MAKALAH KASUS AUDIT
STANDAR PEKERJAAN LAPANGAN
DISUSUN OLEH :
YUSTANIA YULIARMAN ( 11210000048 ) MORENO PUTRA MAYSANDRO ( 11210000053 ) MUHAMMAD FACHRI MAULANA ( 11210000058 )
PRASETYO ( 11210000056 )
KASUS AUDIT
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Sang Pencipta karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kasus audit ini. Makalah ini ditulis sebagai wujud sumbangsih pemikiran penulis untuk dunia pendidikan khususnya berkaitan dengan Kasus Audit : Standar Pekerjaan Lapangan. Kasus Audit : Standar Pekerjaan Lapangan adalah pedoman yang digunakan oleh auditor saat melaksanakan pemeriksaan lapangan.
Makalah ini membahas tentang bagaimana pekerjaan audit dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan prinsip-prinsip audit yang berlaku. Kami berusaha menyajikan makalah kasus audit ini sebagai salah satu makalah referensi agar para mahasiswa serta masyarakat luas yang berminat terhadap kasus audit dapat memahami konsep-konsep kasus audit yang dibutuhkan dalam perusahaan. Harapannya makalah ini dapat menjadi bahan ajar atau referensi yang digunakan pada lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta dan masyarakat umum.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Muhammad Hasbi Saleh , SE.,Ak.,MM.,MAk.,CA.,CSP, sebagai dosen pengajar mata kuliah Kasus Audit di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta yang telah memberikan banyak masukan dan pengajaran kepada kami sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta.
Jakarta, 19 Juli 2024
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Standar auditing merupakan klasifikasi atau ukuran mutu kinerja dan berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur atau langkah-langkah tersebut. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar–standar tersebut sering berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Materialitas dan risiko audit melandasi penerapan semua standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Standar pekerjaan lapangan (field work) pertama dari standar auditing menyatakan bahwa pekerjaan harus direncanakan sebaik‐baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Hal ini dinyatakan secara jelas dalam standar audit intern pemerintah Indonesia yang diterbitkan oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI), tentang Standar Pelaksanaan Audit Intern paragaraf 3340 (Pelaksanaan Penugasan Audit Intern). Bahwa setiap tahap penugasan audit intern, auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kompetensi auditor.
Akuntan publik juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan setiap pemeriksaan. Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh standar auditing, standar pengendalian mutu dan etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), agar situasi penuh persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Tanpa standar auditing, standar pengendalian mutu dan etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan publik adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan standar pekerjaan lapangan?
2. Apa saja komponen utama standar pekerjaan lapangan?
3. Bagaimana penyelesaian kasus dalam standar pekerjaan lapangan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu standar pekerjaan lapangan.
2. Untuk mengetahui komponen utama standar pekerjaan lapangan.
3. Untuk memaparkan kasus standar pekerjaan lapangan yang telah di analisis.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Standar Pekerjaan Lapangan
Standar Pekerjaan Lapangan (Field Work Standards) dalam audit merupakan pedoman kritis yang memastikan bahwa seluruh tahapan pekerjaan lapangan dilakukan secara sistematis dan profesional. Salah satu poin yang perlu diperhatikan dalam standar pekerjaan lapangan yaitu sebelum menjalankan proses audit, auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai. Standar auditing yang menyangkut pelaksanaan kerja lapangan (field work) membutuhkan perencanaan yang memadai (Tunggal, 2010). “Setiap pekerjaan harus direncanakan dengan baik dan para pembantu, jika ada, harus diawasi sebagaimana mestinya.”. Ini mencakup pemahaman yang mendalam terhadap entitas yang diaudit, termasuk struktur organisasi, lingkungan bisnis, serta kebijakan dan prosedur yang ada.
Pemahaman ini membantu auditor mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Dengan penilaian risiko yang tepat, auditor dapat merancang dan melaksanakan prosedur audit yang sesuai untuk merespons risiko tersebut, sehingga memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Bukti audit yang diperoleh bisa berupa dokumentasi, pengamatan langsung, konfirmasi dari pihak ketiga, maupun wawancara dengan personel terkait. Bukti ini menjadi dasar bagi auditor untuk menyusun kesimpulan yang objektif dan memberikan opini yang kredibel mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan entitas.
Selain itu, pekerjaan lapangan juga mencakup dokumentasi temuan audit, kesimpulan, dan rekomendasi dengan jelas dan lengkap, sehingga memastikan bahwa seluruh proses audit dapat dipertanggungjawabkan. Dokumentasi ini sangat penting untuk memberikan transparansi dan referensi bagi audit di masa mendatang. Dengan mengikuti Standar Pekerjaan Lapangan ini, auditor dapat menjamin bahwa audit yang dilakukan memiliki kualitas yang tinggi, memberikan keyakinan yang memadai kepada pengguna laporan keuangan, dan mematuhi prinsip-prinsip audit yang diakui secara umum.
Standar ini juga membantu dalam meningkatkan kredibilitas auditor dan menjaga integritas profesi audit, sehingga pengguna laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
2.2 Komponen Utama Standar Pekerjaan Lapangan
Komponen utama dari Standar Pekerjaan Lapangan (Field Work Standards) dalam audit meliputi beberapa aspek penting yang harus dipatuhi oleh auditor untuk memastikan audit dilakukan secara sistematis dan profesional. Berikut adalah komponen-komponen utamanya :
1. Perencanaan dan Supervisi
Standar pekerjaan lapangan (field work) pertama dari standar auditing menyatakan bahwa pekerjaan harus direncanakan sebaik‐baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Hal ini dinyatakan secara jelas dalam standar audit intern pemerintah Indonesia yang diterbitkan oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI), tentang Standar Pelaksanaan Audit Intern paragaraf 3340 ‐‐ Pelaksanaan Penugasan Audit Intern. Bahwa setiap tahap penugasan audit intern, auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kompetensi auditor.
Perencanaan dalam audit merupakan langkah awal yang sangat penting, di mana auditor harus merancang pekerjaan audit dengan seksama. Proses ini melibatkan pemahaman mendalam terhadap entitas yang akan diaudit, termasuk struktur organisasi, lingkungan bisnis, kebijakan, dan prosedur yang ada. Auditor harus mengidentifikasi area-area yang memiliki risiko tinggi dan menentukan prosedur audit yang tepat untuk mengatasi risiko tersebut. Setiap rencana audit harus didokumentasikan dengan jelas, mencakup tujuan audit, cakupan yang akan diaudit, waktu yang dibutuhkan, serta sumber daya yang akan digunakan. Dokumentasi yang komprehensif ini tidak hanya membantu dalam melacak progres audit, tetapi juga memastikan bahwa semua aspek penting telah dipertimbangkan sebelum memulai pekerjaan lapangan.
Supervisi yang memadai adalah komponen kunci lainnya dalam standar pekerjaan lapangan. Selama proses audit berlangsung, penting bagi auditor senior atau pimpinan tim audit untuk memantau kinerja seluruh tim. Supervisi tidak hanya memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, tetapi juga membantu dalam menjaga kualitas dan konsistensi pekerjaan. Pemimpin tim audit harus memberikan bimbingan yang diperlukan kepada anggota tim, menjawab pertanyaan, dan memberikan koreksi jika terdapat kesalahan atau penyimpangan dari rencana awal. Dengan adanya
supervisi yang efektif, risiko terjadinya kesalahan dalam pelaksanaan audit dapat diminimalisir.
Supervisi yang baik juga mencakup penilaian berkala terhadap kemajuan pekerjaan audit. Pemimpin tim harus memastikan bahwa semua anggota tim memahami tugas dan tanggung jawab mereka, serta bekerja secara efisien untuk mencapai tujuan audit. Jika terdapat perubahan dalam kondisi entitas atau lingkungan bisnis selama audit berlangsung, rencana audit mungkin perlu disesuaikan. Oleh karena itu, supervisi yang kontinyu dan fleksibel sangat penting untuk menghadapi dinamika tersebut. Dengan perencanaan yang matang dan supervisi yang ketat, auditor dapat memberikan hasil audit yang andal dan kredibel, serta memenuhi standar pekerjaan lapangan yang ditetapkan.
1. Pemahaman Terhadap Entitas dan Lingkungannya
Auditor harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang entitas yang akan diaudit, termasuk lingkungan bisnis, struktur organisasi, kebijakan, dan prosedur yang berlaku.
Pemahaman ini mencakup analisis terhadap sistem pengendalian internal yang ada, proses bisnis yang dijalankan, serta faktor eksternal yang mempengaruhi operasi entitas. Dengan mengenali bagaimana entitas beroperasi secara keseluruhan, auditor dapat mengidentifikasi area yang mungkin memiliki risiko salah saji material atau ketidakpatuhan terhadap peraturan dan standar akuntansi.
Pemahaman yang komprehensif ini sangat membantu auditor dalam mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin ada dan merencanakan prosedur audit yang tepat untuk mengatasi risiko tersebut. Dengan mengetahui di mana letak kelemahan atau potensi masalah dalam sistem pengendalian internal dan operasi bisnis, auditor dapat merancang prosedur pengujian yang lebih spesifik dan relevan. Hal ini memastikan bahwa audit dilakukan secara efisien dan efektif, dengan fokus pada area-area yang paling memerlukan perhatian dan sumber daya audit.
2. Penilaian Risiko dan Tanggapan Terhadap Risikonya
Penilaian Risiko adalah langkah penting dalam proses audit di mana auditor harus mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan. Penilaian risiko ini melibatkan identifikasi risiko signifikan yang dapat berdampak besar pada keandalan laporan keuangan. Auditor harus menganalisis kemungkinan terjadinya risiko tersebut serta dampaknya terhadap laporan keuangan. Dengan memahami potensi risiko,
auditor dapat lebih fokus pada area yang memerlukan perhatian khusus, memastikan bahwa setiap risiko yang dapat mempengaruhi keakuratan laporan keuangan teridentifikasi dan dievaluasi secara menyeluruh.
Tanggapan terhadap Risiko berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tepat untuk mengatasi risiko yang teridentifikasi. Tanggapan ini dapat mencakup berbagai langkah, seperti pengujian pengendalian untuk memastikan efektivitas sistem pengendalian internal, pengujian substantif untuk memverifikasi keakuratan dan kelengkapan transaksi dan saldo, serta prosedur analitis untuk mengidentifikasi anomali atau tren yang tidak biasa dalam data keuangan. Dengan merespon risiko secara efektif, auditor dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
3. Bukti Audit
Auditor harus memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyusun kesimpulan yang dapat diandalkan dan memberikan opini audit yang akurat. Bukti audit ini dapat diperoleh melalui berbagai cara, termasuk dokumentasi yang mendukung transaksi dan saldo, pengamatan langsung terhadap proses dan prosedur, konfirmasi dari pihak ketiga, wawancara dengan personel terkait, serta prosedur audit lainnya seperti pengujian substantif dan analisis data. Setiap jenis bukti yang diperoleh harus mendukung temuan audit dan memberikan dasar yang kuat bagi auditor untuk mengevaluasi kewajaran laporan keuangan entitas yang diaudit.
Bukti audit yang dikumpulkan harus memenuhi kriteria relevansi dan keandalan agar dapat digunakan sebagai dasar kesimpulan audit. Bukti yang relevan adalah bukti yang secara langsung berhubungan dengan asersi yang diuji dan mendukung kesimpulan yang diambil oleh auditor. Bukti yang andal adalah bukti yang dapat dipercaya dan memiliki integritas yang tinggi, seperti konfirmasi tertulis dari pihak ketiga yang independen. Dengan mengumpulkan bukti yang relevan dan andal, auditor dapat memastikan bahwa opini yang diberikan berdasarkan bukti yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan terhadap hasil audit.
2.3 Sanksi Terkait Pelanggaran Standar Pekerjaan Lapangan
Sanksi terkait pelanggaran Standar Pekerjaan Lapangan (Field Work Standards) dalam audit dapat bervariasi tergantung pada tingkat pelanggaran dan yurisdiksi yang mengatur profesi audit. Berikut adalah beberapa jenis sanksi yang mungkin diberlakukan:
1. Sanksi Profesional
1) Teguran atau Peringatan: Auditor yang melanggar standar pekerjaan lapangan dapat menerima teguran atau peringatan dari organisasi profesional seperti Institut Akuntan Publik atau Asosiasi Auditor Internal.
2) Pencabutan Sertifikasi atau Lisensi: Dalam kasus pelanggaran serius, sertifikasi atau lisensi praktik auditor dapat dicabut sementara atau permanen, mencegah auditor dari melakukan audit di masa mendatang.
3) Penurunan Status: Auditor dapat mengalami penurunan status profesional, seperti diturunkan dari posisi senior atau pimpinan tim audit.
2. Sanksi Hukum
1) Denda: Auditor atau firma audit yang melanggar standar dapat dikenakan denda oleh otoritas regulasi.
2) Gugatan Hukum: Entitas yang dirugikan oleh kesalahan audit dapat mengajukan gugatan hukum terhadap auditor atau firma audit, yang dapat berujung pada kompensasi finansial.
3) Tindakan Pidana: Dalam kasus pelanggaran yang melibatkan penipuan atau kesengajaan, auditor dapat menghadapi tuntutan pidana yang berujung pada hukuman penjara.
3. Sanksi Organisasi
1) Pemutusan Kontrak: Klien dapat memutuskan kontrak dengan firma audit yang terbukti melanggar standar pekerjaan lapangan.
2) Kerugian Reputasi: Pelanggaran standar dapat merusak reputasi firma audit, yang berujung pada hilangnya klien dan kesempatan bisnis.
3) Pembatasan Keterlibatan dalam Proyek: Auditor atau firma audit mungkin dilarang untuk terlibat dalam proyek-proyek tertentu, terutama yang dikelola oleh pemerintah atau lembaga besar.
4. Sanksi Internal
1) Penurunan Pangkat atau Gaji: Auditor yang melanggar standar dapat menghadapi penurunan pangkat atau pengurangan gaji oleh firma audit tempat mereka bekerja.
2) Pemutusan Hubungan Kerja: Dalam kasus pelanggaran yang sangat serius, auditor dapat diberhentikan dari pekerjaannya.
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Pengertian PCAOB
Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) adalah badan pengawas nirlaba yang didirikan pada tahun 2002 sebagai bagian dari Sarbanes-Oxley Act, yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat sebagai respons terhadap sejumlah skandal akuntansi besar seperti Enron dan WorldCom yang mengguncang pasar modal dan merusak kepercayaan investor. PCAOB memiliki mandat untuk mengawasi audit perusahaan publik demi melindungi kepentingan investor dan memastikan integritas laporan keuangan.
Dengan lima anggota dewan yang ditunjuk oleh Securities and Exchange Commission (SEC), PCAOB bertanggung jawab menetapkan standar audit, melakukan inspeksi terhadap firma audit, dan menegakkan tindakan disipliner terhadap auditor yang melanggar standar atau hukum. Sejak pembentukannya, PCAOB telah memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas audit, memperkuat transparansi dan akuntabilitas dalam laporan keuangan perusahaan publik, serta memulihkan kepercayaan investor terhadap pasar modal Amerika Serikat.
3.2 Pengertian ISA
International Standards on Auditing (ISA) dikembangkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB), sebuah badan independen di bawah Federasi Akuntan Internasional (IFAC). Sejarah ISA berawal pada tahun 1977, ketika IFAC didirikan dengan tujuan memperkuat dan mengembangkan profesi akuntansi di seluruh dunia. Pada tahun 1978, IAASB, yang pada saat itu dikenal sebagai International Auditing Practices Committee (IAPC), dibentuk untuk menetapkan standar audit internasional. Pada tahun 1991, IAPC menerbitkan set pertama dari standar audit internasional yang dikenal sebagai International Auditing Guidelines. Seiring berjalannya waktu, standar ini berkembang dan diperbarui, dan pada tahun 2003, IAPC berganti nama menjadi IAASB untuk mencerminkan tanggung jawab yang lebih luas. ISA telah diadopsi oleh banyak negara di seluruh dunia sebagai bagian dari upaya global untuk menyelaraskan praktik audit dan meningkatkan kualitas serta konsistensi audit laporan keuangan. ISA terus diperbarui dan ditingkatkan oleh IAASB untuk mencerminkan perubahan dalam lingkungan bisnis dan teknologi, serta untuk mengatasi tantangan dan risiko baru dalam audit keuangan.
3.3 Pengertian GAAS
Standar Audit yang Berlaku Umum di Amerika Serikat, atau Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), memiliki sejarah yang panjang dan penting dalam dunia akuntansi dan auditing. GAAS pertama kali diperkenalkan oleh American Institute of Accountants (AIA), yang kemudian menjadi American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), pada tahun 1939. Pembentukan GAAS ini merupakan respons terhadap kebutuhan akan panduan yang jelas dan konsisten bagi auditor dalam menjalankan tugas mereka, terutama setelah sejumlah skandal keuangan dan kegagalan audit yang terjadi pada tahun 1920-an dan 1930-an. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan keandalan dan integritas laporan keuangan yang diaudit serta melindungi kepentingan publik dan investor. Pada tahun 1947, AICPA mengadopsi sepuluh standar audit yang membentuk dasar dari GAAS, yang terbagi menjadi tiga kategori: standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Seiring waktu, standar-standar ini terus diperbarui dan disempurnakan untuk mengakomodasi perubahan dalam praktik bisnis, teknologi, dan regulasi. Hingga kini, GAAS tetap menjadi landasan utama bagi praktik audit di Amerika Serikat, yang menetapkan pedoman bagi auditor untuk melakukan audit dengan profesionalisme, independensi, dan kompetensi yang tinggi.
3.4 Penyelesaian kasus
Untuk menentukan standar audit yang sesuai untuk setiap penugasan yang diberikan, penting untuk mempertimbangkan jenis perusahaan, lokasi perusahaan, dan regulasi yang berlaku. Berikut adalah analisis rinci untuk masing-masing penugasan:
a) Audit terhadap perusahaan swasta AS yang tidak memiliki ekuitas atau utang publik.
Standar Audit yang Berlaku Umum di AS (GAAS): Perusahaan swasta di AS yang tidak memiliki ekuitas atau utang publik akan diaudit sesuai dengan GAAS, yang ditetapkan oleh AICPA (American Institute of Certified Public Accountants).
b) Audit perusahaan swasta Jerman dengan utang publik di Jerman.
Standar Audit Internasional (ISA): Perusahaan swasta di Jerman dengan utang publik kemungkinan besar akan diaudit sesuai dengan ISA (International Standards on Auditing), yang ditetapkan oleh IAASB (International Auditing and Assurance Standards Board).
c) Audit perusahaan publik AS.
Standar Audit PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board): Perusahaan publik di AS diharuskan untuk diaudit sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PCAOB, yang mengawasi audit laporan keuangan perusahaan publik.
d) Audit terhadap perusahaan publik Inggris yang terdaftar di Amerika Serikat dan yang laporan keuangannya akan diajukan ke SEC.
Standar Audit PCAOB: Karena perusahaan ini terdaftar di AS dan laporan keuangannya akan diajukan ke SEC (Securities and Exchange Commission), audit harus dilakukan sesuai dengan standar PCAOB.
e) Audit organisasi nirlaba AS.
Standar Audit yang Berlaku Umum di AS (GAAS): Organisasi nirlaba di AS biasanya akan diaudit sesuai dengan GAAS yang ditetapkan oleh AICPA.
f) Audit terhadap perusahaan swasta AS yang akan digunakan untuk pinjaman dari bank umum.
Standar Audit yang Berlaku Umum di AS (GAAS): Audit ini kemungkinan besar akan dilakukan sesuai dengan GAAS karena perusahaan ini adalah perusahaan swasta yang membutuhkan audit untuk keperluan pinjaman bank.
g) Audit terhadap perusahaan publik AS yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan Jepang yang akan digunakan untuk pelaporan oleh perusahaan induk di Jepang.
Standar Audit PCAOB: Karena perusahaan ini adalah perusahaan publik di AS, audit akan dilakukan sesuai dengan standar PCAOB. Namun, pelaporan juga harus memenuhi persyaratan pelaporan di Jepang, yang mungkin mengikuti ISA untuk konsolidasi laporan keuangan.
h) Audit terhadap perusahaan swasta AS yang memiliki utang yang diperdagangkan secara publik.
Standar Audit PCAOB: Meskipun perusahaan ini adalah perusahaan swasta, karena memiliki utang yang diperdagangkan secara publik, audit harus dilakukan sesuai dengan standar PCAOB untuk memenuhi persyaratan pelaporan publik.
Ringkasan Penugasan dan Standar Audit yang Relevan:
a) GAAS (Standar Audit yang Berlaku Umum di AS) b) ISA (Standar Audit Internasional)
c) PCAOB (Standar Audit PCAOB) d) PCAOB (Standar Audit PCAOB)
e) GAAS (Standar Audit yang Berlaku Umum di AS) f) GAAS (Standar Audit yang Berlaku Umum di AS)
g) PCAOB (Standar Audit PCAOB dan ISA untuk pelaporan induk di Jepang) h) PCAOB (Standar Audit PCAOB)
Standar ini ditentukan berdasarkan regulasi yang berlaku di negara masing-masing dan jenis perusahaan yang diaudit. PCAOB biasanya berlaku untuk perusahaan publik dan beberapa kasus khusus di mana terdapat utang atau ekuitas yang diperdagangkan secara publik, sedangkan GAAS umumnya berlaku untuk perusahaan swasta dan organisasi nirlaba di AS. ISA digunakan di banyak negara lain di luar AS untuk memastikan audit dilakukan sesuai dengan standar internasional yang diterima secara luas.