PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Apa akibat hukumnya apabila orang tua tidak menunaikan tanggung jawabnya terhadap anaknya berdasarkan akta cerai? Untuk memahami akibat hukum bagi orang tua yang tidak memenuhi kewajibannya terhadap anaknya setelah perceraian. Upaya hukum yang dapat melindungi anak dari tindakan orang tua yang tidak bertanggung jawab sangat diperlukan dalam kasus ini.
Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua orang tua. Pertimbangan hukum hakim berperan dalam pengambilan keputusan mengenai tanggung jawab orang tua terhadap anak pasca perceraian.
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Metode Penelitian
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan, dalam hal ini penulis melakukannya. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen atau arsip yang ada serta penelitian kepustakaan melalui bacaan, literatur atau referensi disertai peraturan hukum mengenai atau berkaitan dengan usulan tersebut. Dalam upaya memperoleh data sebagaimana yang diharapkan dalam proposal ini, penulis mengumpulkan bahan/data dengan cara:
Penelitian Perpustakaan (Library Research) Dalam metode penulis mempelajari dan menganalisis dengan cara membaca dan membandingkan beberapa buku serta peraturan perundang-undangan yang terkait. Wawancara yaitu penulis melakukan tanya jawab dengan beberapa informasi seperti: Ketua Pengadilan Agama Makassar, orang tua anak.
Analisis Data
Undang-Undang Perlindungan Anak dengan tegas menyatakan bahwa orang tua wajib dan bertanggung jawab atas pengasuhan, pengasuhan, pendidikan, peningkatan tumbuh kembang anak, dan lain-lain. Dalam UU Perlindungan Anak, orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab: Pertama, pengasuhan, pengasuhan, pendidikan, dan perlindungan anak. Namun lebih dari itu, bagaimana orang tua bisa menjadikan anaknya anak yang cerdas, dalam urusan dunia dan akhirat.
Permasalahan yang dapat timbul akibat tidak bertanggung jawabnya orang tua terhadap anak adalah penelantaran. Akan ada dua pembahasan mengenai kesimpulan yang penulis ambil mengenai akibat hukum bagi orang tua yang tidak melakukan hal tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Putusnya Perkawinan dan Alasan-alasan
Salah satu pihak baik laki-laki maupun perempuan yang melakukan zina, pemabuk, pecandu, penjudi, dan sebagainya yang sulit disembuhkan. Salah satu pihak (laki-laki atau perempuan) meninggalkan pihak lainnya selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa persetujuan pihak lainnya. Hal ini terkait dengan kewajiban memberikan dukungan baik fisik maupun mental. Jika salah satu pihak kemudian meninggalkan pihak lainnya untuk jangka waktu yang lama tanpa persetujuan mitra, maka hal ini mengakibatkan kegagalan dalam memenuhi kewajiban yang dibebankan kepada mitra.
Salah satu pihak diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau pidana yang lebih berat setelah perkawinan. Sebab apabila salah satu pihak sedang menjalani pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih, berarti yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajiban hukumnya. Poin ini menitikberatkan pada permasalahan atau kelebihan perkawinan versus keselamatan individu/salah satu pihak.
Dalam hal ini harus ada tindakan atau ancaman yang terbukti nyata dan dapat membahayakan keselamatan seseorang/salah satu pihak. Salah satu pihak menderita cacat fisik atau sakit akibat tidak mampu menunaikan kewajibannya sebagai suami/istri. Apabila salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai suami/istri karena cacat fisik atau sakit, hal ini dapat menjadi alasan salah satu pihak untuk mengajukan gugatan cerai.
Untuk dapat bercerai, harus ada alasan yang dapat membuktikan bahwa suami istri tidak bisa lagi hidup rukun sebagaimana mestinya. Karena salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pecandu, penjudi, dan sebagainya (sulit disembuhkan), hal ini secara umum akan mempengaruhi keputusan pemberian hak asuh anak di bawah 12 tahun kepada ibunya, namun jika terbukti di persidangan bahwa perempuan tersebut telah melakukan perzinahan, maka hak asuh anak secara efektif berada di tangan ayah. Dalam perceraian yang tidak dapat dibatalkan (thalaq-ba'in), baik suami maupun istri tidak berhak mewarisi harta peninggalan almarhum.
Akibat Hukum Putusnya Perkawinan
Ayah bertanggung jawab atas semua biaya hidup dan kebutuhan pengasuhan anak. Jika sang ayah sebenarnya tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat memutuskan bahwa ia juga akan menanggung biaya tersebut. Pengadilan dapat mewajibkan mantan suami untuk memberikan biaya hidup dan/atau menentukan kewajiban bagi mantan istri. Hubungan mantan suami istri menjadi aneh dalam artian harus berpisah dan tidak bisa saling pandang, apalagi jika suami istri akur.
Kewajiban memberi mutasi, yaitu pemberian sukarela dari seorang suami kepada istrinya yang diceraikan sebagai imbalannya. Pelunasan utang-utang yang merupakan kewajiban suami kepada isteri yang tidak dibayar selama perkawinan, misalnya utang nafkah, utang mahar. Jika perceraian itu talaq raj'i, maka dalam masa Idaat suami istri diperbolehkan rujuk.
Hak-Hak Anak Setelah Perceraian
Ibu atau bapa kanak-kanak itu wajib memelihara dan mendidik anak/anak yang mereka miliki semasa perkahwinan." Sebagai salah satu rujukan hakim dalam menyelesaikan masalah keluarga, Himpunan Undang-undang Islam turut mengawal hal-hal berkaitan membesarkan anak selepas bercerai. hak anak baru untuk menggunakan hak anda untuk mengundi untuk menentukan parti ibu bapa selepas anak mumayyiz (12 tahun ke atas).
Bentuk perlindungan Undang-Undang Perlindungan Anak dalam kaitannya dengan pemenuhan kewenangan orang tua tercermin pada susunan kata pasal tersebut, yang ditegaskan dengan menyatakan bahwa dalam keadaan dan kondisi. Sebab, tujuan menjalankan wewenang orang tua adalah untuk menjamin hak-hak anak semaksimal mungkin. Undang-Undang Perlindungan Anak biasanya tidak memberikan gambaran yang jelas dan rinci mengenai tata cara pelaksanaan pengasuhan anak pasca perceraian.
Kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak, meskipun hak asuh anak ada di tangan ibu, namun ayah tetap berkewajiban menjamin anak tersebut diasuh oleh ibu. Sebab, ibu hanya berperan dalam pemenuhan kasih sayang dan kebutuhan hidup anak. Orang tua yang pada hakikatnya mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengasuh, mengasuh, mendidik dan mengembangkan anaknya biasanya tidak mencapai hasil yang optimal bagi anaknya pasca perceraian orang tua.
Pasalnya, sang ibu juga memilih untuk tidak menggugat, karena tak ingin dekat-dekat lagi dengan mantan suaminya. Permasalahan di atas dapat diatasi dengan memperbaiki aturan perlindungan anak yang memihak kedua belah pihak dan tidak memihak salah satu pihak, sehingga keduanya mendapat keadilan. Solusi lainnya adalah ketegasan ibu untuk menuntut ayah jika ayah melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya, hal ini untuk menafkahi anak semaksimal mungkin.
Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
Biaya pemeliharaan anak ditanggung oleh ayah (sampai anak dewasa, mandiri, bekerja/mendapat penghasilan atau anak menikah). Kewajiban pembayaran tetap menjadi tanggung jawab ayah, meskipun nafkah anak itu bukan miliknya. Artinya ayah tetap wajib membiayai nafkah anak, padahal hak nafkah anak ada pada ibu, kakek, bibi, dan sebagainya. Apabila sang ayah tidak menaati keputusan pengadilan mengenai pembayaran tunjangan anak, maka (mantan) istri dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada ketua pengadilan agama atau pengadilan tempat proses perceraian dilakukan.
Apabila suami tidak memenuhi panggilan pengadilan tanpa alasan yang sah, maka ketua pengadilan akan mengeluarkan penetapan pelaksanaan kepada panitera atau juru sita. Namun apabila Hakim Agung mengeluarkan teguran dari pengadilan, maka jangka waktu teguran itu tidak boleh lebih dari 8 hari. Setelah lebih dari 8 hari, apabila mantan suami tidak melaksanakan/menaati putusan pengadilan, maka ketua pengadilan akan mengeluarkan putusan perintah eksekusi kepada panitera atau juru sita.
Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya dengan cara yang baik, yaitu dengan cara yang diajarkan Rasulullah sebagai teladan terbaik. Banyak orang tua yang harus berjuang dan bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan anaknya, misalnya saja berusaha menyediakan makanan dan pakaian agar anaknya tumbuh dengan baik dan berkecukupan. Tidak ada anugerah yang lebih penting dari orang tua kepada anak-anaknya selain pendidikan yang baik.
Sanksi Akibat Kelalaian Orang Tua Terhadap Kewajiban
Biasanya, jika orang tuanya mendapat teguran dari keluarga yang mereka hormati, kemungkinan masalahnya bisa teratasi. Harapan yang ingin dicapai adalah kedua orang tua kembali mematuhi keputusan yang diambil untuk mereka. Apabila alasan orang tua tidak dapat menunaikan tanggung jawabnya karena ketidakmampuannya (ketidakmampuan dan/atau kekurangan keuangan), maka hakim dapat mengangkat wali atau menetapkan bahwa anak tersebut menjadi tanggungan negara.
Kelalaian orang tua merupakan faktor terpenting dalam pola pendidikan dasar seorang anak. Orang tua tetap berkewajiban membesarkan dan membesarkan anaknya dengan sebaik-baiknya, meskipun orang tuanya telah bercerai. Anak dapat berkembang dengan cara bermain sambil belajar (cara belajar yang efektif dan menyenangkan), berekreasi bersama orang tua atau guru, dan lain sebagainya.
Orang tua bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan karena kesalahan dan kelalaiannya terhadap kewajiban tersebut. Oleh karena itu, ayah wajib memberikan nafkah bulanan kepada anaknya, dan demi anak, kedua orang tua wajib memberikan pengasuhan yang sebaik-baiknya. Hal yang harus dijaga pasca perceraian antar orang tua adalah kesadaran untuk menjaga dan tidak mengurangi sedikitpun hak-hak yang seharusnya diberikan kepada anak.
Akibat langsung bagi anak korban perceraian adalah tidak lagi tinggal bersama orang tuanya, dimana dengan sendirinya anak tersebut akan tinggal bersama salah satu orang tua anak tersebut. Namun pencabutan wewenang orang tua tidak membatalkan kewajiban Anda sebagai orang tua terhadap anak Anda. Akibat hukum orang tua tidak menunaikan tanggung jawabnya terhadap anaknya adalah dicabutnya kewenangan sebagai orang tua dan berujung pada permintaan eksekusi, mengingat putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat.
Diharapkan sebelum memutuskan bercerai, sebaiknya orang tua memikirkan lebih dalam mengenai akibat yang timbul setelahnya. Sebab putusnya suatu perkawinan antar orang tua tentu akan mempengaruhi atau mengakibatkan terpenuhinya hak-hak yang harus diberikan kedua orang tua kepada anak.