• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "SKRIPSI"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

47 Tahun 2004 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang Berlaku pada Kementerian Agama 6 Biaya pencatatan dan rujuk perkawinan yang biasa disingkat NR diatur dalam PP No. 47 Tahun 2004 dengan besaran Rp 30.000,00 per acara. Karena berperan dalam meningkatkan pelayanan pencatatan atau rujuk perkawinan, maka perlu dilakukan penyesuaian jenis dan tarif jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Agama, sebagaimana diatur dalam PP No. 47 Tahun 2004 tentang Tarif Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Agama.

Manfaat Penelitian

Telaah Pustaka

Ketiga, disertasi berjudul “Kedudukan Pencatatan Nikah dalam Pembuktian Asal Usul Anak”, oleh Mahsun Musthofa pada tahun 2001. 10 Mahsun Musthofa, “Kedudukan Pencatatan Nikah dalam Pembuktian Asal Usul Anak”, (Tesis Magister Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam) Syariah, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001).

Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam hal ini observasi dilakukan di Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan yaitu di Biro Agama (KUA). Untuk lokasi penelitian disini, penulis berinisiatif melakukan konsultasi dengan mengambil tempat di Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan.

Sistematika Pembahasan

48 Tahun 2014 yang memuat profil KUA Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan, tata cara pencatatan perkawinan, persepsi pegawai kepaniteraan terhadap PP Nomor 48 Tahun 2014. Magetan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014, Analisis Efektivitas Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 Di KUA Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan.

PERNIKAHAN

Pengertian Pernikahan

Rahmat Hakim juga menyampaikan definisi yang hampir sama dengan di atas, bahwa kata pernikahan berasal dari bahasa Arab. Kata perkawinan sendiri sering kali digunakan untuk mengartikan persetubuhan, juga berarti akad nikah.18 Istilah “perkawinan” digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan, dan manusia, dan menunjukkan proses generatif yang alami.

Hukum Pernikahan

Begitu pula dengan keyakinannya, jika tidak menikah pasti akan terjadi perzinahan, sedangkan puasa yang dianjurkan Nabi tidak akan mampu mencegah perbuatan tersebut. Jadi, kewajiban menikah pada bagian ini adalah khawatir melakukan zina jika belum menikah, namun tidak sampai pada taraf yakin. Misalnya seseorang yakin atau menduga kuat akan terjadi zina jika tidak menikah, berarti ia dalam keadaan fardhu dan wajib menikah.

Hak-hak seorang hamba diutamakan apabila bertentangan dengan hak-hak suci Allah, artinya jika seseorang khawatir akan berselingkuh atau berzina jika ia belum menikah, dan sebaliknya ia khawatir. tentang memiliki hubungan yang buruk dengan istrinya jika mereka sudah menikah. Di sini ada dua kekhawatiran serupa, jadi yang utama adalah lebih baik tidak menikah karena khawatir akan maksiat menganiaya istri. Artinya, bagi seseorang yang tidak dihalangi untuk menikah namun tidak membahayakan dirinya, maka ia wajib menikah dan tidak haram jika tidak menikah.

Syarat dan Rukun Pernikahan

Dalam kondisi seperti di atas, hendaknya seseorang tidak menikah agar terhindar dari penganiayaan dan kenakalan, karena persetubuhan dengan istri adalah maksiat menurut hak Allah. Pernikahan itu sunnah bagi orang yang mampu namun tetap mampu mengendalikan diri dari perbuatan haram. Dalam kasus seperti ini, menikah lebih baik daripada membujang karena selibat tidak diajarkan dalam Islam. 30. Rukun, yaitu sesuatu yang wajib ada untuk menentukan sah atau tidaknya pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam jenis pekerjaan, seperti mencuci muka untuk wudhu dan takbiratul ihram untuk shalat.

Syarat yaitu sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), namun ada sesuatu yang tidak termasuk dalam himpunan pekerjaan tersebut, misalnya menutup aurat untuk shalat atau Islam. Calon pengantin laki-laki/perempuan harus beragama Islam. Dari lima rukun perkawinan yang paling utama adalah ijab qabul antara pihak yang mengadakan akad dengan pihak yang menerima akad, sedangkan akad nikah mengacu pada syarat-syarat yang berkaitan dengannya. Rapat ijab dan qabul harus dihadiri minimal empat orang, yaitu: calon mempelai pria atau wakilnya, wali atau wakil mempelai wanita, dan dua orang saksi.35.

PEGAWAI PENCATAT NIKAH (PPN) DAN TUGAS-TUGASNYA

Ketua KUA sebagaimana dimaksud dalam ayat kedua menandatangani surat nikah, surat rujukan, buku nikah (ekstrak surat nikah) dan/atau ekstrak surat rujukan.". PPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 dapat menyertai dalam melaksanakan tugasnya, diwakili oleh Penghulu atau Penolong PPN”. Bagi melangsungkan akad nikah, wali talian boleh mewakilkan kepada PPN, Penghulu, pembantu PPN atau orang lain yang memenuhi syarat.”.

Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2014

Latar Belakang Munculnya PP No. 48 Tahun 2014

Perubahan yang diatur dalam PP Nomor 48 Tahun 2014 antara lain adanya pungutan ganda yang dikenakan terhadap orang yang menikah atau rujuk. 0 (nol) rupee. 2) Pernikahan di luar Kantor Agama dan/atau di luar hari dan jam kerja dikenakan biaya sebesar Rp.

Isi PP No. 48 Tahun 2014

600.000 (enam ratus ribu rupiah). 3) Warga kurang mampu secara ekonomi dan warga terdampak bencana alam diberikan sebesar Rp.

Penjelasan umum PP Nomor 48 Tahun 2014

Profil KUA Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan

  • Letak Geografis Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan
  • Keadaan Fisik KUA Takeran
  • Personalia KUA Takeran
  • Tugas Pokok, Fungsi, Visi dan Misi a) Tugas Pokok

Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Takeran memiliki fasilitas berupa gedung gedung pernikahan yang terletak tepat di Jalan Raya Takeran Km 9 Magetan Kel Takeran. Dengan adanya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Proyek Balai Perkawinan melalui dana APBN tahun anggaran 1980/1981, maka dibangunlah Kantor Urusan Agama Kabupaten Takeran dengan anggaran sebesar Rp. Minimnya jumlah personel KUA sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas dan fungsi KUA, yang tidak hanya meliputi bidang pelayanan dan pencatatan perkawinan serta rujuk saja, namun KUA juga mempunyai kewajiban di bidang penyelenggaraan surat-surat. dan statistik, pembangunan masjid, zakat, infak dan ibadah sosial, serta pembinaan keluarga sakinah.

Sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 6 Tahun 1988 Gabungan KMA Nomor 18 Tahun 1975 Gabungan KMA Nomor 517 Tahun 2001, Kantor Agama mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Agama. Urusan agama Islam di wilayah kecamatan dan koordinasi kegiatan lintas sektoral secara sektoral di wilayah kecamatan. Melaksanakan pelayanan dan bimbingan serta prakarsa dalam persaudaraan Islam, membangun kemitraan dan menyelesaikan permasalahan masyarakat. Visi KUA Kabupaten Takeran adalah : “Menjadikan agama sebagai landasan moral, inspirasi dan motivator dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara bagi masyarakat wilayah Distrik Takeran.”

Prosedur Pencatatan Nikah

Dasar Hukum Pencatatan Nikah

Talak dan rujuk yang dilakukan menurut akidah Islam yang selanjutnya disebut talak dan rujuk, yang diberitahukan kepada petugas perkawinan. diatur sesuai dengan PP Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu pada Bab 2 II.34;Pendaftaran sahnya perkawinan mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama dan kepercayaannya selain Islam dilakukan oleh petugas perkawinan pada kantor catatan sipil sebagaimana diatur dalam berbagai undang-undang pencatatan perkawinan.”

34; Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku mengenai tata cara pencatatan perkawinan berdasarkan berbagai peraturan yang berlaku, maka tata cara pencatatan perkawinan dilaksanakan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 9 Peraturan Pemerintah.” atau dengan memperhatikan syarat-syarat sebelum perkawinan. telah terpenuhi dan apakah tidak ada halangan untuk melangsungkan perkawinan menurut hukum.” Izin Hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Undang-Undang; dalam hal calon pengantin adalah seorang suami yang masih beristri;

Persyaratan Dokumen Yang Diperlukan Untuk Pengurusan Pernikahan Dan Pencatatannya di KUA

Tata cara pencatatan perkawinan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri Agama no. 11 Tahun 2007 tentang pencatatan perkawinan. Dan sesuai dengan ayat 1 pasal 2 Keputusan Menteri Agama ini, yang dimaksud dengan PPN adalah petugas perkawinan, yaitu petugas yang melakukan pembuktian permohonan, pengawasan dan pencatatan peristiwa perkawinan/ rujuk, mendaftarkan perceraian, talak, menggugat cerai, dan memberikan konseling pernikahan. Tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Keputusan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007 tentang pencatatan perkawinan.

Datang ke kantor desa/kelurahan untuk membuat dokumen persyaratan N1, N2, N4, N6 (bagi janda cerai) dan surat pengantar KUA, membawa : .. a) Fotocopy Kartu Keluarga (2 lembar CPP & 1 lembar CPW) . Apabila perkawinan dilakukan di luar wilayah kerja KUA tempat CPL berada, maka CPL wajib membawa seluruh surat-surat yang telah dilegalisir di desa/kelurahan tersebut di atas kepada KUA setempat untuk dibuat/permintaan keluar. surat keterangan nikah daerah atau yang biasa disebut dengan Surat Keterangan Meninggalkan Kawin. Datang ke kantor desa/kelurahan untuk menyiapkan dokumen persyaratan N1, N2, N4, N6 (bagi janda cerai) dan surat pengantar KUA + N5 (Surat Izin Orang Tua) dengan membawa : .. a) Fotokopi Kartu Keluarga ( CPW 2 lembar & CPP 1 lembar).

Persepsi Pegawai Pencatat Nikah Terhadap PP Nomor 48 Tahun 2014 Disahkannya PP no. 48 tahun 2014 tentang tarif atas jenis penerimaan

Sebab sebelumnya hanya mengatur biaya pernikahan di KUA saja, namun tidak mengatur di luar KUA. Jika melihat pendapat Pak Wagimun mengenai PP nomor 48 Tahun 2014 seperti disebutkan di atas, beliau memberikan tanggapan positif dan menerimanya. PP Nomor 48 Tahun 2014 menetapkan biaya pernikahan di luar gedung pernikahan sebesar Rp 600.000.

Memang dalam PP Nomor 48 Tahun 2014 mengatur mengenai biaya pernikahan yang digelar di luar gedung pernikahan atau digelar di dalam gedung pernikahan. Dampak yang ditimbulkan dari Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 berdampak pada desa, karena masyarakat desa masih membutuhkan jasa orang lain. Karena Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 adalah penghapusan P3N (Pembantu Pencatat Nikah/Pak modin) sehingga pasangan suami istri (calon pengantin) bisa mendaftar langsung ke KUA di kecamatan tanpa ada intervensi atau bantuan dari P3N. (Asisten Panitera Nikah/Pak Modin).

Efektifitas Berlakunya PP No. 48 Tahun 2014 Terhadap Kinerja PPN Efektifitas dalam kamus besar bahasa Indonesia berasal dari kata

Selain PP yang mengatur secara jelas biaya pernikahan, KUA Takeran juga murni menerapkan PP nomor 48 tahun 2014. Terbitnya PP nomor 48 tahun 2014 mendapat respon positif dari Kepala KUA Kecamatan Takeran karena sebelumnya KUA pernah dituduh melakukan gratifikasi. melayani pernikahan diluar KUA dan diluar jam kerja. Namun terbitnya PP nomor 48 tahun 2014 menjadi angin segar bagi pimpinan KUA di Kecamatan Takeran.

PP Nomor 48 Tahun 2014 mengatur biaya pernikahan di luar dan di dalam KUA, yaitu di luar KUA/di luar jam kerja biayanya Rp enam ratus ribu rupiah) dan di dalam KUA biayanya Rp 0,00 (nol rupiah) atau gratis. Setelah penulis teliti, apakah benar di KUA Kecamatan Takeran Kabupaten Magetan penyelenggaraan pesta pernikahan di luar KUA dan di dalam KUA sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2014. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2014 yang mengatur tentang biaya pernikahan di luar atau di dalam KUA, KUA dan masyarakat telah menerapkan peraturan dengan baik.

PENUTUP

Kesimpulan

Kantor Urusan Agama (KUA) atau di luar jam kerja dengan tarif Rp 600.000,00 dan menyelenggarakan pernikahan di dalam KUA dengan tarif Rp 0,00 atau tidak dipungut biaya. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 sudah efektif, hal ini terbukti ketika penulis melakukan wawancara kepada pihak KUA bahwa memang benar apabila masyarakat melangsungkan pernikahan di dalam KUA tidak dipungut biaya dan apabila melangsungkan pernikahan di luar KUA KUA atau di luar jam kerja dikenakan biaya sebesar Rp 600.000,00 dibayarkan di Bank BRI Persepsi cabang Takeran.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

1) Pencatatan perkawinan dari mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut agama Islam, dilakukan oleh Pegawai Pencatat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

yang bersangkutan mempunyai kekuatan hukum dalam ikatan perkawinannya.. Perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan akta nikah yang dibuat oleh pegawai pencatat nikah. Dalam

Pencatatan Perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah merupakan alat bukti otentik adanya perkawinan dengan termuatnya

9 Tahun 1975 pasal 2 berbunyi ; “ bahwa bagi yang beragama Islam dilakukan oleh pegawai pencatat sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.32 Tahun 1954 tentang

tentang pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk yang satu, yang berlaku untuk

pencatatan perkawinan dari mereka yang ,melangsungkan perkawinan menurut agama islam, dilakukan oleh pencatat nikah dari kantor urusan agama (KUA) atau oleh

Pencatatan Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak dan Rujuk menyebutkan: “Nikah yang dilakukan menurut agama Islam

Pencatatan perkawinan, talak, dan rujuk (yang selanjutnya disebut Pencatatan perkawinan) dalam khazanah hukum perkawinan di Indonesia menjadi diskursus yang tidak ada