• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU HADITS

A. Pengertian Hadits dan Ilmu Hadits

Hadits sebagaimana tinjauan Abdul Baqa adalah isim (kata bendai dari tahdits yang berarti pembicaraan. Kemudian didefinisikan sebagai ucapan, perbuatan, atau ketetapan Nabi SAW.39

Hadits atau al-Hadits menurut bahasa al-Jadid yang artinya sesuatu yang baru-lawan dari al-Qadim (lamai, artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu yang dekat atau waktu yang singkat seperti املححسلا ىف دهعلا ثيدححح (orang yang baru masuk/memeluk agama islami. Hadits juga bisa disebut dengan al-Khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.40

Sedangkan menurut istilah para Ahli Hadits memberikan definisi (ta’rifi yang berbeda-beda sesuai 39Dr. Subhi ash-Shalih, Membahas Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, t.t.i,

h. 15

40 Dr. H. Munzier Suparta, M.A, Ilmu Hadits, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010i,

dengan latar beakang disiplin ilmunya. Menurut ahli hadits, pengertian Hadits ialah : هلاعفاو مّلسو هيلع ا ىّلص ىبّنلا لاوقَا هلاوحاو “Segala perkataan Nabi, Perbuatan, dan hal Ihwalnya”.

Yang dimaksud dengan “hal ihwal” ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan- kebiasaannya.41

Sedangkan Hadits menurut muhadditsiin adalah: ام فيضأ ىلإ ّيبّنلا ىّلص ا هيلع مّلسو نم ٍلوق وأ ٍلعف وأ ٍريرقت وأ ٍةفص

“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat”

Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa, Hadits merupakan sumber berita yang didapat dan datang dari Nabi SAW dalam segala bentuk baik berupa perkataan, perbuatan, sikap persetujuan (taqriri dan sifat- sifatnya baik sifat pisik (khalqiyah) dan sifat perangai (khuluqiyah), baik berkaitan dengan hukum atau tidak.42

Hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW disebut hadits marfu’, yang disandarkan kepada para sahabat disebut hadits mauquf, dan tabi’in disebut hadits maqtu’p

Sementara para Ahli Ushul Hadits memberikan pengertian hadits ialah :

ُهلاوقأ ىّلص ا هيلع مّلسو ُهلاعفاو ُهُريراقتو اّمم ُقلّلعتي ِهب ٌمكح انب

“Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi yang bersangkutan dengan hukum”. Jadi, tidak termasuk

41Ibidp, hp2

42 DR. Bustamin, M.SI, Dasar-dasar Imu Hadits, (Jakarta: Ushul Press, 2009i,

kedalam hadits, sesuatu yang tidak bersangkut paut dengan hukum, seperti urusan model pakaian.43

Sedangkan pengertian ilmu hadits, dari segi bahasa ilmu hadits terdiri dari dua kata yakni ilmu dan hadits, ilmu artinya pengetahuan, knownledge, dan science, sedangkan hadits sebagaimana yang telah dijelaskan diatas yakni segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari perkataan, perbuatan maupun persetujuan. Para ulama ahli hadits diantaranya Ibnu Hajar Al-Asqalani memberikan definisi ilmu hadits yaitu : وه ةفرعم دعاوقلا يتّلا حلّصوتي اهب ىلا ةفرعم يواّرلا حّيورملاو

“ Ilmu hadits adalah mengetahui kaidah-kaidah yang dijadikan sambungan untuk mengetahui (keadaani perawi dan yang diriwayatkan”

Perawi adalah orang-orang yang membawa, menerima dan menyampaikan berita dari Nabi yaitu mereka yang ada dalam sanad suatu hadits. Sedangkan maksud yang diriwayatkan (marwii terkadang guru-guru perawi yang membawa berita dalam sanad suatu hadits atau isi berita (matani yang diriwayatkan.44 Dan menurut para ulama

ahli hadits lainnya mendefinisikan sebagai berikut :

ملع نّيبي انل ام فيضأ ىلإ ّيبّنلا ىّلص ا هيلع مّلسو وأ ىلإ ةباحّصلا وأ ىلإ نيعباّتلا ًلوححق ناححك وأ ًلعف وأ اًريرقت وأ ًةفص .

43 Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009i, h.5

Ilmu hadits adalah ilmu yang menerangkan segala yang dinuklilkan kepada Nabi SAW atau kepada sahabat dan Tabi’in baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifatnya. Kemudian secara garis besar, ilmu hadits mencakup dua objek kajian pokok, yaitu Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayahp

a. Ilmu Hadits Riwayah

Menurut bahasa riwayah dari akar kata rawa, yarwi, riwayatan yang berarti an-naql memindahkan dan penukilan, adz-dzikr penyebutan dan al-fatl pemintalan. Dapat dikatakan periwayatan adalah memindahkan berita dari orang tertentu kepada orang lain dengan pertimbangan/ dipintal kkebenarannya. Atau memindahkan sunnah dan sesamanya dan menyandarkannya kepada orang yang membawa berita atau yang menyampaikan sunnah tersebut.45

ملع ثيدحلا ةياور وه ملع يذّلا اموقي ىلع لقن فيضأام ىلإ ّيبّنلا ىّلححص ا هيلع مّلححسو هب لاوقا يبّنلا هلاعفاو هتاريرقتو هتافصو .46

“Ilmu Hadits Riwayah adalah ilmu yang mengkaji pengutipan secara cermat dan akurat segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, berupa sabda- sabda Nabi, perbuatan Nabi, taqrir-taqrir Nabi dan sifat-sifat Nabi”.

Objek kajiannya adalah pribadi Nabi SAW yakni perkataan (sabdai, perbuatan, taqrir dan sifat Nabi, 45 Dr. H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009i, h. 69 46 Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009i, h. 112

karena hal-hal inilah yang dibahas didalamnya. Dengan siapa, dan dari siapa berita itu diriwayatkan tanpa mempersyaratkan shahih atau tidaknya suatu periwayatan. Fokus pembahasan Ilmu Hadits Riwayah penekanannya memang lebih pada isi periwayatan yakni matan yang diriwayatkan itu sendiri.47

b. Ilmu Hadits Dirayah

Ilmu Hadits Dirayah dari segi bahasa kata dirayah berasal dari kata dara, yadri, daryan, dirayatan/diraayah yang berarti pengetahuan, jadi yang dibahas dari segi pengetahuannya yakni pengetahuan tentan hadits atau pengantar ilmu hadits.48 Secara istilah :

ملع ثيدحلا ةيارد وه ملع فرعي هنم ةقيقح ةياوّرلا حاهتورشو اهعاونأو اهماكحأو لاحو ةاوّرلا مهتورشو حفانصأو حتاّيورملا امو قّلعتي اهب .49

“Ilmu Hadits Dirayah adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan, syarat-syarat, hukum- hukumnya, keadaan para periwayat, syarat-syarat mereka, kelompok-kelompok riwayat dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya”.

وأ ملع فرعي هب لاوحا دنّسلا نتملاو نم ثيح لوبقلا ّدّرلاو امو لصّتي كلذب .50

“atau ilmu untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dari jurusan diterima atau ditolak dan yang bersangkutan dengan itu”.

47 DR. Bustamin, M.SI, Dasar-dasar Imu Hadits, (Jakarta: Ushul Press, 2009i,

h. 75

48 Dr. H. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009i, h. 71 49 Dr. Muhammad Ajaj Al-Khatib, Ushul Al-Hadits, Gaya Media Pratama:

Jakarta. h.xi

Jadi, yang dimaksud Ilmu Hadits Dirayah adalah kumpulan kaidah dan masalah yang dapat dipergunakan untuk mengetahui keadaan periwayat dan yang diriwayatkan, dipandang dari segi diterima atau ditolaknya dari hadits-hadits Nabi SAW.

Dengan demikian Ilmu Hadits Riwayah berbeda dengan Ilmu Hadits Dirayah diantaa perbedaannya adalah sebagai berikut :51

N o

Tinjauan Ilmu Hadits Riwayah Ilmu Hadits Dirayah 1 Objek Pembahasan Segala perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW Hakikat, sifat- sifat, dan kaidah- kaidah dalam periwayatan 2 Pendiri Muhammad bin Syihab Az- Zuhri (w.124 Hi Abu Muhammad Al-Hasan bin Abdurrahman bin Khalad Ar- Ramahurmuzi (w.360 Hi 3 Tujuan Memelihara syari’ah Islam dan Otentisitas Sunnah Meneliti hadits berdasarkan kaidah-kaidah atau persyaratan dalam

periwayatan 4 Faedah Menjauhi kesalahan dalam periwayatan Mengetahui periwayatan yang diterima (maqbul) dan yang ditolak (mardudi

Dengan melihat perbedaan Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah diatas, akan tetapi keduanya tergambar adanya kaitan yang sangat erat antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini karena setiap ada periwayatan hadits tentu ada kaidah-kaidah yang dipakai dan diperlukan, baik dalam penerimaannya maupun penyampaiannya kepada pihak lain. Lahirnya Ilmu Hadits Riwayah tidak lepas dari peran Ilmu Hadits Dirayah baik secara implicit maupun eksplisit.

Pembagian Hadits

1. Hadits bila ditinjau dari segi thuruq (jalur periwayatannyai terbagi menjadi muttawatir dan ahad.

a. Hadits Muttawatir = hadits yang memenuhi empat syarat , yaitu : diriwayatkan oleh segolongan orang yang banyak jumlahnya, menurut kebiasaan mustahil mereka sepakat dalam kedustaan, mereka meriwayatkannya melalui orang yang semisal mulai dari permulaan

hingga akhir, dan hendaknya musnad terakhir dari para perawi berpredikat hasan (baiki.

b. Hadits muttawatir dapat memberikan faedah ilmu yang bersifat dharuri, atau dengan kata lain ilmu yang tidak dapat ditolak lagi kebenarannya. Contoh hadits muttawatir adalah hadits yang mengatakan : “Barang siapa yang berdusta terhadapku atau atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah dia bersiap siap menempati tempat duduknya dari api neraka.”

c. Hadits Ahad = hadits yang di dalamnya terdapat cacat pada salah satu syarat muttawatirnya. Hadits ahad dapat memberikan faedah yang bersifat zhan dan adakalanya dapat memberikan ilmu yang bersifat nazhari (teorii apabila dibarengi dengan bukti yang menunjukkan kepadanya.

Pembagian hadits ahad ada tiga yaitu :

1i Hadits Sahih = hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil, memiliki hafalan yang sempurna sanad nya muttashil (berhubungan dengan yang lainnyai lagi tidak mu’allal (tercelai dan tidak pula syadz (menyendirii.

2i Hadits Hasan = hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil. hafalannya kurang sempurna tetapi sanad nya muttashil lagi tidak mu’allal dan tidak pula syadz. Apabila hadits hasan ini kuat

karena didukung oleh satu jalur atau dua jalur periwayatan lainnya, maka predikatnya naik menjadi shahih lighairihi.

3i Hadits Dha’if =hadits yang peringkatnya dibawah hadits hasan dengan pengertian karena didalamnya terdapat cela pada salah satu syarat hasan. Apabila hadits dha’if menjadi kuat karena didukung oleh jalur periwayatan lainnya atau sanad lainnya maka predikatnya naik menjadi hasan lighairihi.

2. Hadits bila ditinjau dari perawinya terbagi menjadi : a. Hadits Masyhur = hadits yang diriwayatkan oleh

tiga orang atau lebih, tetapi masih belum memenuhi syarat muttawatir. Terkadang diucapkan pula terhadap hadits yang telah terkenal hingga menjadi buah bibir, sekali pun hal itu maudhu’ (palsui.

b. Hadits ‘Aziz = hadits yang diriwayatkan oleh dua orang perawi saja, sekalipun masih dalam satu thabaqah (tingkatani karena sesungguhnya jumlah perawi yang sedikit pada mayoritasnya dapat dijadikan pegangan dalam bidang ilmu ini. c. Hadits Gharib =hadits yang diriwayatkan oleh

seorang perawi sekalipun dalam salah satu thabaqah.

3. Hadits terbagi pula menjadi dua bagian lainnya yaitu maqbul dan mardud :

a. Hadits Maqbul =hadits yang dapat dijadikan hujjah yang didalamnya terpenuhi syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan. Hadits maqbul terbagi menjadi empat yaitu :

 shahih lidzatihi yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sempurna hafalannya, muttashil sanadnya, tidak mu’allal dan tidak pula syadz. Shahih lidzatihi ini berbeda beda peringkatnya menurut perbedaan sifat yang telah disebutkan tadi.

 shahih lighairihi yaitu hadits yang mengandung sebagian sifat yang ada pada hadits maqbul, paling sedikit. Akan tetapi dapat ditemukan hal hal yang dapat menyempurnakan kekurangannya itu, seumpamanya ada hadits yang sama diriwayatkan melalui satu atau banyak jalur lainnya.

 hasan lidzatihi yaitu hadits yang dinukil oleh seseorang yang adil, ringan hafalannya (kurang sempurnai muttashil sanadnya, melalui orang yang semisal dengannya, hanya tidak mu’allal dan tidak pula syadz.

 hasan lighairihi yaitu hadits yang masih ditangguhkan penerimaannya tetapi telah ditemukan di dalamnya hal hal yang

menguatkan segi penerimaannya. Contohnya ialah hadits yang didalam sanadnya terdapat orang yang keadaannya masih belum diketahui atau orang yang buruk hafalannya.

b. Hadits Mardud= hadits yang didalamnya tidak terpenuhi syarat-syarat shahih dan hasan . Hadits mardud ini tidak dapat dijadikan hujjah dan terbagi pula menjadi dua bagian yaitu :

 mardud yang disebabkan adanya keguguran dalam isnad (sanadinya.

 mardud karena adanya cela.

4. Hadits bila dipandang dari segi matan dan sanad terbagi menjadi :

a. Hadits marfu’ ialah hadits yang disandarkan kepada Rasullullah saw baik secara terang terangan maupun secara hukum.

b. Hadits Mauquf ialah hadits yang sanadnya terhenti sampai kepada seorang sahabat tanpa adanya tanda tanda yang menunjukan marfu’, baik secara ucapan maupun perbuatan.

c. Hadits Maqthu’ ialah hadits yang isnad (sanadi nya terhenti sampai kepada seorang tabi’in.

d. Hadits Muthlaq ialah hadits yang bilangan perawinya sedikit bila dibandingkan dengan sanad lainnya dan sanad sampai kepada Rasullullah saw. Lawan dari al-muthlaq ialah hadits nazil muthlaq.

e. Hadits al Nasabi ialah hadits yang perawinya sedikit bila dibandingkan dengan sanad lainnya dan berakhir sampai kepada seorang Imam terkenal seperti Imam Malik, Imam Syafi’ie, Imam Bukhari dan Imam Muslim.

f. Hadits Nazil Nasabi ialah lawan haidts al nasabi. Hadits al nasabi lebih ke shahih karena kekeliruannya sedikit. Hadits nazil nasabi ini tidak disukai kecuali karena keistimewaan khusus yang ada padanya.52