181 \l 1033 ] Kesadaran Wajib Pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam pemahaman wajib pajak terhadap fungsi pajak dan kesungguhan wajib pajak dalam membayar pajak. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kesadaran wajib pajak adalah sebagai berikut :
1. Menyadari pentingnya membayar pajak untuk pembangunan daerah
2. Memahami kewajiban membayar pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yakni Undang-
Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
3. Adanya dorongan untuk membayar pajak kendaraan bermotor secara sukarela, tanpa adanya paksaan
3.4.3 Penerapan Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor
Penerapan sanksi pajak kendaraan bermotor bertujuan untuk menjamin bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/ dipatuhi, atau sebagai alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
Adapun indikator penerapan sanksi pajak kendaraan bermotor untuk mengukur pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :
1. Wajib Pajak mengetahui tujuan dari sanksi pajak kendaraan bermotor
2. Penerapan sanksi pajak kendaraan bermotor mencegah Wajib Pajak terlambat membayarkan pajaknya
3. Penerapan sanksi pajak kendaraan bermotor membuat wajib pajak menjadi disiplin dalam memembayar pajak kendaraan bermotor
Dengan adanya PERGUB Banten no 32 tahun 2021 Tentang Pengurangan Pokok Dan Atau Penghapusan Sanksi Administratif Berupa Denda Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Penyerahan Pertama, Penyerahan Kedua, Dan Seterusnya, Dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dapat memperkuat bukti penelitian tentang pengaruh sanksi terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Adanya penghapusan sanksi pajak kendaraan bermotor apakah mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dapat diukur dengan beberapa indikator dibawah ini :
1. Penghapusan sanksi administratif pajak kendaraan bermotor dimanfaatkan oleh wajib pajak yang menilai sanki pajak kendaraan bermotor memberatkan wajib pajak
2. Penghapusan sanksi administratif pajak kendaraan bermotor mempengaruhi keingingan wajib pajak untuk membayarkan pajak kendaraan bermotor
3. Penghapusan sanksi administratif pajak kendaraan bermotor mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak kendaraan bermotor
3.4.4 Sosialisasi Pajak
Sosialisasi merupakan faktor eksternal dari wajib pajak yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Menurut Sudrajat dalan jurnal yang ditulis oleh [ CITATION Dew18 \l 1033 ] mengatakan bahwa “sosialisasi perpajakan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perpajakan yang bertujuan agar seseorang ataupun
kelompok paham tentang perpajakan sehingga kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Jika wajib pajak diberikan pemahaman yang baik dan benar melalui sosialisasi, maka wajib pajak akan memiliki pengetahuan tentang pentingnya membayar pajak”.
Adapun indikator sosialisasi pajak kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :
1. wajib pajak mendapatkan informasi pajak kendaraan bermotor melalui berbagai media seperti media digital, baliho, dan lain- lain
2. wajib pajak mendapatkan himbauan dari pemerintah untuk membayarkan pajak kendaraan bermotor dari berbagai media 3. wajib pajak mendapatkan informasi adanya penghapusan
sanksi administrasi dari pemerintah provinsi banten sebagai upaya meningkatkan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor
3.4.5 Tingkat Penghasilan Wajib Pajak
Tingkat penghasilan wajib pajak pajak merupakan Salah satu faktor yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor. Semakin besar penghasilan Wajib Pajak, maka akan semakin mudah wajib pajak dalam membayarkan kewajibanya.
Semakin besar penghasilan atau pendapatan wajib pajak, maka akan selarah dengan kemampuan wajib pajak dalam membayarkan pajaknya. Adapaun indikator tingkat penghasilan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut :
1. Besarnya beban pajak kendaraan bermotor berbanding terhadap penghasilan wajib pajak perbulan
2. Tingkatan prioritas membayar pajak dalam pengeluaran rumah tangga
3. Kesanggupan wajib pajak atas biaya yang dikenakan.
4. Kesediaan wajib pajak dalam membayar meskipun pendapatan rendah.
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Indikator Skala
Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan suatu kondisi dimana wajib pajak dengan sadar taat dan
patuh untuk memenuhi
kewajibanya dalam membayar pajak kendaraan bermotor.
1. Wajib Pajak paham dan berusaha memahami ketentuan peraturan pajak kendaraan bermotor
2. Mengetahui tanggal
jatuh tempo
pembayaran pajak kendaraan bermotor 3. Mengetahui jumlah
Ordinal
pajak kendaraan bermotor yang yang harus dibayarkan setiap tahun nya
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya
5. Tidak memiliki
tunggakan pajak kendaraan bermotor Kesadaran
Wajib Pajak Kendaraan bermotor
Kesadaran Wajib Pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya yang ditunjukkan dalam pemahaman wajib pajak terhadap fungsi pajak dan kesungguhan wajib pajak dalam membayar pajak.
1. Menyadari pentingnya membayar pajak untuk pembangunan daerah 2. Memahami kewajiban
membayar pajak
sesuai dengan
peraturan perundang-
undangan yang
berlaku
3. Adanya dorongan untuk membayar pajak kendaraan bermotor secara sukarela, tanpa adanya paksaan
Ordinal
Sanksi Pajak Kendaraan Bermotor
Sanksi pajak merupakan alat yang bertujuan untuk menjamin bahwa ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ ditaati/
dipatuhi, atau sebagai alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan.
1. Wajib Pajak
mengetahui tujuan dari sanksi pajak kendaraan bermotor
2. Penerapan sanksi pajak kendaraan bermotor mencegah Wajib Pajak terlambat membayarkan pajaknya
3. Penerapan sanksi pajak kendaraan bermotor membuat wajib pajak menjadi disiplin dalam memembayar pajak kendaraan bermotor
Ordinal
Sosialisasi Pajak Kendaraan Bermotor
Sosialisasi perpajakan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perpajakan yang bertujuan agar seseorang ataupun kelompok paham tentang perpajakan sehingga kepatuhan wajib pajak
1. wajib pajak
mendapatkan informasi pajak kendaraan bermotor melalui berbagai media seperti media digital, baliho, dan lain-lain
Ordinal
akan meningkat. Jika wajib pajak diberikan pemahaman yang baik dan benar melalui sosialisasi, maka wajib pajak akan memiliki pengetahuan tentang pentingnya membayar pajak
2. wajib pajak
mendapatkan himbauan dari pemerintah untuk membayarkan pajak kendaraan bermotor dari berbagai media
3. wajib pajak
mendapatkan informasi adanya penghapusan sanksi administrasi dari pemerintah provinsi banten sebagai upaya meningkatkan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor Tingkat
Penghasilan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah tingkat penghasilan Wajib Pajak.
Semakin besar penghasilan Wajib Pajak, maka akan semakin mudah ia dalam membayar pajak.
1. Besarnya beban pajak kendaraan bermotor berbanding terhadap penghasilan wajib pajak perbulan
2. Tingkatan prioritas membayar pajak dalam pengeluaran rumah tangga
Ordinal
3. Kesanggupan wajib pajak atas biaya yang dikenakan.
4. Kesediaan wajib pajak
dalam membayar
meskipun pendapatan rendah.
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dan waktu peneliti melakukan penelitian adalah sebagai berikut :
3.5.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SAMSAT Kota Rangkasbitung yang berlokasi di Kp. Pasir Ona , Ds. Rangkasbitung Timur, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten 42313, Indonesia.
3.5.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang di butuhkan adalah 3 bulan, terhitung sejak tanggal 1 September 2021 hingga 30 November 2021.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam ataupun fenomena sosial yang diamati, yang dimaksud yang diamati dalam hal ini adalah variabel, Instrumen penelitian merupakan tolak ukur yang digunakan dalam melakukan penelitian. Instrumen penelitian sendiri merupakan suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga akan lebih mudah diolah.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan instrumen kuesioner atau angket.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan data primer serta data sekunder.
Data primeradalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau data dari lapangan secara langsung tanpa melalui perantara dalam hal ini data yang diperoleh dengan membagikan questioner kepada wajib pajak secara langsung.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti bapenda, bpps, kantor samsat, dan lain sebagainya.
Pengukuran yang digunakan untuk mengukur pendapat responden terkait berbagai variable yang akan diteliti adalah dengan menggunakan skala likert dengan skala 5 point pada setiap pertanyaannya untuk menentukan sikap responden, yaitu:
Skor 5 : Jika Sangat Setuju (SS) Skor 4 : Jika Setuju (S)