Nama : Choirunnisa Liana Putri NPM : 01012011095
Kelas : 4C (6C)
Mata Kuliah : Hukum Filsafat
Dosen Pengampu : Dr. Anshar S.H.,M.H
Jawaban :
Menurut pandangan saya mengenai vonis pemidanaan yang dijatuhkan oleh hakim kepada terdakwa dalam sudut pandang tujuan hukum dari dimensi keadilan, keputusan hakim tersebut tidak adil, dikarenakan hakim tidak mengindahkan pembelaan atau pledoi yang telah
disampaikan pada persidangan sebelumnya, apalagi memberikan sebuah keputusan yang
keterangan saksinya hanya didengar dari anak dan istri Japaya itu merupakan suatu kejanggalan.
Kondisi ini mengusik rasa keadilan masyarakat, hal ini seolah-olah keadilan dikalahkan oleh kekauan hukum. Dimana hakim yang tidak dapat berbuat apa-apa karena memang hakim hanya mengikuti undang-undang. Oleh karena itu kasus tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya usaha yang dilakukan oleh penegak hukum khususnya hakim untuk menegakkan nilai keadilan substansif. Keadilan substansif tidak berarti hakim mengabaikan peraturan perundang-undangan, tetapi hakim bisa mengabaikan peraturan perundang-undangan apabila tidak memberikan rasa keadilan, tentu dengan berpedoman pada formal undang-undang yang sudah memberi keadilan sekaligus menjamin kepastian hukum.
Selanjutnya kasus tersebut dalam sudut pandang tujuan hukum dari dimensi kepastian hukum jika ditinjau dari Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam pasal 5 ayat (3) “ setiap orang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh
perlakuan dan perlindungan lebih berkenan dengan kekhususannya “. Dalam penjelasan pasal tersebut orang yang termasuk rentan tahun saat itu salah satunya orang yang lanjut usia. Dengan demikian Terdakwa (nenek Saulina) dengan umur 92 tahun ia telah memasuki kategori lanjut usia dan masuk dalam pasal 5 ayat (3) yang perlu mendapatkan perlindungan hukum secara khusus. Tujuan pemidanaan adalah memasyarakatkan Kembali masyarakat, namun jika seorang nenek 92 tahun dipenjarakan maka tujuan pemidanaan tidak maksimal, yang ada akan
memberikan penderitaan. Maka dari itu kasus diatas menurut pandangan saya kepastian hukum tersebut tidak tercapai.
Kemudian berdasarkan kasus tersebut dari sudut pandang tujuan hukum dalam dimensi kemanfaat hukumnya tidak dapat dicapai. Bagaimanpun tujuan penetapan hukum adalah untuk menciptakan keadilan. Oleh karena itu kemanfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang mengharapkan adanya manfaat dalam pelaksanaan penegakkan hukum. Dengan demikian pemidanaan terhadap terdakwa (nenek Saulina) berupa pidana penjara hanya mampu mencapai tujuan retributive dari pemidanaan yakni tujuan pembalasan terhadap perbuatan pidana yang
dilakukan oleh seorang lansia. Hal tersebut hanya untuk pemulihan terhadap terpidana lansia agar ia dapat menyadari kesalahnnya dan dibina sedemikian rupa sehingga pada waktunya, ia dapat Kembali ke tengah masyarakat sebagai warga negara yang taat pada hukum. Namun tetap saja membawa akibat pada tidak tercapainya tujuan pemidanaan dan penegakkan hukum
terhadap narapidana lanjut usia.