Nama : Achmad Fandiwa Trisna Imanda
NIM : 04040120073
Prodi/Kelas : KPI/A2
UAS Mata Kuliah Ekonomi Politik Media
Sosial Media sebagai Lahan Berpolitik
Media di dunia kerap berkembang seiring berjalannya waktu. Teknologi akan terus menerus menunjukkan kecanggihannya sepanjang zaman. Perkembangan ini menyasar ke semua aspek kehidupan di dunia, mulai dari ekonomi, sosial, budaya, bahkan politik. Salah satunya adalah munculnya media sosial saat ini.
Media sosial merupakan wujud perkembangan media yang saat ini hampir seluruh manusia di dunia menggunakannya. Kecanggihan dan keefektifan fitur media sosial mampu menghipnotis pengguna. Terlebih sekarang hampir semua aktifitas dapat dilakukan melalui media sosial hanya dengan segenggam smartphone. Salah satunya adalah aktifitas politik.
Kecanggihan media sosial mampu menyasar kepada aktivitas politik. Sudah banyak para politisi yang menggunakan media sosial sebagai sarana berkampanye, sarana berkomunikasi dengan para masyarakat. Seperti yang terjadi di Amerika Serikat bahkan sebelum adanya media sosial, negeri ini sudah menggunakan media internet sebagai ajang kampanye (Chavez, 2012; Stietglitz & Dang Xuan, 2012). Lalu bagaimana di Indonesia?
Indonesia merupakan negara peringkat keempat dalam hal penggunaan media sosial, mengalahkan Meksiko, Turkey, dan Jepang. Mengutip dari Katadata, jumlah pengguna aktif sosial media di Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 20% di tahun 2019 yakni mencapai 150 juta pengguna1. Hal ini menunjukkan bahwa hampir ¾ penduduk di Indonesia menggunakan media sosial. Secara ekonomi media sosial telah
1 Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengguna Sosial Media di Indonesia Terbesar Keempat di Dunia, https://www.tribunnews.com/techno/2019/06/19/pengguna-sosial-media-di-indonesia-terbesar-keempat- di-dunia.
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Akan tetapi, dari segi politik media sosial belum begitu berjalan efektif.
Media sosial sudah pernah digunakan sebagai media berpolitik, contohnya pada tahun 2012 saat pemilihan gubernur DKI Jakarta yang dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok. Pasangan ini menggunakan media sosial sebagai branding kampanye mereka seperti Facebook, Twitter, Youtube. Akan tetapi banyak politisi yang tidak memandang hal itu sebagai poin positif untuk mendukung keberhasilannya.
Media sosial memberikan keefektifitasan dengan hanya sekali klik, informasi sudah dapat tersampaikan. Selain itu dengan media sosial, tokoh politik dapat berkomunikasi dengan masyarakat yang begitu luasnya. Namun selama ini para politisi hanya memanfaatkan media sosial sebagai branding, berbagi informasi, opini, dan ucapan-ucapan. Padahal dapat menjadi poin tambahan ketika politisi memanfaatkan lahan media sosial sebagai ajang berkomunikasi untuk mendengarkan suara masyarakat.
Media sosial adalah media yang luas dan tidak ada batasan setiap penggunanya (user). Seorang politisi yang berpolitik di media sosial akan memiliki kedudukan yang sama dengan user media sosial lainnya, tidak lagi sebagai petinggi. Hal inilah yang mungkin menjadi penghambat para politisi untuk berpolitik di sosial media. Kebanyakan saat ini adalah banyak pengguna yang melakukan cibiran kepada tokoh yang bukan dukungannya. Inilah yang menjadi tantangan bagi para politisi di Indonesia. Selain mengedepankan kekuatan materi, juga harus memperhatikan kekuatan mentalitas dalam menghadapi kritik masyarakat.
Keefektivitasan media sosial perlu dilirik oleh tokoh politik untuk mengkampanyekan partainya dan berkomunikasi dengan masyarakat. Para tokoh politik tidak lagi seharusnya memandang bahwa media sosial belum menyebar ke seluruh pelosok negeri. Justru metode lama seperti spanduk, balliho yang mengeluarkan biaya dan tenaga banyak kurang mampu menjangkau masyarakat yang pelosok karena keterbatasan akses.
1. Judul : KOMUNIKASI POLITIK DI ERA MEDIA SOSIAL
2. Penulis : Faridhian Anshari 3. Nama Jurnal : Jurnal Komunikasi
4. Volume : 8
5. Nomor : 1
6. Halaman : 91 - 102
7. Tahun : 2013
8. Link : https://journal.uii.ac.id/jurnal-
komunikasi/article/download/6469/5828/11261