---BAB I--- Kenapa kamu mengambil judul penelitian tersebut?
Tiap tahunnya populasi manusia semakin meningkat berbanding lurus dengan meningkatnya aktivitas dan peningkatan jumlah sampah yang mengakibatkan beban kerja yang ada di TPA meningkat. Hal ini membuat para pekerja maupun pemulung yang ada di area TPA semakin berisiko untuk terkena penyakit tertentu terutama infeksi saluran pernafasan yang diakibatkan oleh polutan. Salah satunya yaitu polutan udara seperti asap, debu, gas dan partikel lainnya.
Kenapa memilih di TPA Kawatuna? Bukan di tempat lain?
Karena peningkatan sampah tiap tahunnya sehingga potensi risiko yang ada di TPA semakin meningkat, hal itulah yang membuat saya tertarik untuk meneliti di TPA Kawatuna.
Kenapa memilih PM2.5 sebagai parameter uji kamu, kenapa tidak SO2, NO2 senyawa lainnya?
Dikarenakan keterbatasan dana dan alat yang saya miliki sehingga saya lebih memili untuk mengambil senyawa PM2.5 sebagai parameter saya.
Kenapa memilih pemulung dan bukan pekerja sebagai sampel?
Karena pemulung yang lebih sering berinteraksi dengan sampah yang ada di area TPA Kawatuna, dibandingkan dengan para pekerja yang tidak 24/7 di area TPA Kawatuna. Beberapa pemulung juga bertempat tinggal di area TPA Kawatuna sehingga lebih sering terpapar PM2.5.
---BAB II--- Apa itu pencemaran udara?
Pencemaran udara adalah adanya bahan polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu dan berefek buruk pada manusia dan lingkungan sekitarnya.
Faktor apa saja yang mempengaruhi pencemaran udara?
1. Kelembapan 2. Suhu
3. Sinar Matahari 4. Kecepatan Angin
Apa itu Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan?
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) merupakan pendekatan untuk menghitung dan memperkirakan risiko kesehatan pada manusia.
Apa saja langkah-langkah ARKL 1. Identifikasi Bahaya 2. Analisis Dosis Respon 3. Analisis Pajanan 4. Karakteristik Risiko 5. Manajemen Risiko
Dalam penelitian ilmiah, pemilihan skala pengukuran (nominal, interval, atau rasio) untuk variabel didasarkan pada karakteristik intrinsik data dan kebutuhan analitis:
Skala Nominal digunakan ketika:
Variabel bersifat kategoris tanpa urutan matematis (mis. jenis kelamin, agama)
Data hanya dapat diklasifikasikan dan dihitung frekuensinya
Tidak memungkinkan perhitungan matematis selain
kesamaan/ketidaksamaan
Analisis terbatas pada distribusi frekuensi dan uji non-parametrik Skala Interval digunakan ketika:
Variabel memiliki jarak yang sama antara nilai berurutan
Tidak memiliki titik nol absolut (mis. suhu dalam Celsius)
Perbandingan aritmatika valid namun rasio tidak bermakna
Memungkinkan perhitungan rata-rata, standar deviasi, dan korelasi Skala Rasio digunakan ketika:
Variabel memiliki titik nol absolut yang bermakna (mis. berat, tinggi, konsentrasi)
Perbandingan matematis dan rasio antarnilai valid secara penuh
Memungkinkan semua operasi matematika termasuk perkalian dan pembagian
Mendukung analisis statistik yang lebih komprehensif
Pemilihan skala yang tepat sangat penting karena menentukan teknik analisis statistik yang valid, interpretasi hasil, dan kekuatan inferensial dari penelitian.
Penggunaan skala nominal untuk baku mutu udara ambien didasarkan pada karakteristik klasifikatoris instrinsik dari regulasi lingkungan yang mentransformasikan kontinum numerik menjadi kategori diskrit dengan implikasi normatif. Baku mutu udara mengategorikan konsentrasi polutan ke dalam klasifikasi status kualitas udara (misalnya "baik", "sedang", "tidak sehat") yang tidak memiliki urutan kuantitatif ekuidistan atau rasio matematis yang bermakna antar kategori.
Skala interval tidak tepat karena meskipun baku mutu menggunakan nilai numerik sebagai ambang batas, interpretasi fundamental dari baku mutu bersifat kategoris dengan penekanan pada status kepatuhan atau ketidakpatuhan terhadap standar, bukan pada diferensiasi gradual yang merupakan karakteristik skala interval. Skala rasio juga tidak aplikabel karena kategori baku mutu tidak memiliki titik nol absolut sebagai referensi, dan perbandingan proporsional antar kategori (misalnya status
"tidak sehat" bukanlah kelipatan tertentu dari status "sedang") tidak memiliki validitas konstruk dalam konteks regulatori.
Pendekatan nominal ini memfasilitasi pengambilan keputusan berbasis ambang batas (threshold-based decision making) yang esensial dalam manajemen kualitas udara dan intervensi kesehatan masyarakat yang memerlukan kategori diskrit untuk mengimplementasikan protokol tindakan yang terstandarisasi.