• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tarikh Al – ulum al – arabiyyah Kumpulan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Al-‘ulum al-‘Arabiyah Disusun Oleh: PBA 6A – 2011 PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tarikh Al – ulum al – arabiyyah Kumpulan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Al-‘ulum al-‘Arabiyah Disusun Oleh: PBA 6A – 2011 PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH "

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

Tarikh Al – ulum al – arabiyyah

Kumpulan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Al-‘ulum al-‘Arabiyah

Disusun Oleh:

PBA 6A – 2011

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahirrohmanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah mencurahkan rahmat nikmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan dosen sebagai penopang sarana belajar. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada zaman penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Kumpulan Makalah yang ada di tangan pembaca ini membahas tentang Tarikh Al – Ulum Al – Arabiyyah . Isi di dalamnya kami susun dari beberapa sumber referensi, dengan harapan kualitas serta wawasan pada materi ini tidak terbatas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kekurangan yang ada di dalam makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan.

(3)

Ciputat, 12 Juni 2014

Penulis

Kelompok 1

Isna Rahmah Sholihatin Abdurrahman

Nurul Komariah

AL-TARIKH AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH

BAB I

PENDAHULUAN

Peradaban arab telah berjalan dengan dimensi dan zaman yag berbeda-beda , perkembangannya pun bersinar dan terpancar luas. Bersinarnya peradaban Arab yang kita ketahui telah ada sejak zaman Abbasiyyah, dan mengandung nilai yang pasti terlebih setelah berdiri dan merdekanya negara Arab yang menyebabkan lahirnya banyak perubahan bagi kita dan khususnya bagi kehidupan bangsa Arab.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan banyak perubahan pada bangsa Arab, yang didasari dari kebermacaman suku peradaban serta budaya nya.

(4)

terhadap hajat ataupun keinginan mereka terhadap ilmu dan pengetahuan yang bermacam-macam, yaitu hajat yang mewajibkan / melazimkan perkembangan dalam rangka menghadapi varitas hidup.

Kemudian merekapun memberanikan diri untuk mulai mencintai ilmu, serta menetapkan ulama sebagai pembimbingnya dalam talaqqi. Yang demikian itu disebabkan karena mereka hidup di negri Nabi saw.yang mencakup segala peradaban.

BAB II PEMBAHASAN

A. AL-TARIKH AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH

Pembahasan Tarikh Ulum memiliki karakteristik tersendiri, yang menjadi basic segala aspek pengetahuan berdasarkan sejarah, karena tidak semua pengetahuan adalah pengetahuan ilmiah. Bahkan ada beberapa pengetahuan yang banyak tidak diketahui , diantaranya adalah tentang seni, perindustrian, huruf dan lain sebagainya, terutama mengenai pengetahuan keagamaan, kebahasaan, sejarah, sosial, serta politik.

(5)

lama (diantaranya adalah ilmu kedokteran, kimia, fisika, matematika, falak dan lain sebagainyai1.

Adapun pemakalah akan membahas mengenai pengetahuan ilmiah dan segala cakupannya.

Pengetahuan ilmiah, menuntut pembelajar untuk menggunakan akal, seperti halnya apa yang dikatakan oleh Ibn Khaldun mengenai “’Ulum al-‘Aqliyah (ilmu akali” yaitu ilmu yang dapat diketahui setiap individu melalui ikhtibar (percobaani, tahlil (analisisi dan akal. Sedangkan kebalikan dari “al-‘Ulum al-‘Aqliyyah” adalah “al-‘Ulum al-Naqliyyah” yaitu ilmu yang diadopsi dari berbagai sumber, yang tidak diketahui sebab dan hakikatnya. Al-Ulum al-Naqliyyah memiliki karakteristik berdasarkan kaum serta bahasa yang digunakan, serta terikat dengan zaman (waktui dan makan (tempati. Berbeda dengan al-Ulum al-‘Aqliyyah yang tidak terikat dengan tempat dan waktu, karena ilmu akal bersifat objektif, dimana akal dan logika manusia menjadi subjeknya. Akal tidak dapat tergambar kecuali dengan keseluruhan, maka dari itu, pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan akal. Benar apa yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa “ تايلكل اب لإ ملع ل” ( tidak ada ilmu kecuali dengan keseluruhani, atau juga dengan

1 Abduh Hulwi dan Bahz Jabir, al-Wafi fi tarikhi al-‘Ulum ‘inda al-‘Arab, dar el-fikr al-lubnaniy:

(6)

aturan-aturan , undang-undang umum maupun teori-teori sehingga menjadikan hal tersebut menjadi disiplin ilmu baru2.

Adapun mengenai ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab adalah ilmu yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pembahasan ilmu tersebut, terikat dengan uslub (gaya bahasa arabi, struktur, maupun bentuk kata dalam bahasa Arab. Mayoritas ilmu Arab selalu berkaitan dengan agama Islam, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab, karena beliau adalah keturunan Arab Quraisy, serta mu’jizat nya yang diturunkan dengan bahasa Arab pula, yakni Al-Quran. Maka tidak heran jika banyak orang ketika mendengar Bahasa Arab, spontan ia berfikir mengenai Agama Islam.

B. CABANG-CABANG ILMU YANG TERKAIT DENGAN BAHASA ARAB

Disiplin ilmu yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa utama nya dalam pembahasan memiliki banyak cabang. Diantaranya adalah :

1. Ilmu al-Quran

Merupakan ilmu yang membahas berkaitan dengan al-Quran, sebagian pokok-pokok 2 Abduh Hulwi dan Bahz Jabir, al-Wafi fi tarikhi al-‘Ulum ‘inda al-‘Arab, dar el-fikr al-lubnaniy:

(7)

pembahasan ilmu al-quran dapat ditinjau dari segi turunnya ayat, urut-urutan ayat, pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat, tafsir ayat, i’jaz, naskh dan mansukh.3

Menurut al-Zarqani, ilmu al-Quran terdiri dari ilmu awqat wa mawatin al-nuzul, asbaab al-nuzul, tawarikh al-nuzul, adabu tilawah al-quran, tajwid al-quran, fawatih al-suwar, qiraat al-quran, rasm al-quran, gharib al-qur’an, i’rab al-qur’an, bada’i al-qur’an, ma’rifatil mukhkam wa al-mutasabbih, nashah wa manshuh, tanasubi’ ayat al-qur’an, amsal al-qur’an, jidal al-qur’an, qashah al-qur’an, aqsamul qur’an, tafsir al-qur’an4.

Imam Zarqani juga menerangkan bahwa ilmu tafsir dilahirkan dari ilmu quran, hanya saja ilmu tafsir mengkaji al-quran dari segi arti dan syarahnya, sedangkan ilmu quran mengkaji al-quran dari segi lafadz dan keadaannya.

Manfaat dari ilmu al-quran adalah kembali pada budaya serta keindahan yang begitu menawan yang terkandung dalam al-quran, sebagai salah satu bentuk menjaga kemukjizatan al-quran, juga sebagai kunci bagi para mufassirin.

Banyak yang menyebutkan ilmu al-quran dalam bentuk jama’ yaitu ‘ulum al-quran, hal demikian merupakan isyarat bahwasannya ilmu alquran 3 Hamzah (2003), studi alquran komprehensif, Gama Media :Yogyakarta

(8)

adalah ringkasan dari berbagai macam ilmu, karena pembahasannya terbukukan dengan baik dan berkaitan dengan Ilmu Agama dan Ilmu Arab5.

2. Ilmu Hadits

Merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW,dari perkataan, taqrir ( sifati. jadi ilmu hadits adalah ilmu-ilmu yang mempelajari atau membahasa yang berkaitan dengan hadits nabi. Ilmu hadis dibagi kedalam dua cakupan, yaitu ai. Ilmu hadis riwayah dan bi. Ilmu hadis dirayah. Anjuran untuk mempelajari ilmu hadis riwayah, sebagaimana ulama hadis menyepakati, terdapat dalam alquran surat al-hujurat ayat 6 , yang artinya “ hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu datang orang fasiq dengan membawa berita, maka perjelaslah (telusurii”, selain itu juga banyak hadis lain yang menerangkan tentang hal tersebut.

Ayat tersebut tadi merupakan sebuah prinsip dasar untuk usaha mencari kebenaran dalam menerima Khabar (haditsi serta menjadi

5 Muhammad Zarqani, Manahil al-‘’Irfan fi ‘Ulum al-Quran, Darul Hadis: kairo, 2001.hal./jilid.

(9)

cara seorang muhaddits dalam meneliti dan menukil hadis untuk yang lainnnya6.

3. Ilmu Ushul Fiqh dan Fiqh

Merupakan ilmu tentang kaidah-kaidah ( aturan-aturan/ ketentuan-ketentuan i dan pembahasan yang dijadikan sarana untuk memperoleh hukum-hukum syara, mengenai perbuatan dari dalil-dalilnya yang terperinci. Maksud dari kaidah-kaidah itu dijadikan saran untuk memperoleh hukum-hukum syara mengenai perbuatan yakni : bahwa kaidah-kaidah tersebut adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk memperoleh hukum-hukum syara sebagaimana yang terdapat dalam rumusan ushul fiqh. Sedangkan ilmu fiqh adalah ilmu dengan hukum-hukum syariat yang diamalkan oleh mukallifin dari dalil-dalilnya yang terperinci.

(10)

matang, akan tetapi bisa saja hangus oleh waktu7. Syekh Sadr al-Dien ibn Murahhal8

mengatakan “ hendaknya manusia mengamalkan fiqh, dan memeerkuat Ushulpppph

4. Ilmu Nahwu dan Sharf (morfologi-sintaksis)

Ilmu Nahwu adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab untuk mengetahui bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika masih dalam satu kata maupun telah tersusun menjadi kalimat. Termasuk didalamnya adalah pembahasan sharaf. Oleh karena itu Sharf adalah bagian dari ilmu Nahw yang ditekankan kepada pembahasan bentuk katadan keadaanya ketika mufrad.9

Ilmu nahwu juga banyak diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal akhir kata-kata arab (syakli yang terangkai dalam tarkib (strukturi yang satu 7 Syekh Yasin al-Fadani, al-Fawaid al-Jinniyyah, Dar el-Mahjah el-Baidhaa’. 2008. Hal.102 8 Sadr al-Dien yaitu Muhammad ibn ‘Umar ibn Makki ibn ‘Abd al-Shomad, merupakan Imam

cerdas dalam mazhab dan ilmu-ilmu ushul. Beliau mengajar di Damaskus, kemudian pada akhir umurnya, beliau mengajar di Kairo berdasarkan mazhab al-Syafi’i. Beliau wafat pad tahun 716, salah satu karyanya adalah “al-Asybah wa al-Nadzaair”.

(11)

dengan yang lainnya baik secara i’rab maupun bina’ (bentuk katai nya10.

Penggagas ilmu nahwu adalah abu aswad al-duwali.

5. Ilmu al-Ushul al-Nahwiy

Adalah disiplin ilmu yang mempelajar untuk membangun ilmu nahwu baik masalah maupun praktik yang ada didalamnya. Bisa juga didefinisikan sebagai dalil-dalail nahwu yang darinya lahir cabang-cabang dan bagian-bagiannya11. Adapun tokoh-tokoh dalam ilmu ini

diantaranya adalah Ibnu sirraj, ibnu Jinni, al-‘Anbary , dan Ibn Madha’.

6. Ilmu Lughah (Linguistik) wa Fiqh al-Lughah

Ilmu Lughah (linguistiki adalah ilmu yang membahas mengenai bahasa, serta menjadikan bahasa gtersebut sebagai objek, mempelajari bahasa dari segi sifat, sejarah, perbandingan, misalnya mempelajari hubungan kata , kelompok

10 Ahmad al-Hasyimi, al-Qawaid al-Asasiyah Li Lughati al-‘Arabiyyah. Dar ibn al-Jauzi: 2009.

Hal. 9

(12)

kata, struktur bahasa12. Adapun objek dari

linguistik ini adalah setiap kegiatan yang berkaitan dengan bahasa bagi manusia zaman klasik maupun modern, bahasa yang hidup maupun yang telah mati, tanpa melihat sisi gramatical mistake nya. Linguistik tidak hanya mempelajari atau membahas mengenai bahasa arab , Inggris ataupun Almenia, tetapi juga membahas Bahasa itu sendiri, baik dari segi bentuk bahasanya, lahjah (logati, maupun hal-hal yang berkaitan bahasa lainnya.

Sedangkan Fiqh al-Lughah adalah ilmu yang mempelajari bahasa yang berhubungan dengan filsafat, serta pemahamannya13. Tetapi banyak

linguis yang menyamakan antara ilmu al-lughah dengan fiqh al-lughah, disebabkan karena mereka menyimpulkan makna kata “faqaha” dan “’alimah adalah sama, yakni tau dan faham14.

7. Ilmu al-Balaghah

Balaghah secara bahasa adalah sampai atau mencapai. Ilmu balaghah adalah ilmu yang mempelajari mengenai penyampaian makna

12 Ramadhan Abd al-Thawwab, al-Madkhal Ila ‘Ilm al-Lughah, Dar el-Rafi’i: Riyadh, 1982. Hal.7 13 Emil Badi’ Yaqub, Fiqh al-Lughah al-Arabiyyah wa Khashaisuha, Dar el-Tsaqafah

al-Islamiyyah: Beirut, 1982. Hal.30

(13)

yang agung secara jelas dengan menggunakan kata-kata yang benar dan fasih, yang memiliki kesan dalam hati dan cukup menarik, serta sesuai setiap kalimatnya kepada kondisi atau situasi sekaligus orang-orang yang diajak bicara15. Ilmu balaghah adalah ilmu juga

mempelajari rasa bahasa, keindahan kata serta kalimat .

Cakupan ilmu balaghah ada tiga, yaitu: Ilmu Bayan, Ilmu Ma’ani dan Ilmu Badi’.

8.Ilmu al- Ashwat (fonologi)

Ilmu ini mempelajari bunyi bahasa, dari segi sifat dan makhrajnya, bagaimana terjadinya, sifat-sifatnya yang berbeda, yang membedakan antara bunyi satu dengan yang lainnya, sehingga kedudukan bunyi dalam kata maupun kalimat dapat difahami16. Adpun objek dari ilmu al-ashwat

dalah bunyi (suarai manusia yang hidup. Salah satu tokoh yang cukup masyhur pada saat mula munculnya ilmu ashwat adalah Khalil ibn Ahmad al-Farahidi (175 Hi, yang banyak meluangkan waktunya untuk meneliti ilmu ashwat.

15 ‘Ali al-Jarim, al-Balaghah al-Wadihah, Raudhatu Press: Jakarta . 2007. Hal.10

(14)

9. Ilmu al-dilalah (semantik)

Dalam bahasa Arab, ‘ilm al-dilalah terdiri atas dua kata: ‘ilm yang berarti pengetahuan, dan al-dilalah yang bberarti penunjukkan atau makna. Jadi, ‘ilm al-dilalah menurut bahasa adalah ilmu pengetahuan tentang makna. Secara terminologis, ‘ilm al-dilalah sebagai salah satu cabang linguistik (‘llm al-lughahi yang telah berdiri sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran mufradat (kosakatai maupun pada tataran tarkiib (strukturi17.

Ruang lingkup kajian ‘ilm al-dilalah berkisar pada : a. Al-daal, b. Perkembangan makna, c. majaaz.

Ilmu dilalah dan cabang ilmu lughah lainnya tidak dapat terpisahkan, seperti halnya cabang ilmu lughah yang membutuhkan dilalah (penunjuki sebagai penolong untuk melaksanakan sebuah analisis18.

10. Ilmu al-uslub (stilistika)

Uslub berasal dari kata salaba-yaslubu-salban yang berarti merampas, merampok dan

(15)

mengupas. Kemudian terbentuk kata uslub yang berarti jalan, jalan diantara pepohonan, serta cara mutakallim dalam berbicara (menggunakan kalimati.

11. Ilmu al-adab

Adab (sastrai merupakan salah satu seni dari seni-seni bahasa, yang dicari oleh banyak manusia semenjak ia diciptakan Allah. Tabiat manusia, membutuhkan serta condong untuk mendapatkan waktu luang, kenikmatan serta hiburan, maka sastra hadir dengan segala seninya, yang dapat membawa manusia untuk melupakan segala kegundahan dan kegalauan hati, serta dapat menumbuhkan semangat baru19.

Ilmu adab adalah suatu ilmu yang membahas mengenai keadaan bahasa serta sastra seperti puisi dan prosa yang diciptakan oleh anak-anak pengguna bahsa itu dalam berbagai masa. Dalam pengertian umum adalah ilmu yang mempelajari deskripsi kronologis sesuai perjalanan zaman yang terhimpun dalam buku-buku.

19 Abdul ‘Aziz ibn Muhammad Faishol, al-Adab al-‘Arabiy wa Taarikhuhu, Jamiah al-Imam

(16)

Ilmu adab juga diartikan sebagai ilmu ytang menggambarkan kehidupan dengan segala hal yang terjadi didalamnya, baik suka maupun duka, cita maupun lara yang diungkapkan dengan fikiran matang , dengan uslub (stilistikai yang indah, serta dapat menimbulkan khayalan-khayalan bagi pendengarnya.20

C. URGENSI AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH

Ada dua poin penting yang berkaitan dengan pentingnya mempelajari bahasa Arab, yaitu:

1. Sebagai sumber ilmu

2. Sebagai pemersatu ummat

A. Sumber Ilmu

Sepanjang sejarah, bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki cabang ilmu yang indah dan kekuatan sastra yang kokoh sehingga mudah dipahami. Para ulama mengatakan bahwa seseorang sebelum dia membaca teks Arab dia

sudah bisa

paham baik dia berbahasa Arab aktif maupun pasif. Berbeda dengan bahasa lain dimana seseorang

(17)

harus membacanya terlebih dahulu baru kemudian

dia bisa paham.

Bahasa Arab merupakan sumber keilmuan terutama ilmu-ilmu keislaman, karena Qu’an, al-hadits, al-atsar serta penjelasan para ulama terdahulu menggunakan bahasa Arab. Kita tidak bisa memahaminya kecuali dengan bahasa Arab. Ini adalah bagian dari mukjizat al-Qur’an yaitu memiliki standar bahasa yang baku yaitu bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan sumber keilmuan karena terdapat beberapa hal sebagai berikut:

1. Sarana mencapai kemuliaan

Ilmu adalah kemuliaan dan tidak bisa diraih kecuali dengan bahasa. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberi kemuliaan pada bahasa

Arab dengan dua yaitu:

a. Standar bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arabp

Allah memilih bahasa Arab sebagai bahasa wahyu-Nya agar umat manusia bisa memahaminya

dengan mudah.

b. Memilih dan mengutus rasul-Nya dari orang Arab untuk seluruh alamp

2. Sarana Memahami Agama

(18)

karena al-Qur’an, al-hadits, al-atsar, tafsir, dan penjelasan para ulama sebagian besar menggunakan bahasa Arab. Untuk bisa memahaminya kita membutuhkan sarana yaitu bahasa Arab.

B. Pemersatu Ummat

Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa orang Arab semata, akan tetapi merupakan bahasa kaum muslimin di seluruh dunia yang dengannya kaum muslimin menyatu dalam beberapa aspek ibadah dan dengan tujuan ini pula Allah menurunkan al-Qur’an

menggunakan bahasa bahasa Arab.

Jika bahasa Arab hanya menjadi bahasa orang (bangsai Arab saja maka tidak mungkin Allah menurunkan al-Qur’an dengan bahasa Arab. Hal itu bertentangan dengan firman-firman-Nya, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan mengenai

“sumber ilmu”.

Dalam Islam, ada beberapa ibadah yang tidak bisa dikerjakan kecuali dengan bahasa arab,

diantaranya sebagai berikut:

1p Shalat

(19)

iqamahi, dan saat melakukan shalat yang diawali dengan takbiratul ihram, bacaan ayat-ayat al-Qur’an, dzikir-dzikir, dan salam, semua itu

diucapkan dengan bahasa arab.

2p Dzikir-Dzikir Dan Do’a-Do’a

Dzikir dan do’a pada asalnya mengunakan bahasa Arab.

D.KARYA-KARYA DAN PARA TOKOH ILMU ARAB

Ilmu Hadits

1. IMAM BUKHARI

Al-Adab al-Mufrad, Adh-Dhu'afa ash-Shaghir, At-Tarikh ash-Shaghir, At-At-Tarikh al-Ausath, At-At-Tarikh al-Kabir, At-Tafsir al-Kabir, Al-Musnad al-Kabir, Kazaya Shahabah wa Tabi'in, Kitab al-Ilal, Raf'ul Yadain fi ash-Shalah, Birr al-Walidain, Kitab ad-Du'afa, Asami ash-Shahabah, Al-Hibah, Khalq Af'al al-Ibad, Al-Kuna, dan Al-Qira'ah Khalf al-Imam

2. IMAM AT-TIRMIDZI

Sunan at-Tirmidzi, Kitab Al-‘Ilal, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, dan Kitab Al-Asma’ wal-kuna. Paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.

(20)

Al-Jamius Syahih, Al-Musnadul Kabir Alar Rijal, Kitab Asma' wal Kuna, Kitab Ilal, Kitab Aqran, Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal, Kitab al-Intifa' bi Uhubis Siba', Kitab al-Muhadramain, Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin, Kitab Auladus Sahabah, dan Kitab Auhamul Muhadisinp Kitabnya yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jamius Syahihatau Syahih Muslim.

4. IMAM NASA’I

As Sunan Ash Shughra, As Sunan Al Kubra, Al Kuna, Khasha`isu ‘Ali, ‘Amalu Al Yaum wa Al Lailah, At Tafsir, Adl Dlu’afa wa al Matrukin, Tasmiyatu

Fuqaha`i Al Amshar, Tasmiyatu

man lam yarwi ‘anhu ghaira rajulin wahid,Dzikru man haddatsa ‘anhu Ibnu Abi Arubah, Musnad ‘Ali bin Abi Thalib,Musnad Hadits Malik, Asma`u ar ruwah wa at tamyiz bainahum, Al Ikhwah, Al Ighrab, Musnad Manshur bin Zadzan, dan Al Jarhu wa ta’dilp

Ilmu Ushul Fiqh

(21)

2p Abu Ma’ali abd Al-Malik ibn Abdillah

al-Juwaini : Al-Burhan fi ushul al-fiqh

3p Abu Al-Husein Al-Bashri : Al-MU’tamad fi

Ushul al-Fidh

4p Abu hamid Al-Ghazali : Al-Muntashfa min

‘ilm al-Ushul

5p fakhr al-Dien al-Razi : Al-Mahsul fi ‘Ilm al-Ushul

6p Saif al- Dien al-Amidi : Al-Ihkam fi Ushul

al-Ahkam

7p al-Qadi al-Baidawi : Minhaj al-Wushul fi ‘Ilm

al-Ushul

8p Abu Ya’la al-Farra’ al-Hanbali : Al-‘Uddah fi

Ushul al-Fiqh

9p Muwafaq al-Dien Ibnu Qudamah al-Maqdisi :

Raudah Al-nazir wa Jannah al-Munazir

Ilmu Al-Balaghah

1. Hasan bin Tsabit 2. Abu-Thayyib 3. Umru’ al-Qais

4. Abu Tammam (Habib bin Aus Ath-Tha’ii 5. Jarir bin Athiyah al-Tamimi

(22)

Majaz al-Qur’an yang bernama Ilmu Majazil Qur’an. Ibnu Quthaibah menulis kitab Ta’wil Musykil al-Qur’an, dan Al-Farra’ menulis kitab Ma’anil Qur’an yang meski kebanyakan berisi kajian ilmu Nahwu, tapi juga menyinggung kajian ilmu Balaghah. Sedangkan al-Rumani menyusun kitab An-Naktu Fi I’jazil Qur’an. Dan Al-Jahizh dipandang sebagai tokoh yang sangat berjasa dalam sejarah perkembangan ilmu Balaghah secara umum dan ilmu Bayan secara khusus, lewat karya tulisnya yang berjudul al-Bayan wa al-Tabyin.

Ilmu Nahwu Sharf

1p Abu Faraj Al-Ashbahani : Akhbar Al-Ilma As-Syawa'ir Al-Hanat

2p Abu 'Ala Al-Ma'ari : Zahir Al-Adhudi; Syarh Ba'dh Abyat Sibawaih

3p Abu Qasim At-Tanukhi

4p Abu Hatim

5p Ibnu 'Aqil: Syarh Alfiyah Ibnu Malik

6p Ibnu Faris : Maqayis Al-Lughah

7p Ibnu Nahwiyah : Syarh Alfiyah Ibnu Mu'thi

8p Ibnu Sidi : Al-Mutsallats

(23)

Diantara tokoh mufassir pada masa mutaqaddimin adalah: Khulafaurrasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman,

Alii, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin

Zubair dan Aisyah. Namun yang paling banyak menafsirkan dari mereka adalah Ali bin Abi

Tholib, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin Abbas yang mendapatkan do’a dari Rasulullah

Ilmu Al-Ushlub

1. Al-Rummani : al-Nukat fi I’jaz al-Quran 2. Al-Khatabi : Bayan I’jaz al-Quran

3. Al-Baqillani

4. Abdul Qahir Al-Jurjani : Dala’il al-I’jaz dan Asrar al-Balaghah

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab adalah ilmu yang menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pembahasan ilmu tersebut, terikat dengan uslub (gaya bahasa arabi, struktur, maupun bentuk kata dalam bahasa Arab.

(24)

- Ilmu Quran - Ilmu Hadits

- Ilmu Ushul Fiqh dan Fiqh - Ilmu Nahwu dan Sharf - Ilmu Balaghah

- Ilmu Ashwat - Ilmu Lughah - Ilmu Dilalah

- Ilmu Adab, dan lain sebagainya, dimana seluruh disiplin ilmu tersebut memiliki tokoh penggagas serta karya-karya monumentalnya.

Kelompok 2 Ema Fitriani Cucun Cunaya Fahmi Abdullah

ILMU AL – QUR’AN

BAB I . PENDAHULUAN

(25)

نآرقلا huda (petunjuki, juga sebagai al-bayyinat (penjelasi serta menjadi al-furqan (pemisah antara yang benar dan yang salahi yang diturunkan dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun lamanya.Al-Qur’an adalah kalammullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. lewat perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber

ilmu bagi kaum muslimin

yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala aspek, baik aqidah, ibadah, etika, mu’amalah dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an,

22Dalam memberikan definisi tentang Al-Qur’an, para ulama berbeda-beda, sangat ditentuakan oleh disiplin ilmu mereka. Baca lebih lengkap; Drs. Ahmad Musthafa

Hadna,SQ.Problematika Menafsirkan Al-Qur’an, (Cet. I, Semarang, Bina Utama, 1993), h. 12-15

(26)

Muhammad s.a.w. untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan yang lurus. Rasulullah s.a.w menyampaikan Qur’an itu kepada para sahabatnya – orang-orang Arab asli apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami berdasarkan naluri mereka. apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat, mereka menanyakannya kepada rosulullah s.a.w.24

Mempelajari isi al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya. .Firman Allah dalam al-Qur’an, Surah al-A’raf : 52

سْسدسَسقسَسل سَسو sebuah Kitab (Al Qurani kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan al-Qur’an dengan bantuan terjemahnya sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang

24 Mannna Khalil al-Qattan diterjemahkan Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu

(27)

Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan al-Qur’an. Bahkan di antara para sahabat dan tabi’in ada yang salah memahami al-Qur’an karena tidak memiliki kemampuan untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan al-Qur’an secara benar diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsirkan al-Qur’an, yaitu “Ulum al-Qur’an.

Ulum al-Qur’an merupakan ilmu yang sangat diperlukan untuk mengungkapkan rahasia-rahasia yang terkandung dalam al-Qur’an sebagai sumber segala hikmah. Dan semakin tampak keluhurannya Karena hendak memperkokoh tali ikatan dengan al-Qur’an sebagai pegangan manusia dalam kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akherat Asy-Syurbashi telah mencatata : “Karya yang termulia ialah buah kesangupan menafsirkan dan menta’wilkan

al-Qur’an”. 25 Untuk dapat menafsirkan al-Qur’an diperlukan

pengetahuan yang cukup, yakni ulum al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan yang akan menjadi inti pembahasan dalam makalah ini, yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian U lum al-Qur’an dan Konsep Dasar nya ?

(28)

2. Hal-hal apakah yang menjadi ruang lingkup

pembahasan U lum al-Qur’an dan bagaimana

urgensinya ?

3. Bagaimana perkembangan U lum al-Qur’an dan

tokoh-tokoh nya?

4. Bagaimana Koreslasinya dengan bahasa Arab ?

II. PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Ulum Al-Qur’an

Secara etimologi, kata Ulum al-Qur’an berasal dari

bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan

“al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata “ilmuh yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di

dalamnya.26 Kata ‘ulum adalah bentuk jamak dari

‘ilm, sebagai bentuk verbal-noun dari bahasa Arab dengan akar kata ‘alima – ya’lamu – ‘ilman yang berarti “mendapatkan atau mengetahui sesuatu dengan jelas” atau “menjangkau sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya"27 Sedangkan al-Qur’an yang dimaksud disini adalah firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., melalui malaikat Jibril guna menjadi

26http://auliyahamdi.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

(29)

peringatan, petunjuk, tuntunan, dan hukum dalam kehidupan umat manusia untuk menuju kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat.28

Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi yang telah dikemukakan oleh ulama, antara lain, al-Sayuthiy dalam kitab Itmamu al-Dirayah mengatakan bahwa ulum al-Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang keadaan al-Qur’an dari segi turunya, sanadnya, adabnya makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz-lafadznya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan sebagainya”. Hal senada juga dikemukakan oleh Al-Zarqany, beliau memberikan definisi ulum al-Qur’an, yaitu “beberapa pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an al-Karim dari segi turunya, urutanya, pengumpulanya, penulisanya, bacaanya, penafsiranya, kemu’jizatanya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan

keraguan terhadapnya, dan sebagainya”.29

kata ‘ulum jamak dari kata ‘ilmu berarti al-fahmu wal idrak (“paham dan menguasai”i. kemudian arti kata ini berubah menjadi masalah-masalah yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah. jadi yang dimaksud dengan ‘ulumul Qur’an ialah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Qur’an dari segi asbabun nuzul, “sebab-sebab turunnya Qur’an”, pengumpulan san penertiban Qur’an, pengetahuan tentang

28Ibid., h. 18

(30)

Surah-surah mekah dan Madinah, An-nasikh wal mansukh, almuhkam wal mutasyabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur’an. terkadang ilmu ini dinamakan juga Usulut Tafsir (dasar-dasar tafsiri, karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang mufasir sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur’an.30

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ulum al-Qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia atau ilmu-ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan membahas al-Qur’an.

Dengan demikian, ‘ulum al-Qur’an sebagai suatu term ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan pengetahuan yang terkandung dalam al-Qur’an, berkenaan dengan keadaan al-Qur’an, dan yang digunakan untuk menggali kandungan al-Qur’an. Dalam pada itu, ‘ulum al-Qur’an berarti ‘suatu ilmu yang membahas dan menjelaskan keadaan-keadaan al-Qur’an dari segi penafsiran ayat-ayatnya, segi penjelasan maksud-maksudnya, segi sebab nuzulnya, segi nasikh mansukhnya, segi munsabahnya, segi uslub-uslubnya, segi rupa-rupa qiraatnya, segi rasm kalimat-kalimatnya,

30 Mannna Khalil al-Qattan diterjemahkan Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu

(31)

dan lain-lain yang berhubungan dengan keadaan al-Qur’an.31

B. Ruang Lingkup ‘Ulum Al-Qur’an dan

Urgensinya

1. Ruang Lingkup Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an

Dari beberapa literatur yang ada, ditemukan adanya keaneka ragaman pengklasipikasian dalam membahas masalah ruang lingkup pembahasan ‘ulum al-Qur’anp Ulum al-Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Ulum al-Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya. Dalam kitab Al- Itqan, As-Sayuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulum al-Qur’an terdiri dari 77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-Qur’an dengan dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut

(32)

hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung.32

Dalam pembahasan tentang ruang lingkup ‘ulum al-Qur’an, Dr. Mardan mengutif pendapat Dr. M. Quraish Shihab, bahwa materi-materi cakupan ‘ulum al-Qur’an dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu : (1i pengenalan terhadap al-Qur’an, (2i kaedah-kaedah tafsir, (3i metode-metode tafsir, dan (4i kitab-kitab tafsir dan para mufassir.

komponen pertama mencakup beberapa hal, yakni: (ai sejarah al-Qur’an, (bi rasm (bentuk tulisani al-Qur’an, (ci I’jaz (kemukjizatani al-Qur’an, (di munasabah (kemiripan kedekatani al-Qur’an, (ei qashas (kisah-kisahi Qur’an, (fi jadal Qur’an (gi aqsam (sumpuahi al-Qur’an, (hi amtsal (perumpamaani al-al-Qur’an, (ii nasikh dan mansukh (dibatalkan dan membatalkani al-Qur’an, (ji muhkam dan mutasyabih (kokoh dan samari, (ki al-qiraat (bacaani, dan sebagainya.

Komponen kedua, mencakup ; (ai ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan menafsirkan al-Qur’an, (bi sistematika yang hendaknya ditempuh dalam mengurai penafsiran, dan (ci patokan-patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an, baik dari ilmu-ilmu bantu seperti bahasa dan ushul fikih maupun yang ditarik langsung dari penggunaan al-Qur’an.

(33)

Komponen ketiga, mencakup metode-metode tafsir yang dikemukakan oleh ulama mutaqaddimin dengan coraknya masing-masing, yakni: ra’yu (akali, al-ma’tsur (riwayati, al-isyariy, disertai syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran serta metode pengembangannya. Disamping itu, juga mencakup metode-metode ulama mutaakhkhirin dengan keempat coraknya, yakni: tahliliy (analitiki, ijmaliy (globali, muqaaran (perbandingani, dan mawdhu’iy (tematikip

Komponen keempat, mencakup pembahasan tentang kitab-kitab tafsir, baik yang lama maupun yang baru, yang berbahasa Arab, Inggeris, atau Indonesia, dengan mempelajari biografi, latar belakang dan kecendrungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip yang digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.

2. Urgensi ‘Ulum Al-Qur’an

(34)

mengeluarkan serta menjelaskan pengertian-pengertian yang terkandung di dalamnya.

Dengan demikian, urgensi ulum al-Qur’an terlihat dengan jelas dalam kaitannya dengan tafsir al-Qur’an, yaitu untuk menafsirkan al-Qur’an dan memahami kandungannya dengan sempurna, bahkan untuk menerjemahkannya. Maka ulum al-Qur’an disini benar-benar sangat diperlukan, karena dengan ilmu-ilmu tersebut, seorang mufassir dapat menafsirkan al-Qur’an dengan baik dan benar. Ilmu-ilmu ini pada hakekatnya menjadi alat untuk tafsir. Oleh karena itu, ilmu-ilmu itulah yang disebut dengan ilmu tafsir atau ilmu-ilmu al-Qur’an. Selain itu, urgensi ulum al-Qur’an kaitannya dengan tafsir, adalah antara lain:

a. Membuka kemungkinan untuk memahami al-Qur’an dengan baik.

b. Mampu menafsirkan al-Qur’an secara baik dan mudah.

c. Menjadi senjata ampuh untuk melawan tantangan dari lawan Islam.33

Jelaslah bahwa urgensi ulum al-Qur’an menempati posisi yang sangat penting untuk dapat memahami isi kandungan al-Qur’an dengan baik dan benar. Artinya, seorang mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal tanpa adanya ulum al-Qur’anp

(35)

C. Perkembangan dan Tokoh-tokoh “Ulum Al-Qur’an

Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, ulum Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulum al-Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi al-Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya.

Di masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, ulum al-Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasulullah, dan bila menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasulullah.

(36)
(37)

fi Ulum Al-Qur’an. Didalamnya dibahas 80 macam ilmu-ilmu Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut Al-Zarqani, kitab ini merupakan pegangan bagi para peneliti dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini bersamaan dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan ilmu-ilmu agama, para ulama masih memperhatikan akan ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli Qur’an masih banyak hingga saat ini di seluruh dunia.34

Dari keterang di atas, untuk lebih jelasnya, perkembangan ulum al-Qur’an dapat dibagi kepada empat fase,35 yaitu :

1. Abad I dan II Hijrah

Fase ini dibagi kepada tiga masa, yaikni : (ai Masa Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khattab, ulum al-Qur’an belum dibukukan, karena pada umumnya para sahabat dapat memahami al-Qur’an, (bi Pada masa Utsman bin Afan, perbedaan bacaan terhadap al-Qur’an mulai muncul dikalangan umat Islam, maka khalifah Utsman mengambil kebijaksanaan untuk mengadakan penulisan al-Qur’an, maka dikenallah “Mushhaf Utsmanih, dan usaha pengkodifikasian ini merupakan langkah awal munculnya ulum al-Qur’an yang kemudian dinamai ‘Ilmu Rasm al-Qur’anh; (ci Pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib, orang-orang non-Arab banyak yang masuk Islam dan mereka tidak menguasai bahasa Arab, maka Ali

34Dikutip dari internet (Mudzakir Fauzi)

(38)

mengambil kebijaksanaan dengan memerintahkan panglimanya (Abu Azwad ad-Duwaliyi untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab untuk dijadikan acuan membaca al-Qur’an. Inilah yang dikenal sebagai perintis lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an.

Ada beberapa cabang “ulum al-Qur’anh yang sudah lahir pada masa ini, yaitu : ilmu tafsir, ilmu azbabun nuzul, ilmu makki, ilmu madani, ilmu nasikh mansukh, ilmu gharib al-Qur’an. Tokoh-tokoh yang yang dianggap sebagai peletak batu pertama ulum al-Qur’an pada periode ini, antara lain : para khalifah dari Khulafaur Rasyidin, Ibn Anas, Ibn Mas’ud, Said bin Tsabit, Mujahid, Qatadah, Hasan Bashri, Malik bin Anas, dan lain-lain.

2. Abad III dan IV Hijrah

Pada periode ini, para ulama semakin giat menulis tafsir, karya-karya mereka dibidangulum Qur’an semakin banyak, di antaranya ; (ai Ali bin al-Madani (w. 234 Hi, ia menulis Ilm Asbab al-Nuzul, (bi Abu

‘Ubaid Qasim bin Salam (w. 224 Hi, ia menulisiIlm Nasikh

Mansukh, (ci Muhammad bin Khalaf Mursaban (w. 309 Hi, ia menulis al-Hawiy fi ‘Ulum al-Qur’an , (di Muhammad Ayub Idris (w. 309 Hi, ia menulis Ilm Makki wa Madani

3. Abad V, VI, VII, dan VIII Hijrah

(39)

dimaksudkan untuk meenunjukkan bahwa pengertian teksnya bukanlah arti yang sesungguhnya yang diinginkan oleh al-Qur’an itu, misalnya; kulliyat dan juz’iyyat. Tokoh-tokoh yang ada pada fase ini, antara lain; (ai Ibn ‘Abd Salam (w. 660 Hi, ia menulis Ilm Majaz Qur’an, (bi Ali bin Sa’id Kufiy (w. 430 Hi, ia menulis al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (ci Badruddin al-Zarkaziy, ia menulis al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (di Ibn Qayyim, ia menulisAqsam al-Qur’anpi.

4. Abad IX – XV Hijrah

Pada periode ini, ulama ulum al-Qur’an semakin banyak, karya-karya mereka semakin sempurna dengan aneka ragam buku-buku mereka, di antaranya ; (ai Jamaluddin Bayquniy, ia menulis Mawaqi’ al-‘Ulum min Mawaqi’ al-Nujum, (bi Muhammad ‘Abd al-‘Azhim Zarqaniy, ia menulis Manahil ‘Irfan fi ‘Ulum al-Qur’an, (ci Muhammad Shadiq Rafi’iy, I’jaz al-Qur’anp D. Korelasi Ilmu Al-Qur’an Dengan Bahasa Arab

(40)

kemampuan untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan al-Qur’an secara benar diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsirkan al-Qur’an, yaitu “Ulum al-Qur’an.

Adakah korelasi antara bahasa arab dengan al-Qur’an Al-qur’an adalah kitab suci yang diturunkan dalam bahasa Arab. Hal ini disebutkan sendiri al-qur’an, setidaknya dalam 9 ayat, yaitu (QS.Yusuf 12;2i, (QS.ar-Ra’d 11;37i, (QS.Thaha 20;113i, (QS.az-Zumar 39;28i, (QS.Fushshilat 41;3i, (QS.asy-Syura 42;7i, (QS.az-Zukhruf 43;3i, (QS.al-Ahqaf 46;12i, (QS.an-Nahl 16;103i.36 Kesembilan ayat tersebut

menyatakan adanya hubungan yang tidak bisa dipisahkan anrata al-qur’an dengan bahasa arab. Hubungan itu telah menjadikan bahasa arab sebagai medium yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan al-qur’an, dan al-qur’an pun telah menjadikan bahasa arab memperoleh status yang universal yang dinikmatinya sejak abad pertengahan, ketika ia muncul sebagai salah satu bahasa penting dunia hungga kini.

Hubungan bahasa arab bagi al-qur’an tidak sekedar hubungan mediatif, yaitu sebagai alat bantu yang digunakan untuk mediasi tersampaikan dan terpahaminya sebagai kitab suci agama islam ini. Bahasa arab juga telah menjadi bahasa yang kaya dan ekspresif yang secara signifikan mampu mengekspresikan nilai-nilai islam ke dalam identitas budaya dan kultural bangsa-bangsa yang 36 Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi,al Mu’jam al Mufahras li Alfazh al-Qur’an al Karim

(41)

berbahasa arab.37 Ketiadaan hubungan antara bahasa arab

dengan islam, bisa jadi bahasa arab tidak akan pernah mengalami proses asimilasi dengan islam secara timbal balik sebagaimana yang telah dialaminya, dan sangat mungkin tidak akan mampu melampaui batas-batas jazirah arab dengan cepat dalam gelombang pergerekan yang cukup besar.

Hubungan bahasa arab dengan islam dan al-qur’an terjalin begitu luas mencakup tidak saja dalam penggunaan bahasa itu sebagai sarana mengkomunikasikan agama islam dan pesan-pesan religinya. Ada sejumlah factor yang menjadikan hubungan tersebut berbeda dengan apa yang telah terjadi di dalam kitab suci lainberikut bahasa-bahasa digunakannya. Al-qur’an telah sedemikian dekat diasosiasikan dengan bahasa arab sehingga memperoleh status yang semi-resmi. Secara implicit ini berarti bahwa orang yang telah mengaku muslim tidak mungkin mengabaikan peranan yang dimainkan bahasa arab dalam keyakinannya memeluk islam. Karena itu melibatkan hubungan dan keakraban dengan bahasa arab.

(42)

muncul dalam bahasa tertentu selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain yang digunakan sebagai bacaan dan medium penunaian ritual-ritualnya. Namun dalam kasus al-qur’an, meski telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain, terjemahan-terjemahan itu tidak pernah benar-benar dapat menggantikan bahasa aslinya, terutama sebagai bahasa peribadatan. Dalam konteks ini, bahasa arab tetap menjadi bahasa ritual islam, terlepas apakah seorang muslim adalah penutur asli (native speakeri bahasa arab atau bukan.

Menurut pendapat lain juga mengatakan bahwa al-qur’an turun dengan bahasa arab dikarenakan Rasulullah saw dan para mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. Satu hal lagi, nantinya akan timbul pertanyaan jika tidak berbahasa arab; mengapa al-qur’an turun dengan bahasa lain, padahal para mukhatab awalnya berbahasa arab? Al-qur’an sendiri juga menyatakan dalam ayat Fushilat, ayat ke 44 “dan jikalau kami jadikan al-qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain arab, tentulah mereka mengatakan: “mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? “apakah (patut al-qur’ani dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orangi arab?” oleh karena itu, kondisi alamiyah yang telah menuntut al-qur’an turun dengan bahasa arab.38

Hanya saja dengan merujuk kepada sebagian ayat-ayat suci al-qur’an, kita akan mendapati sisi-sisi lain dari turunnya

(43)

kitab mulai ini dengan bahasa arab. Berikut sisi-sisi tersebut:

1. Bahasa atab merupakan factor terpenting dalam rangka diterimanya al-qur’an oleh bangsa arab saat itu. Allah berfirman: “dan kalau al-qur’an itu kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan arab. Lalu ia (rasuli membacakannya kepada mereka (orang-orang kafiri; niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.” (Syu’ara,198-199i.

2. Bahasa daerah (bahasa sendirii itu lebih berpengaruh dari pada bahasa lain. Allah berfirman: “kami tidak mengutus seorang rasulpun,melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan tentang kepada mereka.” (Ibrahim:4i.

3. Tantangan al-qur’an yang ditunjukan kepada para pengingkarnya menuntut risalah ini dituang dalam sebuah bahasa yang dapat dipahami dan dimengerti oleh para mukhatab pertamnya. Allah berfirman: “dan jika kalian (tetapi dalam keraguan tentang al-qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammadi, buatlah satu surat (sajai yang semisal al-qur’an itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah,23i

(44)

maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggilah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnyai selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar. “ (Yunus,38i.

III. PENUTUP A. Kesimpulan

1. bahwa ulum al-Qur’an Adalah merupakan perbuatan baik yang dilakukan oleh akal untuk mengungkapkan rahasia yang terkandung dalam wahyu

ilahi dan menyingkapkan penta’wilannya

(45)

2. bahwa ulum al-Qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia atau ilmu-ilmu yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan membahas al-Qur’an.

3. Bahwa ‘ulum al-Qur’an, pada garis besarnya dapat dibagi kepada empat kmponen, yakni : (1i pengenalan terhadap al-Qur’an, (2i kaedah-kaedah tafsir, (3i metode-metode tafsir, dan (4i kitab-kitab tafsir dan para mufassir. 4. Urgensi ulum al-Qur’an terlihat dengan jelas dalam kaitannya dengan tafsir al-Qur’an, yaitu untuk menafsirkan al-Qur’an dan memahami kandungannya dengan sempurna, bahkan untuk menerjemahkannya.

5. Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya, maka ulum al-Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulum al-Qur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi al-Qur’an dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya. Perkembangan ilmu ini dibagi kepada empat fase, yakni : Abad I dan II Hijrah, Abad III dan IV Hijrah, Abad V, VI, VII, dan VIII Hijrah, dan Abad IX – XV Hijrah

(46)

Mengingat pentingnya memahami Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia, yang sebagian besar ayat-ayatnya hanya disebut secara global, yang berarti membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam agar ditemukan makna yang lebih tepat. Maka sangat diperlukan adanya metode tertentu dalam menafsirkannya.

(47)

Arifian Mimbar Maulana Leni Herpiyani

ILMU HADITS

BAB I

PENDAHULUAN

(48)
(49)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits dan Ilmu Hadits

Hadits sebagaimana tinjauan Abdul Baqa adalah isim (kata bendai dari tahdits yang berarti pembicaraan. Kemudian didefinisikan sebagai ucapan, perbuatan, atau ketetapan Nabi SAW.39

Hadits atau al-Hadits menurut bahasa al-Jadid yang artinya sesuatu yang baru-lawan dari al-Qadim (lamai, artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat seperti املححسلا ىف دهعلا ثيدححح (orang yang baru masuk/memeluk agama islami. Hadits juga bisa disebut dengan al-Khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.40

Sedangkan menurut istilah para Ahli Hadits memberikan definisi (ta’rifi yang berbeda-beda sesuai 39 Dr. Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, t.t.i,

h. 15

40 Dr. H. Munzier Suparta, M.A, Ilmu Hadits, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010i,

(50)

dengan latar beakang disiplin ilmunya. Menurut ahli hadits, pengertian Hadits ialah : هلاعفاو مّلسو هيلع ا ىّلص ىبّنلا لاوقَا هلاوحاو “Segala perkataan Nabi, Perbuatan, dan hal Ihwalnya”.

Yang dimaksud dengan “hal ihwal” ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya.41

Sedangkan Hadits menurut muhadditsiin adalah: ام berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat”

Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa, Hadits merupakan sumber berita yang didapat dan datang dari Nabi SAW dalam segala bentuk baik berupa perkataan, perbuatan, sikap persetujuan (taqriri dan sifat-sifatnya baik sifat pisik (khalqiyah) dan sifat perangai (khuluqiyah), baik berkaitan dengan hukum atau tidak.42

Hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW disebut hadits marfu’, yang disandarkan kepada para sahabat disebut hadits mauquf, dan tabi’in disebut hadits maqtu’p

Sementara para Ahli Ushul Hadits memberikan

42 DR. Bustamin, M.SI, Dasar-dasar Imu Hadits, (Jakarta: Ushul Press, 2009i,

(51)

kedalam hadits, sesuatu yang tidak bersangkut paut dengan hukum, seperti urusan model pakaian.43

Sedangkan pengertian ilmu hadits, dari segi bahasa ilmu hadits terdiri dari dua kata yakni ilmu dan hadits, ilmu artinya pengetahuan, knownledge, dan science, sedangkan hadits sebagaimana yang telah dijelaskan diatas yakni segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari perkataan, perbuatan maupun persetujuan. Para ulama ahli hadits diantaranya Ibnu Hajar Al-Asqalani memberikan definisi ilmu hadits

“ Ilmu hadits adalah mengetahui kaidah-kaidah yang dijadikan sambungan untuk mengetahui (keadaani perawi dan yang diriwayatkan”

Perawi adalah orang-orang yang membawa, menerima dan menyampaikan berita dari Nabi yaitu mereka yang ada dalam sanad suatu hadits. Sedangkan maksud yang diriwayatkan (marwii terkadang guru-guru perawi yang membawa berita dalam sanad suatu hadits atau isi berita (matani yang diriwayatkan.44 Dan menurut para ulama

ahli hadits lainnya mendefinisikan sebagai berikut :

ملع

43 Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-shiddieqy, Sejarah dan Pengantar

Ilmu Hadits, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009i, h.5

(52)

Ilmu hadits adalah ilmu yang menerangkan segala yang dinuklilkan kepada Nabi SAW atau kepada sahabat dan Tabi’in baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifatnya. Kemudian secara garis besar, ilmu hadits mencakup dua objek kajian pokok, yaitu Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayahp

a. Ilmu Hadits Riwayah

Menurut bahasa riwayah dari akar kata rawa, yarwi, riwayatan yang berarti an-naql memindahkan dan penukilan, adz-dzikr penyebutan dan al-fatl pemintalan. Dapat dikatakan periwayatan adalah memindahkan berita dari orang tertentu kepada orang lain dengan pertimbangan/ dipintal kkebenarannya. Atau memindahkan sunnah dan sesamanya dan menyandarkannya kepada orang yang membawa berita atau yang menyampaikan sunnah tersebut.45

ملع pengutipan secara cermat dan akurat segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, berupa sabda-sabda Nabi, perbuatan Nabi, taqrir-taqrir Nabi dan sifat-sifat Nabi”.

Objek kajiannya adalah pribadi Nabi SAW yakni perkataan (sabdai, perbuatan, taqrir dan sifat Nabi,

45 Dr. H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009i, h. 69 46 Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-shiddieqy, Sejarah dan Pengantar

(53)

karena hal-hal inilah yang dibahas didalamnya. Dengan siapa, dan dari siapa berita itu diriwayatkan tanpa mempersyaratkan shahih atau tidaknya suatu periwayatan. Fokus pembahasan Ilmu Hadits Riwayah penekanannya memang lebih pada isi periwayatan yakni matan yang diriwayatkan itu sendiri.47

b. Ilmu Hadits Dirayah

Ilmu Hadits Dirayah dari segi bahasa kata dirayah berasal dari kata dara, yadri, daryan, dirayatan/diraayah yang berarti pengetahuan, jadi yang dibahas dari segi pengetahuannya yakni pengetahuan tentan hadits atau pengantar ilmu hadits.48 Secara istilah :

ملع tentang hakikat periwayatan, syarat-syarat, hukum-hukumnya, keadaan para periwayat, syarat-syarat mereka, kelompok-kelompok riwayat dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya”.

47 DR. Bustamin, M.SI, Dasar-dasar Imu Hadits, (Jakarta: Ushul Press, 2009i,

h. 75

48 Dr. H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009i, h. 71 49 Dr. Muhammad Ajaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits, Gaya Media Pratama:

Jakarta. h.xi

(54)

Jadi, yang dimaksud Ilmu Hadits Dirayah adalah kumpulan kaidah dan masalah yang dapat dipergunakan untuk mengetahui keadaan periwayat dan yang diriwayatkan, dipandang dari segi diterima atau ditolaknya dari hadits-hadits Nabi SAW.

Dengan demikian Ilmu Hadits Riwayah berbeda dengan Ilmu Hadits Dirayah diantaa perbedaannya adalah sebagai berikut :51

N o

Tinjauan Ilmu Hadits Riwayah

(55)

periwayatan

4 Faedah

Menjauhi kesalahan dalam

periwayatan

Mengetahui periwayatan

yang diterima (maqbul) dan yang ditolak (mardudi

Dengan melihat perbedaan Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah diatas, akan tetapi keduanya tergambar adanya kaitan yang sangat erat antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini karena setiap ada periwayatan hadits tentu ada kaidah-kaidah yang dipakai dan diperlukan, baik dalam penerimaannya maupun penyampaiannya kepada pihak lain. Lahirnya Ilmu Hadits Riwayah tidak lepas dari peran Ilmu Hadits Dirayah baik secara implicit maupun eksplisit.

Pembagian Hadits

1. Hadits bila ditinjau dari segi thuruq (jalur periwayatannyai terbagi menjadi muttawatir dan ahad.

(56)

hingga akhir, dan hendaknya musnad terakhir dari para perawi berpredikat hasan (baiki.

b. Hadits muttawatir dapat memberikan faedah ilmu yang bersifat dharuri, atau dengan kata lain ilmu yang tidak dapat ditolak lagi kebenarannya. Contoh hadits muttawatir adalah hadits yang mengatakan : “Barang siapa yang berdusta terhadapku atau atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia bersiap siap menempati tempat duduknya dari api neraka.”

c. Hadits Ahad = hadits yang di dalamnya terdapat cacat pada salah satu syarat muttawatirnya. Hadits ahad dapat memberikan faedah yang bersifat zhan dan adakalanya dapat memberikan ilmu yang bersifat nazhari (teorii apabila dibarengi dengan bukti yang menunjukkan kepadanya.

Pembagian hadits ahad ada tiga yaitu :

1i Hadits Sahih = hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil, memiliki hafalan yang sempurna sanad nya muttashil (berhubungan dengan yang lainnyai lagi tidak mu’allal (tercelai dan tidak pula syadz (menyendirii.

(57)

karena didukung oleh satu jalur atau dua jalur periwayatan lainnya, maka predikatnya naik menjadi shahih lighairihi.

3i Hadits Dha’if =hadits yang peringkatnya dibawah hadits hasan dengan pengertian karena didalamnya terdapat cela pada salah satu syarat hasan. Apabila hadits dha’if menjadi kuat karena didukung oleh jalur periwayatan lainnya atau sanad lainnya maka predikatnya naik menjadi hasan lighairihi.

2. Hadits bila ditinjau dari perawinya terbagi menjadi : a. Hadits Masyhur = hadits yang diriwayatkan oleh

tiga orang atau lebih, tetapi masih belum memenuhi syarat muttawatir. Terkadang diucapkan pula terhadap hadits yang telah terkenal hingga menjadi buah bibir, sekali pun hal itu maudhu’ (palsui.

b. Hadits ‘Aziz = hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi saja, sekalipun masih dalam satu thabaqah (tingkatani karena sesungguhnya jumlah perawi yang sedikit pada mayoritasnya dapat dijadikan pegangan dalam bidang ilmu ini. c. Hadits Gharib =hadits yang diriwayatkan oleh

(58)

3. Hadits terbagi pula menjadi dua bagian lainnya yaitu maqbul dan mardud :

a. Hadits Maqbul =hadits yang dapat dijadikan hujjah yang didalamnya terpenuhi syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan. Hadits maqbul terbagi menjadi empat yaitu :

 shahih lidzatihi yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sempurna hafalannya, muttashil sanadnya, tidak mu’allal dan tidak pula syadz. Shahih lidzatihi ini berbeda beda peringkatnya menurut perbedaan sifat yang telah disebutkan tadi.

 shahih lighairihi yaitu hadits yang mengandung sebagian sifat yang ada pada hadits maqbul, paling sedikit. Akan tetapi dapat ditemukan hal hal yang dapat menyempurnakan kekurangannya itu, seumpamanya ada hadits yang sama diriwayatkan melalui satu atau banyak jalur lainnya.

 hasan lidzatihi yaitu hadits yang dinukil oleh seseorang yang adil, ringan hafalannya (kurang sempurnai muttashil sanadnya, melalui orang yang semisal dengannya, hanya tidak mu’allal dan tidak pula syadz.

(59)

menguatkan segi penerimaannya. Contohnya ialah hadits yang didalam sanadnya terdapat orang yang keadaannya masih belum diketahui atau orang yang buruk hafalannya.

b. Hadits Mardud= hadits yang didalamnya tidak terpenuhi syarat-syarat shahih dan hasan . Hadits mardud ini tidak dapat dijadikan hujjah dan terbagi pula menjadi dua bagian yaitu :

 mardud yang disebabkan adanya keguguran dalam isnad (sanadinya.

 mardud karena adanya cela.

4. Hadits bila dipandang dari segi matan dan sanad terbagi menjadi :

a. Hadits marfu’ ialah hadits yang disandarkan kepada Rasullullah saw baik secara terang terangan maupun secara hukum.

b. Hadits Mauquf ialah hadits yang sanadnya terhenti sampai kepada seorang sahabat tanpa adanya tanda tanda yang menunjukan marfu’, baik secara ucapan maupun perbuatan.

c. Hadits Maqthu’ ialah hadits yang isnad (sanadi nya terhenti sampai kepada seorang tabi’in.

(60)

e. Hadits al Nasabi ialah hadits yang perawinya sedikit bila dibandingkan dengan sanad lainnya dan berakhir sampai kepada seorang Imam terkenal seperti Imam Malik, Imam Syafi’ie, Imam Bukhari dan Imam Muslim.

f. Hadits Nazil Nasabi ialah lawan haidts al nasabi. Hadits al nasabi lebih ke shahih karena kekeliruannya sedikit. Hadits nazil nasabi ini tidak disukai kecuali karena keistimewaan khusus yang ada padanya.52

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits

Sesuai dengan perkembangan Hadits, ilmu hadits pun turut selalu mengiri perkembangan tersebut, sejak masa Rasulullah SAW masih hidup. Pada masa Rasulullah SAW masih hidup ditengah-tengah sahabat, hadits tidak ada persoalan karena jika menghadapi suatu masalah mereka langsung bertemu dengan beliau untuk mengecek kebenarannya. Pemalsuan hadits pun tidak pernah terjadi menurut pendapat ulama ahli hadits.

Sekalipun pada masa Nabi tidak dinyatakan adanya ilmu hadits, akan tetapi para peneliti hadits melihat bahwa dasar dari ilmu hadits itu sendiri telah ada di dalam Al-Qur’an . Misalnya anjuran untuk memeriksa berita yang datang dan perlunya persaksian yang adil. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat (49i ayat 6:

52 Terjemahan Bulughul Maram oleh Bachrun Abu Bakar, terbitan Trigenda

(61)

                



“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”

Demikian juga dalam surah Al-Baqarah ayat 282 dan surah At-Thalaq ayat 2, ayat-ayat ini menunjukkan perintah memeriksa, meneliti dan mengkaji berita yang datang dibawa seorang fasik yang tidak adil. Jika pembawanya orang yang jujur, adil dan dapat dipercaya diterima tetapi sebaliknya tidak akan diterima karena akan menimpakan musibah terhadap orang lain yang menyebabkan penyesalan dan merugikan.

(62)

dikodifisikan dalam bentuk yang sederhana, belum terpisah dari ilmu-ilmu lain, belum berdiri sendiri secara terpisah. Banyak sekali kitab-kitab ilmu hadis yang ditulis oleh para ulama pada abad ketiga Hijriyah, namun buku-buku tersebut belum berdiri sendiri sebagai ilmu hadits.

Perkembangan ilmu hadis mencapai puncak kematangan dan berdiri sendiri pada abad keempat Hijriyah yang merupakan penggabungan dan penyempurnaan berbagai ilmu yang berkembang pada abad-abad sebelumnya secara terpisah dan berserakan. Al-Qadhi Abu Muhammad Al-Hasan bin Abdurrahman bin Khalad Ar-Ramahurmuzi (w. 360 Hi orang yang pertama kali memunculkan ilmu hadis yang paripurna dan berdiri sendiri dalam karyanya Al-Muhaddits Al-Fashil bain Ar-Rawi wa Al-Watp53

C. Cabang-Cabang Pokok Ilmu Hadits

Dari ilmu hadits riwayah dan dirayah pada perkembangan berikutnya, muncullah cabang-cabang ilmu hadits yang terpenting baik dilihat dari segi sanadatau matan diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut :

ap Ilmu Rijal al-Hadits

Ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari sahabat, tabi’in maupun dari angkatan-angkatan sesudahnya. Didalam ilmu ini diterangkan tarikh 53 Dr. H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009i, h.

(63)

(sejarahi ringkas atau riwayat hidup para perawi, madzhab yang dipegangi dan keadaan-keadaan para perawi itu menerima hadits. Tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui bersambung dan tidaknya sanad suatu hadis.

bp Ilmu jarh wa at-Ta’dil

Ilmu yang menerangkan tentang hal cacat yang dihadapkan para perawi dan tentang penta’dilannya (memandang ‘adil para perawii dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat kata-kata itu. Tujuan ilmu ini untuk mengetahui sifat atau nilai keadilan, kecatatan dan atau ke- dhabithan (kekuatan daya ingatiseorang perawi hadits. Jika sifatnya adil dan dhabith maka haditsnya dapat diterima sebagai hadits yang shahih dan jika cacat tidak ada keadilan dan ke dhabithan maka haditsnya tertolak.54

cp Ilmu fann al-Mubhamat

Ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut didalam matan atau didalam sanad. Misalnya dalam hadits banyak didapatkan hanya disebutkan seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, demikian juga dalam sanad disebutkan dari seorang laki-laki meriwayatkan dan seterusnya. Tujuan ilmu ini nntuk mengetahui siapa sebenarnya nama-nama atau identitas orang-orang yang

(64)

desebutkan dalam matan atau sanad hadits yang masih samar atau tersembunyi.55

dp Ilmu ‘Ilal al-Hadits

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata yang dapat merusakkan hadits. Yakni menyambung yang munqathi, merafa’kan yang mauquf, memasukkan hadits kedalam hadits lain dan yang serupa itu. Semuanya ini, apabila diketahui dapat merusakkan keshahihan hadits.

ep Ilmu Gharib al-Hadits

Ilmu yang menerangkan makna matan hadits dari lafal yang sulit dan asing bagi kebanyakan manusia, karena tidak umum dipakai orang arab. Tujuan ilmu ini untuk mengetahui mana kata-kata dalam hadits yang tergolong gharib dan dan bagaimana metode para ulama memberikan interpretasi kalimat gharib dalam hadits tersebut.56 Oleh karena itu, ilmu ini

dimunculkan atas usaha para ulama untuk memudahkan dalam memahami hadits-hadits yang mengandung lafazh-lafazh yang gharib itu.

fp Ilmu Nasikh wal Mansukh

Ilmu nasikh dan mansukh dalam hadits adalah ilmu yang membahas hadits-hadits yang berlawanan yang tidak memungkinkan untuk dipertemukan, karena materi (yan berlawanani yang pada akhirnya terjadilah 55 Ibid,. h. 90

Gambar

Tabel 1. Perbedaan pendekatan

Referensi

Dokumen terkait