• Tidak ada hasil yang ditemukan

STILISTIKA ARAB DAN KONSEP TEORI AL-NAZM DALAM PEMIKIRAN AL-JAHIZ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "STILISTIKA ARAB DAN KONSEP TEORI AL-NAZM DALAM PEMIKIRAN AL-JAHIZ"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

e- ISSN 2548 9402 | | DOI : 10.31604/linguistik.v8iii.424-433

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

424 STILISTIKA ARAB DAN KONSEP TEORI AL-NAZM DALAM PEMIKIRAN

AL-JAHIZ

Muhammad Ulil Aidy1, Sri Wahyuni Lestari2 Email: ulil4idy@gmail.com, swlestari07@gmail.com

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl. Laksda Adisucipto, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta1

Universitas Islam Negeri Maulan Malik Ibrahim Malang, Jl. Gajayana, Lowokwaru, Malang2

Abstrak

Artikel ini mengkaji tentang konsep teori al nazm dalam pemikiran Al-Jahiz dalam bidang stilistika Arab. Dalam artikel ini, peneliti menyajikan pandangan Al-Jahiz tentang penggunaan bahasa dan cara menata kalimat dalam bahasa Arab. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif untuk memahami pandangan Al-Jahiz dalam mengembangkan konsep teori al-Nazm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Jahiz memahami konsep al nazm sebagai metode dalam menata kalimat di bahasa Arab sehingga memberikan kesan estetik dan mempermudah pemahaman. Selain itu, Al-Jahiz juga menekankan pentingnya memahami konteks dan tujuan penggunaan bahasa dalam menentukan gaya bahasa yang tepat. Artikel ini memiliki keterlibatan yang signifikan untuk studi bahasa dan sastra Arab, terutama bagi mereka yang mencoba memahami gagasan al-nazm dan bagaimana menerapkannya untuk menyusun kalimat yang indah dan fungsional. Penelitian ini dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya tentang gagasan teoretis al nazm dalam bidang stilistika bahasa Arab.

Kata kunci: al-Nazm, al-Jahiz, Stilistika Arab.

Abstract

This article examines the theoretical concept of al nazm in Al-Jahiz's thought in the field of Arabic stylistics. In this article, the author presents Al-Jahiz's views on the use of language and how to arrange sentences in Arabic. This study uses a descriptive method using a qualitative approach to understand Al-Jahiz's views in developing the concept of al-Nazm's theory. The results showed that Al-Jahiz understood the concept of al nazm as a method for arranging sentences in Arabic so as to give an aesthetic impression and facilitate understanding. In addition, Al-Jahiz also emphasized the importance of understanding the context and purpose of using language in determining the appropriate style of language.

This article has a significant engagement for the study of Arabic language and literature, especially for those who are trying to understand the ideas of al-nazm and how to apply them to compose beautiful and functional sentences. This research can be a basis for further research on the theoretical idea of al nazm in the field of Arabic stylistics.

Keywords: al-Nazm, al-Jahiz, Arabic Stylistics.

PENDAHULUAN

Secara sederhana, stilistika adalah cabang linguistik yang berfokus pada bagaimana orang menggunakan bahasa dalam konteks tertentu dan untuk tujuan tertentu.1 Ilmu ini dikenal sebagai ilmu uslub atau uslubiyyah dalam tradisi peninggalan Arab; uslub adalah

(Yogyakarta: Titian Ilahi 1

Qur’an Qur’an Pengantar Orientasi Studi Al- -

Stilistika Al Syihabuddin Qalyubi,

Press, 1997), p. 27.

(2)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

425 istilah etimologis yang menunjukkan teknik, pendekatan, atau aliran pemikiran. Uslub adalah istilah umum untuk proses menulis, memilih, dan mengatur kata-kata untuk menyampaikan makna tertentu dengan tujuan dan efek yang dapat dilihat.2 Gaya merujuk pada cara yang unik bahwa segala sesuatu disampaikan untuk mencapai tujuan yang maksimal. Sementara stilistika adalah disiplin yang menyelidiki gaya linguistik seseorang.3

Sejarah perkembangan stilistika dalam tradisi Arab berbeda dengan tradisi Barat.

Pendekatan ini dikembangkan di Barat oleh para kritikus sastra yang ingin memusatkan kajiannya pada ciri-ciri linguistik karya sastra. Namun, dalam budaya Arab, stilistika berasal dari kekaguman peneliti terhadap puisi, pidato, dan ayat-ayat Alquran.4 Al-Jahidz, al- Khattabi, al-Baqillani, dan al-Jurjani adalah tokoh yang memberikan kontribusi signifikan terhadap teori al-Nazm dan memainkan peran penting dalam pengembangan stilistika dalam tradisi Arab. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, peneliti artikel ini berusaha mengungkap teori al-nazm yang dianut oleh salah satu dari empat tokoh terkenal di bidang uslub. Penempatan kata dan frasa, serta preferensi, sangat dipengaruhi oleh al- nazm. Dengan demikian, dengan menggunakan hipotesa al-Nazm, pemahaman yang lebih besar tentang keajaiban akan dicapai, khususnya sehubungan dengan keharmonisan dan keindahan Al-Qur'an yang luar biasa. Kajian pemikiran al-Jahiz tentang teori nazm dalam perkembangan kajian uslub di dunia Arab merupakan objek formal, sedangkan objek materialnya adalah karya-karya kolosal al-Jahiz yang mendalami teori al-Nazm.

Dahulu, Al-Jahiz (wafat 256 H), seorang ahli i'jaz al-Qur'an, menerbitkan buku berjudul Nazmu al-Qur'an. Sayangnya, karena banyaknya fitnah gencatan senjata yang terjadi pada masa itu dan berdampak pada masyarakat Islam, buku tersebut dihancurkan sebelum sempat dibaca oleh generasi berikutnya. Namun demikian, petunjuk dari tulisan-tulisan Al-Jahiz lainnya, seperti kitab Al-Hayawan, memungkinkan kita menyimpulkan keberadaan kitab tersebut. Karya Al-Jahiz, Khalqu al-Qur'an, sering merujuk pada bukunya yang berjudul Nazmu al-Qur'an.5 Al-Jahiz memusatkan penelitiannya pada nazm Al-Qur'an serta nazm beberapa kalam pada umumnya. Dia tidak setuju dengan pendapat Ibrahim bin Sayyar al- Nazzam dan para pendukungnya. Al-Jahiz berpendapat bahwa nazm berkaitan dengan preferensi leksikal berdasarkan pola penggunaan dan keindahan urutan kata dengan preferensi musik tergantung pada kemurnian nada.6 Dalam hal ini, kajian mendalam terhadap al-Nazm menjadi sangat penting dengan penekanan pada pendapat-pendapat al- Jahiz yang diungkapkan melalui penggunaan metode deskriptif kualitatif.

Meskipun teori tersebut telah digunakan secara luas, tidak terlalu banyak penelitian yang telah dilakukan tentang bagaimana stilistika bahasa Arab pertama kali muncul. Namun penelitian ini bukanlah yang pertama menyelidiki gagasan stilistika bahasa Arab. Ahmad Sirfi Fatono menemukan bahwa keempat individu tersebut telah memberikan kontribusi dalam penciptaan stilistika bahasa Arab melalui teori nazm dalam artikel ilmiahnya yang berjudul “Teori Al-Nam Menurut al-Jahiz, al-Khaththabi, al-Baqillani, dan al-Jurjani dalam Stilistika Tradisi Arab (Studi Analisis Komparatif)". Al-Jurjani memiliki pengaruh paling

(Kairo: 2

Adabiyyah -

Asalib Al -

Ushul: Dirasah Balaghiyyah Tahliliyyah Li Ushul Al -

Al Syayib, - Ahmad Al

Maktabah al-Nahdiyyah, 1995), pp. 58–59.

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 3

Stilistika Kajian Puitika Bahasa Sastra Dan Budaya Nyoman Kutha Ratna,

2009), p. 3.

(Yogyakarta: Karya Media, 2013), 4

Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Syihabuddin Qalyubi,

p. 7.

(Kairo: Maktabah 5

Qur’ani Wujuhuhi Wa Asraruhu I’jaz Al-

- Abdul Ghani Muhammad Sa’d Barakah, Al

Wahbah, 1989), p. 57; Hussein Nassar, I’jaz Al-Qur’an (Al-Tahaddi, Al-‘Ajzu, Al-I’Jaz) (Kairo: Maktabah Misra, 1999), p. 307.

, 6

Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Abdul Ghani Muhammad Sa’d Barakah, p. 57; Qalyubi,

p. 34.

(3)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

426 besar terhadap perkembangan stilistika bahasa Arab pada zaman kontemporer dari empat tokoh tersebut.7

Dengan kata lain, stilistika bukanlah hal baru dalam studi bahasa dan sastra Arab karena akar dari disiplin ilmu ini ditemukan oleh ahli bahasa Arab kuno. Meskipun kemudian ahli bahasa Barat mengemas ulang bidang studi ini untuk saat ini. Maka artikel ini bertujuan untuk mengkaji tentang konsep teori al nazm dalam pemikiran Al-Jahiz dalam bidang stilistika Arab. Dalam artikel ini, peneliti menyajikan pandangan Al-Jahiz tentang penggunaan bahasa dan cara menata kalimat dalam bahasa Arab.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan kajian Pustaka yang menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menelisik literatur-literatur terkait untuk menemukan ilmu stilistika teori al-nazm. Lalu peneliti mencobauntuk menguak hubungan yang dibiliki oleh stilistika Arab dengan ilmu-ilmu lain yang lebih dulu muncul, seperti balagah, linguistic (‘ilm lugoh), dan kritik sastra (al-naqd al-adabi). Meskipun kajian stilistika telah banyak dilakukan di Indonesia, namun pengantar stilistika Arab yang mencangkup teori al-nazm dalam pemikiran al-Jahiz masih belum banyak dikaji oleh para peneliti. Demikian juga relasi stilistika Arab dengan ilmu-ilmu yang lain.

PEMBAHASAN

Al-Uslubiyyah dalam Khazanah Tradisi Arab

Pemahaman tentang uslub sangat penting dalam budaya Arab. Bidang studi ini menghubungkan linguistik dengan sastra. Berkenaan dengan preferensi kata dan struktur kalimat khususnya, bahasa dimasukkan ke dalam dan terikat pada studi linguistik.

Pemeriksaan efek preferensi mengungkapkan hubungan yang kuat antara konten semantik dan tematik. Ilmu uslub, ilmu balagah, dan sastra semuanya dipadukan dalam analisis pemilahan gaya. Al-Qur'an, hadits, puisi, sastra, drama, dan wacana politik hanyalah sebagian dari kekayaan warisan Arab yang mampu ditelaah oleh ilmu uslub. Al-Qur'an menginspirasi para ilmuwan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang bahasa yang digunakan. Akibatnya, ilmu uslub memiliki berbagai hipotesis dan argumentasi. Tiga buku Al-Jahiz, Nazm al-Qur'an, Ay min al-Qur'an, dan Masail Min Al-Qur'an menyajikan teorinya tentang al-i'jaz dan al-hazf (elipsis). Dia adalah seorang ilmuwan yang hidup pada abad ke-3 H. Dia mengklaim bahwa Al-Qur'an adalah teks yang ditulis dalam bahasa tertentu dan unik. Berdasarkan penemuannya, dia menggunakan idenya untuk membuat hipotesis balaghah dan nazm.8

Disiplin balaghah seringkali mencakup topik kajian di atas. Memang pada saat itu masih termasuk dalam kategori ilmu balaghah, stilistika pertama kali muncul di dunia Arab dalam konteks kemunculannya. Namun, stilistika ini berkembang lebih cepat di Barat selama pertumbuhannya daripada di tempat lain.9 Analisis balaghah masih merupakan sisa dari masa lalu yang belum banyak dipelajari, namun analisis stilistika cukup gencar dilakukan di Barat pada awal abad ke-20. Akibatnya, sejumlah besar ilmuwan Arab menempuh pendidikan tinggi di Barat untuk menggabungkan pengetahuan mereka tentang tradisi ilmiah

Jurjani Dalam 7

- Baqillani Dan Al -

Khattabi, Al -

Jahiz, Al -

Nazm Menurut Al Ahmad Sirfi Fatoni, ‘Teori Al-

Stilistika Tradisi Arab (Studi Analisis Komparatif)’, EL-HIKAM: Jurnal Pendidikan Dan Kajian Keislaman, 13.2 (2020), p. 40.

.8

, p. 7 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

.9

, p. 8 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

(4)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

427 Barat dan Arab. Menyusul adaptasi prinsip-prinsip analisis stilistika Barat tertentu dengan tradisi ilmiah Arab, lahirlah stilistika Arab yang khas berdasarkan ilmu balaghah.10

Istilah “gaya” ini kemudian dikenal dengan istilah “uslub” dalam kebudayaan Arab.

Uslub sering dipahami sebagai ungkapan lisan. Uslub dibagi menjadi dua kategori berdasarkan pemahaman ini: uslub adabi (gaya bahasa sastra) dan uslub 'ilmi (gaya bahasa ilmiah). Uslub adab digunakan oleh peneliti, pendongeng, penyair, dan orator, tetapi uslub 'ilmi digunakan oleh ilmuwan. Al-Zarqani mendefinisikan uslub sebagai cara berbicara yang digunakan pembicara untuk mengkomunikasikan makna dan maksud di balik pernyataan mereka. Namun, mirip dengan "stilistika", konsep "uslub" memiliki sejumlah interpretasi alternatif, sehingga sulit untuk didefinisikan secara tepat dan diukur. Hal ini dikarenakan para ulama memiliki pandangan yang beragam tentang apa itu uslub.11

Ghithas menyajikan beberapa asumsi mendasar yang harus dipahami sebelum mendefinisikan uslub:

a. Uslub tercipta melalui seleksi (ikhtiyar), yang mengandung dua pilihan: memilih isyarat bahasa yang mirip maknanya tetapi berbeda wujudnya, atau memilih isyarat bahasa yang berbeda maknanya namun berbeda pula wujudnya. Uslub adalah pilihan yang dilakukan oleh penutur terhadap indikator kebahasaan tertentu untuk menyampaikan keinginannya.

b. Uslub merupakan hasil timbal balik pembaca terhadap teks. Melalui kehadiran unsur-unsur rangkaian kalam dan kesadaran terhadapnya Uslub juga dikategorikan sebagai kekuatan yang menekan (quwwah dagitah) daya rasa pembaca.

c. Uslub dapat diartikan sebagai pemisahan atau penyimpangan (inhiraf) dari bentuk umum dengan membandingkannya dengan bentuk umum yang berkaidah.

d. Uslub bukanlah pemilihan, kekuatan yang menekan, ataupun penyimpangan. Uslub sebenarnya merupakan tambahan (idafah), yang dapat berupa penambahan kilasan efek yang masuk dalam tubuh ujaran-ujaran pada teks, atau hanya hiasan yang ditambahkan pada bentuk.

e. Uslub bisa diartikan sebagai konotasi (tadhmin) unsur semantik, yang dapat diungkap dan ditemukan nilainya melalui kerangka teks yang mencakup situasi, tempat, dan konteks. Hal ini merupakan salah satu fungsi dari stilistika.12

Pendekatan yang berbeda untuk memahami uslub dapat menyebabkan berbagai teknik stilistika digunakan untuk mengungkapkan uslub tersebut. Uslub, atau gaya bahasa, didefinisikan oleh Ghazalah sebagai fitur leksikal, gramatikal, dan semantik dari bahasa yang dipilih oleh peneliti untuk digunakan, baik sengaja atau tidak sengaja.13

Berikut tiga catatan Syukri Muhammad 'Ayyad tentang definisi uslub:

1. Makna istilah "uslub" adalah lentur, oleh karena itu dapat digunakan untuk menggambarkan kisah singkat, kutipan utuh, kumpulan puisi, atau karya prosa.

Selain itu, istilah "uslub" juga menggambarkan susunan dan penyajian kata atau konsep.

2. Kata "uslub" mengandung nilai suatu karya sastra. Oleh karena itu, dalam penggunaannya terkadang disebut sebagai sastra dengan uslūb yang baik atau sastra dengan uslub yang jelek. Namun, jika kata "uslub" tidak disertai dengan kata sifat seperti dalam ungkapan "fulan 'indahu uslub", maka kata tersebut bermakna gaya bahasa yang baik.

.10

, p. 8 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

.11

11 , pp. 10 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

Arabiyah li 12

- Islamiyah wa al -

Dirasat al -

(Kairo: Kulliyah al Ḥadīṡ

Adabī Al- -

Naqd Al - Al Muna Ghithas dkk,

al-Banat bi al-Qahirah-Jami’ah al-Azhar bekerja sama dengan Maktabah al-Iman, 2019).

.13

ZAH, 2017), p. 25 (Jakarta: AM

Qur’an - Ayat Pernikahan Dalam Al -

Stilistika Arab: Studi Ayat Zubair,

(5)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

428 3. Uslub dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu karya sastra secara umum.

Akibatnya, ketika seseorang merujuk pada uslub, mereka mengacu pada gaya bahasa yang unik dan tidak biasa. Dan ketika seseorang berkata, "Fulan 'indahu uslub," itu tidak hanya berarti bahwa proses penelitiannya bagus; mereka juga menunjukkan bahwa gaya tulisan mereka khas dan berbeda dari orang lain.14

Al-'Umari menegaskan bahwa ada tiga komponen yang dapat digunakan untuk menggambarkan uslub: al-mursil (pembicara), al-mutalaqqi (pembicara), dan al-khitab atau al-nas (ucapan atau teks). Uslub dapat dilihat dari segi penutur sebagai pernyataan- pernyataan yang mengungkapkan sudut pandang penutur atau pengarang, sehingga memunculkan adagium bahwa “uslub adalah orang itu sendiri”. Uslub dapat dilihat dari sudut pandang penutur sebagai isyarat tekstual yang mempengaruhi penutur atau pembaca.

Sebaliknya, uslub adalah kumpulan fenomena linguistik yang dipilih, digunakan, dan dikonstruksi secara sewenang-wenang.15

Selain uslub, ungkapan 'ilm al-uslub dan uslubiyyah biasa digunakan saat membahas stilistika Arab. Istilah "stilistika" dalam tradisi keilmuan Arab adalah "ilm al-uslub" atau

"uslubiyyah". Uslubiyyah berasal dari kata Latin uslub (style) dan dialek Perancis tertentu (stylistique), serta imbuhan 'ya' dan 'ta' (ique), menurut Abd al-Salam al-Masaddi. Berbeda dengan imbuhan-imbuhan yang menyangkut bagian ilmu yang logis dan objektif, istilah uslub memiliki arti khusus bagi manusia.16

Uslubiyyah identik dengan “stilistika” di kalangan linguis Arab. Seiring dengan perkembangan disiplin ilmu bahasa lain, ungkapan ini mulai terbentuk pada awal abad ke- 20. Uslubiyyah awalnya merujuk pada frasa yang memiliki sifat sastra, sedangkan uslub digunakan untuk mempelajari semua ekspresi kalimat dalam bahasa Arab.17 Kata gaya (uslub) dan stilistika (uslubiyyah) yang mempelajari gaya sering digunakan secara sinonim dalam kajian bahasa dan sastra modern. Namun, istilah "gaya" lebih sering digunakan dalam konteks vertikal atau horizontal, sedangkan "stilistika" lebih sering digunakan dalam komunitas sastra.18

Definisi ini menyatakan bahwa ada perbedaan antara uslb dan 'ilm al-uslub atau uslubiyyah. Uslubiyyah adalah ilmu yang memiliki landasan, aturan, dan tahapan analisis, sedangkan uslub mengacu pada deskripsi ucapan. Uslub adalah tuturan dengan dampak unik bagi pendengarnya, dan uslubiyyah adalah representasi estetika, psikologis, dan emosional dari dampak tersebut. Uslub menggunakan bahasa sebagai medianya, sementara uslubiyyah adalah studi tentang tuturan bahasa. Uslubiyyah adalah ilmu yang melihat sifat-sifat yang dimiliki karya sastra dengan cara menganalisis secara tematis efek yang dihasilkannya.

Ilm al-uslub dan uslubiyyah, menurut beberapa ahli bahasa Arab, adalah istilah yang sama. Namun, ada beberapa perbedaan di antara keduanya: Ketika menganalisis teks, 'ilm al-uslub semata-mata mempertimbangkan tataran bahasa (leksikal, fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik). Uslubiyyah, di sisi lain, menggunakan teknik kritik umum untuk mempelajari dan mengkritik gaya bahasa selain masalah linguistik. Namun, hampir tidak ada perbedaan antara keduanya, dan mereka memiliki banyak kesamaan.19 Oleh sebab ini,

.14

’Ammah, 1992), p. 14 -

Jizah al - (Giza: Maktabah al Uslūb

Madkhal Ilā ’Ilm Al- Syukri Muhammad ’Ayyad,

Imam Muhammad bin 15

(Riyadh: Jami’ah al- yyah: Dirāsah Wa Taṭbīq

Uslūbi -

’Umari, Al -

Abd Allah al

Su’ud al-Islamiyyah, 2007), p. 5.

Kutub, 1982), p. 16

’Arabiyyah li al- -

Dar al - (Tunis: al Uslūbiyyah

Uslūb Wa Al- -

Al Masaddi, -

Salam al -

Abd al

34.

.17

Zubair, p. 4 .18

Zubair, p. 25 .19

006), p. 37 Masirah, 2

- (Amman: Dar al Taṭbīq

Ru’yah Wa Al- Uslūbiyyah: Al-

-

’Uddus, Al -

Yusuf Abu al

(6)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

429 Uslub dapat dimengerti sebagai ‘gaya bahasa’, sedangkan uslubiyyah dapat diartikan sebagai

‘stilistika Arab’.

Secara umum, stilistika adalah studi tentang penggunaan bahasa dalam karya sastra.

Alih-alih bagaimana menulis karya sastra, fokusnya adalah pada karya sastra yang sudah ada. Kemudian retorika disebut studi tentang penggunaan bahasa yang efektif. Penciptaan karya sastra menuntut kreativitas, seperti halnya penggunaan bahasa sastra. Penggunaan bahasa secara kreatif tidak identik dengan penggunaan bahasa yang tidak pantas; melainkan menggunakan bahasa yang berbeda dari cara yang sering digunakan.20

Biografi Al-Jahiz

Abu Utsman Amr ibn Bahr ibn Mahbub (160–255 H) adalah nama aslinya. Al-Jahiz adalah julukan yang diberikan kepadanya karena matanya yang besar dan menonjol.

Menurut beberapa cerita, dia lahir dari suku Kinanah. Ada yang mengklaim dia adalah cucu budak Bani Kinanah. Sebagian besar hidup Al-Jahiz dihabiskan di Basrah. Ia mempelajari sejumlah tradisi agama dan bahasa di sana. Dia sering mengunjungi pasar Mirbad ketika dia masih muda dan mengambil ilmu dari para penyair terkenal di sana.21

Al-Jahiz terkenal dengan kemampuannya dalam sejumlah ilmu. Ia berjasa mengembangkan seni retorika, khususnya dalam bidang bahasa, dan melalui karyanyalah keajaiban al-Qur'an (i'jz al-Qur'n) berhasil diartikulasikan dan dijadikan argumen tandingan utama bagi mereka yang mempertanyakan keindahan bahasa Alquran, dengan ini dapat diketahui mengapa sebagian ulama menyebutnya dengan julukan sebagai hujjah al-lisn al- 'arabi.22

Al-Jahiz sewaktu masih berjualan di pasar Mirbad ia menjual roti dan ikan. Ia juga berkesempatan mendengarkan ceramah para ahli bahasa seperti al-Ashma'i, al-Akhfasy, dan Abu 'Ubaidah di pasar ini. Selain pintar, ia terkenal sebagai figur yang berdedikasi tinggi terhadap ilmu yang ia peroleh. Sehubungan dengan hal ini, Abu Hiffn pernah berkata, "Saya belum pernah melihat atau mendengar ada orang yang senang membaca ilmu dan buku lebih dari Al-Jahiz; bahkan, dia tidak akan melepaskan sebuah buku sampai dia selesai membacanya."

Al-Jahiz memang memiliki kecenderungan berpikir seperti kaum Mu'tazilah. Dia telah dibimbing di bawah Abu Hudzail al-Allf dan terutama di bawah pemimpin Mu'tazilah favorit Al-Jahiz pada saat itu, Ibrhim an-Nazhzhm. Ia banyak memperoleh kajian teologis dan filosofis dari an-Nazhzhm. “Jika tidak ada mutakallim (ahli kalam), maka manusia awan dari berbagai bangsa akan musnah; jika tidak ada Mu’tazilah, maka orang awam dari berbagai agama akan rusak,” tulisnya dalam bukunya al-Hayawn. Dia juga fasih dalam bahasa lain. Dia mendemonstrasikan penguasaan bahasa Arab, Persia, dan India dalam novelnya, al-Hayawn.

Al-Jahiz mendapatkan beberapa hadiah dari para pejabat saat itu, sebagai hasil kemahirannya dalam analisis puisi dan karya-karyanya yang menimbulkan kekaguman. Dari karya Al-Hayawn ia pernah menerima 5000 Dinar dari Ibn az-Ziyt sebagai pembayaran atas jasanya. Al-Bayn wa at-Tabyin dan az-Zar wa an-Nakhil adalah dua karya yang keduanya dihormati oleh Ibn Abi Du'ad dan Ibrahim ibn al-Abbas ash-Shuli. Al-Jahiz mengalami fālij, atau kelumpuhan sebagian tubuh, di akhir hidupnya. Meski demikian, ia tetap bertahan

.20

(Malang: UIN Maliki Press, 2011), p. 178 Pengantar Teori Sastra Arab

Akhmad Muzakki,

Ma’arif), p. 587; 21

- (Kairo: Dar al Tsani

’Abbasi Ats-

’Ashr Al-

’Arabi Al- -

Adab Al - Tarikh Al Syauqi Dhaif,

Ahmad al-Iskandari & Musthafa Al-’Inani, Al-Wasith Fi Al-Adab Al-’Arabi Wa Tarikhihi (Mesir: Dar al- Ma’arif), p. 222.

.22

(Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010), p. 504 History of The Arabs (Terj.)

Philip K Hitti,

(7)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

430 dalam usahanya untuk terus membaca dan memproduksi karya. Dia menyelesaikan kitab al- Hayawn yang dia selesaikan kepada Ibnu az-Ziyat ketika dia dalam kondisi lumpuh.

Banyak ahli setuju bahwa karyanya Al-Jahiz bernilai luar biasa. Lebih dari seratus karyanya mengkaji tentang bahasa, logika, dan sastra dengan cara retoris baru, yang memungkinkan memberikan dampak besar pada waktu itu. Ia juga yang mengawali adanya pengembangan maqalah, yaitu jenis tulisan yang memiliki beberapa paragraf dan beragam tema utama serta dalil mantiqi. Seperti yang dikatakan Ibn al-Amid, "Karya-karya Jahiz pertama-tama mendidik nalar, dan kedua melatih sastra." Tulisan-tulisannya juga membuat para ahli bahasa menarik kesimpulan bahwa filsafat Yunani memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ranah ilmiah sepanjang era Abbasiyah. Tulisan-tulisannya juga merupakan catatan sejarah keadaan sosiologis bangsa Arab pada saat pertama kali mulai muncul.23

Teori Al-Nazm Menurut Al-Jahiz

Rasio sangat dihargai dan penting dalam aliran Mu'tazilah. Akibatnya, banyak pengikut aliran ini telah menciptakan karya-karya luar biasa yang membantu kita memahami ciri-ciri linguistik Alquran. Al-Jahiz adalah salah seorang di abad ketiga Hijriyah yang sangat memperhatikan beberapa bagian balagah Alquran.24 Al-Jahiz adalah peneliti tiga karya. Dia berkonsentrasi pada semantik, khususnya bagaimana kata-kata dapat memiliki arti yang berbeda tergantung pada situasinya. Dia mengklaim bahwa Alquran adalah teks dengan bahasa yang sangat unik. Ide balagah yang dikembangkannya kemudian disusun dengan menggunakan informasi yang ditemukan oleh al-Jahiz, khususnya dalam kasus al- Nazm.25 Pernyataan al-Jahiz yang sangat populer adalah,

نزولا ةماقإ يف نأشلا امنإو ،يورقلاو يودبلاو يبرعلاو يمجعلا اهفرعی قیرطلا يف ةحورطم يناعملا يختو

ظفللا ر

ریوصتلا نم برضو ةغايص رعشلا امنإو ،كبسلا ةدوجو عبطلا ةحص يفو ءاملا ةرثكو جرخملا ةلوهسو Ungkapan tersebut dapat dipandang sebagai awal dari suatu sebutan untuk membedakan tingkatan makna.26

Al-Jahiz memainkan peran penting dalam ilmu balagah. Dia menjelaskan di salah satu tulisannya dengan membahas manfaat retorika bahasa Arab (balagah) dan memberikan daftar definisi untuk berbagai istilah yang terkait dengan balagah. Al-Jahiz juga menggarisbawahi pembatasan subjek analisis bidang ilmiah ini. Oleh karena itu, dia menghabiskan banyak waktu untuk menganalisa struktur Alquran yang sangat indah. Al- Jahiz merancang pendekatan pendidikan seni sastra yang menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk berkreasi, berinovasi, berkreasi, dan melahirkan makna untuk kepentingan pendidikan praktis. Al-Jahiz juga yang pertama kali menegaskan makna isti'arah dalam ilmu balagah.27

Al-Jahiz banyak bicara tentang stilistika. Ide-idenya, yang akan disebutkan di sini, antara lain sebagai berikut:

Pertama, Kata-kata yang digunakan dalam Al-Qur'an dipilih dengan sangat hati-hati.

Pesan yang tepat disampaikan melalui frase yang dipilih dengan baik. Ketika dua kata memiliki makna denotatif yang sama, terkadang satu kata lebih cocok untuk menyampaikan makna tersebut daripada yang lain. Hal ini juga terlihat dari cara struktur Al-Qur'an mahir menempatkan kata-kata pada tempatnya dalam kerangka topik yang dimaksud. Kata-kata

(Yogyakarta: DIVA Press), pp. 23

Linguistik Arab; Pengantar Sejarah Dan Mazhab Azis Anwar Fachrudin,

128–30.

.24

35 , pp. 34 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

.25

, p. 35 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

.26

Halabi), p. 3 -

(Beirut: al Hayawan

- Al Jahidz, - Al

.27

, p. 35 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

(8)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

431 dengan makna atau sinonim yang mirip belum tentu mengkomunikasikan makna yang sama, seperti halnya Al-Qur'an memiliki hak istimewa untuk memilih kata dan menjunjung tinggi variasi kata. Namun, Al-Qur'an sengaja memilih istilah-istilah tertentu untuk menyampaikan banyak makna.

Kedua, sebagaimana tercantum dalam Surat al-Shaffat (37): 65 Uslub Qur'ani memiliki keagungan dalam penggambarannya dan keindahan dalam kisahnya. Demikian ayatnya, نيطايشلا سوؤر هنأك bahwa ‘Mayangnya seperti kepala setan-setan’. Terlepas dari kenyataan bahwa manusia tidak dapat melihat Setan dalam bentuk tertentu, Tuhan menciptakan gagasan tentang kejahatan dan kepribadian Setan untuk bersemayam dalam diri semua orang. Metafora ini telah digunakan dalam semua bahasa dan memiliki konotasi yang begitu aneh, menakutkan, dan menggairahkan sehingga Tuhan menjadikannya bagian permanen dari sifat manusia untuk selamanya. Strategi ini sejalan dengan pernyataan para analis bahwa Setan adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh di Yaman.28

Ketiga, Dalam hal al-nazm, atau struktur, Al-Qur'an memiliki gaya penggunaan kata yang khas di mana banyak kata selalu muncul berdampingan. contohnya: ةلاصلا dengan ةاكزلا, عوجلا dengan فوخلا, ةنجلا dengan رانلا, ةبغرلا (kecenderungan/kehendak) dengan ةبهرلا (penolakan/ketakutan/kengerian), نيرجاهملا dengan راصنلأا, نجلا dengan سنلإا dan yang lainnya.

Keempat, Al-Jahiz berpendapat agar sesuatu dapat dianggap puisi, harus ada lebih dari sekadar beberapa baris karena puisi memiliki kebutuhan, dimensi, dan syarat yang harus dipenuhi.

Penjelasan ini membuktikan bahwa al-Jahiz adalah orang pertama yang membahas al-Nazm, dengan menjadikan fokus pada kata-kata yang dipilih. Hal ini menjadi aspek penting dalam kajian analisis Stilistika. Sebab jika diperhatikan dengan lebih jeli, masih dapat banyak ditemukan pembahasan tentang hal ini yang berhubungan dengan kemukjizatan Alquran.29 Maka dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa Alquran jelas lebih indah serta harmonis daripada syair puisi. Al-Jahiz pernah mengutarakan pernyataan, suatu hal yang dapat menjadikan bangsa Arab lemah yaitu keindahan nazm Alquran, di mana tidak ada seorangpun dapat menirunya.30

Dalam kitab Al-Bayan wa al-Tabyin, Al-Jahiz menulis bab mengenai al-kalam al- mahzuf. Dia menceritakan bahwa para sahabat Muhajirin pernah berkata kepada Nabi,

"Wahai Rasulullah, orang-orang Anshar telah mempersilahkan kami dan melindungi serta menolong kami." Kemudian Nabi bertanya, "Apakah kalian tahu apa yang harus kalian lakukan untuk mereka?" Para sahabat menjawab, "Ya." Nabi Muhammad kemudian berkata كاذ نإف, yang artinya adalah "Itu sudah cukup sebagai tanda terima kasih dan penghargaan."

Dalam hadis ini, tidak ada kata-kata selain itu, yang dimaksudkan adalah ةافاكمو ركش كاذ نإ.

Oleh karena itu, ada pembuangan kata dalam redaksi kalimat tersebut.

Al-Jahiz juga mengutip kejadian di mana seorang anggota suku Qais bertemu dengan Umar bin Abdul Aziz karena suatu keharusan. Umar bin Abdul Aziz berkata, كاذ نإف, dan laki-laki tersebut kemudian menyebutkan keperluannya seraya berkata, كاذ لعل. Umar bin Abdul Aziz tidak menambahkan kata-kata seperti كتجاح لعلو تلق امك كلذ نإ يأ كاذ لعلو كاذ نإف ىضقت , yang berarti "Itu sudah cukup seperti yang kamu katakan dan mungkin kebutuhanmu bisa dipenuhi." Contoh ini menunjukkan bagaimana beberapa kata dalam contoh ini, pernyataan Umar bin Abdul Aziz telah dihilangkan dari narasi kalimat.31

.28

36 , pp. 35 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

.29

, p. 36 Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab -

Ilmu Al Qalyubi,

.30

Abdul Ghani Muhammad Sa’d Barakah, p. 61

>.31

mostafa.com -

<http://www.al , p. 242 (p. 242)

Madinah -

Duna Al Tabyin’, -

Bayan Wa Al Jahiz, ‘Al-

- Al

(9)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

432 Al-Jahiz menganalisis keunggulan mukjizat dan keadaan masyarakat saat itu dalam karyanya yang berjudul Rasail. Ia memaparkan mukjizat-mukjizat Nabi Musa, khususnya peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi ketika ia mampu mengalahkan dukun-dukun Raja Firaun. Mukjizat Nabi Musa adalah untuk mengungkap dan menyangkal keabsahan sihir itu, menjadikannya tidak benar dan melemahkannya. Al-Jahiz juga merujuk pada keajaiban medis Nabi Isa, yang melampaui apa yang mungkin dilakukan para dokter pada saat itu.

Dalam kisah ini, jika Allah menghendaki, Nabi Isa dalam hal ini dapat membangkitkan orang mati, memulihkan penglihatan orang buta, dan membersihkan orang yang sakit kusta.32 Demikian adalah beberapa klaim terpercaya yang dibuat oleh al-Jahiz pada hipotesis al- Nazm.

Simpulan

Stilistika Arab adalah bidang ilmu yang relatif baru di dunia Arab, namun akarnya sudah ada sejak lama. Stilistika Arab berasal dari ilmu balaghah kuno, seperti Stilistika di Barat yang berasal dari ilmu retorika Yunani Kuno. Uslub, 'Ilm Al-Uslub, dan Uslubiyyah adalah tiga istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan stilistika Arab. Uslub dipandang sebagai gaya bahasa, 'ilm al-uslub dan uslubiyyah dianggap sebagai himpunan bagian dari Stilistika Arab.

Seperti dapat dilihat di atas, Al-Jahiz memprakarsai ciri-ciri semantik, khususnya pada kata-kata dalam situasi tertentu yang memiliki makna tertentu, pada teori al-Nazm. Al-Jahiz juga yang pertama kali menetapkan makna isti'arah dalam ilmu balagah dan menyusun strategi penanaman keterampilan sastra yang mendalam. Al-Jahiz juga berpendapat bahwa pilihan kata adalah metode yang berhasil untuk menempatkan dan mengatur kalimat dalam konteks tertentu, retorika bahasa Arab adalah komponen dari i'jaz al-Qur'an, dan al-nazm adalah salah satu segi dari struktur yang indah dari Bahasa Arab. Al-Jahiz mengklaim bahwa karena banyak kata yang selalu muncul bersebelahan dalam ayat-ayat yang mengacu pada al-nazm seperti ةاكزلاو ةلاصلا , maka kata-kata dalam Al-Qur'an memiliki karakteristik yang unik.

DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Salam al-Masaddi, Al-Uslūb Wa Al-Uslūbiyyah (Tunis: al-Dar al-’Arabiyyah li al- Kutub, 1982)

Abd Allah al-’Umari, Al-Uslūbiyyah: Dirāsah Wa Taṭbīq (Riyadh: Jami’ah al-Imam Muhammad bin Su’ud al-Islamiyyah, 2007)

Abdul Ghani Muhammad Sa’d Barakah, Al-I’jaz Al-Qur’ani Wujuhuhi Wa Asraruhu (Kairo:

Maktabah Wahbah, 1989)

Ahmad Sirfi Fatoni, ‘Teori Al-Nazm Menurut Al-Jahiz, Al-Khattabi, Al-Baqillani Dan Al- Jurjani Dalam Stilistika Tradisi Arab (Studi Analisis Komparatif)’, EL-HIKAM: Jurnal Pendidikan Dan Kajian Keislaman, 13.2 (2020)

Akhmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab (Malang: UIN Maliki Press, 2011)

Al-’Inani, Ahmad al-Iskandari & Musthafa, Al-Wasith Fi Al-Adab Al-’Arabi Wa Tarikhihi (Mesir: Dar al-Ma’arif)

Al-Jahidz, Al-Hayawan (Beirut: al-Halabi)

Al-Jahiz, ‘Al-Bayan Wa Al-Tabyin’, Duna Al-Madinah, p. 242 <http://www.al- mostafa.com>

Al-Syayib, Ahmad, Al-Ushul: Dirasah Balaghiyyah Tahliliyyah Li Ushul Al-Asalib Al-

.32

Abdul Ghani Muhammad Sa’d Barakah, p. 60

(10)

© UM-Tapsel Press

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

433 Adabiyyah (Kairo: Maktabah al-Nahdiyyah, 1995)

Dhaif, Syauqi, Tarikh Al-Adab Al-’Arabi Al-’Ashr Al-’Abbasi Ats-Tsani (Kairo: Dar al- Ma’arif)

Fachrudin, Azis Anwar, Linguistik Arab; Pengantar Sejarah Dan Mazhab (Yogyakarta:

DIVA Press)

Hitti, Philip K, History of The Arabs (Terj.) (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010)

Hussein Nassar, I’jaz Al-Qur’an (Al-Tahaddi, Al-‘Ajzu, Al-I’Jaz) (Kairo: Maktabah Misra, 1999)

Muna Ghithas dkk, Al-Naqd Al-Adabī Al-Ḥadīṡ (Kairo: Kulliyah al-Dirasat al-Islamiyah wa al-Arabiyah li al-Banat bi al-Qahirah-Jami’ah al-Azhar bekerja sama dengan Maktabah al-Iman, 2019)

Nyoman Kutha Ratna, Stilistika Kajian Puitika Bahasa Sastra Dan Budaya (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009)

Qalyubi, Syihabuddin, Ilmu Al-Uslub Stilistika Bahasa Dan Sastra Arab (Yogyakarta: Karya Media, 2013)

———, Stilistika Al-Qur’an Pengantar Orientasi Studi Al-Qur’an (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997)

Syukri Muhammad ’Ayyad, Madkhal Ilā ’Ilm Al-Uslūb (Giza: Maktabah al-Jizah al-

’Ammah, 1992)

Yusuf Abu al-’Uddus, Al-Uslūbiyyah: Al-Ru’yah Wa Al-Taṭbīq (Amman: Dar al-Masirah, 2006)

Zubair, Stilistika Arab: Studi Ayat-Ayat Pernikahan Dalam Al-Qur’an (Jakarta: AMZAH, 2017)

Referensi

Dokumen terkait

bahkan semantik merupakan cabang yang paling penting dalam ilmu bahasa. Sebab selama seseorang masih menggunakan bahasa maka selama itu

Pragmatik adalah merupakan cabang linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa, sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar dan sebagai

Orang tua: mempunyai dua bahasa yang berbeda, satu sama lain memahami bahasa pasangannya pada tingkat tertentu. Masyarakat: salah satu bahasa orang tua adalah bahasa

Secara terminologis, ‘ilm- ad-dalalah sebagai salah satu cabang linguistik ‘ilm-al-lughoh yang telah berdiri sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang makna

kemudian muncul sebuah sistem baru yang dianggap bisa menjadi penengah sekaligus solusi dalam perekonomian umat manusia yaitu ekonomi Islam karena sebagaimana bidang ilmu-ilmu

Majas sindiran adalah majas atau gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir seseorang atau sesuatu dengan maksud dan tujuan tertentu. Berikut adalah jenis-jenis majas sindiran.

Dismorfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys yang berarti abnormal dan morph yang berarti bentuk serta logos yang berati ilmu. Dismorfologi merupakan

Dari keempat pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari semua hubungan antar kata dan bagaimana