LAPORAN PENELITIAN
PEMAHAMAN MAHASISWA TERHADAP PENGARUH LIMBAH DETERGEN TERHADAP PENCEMARAN AIR
Laporan ini Disususun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistika
Disusun oleh : Adinda Nur Amalia
2310631230025
Dosen Pengampu : Nurani Masyita, S.Pd., M.Pd
Anis Kusuma, S.T., M.Ars.
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran air merupakan salah satu isu lingkungan paling mendesak yang dihadapi masyarakat global saat ini. Air bersih sangat penting bagi kehidupan, namun kualitasnya terus terancam oleh berbagai aktivitas manusia, termasuk penggunaan bahan kimia dalam skala rumah tangga dan industri. Salah satu sumber pencemaran air yang signifikan adalah limbah deterjen, yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Deterjen, yang mengandung zat-zat kimia seperti surfaktan, fosfat, dan aditif lainnya, masuk ke sistem perairan melalui saluran pembuangan limbah rumah tangga dan industri tanpa pengolahan yang memadai, menyebabkan dampak negatif yang signifikan terhadap ekosistem perairan dan kemurnian air.
Dampak paling mencolok dari deterjen terhadap lingkungan perairan adalah eutrofikasi, yakni kondisi ketika nutrien berlebihan, terutama fosfat dari deterjen, memicu pertumbuhan alga secara berlebihan. Pertumbuhan alga yang masif ini mengurangi kadar oksigen dalam air, menyebabkan gangguan pada kehidupan organisme akuatik dan mengancam keseimbangan ekosistem. Selain itu, surfaktan yang ada dalam deterjen mengganggu kemampuan air untuk menyerap oksigen, memperburuk kualitas ekosistem perairan, dan mengancam kehidupan flora dan fauna yang bergantung pada air tersebut.
Selain dampak langsung pada ekosistem, air yang terkontaminasi deterjen juga menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia. Kontaminasi bahan kimia dari deterjen dapat mencemari sumber air minum dan memengaruhi kualitas pangan, seperti ikan dan tumbuhan air yang tercemar. Jika paparan terhadap bahan kimia ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan gangguan kesehatan serius pada manusia.
Meskipun dampak deterjen terhadap lingkungan sudah jelas, pengetahuan masyarakat mengenai bahaya zat berbahaya dalam deterjen masih rendah. Banyak konsumen tidak menyadari bahwa penggunaan deterjen sehari-hari yang tidak terkendali dan pembuangannya yang sembarangan dapat berkontribusi pada pencemaran lingkungan, terutama sumber air. Pengetahuan masyarakat tentang bahan kimia berbahaya dalam deterjen, seperti fosfat dan surfaktan, serta dampaknya terhadap lingkungan juga sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan rendahnya kesadaran
akan pentingnya memilih produk pembersih yang ramah lingkungan dan pengelolaan limbah yang lebih bertanggung jawab.
Selain minimnya informasi, kurangnya edukasi yang tepat mengenai dampak deterjen terhadap lingkungan memperburuk situasi. Upaya kampanye mengenai penggunaan deterjen ramah lingkungan dan pembuangan limbah yang aman masih kurang diperhatikan, sehingga masyarakat belum sepenuhnya paham akan tanggung jawab mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih mendalam mengenai bagaimana deterjen mempengaruhi kemurnian air dan sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang zat-zat berbahaya dalam deterjen terhadap lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kandungan zat kimia dalam detergen memengaruhi kualitas dan kemurnian air?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang keberadaan zat-zat berbahaya dalam detergen dan dampak terhadap lingkungan?
3. Apakah rendahnya pemahaman Masyarakat tentang bahaya detergen berkontribusi pada Tingkat pencemaran air dan lingkungan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh kandungan zat berbahaya dalam deterjen, seperti surfaktan, fosfat, dan bahan kimia tambahan, terhadap kemurnian air dan ekosistem perairan
2. Mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang zat berbahaya yang terkandung dalam deterjen dan dampaknya terhadap lingkungan, terutama terhadap kualitas air.
3. Menilai hubungan antara pengetahuan masyarakat mengenai bahaya deterjen dengan perilaku penggunaan dan pembuangan deterjen.
1.4 Manfaat penelitian
1. Meningkatkan kesadaran mahasiswa/i tentang pentingnya produk pembersih yang aman dan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab.
2. Mendorong perubahan perilaku mahasiswa/i menuju pola konsumsi yang lebih ramah lingkungan.
3. Mendukung program edukasi tentang pentingnya menjaga sumber daya air.
4. Menyediakan data penelitian sebagai acuan atau pembanding untuk penelitian sejenis di masa depan.
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Limbah dan Pencemaran Air 2.1.1 Pengertian Limbah dan Pencemaran Air
Limbah adalah sisa atau buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun industri. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999, limbah dikategorikan sebagai bahan yang tidak memiliki nilai guna, bersifat padat, cair, atau gas, dan dapat menimbulkan dampak bagi lingkungan dan kesehatan jika tidak dikelola dengan baik. Limbah dapat berasal dari berbagai sumber, seperti rumah tangga, industry, pertanian
Pencemaran air adalah kondisi di mana air mengalami penurunan kualitas akibat masuknya bahan-bahan berbahaya (polutan) yang mengubah sifat fisik, kimia, atau biologis air. Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pencemaran air terjadi ketika kandungan zat dalam air melampaui batas normal dan dapat membahayakan makhluk hidup atau merusak ekosistem. Polutan utama dalam pencemaran air meliputi : at organic dan anorganik, nutrien berlebih, bakteri dan pathogen. Sedangkan pencemaran air meliki beberapa jenis yaitu pencemaran fisik, pencemaran kimia, dan pencemaran biologis.
2.1.2 Klasifikasi Limbah (Organik dan Anorganik) Limbah dapat dibagi menjadi dua jenis:
 Limbah organik : Bahan yang mudah terurai secara alami seperti sisa makanan dan daun kering.
 Limbah Anorganik : Limbah yang sulit terurai seperti plastik, kaca, dan detergen. Limbah jenis ini membutuhkan waktu yang lama untuk terurai dan memerlukan penanganan khusus.
2.1.3 Dampak Limbah Terhadap Kesehatan
Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan pencemaran air, udara, dan tanah. Dampak kesehatan yang mungkin muncul meliputi penyakit kulit, gangguan pernapasan, serta risiko keracunan kimia jika limbah berbahaya masuk ke rantai makanan.
2.2 Detergen dan Komponen Penyusunnya 2.2.1 Definisi dan Fungsi Detergen
Detergen adalah campuran berbagai bahan yang digunakan untuk membantu pembersihan, terutama dalam mencuci pakaian dan membersihkan permukaan lainnya. Berbeda dengan sabun, detergen memiliki daya cuci yang lebih baik dan tidak terpengaruh oleh kesadahan air, yang membuatnya lebih efektif dalam menghilangkan kotoran dan noda
Deterjen adalah istilah yang biasa digunakan terhadap berbagai macam bahan pembersih atau bahan yang memiliki kemampuan untuk membersihkan. Deterjen banyak dipakai untuk menghilangkan kotoran dari pakaian, alat-alat makan dan lain-lain (Sawyer, 1994). Kandungan dasar deterjen adalah materi organik yang dapat menurunkan tegangan permukaan dan membentuk jembatan antara kotoran dengan senyawa pelarut sehingga terbentuk busa (Kao Corporation, 1983). sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) deterjen adalah bahan pembersih pakaian (seperti sabun yang tidak dibuat dari lemak atau soda dan berupa tepung atau cairan.
2.2.2 Bahan Kimia Berbahaya dalam Detergen
Beberapa bahan kimia yang sering ditemukan dalam detergen meliputi:
 Surfaktan: Menurunkan tegangan permukaan air dan memungkinkan detergen menembus noda.
 Fosfat: Berfungsi sebagai pelembut air, tetapi dapat menyebabkan eutrofikasi di ekosistem perairan.
 Pemutih (Bleach): Digunakan untuk menghilangkan noda, tetapi bisa menyebabkan iritasi kulit dan mata.
2.3 Dampak Limbah Detergen terhadap Lingkungan dan Detergen 2.3.1 Dampak Limbah Detergen terhadap Ekosistem Perairan
Limbah detergen yang dibuang ke saluran air tanpa pengolahan dapat menyebabkan pencemaran. Fosfat memicu ledakan populasi alga, yang dikenal dengan istilah eutrofikasi, mengurangi kadar oksigen, dan mengancam makhluk hidup di perairan.
2.3.2 Resiko Kesehatan Bagi Manusia
Detergen dapat menimbulkan efek samping jika terpapar langsung atau melalui air yang tercemar. Risiko kesehatan termasuk iritasi kulit, gangguan
pencernaan, dan masalah pernapasan bagi individu yang sensitif terhadap bahan kimia tertentu.
2.4 Pengetahuan dan Kesadaran Lingkungan
2.4.1 Konsep Pengetahuan dan Kesadaran Mahasiswa Terhadap Lingkungan Pengetahuan lingkungan adalah pemahaman individu tentang isu-isu lingkungan dan cara mencegah kerusakan lingkungan. Mahasiswa, sebagai agen perubahan, diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai untuk mendukung perilaku ramah lingkungan.
2.4.2 Faktor – faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Mahasiswa
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan mahasiswa meliputi:
 Pendidikan formal: Kurikulum dan mata kuliah yang terkait dengan lingkungan.
 Media informasi: Akses terhadap informasi melalui internet, media sosial, dan kampanye lingkungan.
 Pengalaman pribadi: Keterlibatan dalam kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan, seperti relawan lingkungan.
2.4.3 Peran Perguruan Tinggi dalam Meningkatkan Kesadaran Lingkungan Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran lingkungan melalui pendidikan dan penelitian. Kegiatan seperti seminar, pelatihan, dan program kampus hijau dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap peduli lingkungan mahasiswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu metode yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Sugiyono (2017:2) menyatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Priyono (2016), terdapat beberapa metode penelitian untuk penelitian kuantitatif, yakni metode eksperimen, metode survei, dan metode analisis isi. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui penyebaran kuesioner secara online. Metode survei adalah metode penelitian kuantitatif dengan instrumen penelitiannya yang berbentuk kuesioner (Priyono, 2016). Pengumpulan data dari kuesioner didapatkan dengan menyebarkannya kepada sejumlah sampel yang dipilih dari populasi tertentu. Survei bertujuan untuk meriset kepercayaan, sikap, nilai, atau perilaku responden (Kriyantono, 2020). Oleh karena itu, pengumpulan dan analisis data yang dilakukan pada metode ini sangat runtut dan terperinci.
Sugiyono (2020, hlm. 9) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme atau enterpretif, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data, bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkontruksi fenomena, dan menemukan hipotesis. Kuesioner harus mencakup semua indikator yang dihasilkan dari definisi operasional. Skala pengukurannya tergantung dari jenis data yang dirumuskan dalam definisi operasional, yakni bisa nominal, interval, rasio atau ordinal. Penyajian skala pengukuran bisa menggunakan beberapa pilihan seperti skala Likert, Gutman, dan lain-lain (Kriyantono, 2020).
3.2 Jenis Penelitian
Sugiyono (2020, hlm. 9) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme atau enterpretif,
digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data, bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkontruksi fenomena, dan menemukan hipotesis.
Sugiyono (2020, hlm. 9) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme atau enterpretif, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan observasi, wawancara, dokumentasi), data yang diperoleh cenderung data kualitatif, analisis data, bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif bersifat untuk memahami makna, memahami keunikan, mengkontruksi fenomena, dan menemukan hipotesis.
Sifat penelitian ini adalah eksplanatif. Strategi eksplanatif ini sering disebut pula sebagai strategi riset korelasional (menghubungkan variabel satu dengan yang lain untuk melihat hubungan atau pengaruhnya) dan komparatif (membandingkan untuk melihat perbedaan antarvariabel). Peneliti akan mencari hubungan sebab akibat ataupun menghubungkan dua atau lebih variabel (konsep) atau yang ada untuk diteliti (Kriyantono, 2020).
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Kriyantono (2020) menjelaskan bahwa populasi merupakan keseluruhan objek ataupun kenyataan yang akan diteliti. Objek-objek yang digeneralisir dari kelompok tertentu berdasarkan nilai dan karakter yang sesuai dengan tujuan penelitian juga dapat disebut sebagai populasi. Pada penelitian ini, populasi yang dinilai sesuai untuk menerima kuesioner adalah mahasiswa dan mahasiswa Teknik Kimia angkatan 2023 Universitas Singaperbangsa Karawang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah separuh ataupun keseluruhan kejadian atau objek yang kemudian akan diteliti. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
hasilnya dapat digeneralisir. Oleh karena itu, representatif sampel berperan penting pada penelitian kuantitatif. Representatif sampel merupakan cerminan dari keseluruhan nilai ataupun bagian dari populasi secara proporsional. Selain itu, representatif sampel juga merupakan perwakilan dari fenomena sebenarnya dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dari sebuah populasi
(Kriyantono, 2020).
Untuk menentukan sampel pada penelitian ini, peneliti memakai teknik nonprobability sampling, yaitu purposive sampling. Priyono (2016) menjelaskan bahwa purposive sampling merupakan teknik sampling yang dilakukan secara sengaja, yaitu dengan menentukan kriteria spesifik dalam pemilihan sampel. Kriteria tersebut biasanya menuju pada sekelompok orang yang dianggap ahli dan berkaitan erat dengan penelitian yang akan dilakukan.
Kriteria spesifik yang ditentukan dalam penelitian ini ialah mahasiswa dan mahasiswi Teknik Kimia angkatan 2023 Universitas Singaperbangsa Karawang yang mengetahui dan pernah membeli dan memakai detergen. Dan pada sampel ini responden yang mengisi adalah sejumlah 96,5% dari seluruh mahasiswa Teknik Kimia Angkatan 2023 Universitas Singaperbangsa Karawang dikarenakan responden kekurangan data
3.4 Data dan Jenis Data 3.4.1 Data Primer
Kriyantono (2020) menjelaskan, data yang berasal dari sumber-sumber utama, seperti responden maupun subjek riset, hasil pengisian kuesioner, observasi, dan wawancara disebut sebagai data primer. Merupakan data dimana diperoleh secara langsung dari objek penelitian (Sumarsono, 2004:69). Data primer dalam penelitan ini diperoleh secara langsung dengan mengisi kuisioner yang diisi oleh mahasiswa dan mahasiswi Teknik Kimia angkatan 2023 Universitas Singaperbangsa Karawang yang mengetahui dan pernah membeli dan memakai detergen.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber sekunder atau kedua. Data ini biasanya berguna untuk memenuhi informasi dari data primer (Kriyantono, 2020). Data sekunder pada penelitian ini ialah jurnal ilmiah, buku, dan juga artikel online.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Tahap Pra – lapangan
Dalam tahap ini identifikasi masalah atau antecedents yang akan diteliti yaitu mencari informasi mengenai jumlah Sungai yang tercemar di Indonesia dan mencari tahu seberapa paham mahasiswa/i Teknik Kimia Angkatan 2023 Universitas Singaperbangsa Karawang terhadap bahaya limbah detergen terhadap lingkungan. Hasil dari identifikasi tersebut dirumuskan menjadi rumusan masalah yang menjadi pertanyaan penelitian dan melakukan studi penjajakan kepada pihak terkait. Selanjutnya melaksanakan studi kepustakaan dalam rangka memperoleh pengetahuan, teori-teori, dan orientasi awal terhadap permasalahan yang akan diteliti dan menyusun kisi-kisi dan instrument penelitian sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian sehingga fokus pada masalah yang akan diteliti.
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
Mengumpulkan data mengenai apa yang berhubungan dengan kondisi awal dan hasil. Selain itu, pada tahap ini pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan teknik triangulasi data, yakni wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang sebesar-besarnya serta meningkatkan kualitas dan kredibilitas data. Pelaksanaan menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan lembar dokumen yang telah disusun dari awal sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini 3.5.3 Tahap Analisis Data
Penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai ke lapangan. Kegiatan analisis data ini dilakukan dengan memulai mengumpulkan data dan informasi dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, kemudian data yang telah diperoleh diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian kualitatif.
3.5.4 Tahap Pelaporan
Pengolahan hasil analisis data dan menyusun hasil dari penelitian kedalam bentuk laporan penelitian sebagai bentuk hasil akhir tugas statistika.
3.6 Tempat dan Waktu Penelitaian 3.6.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner, dengan responden adalah mahasiswa dan mahasiswi Teknik Kimia angakatan 2023 Universitas Singaperbangsa Karawang.
3.6.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan dalam pembuatan kuisioner dan penyebaran kuisioner yang dilakukan secacra online untuk memastikan jumlah responden mencukupi dan data yang diperoleh valid serta representatif.