• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi kepala sekolah - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "strategi kepala sekolah - etheses UIN Mataram"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KEPALA SEKOLAH

DALAM MENCEGAH BULLYING, CYBERBULLYING DI MTs. . Al-MADANIYAH JEMPONG BARU, MATARAM

Oleh:

RAFIQ MUSADDAD NIM.170403008

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

(2)
(3)

STRATEGI KEPALA SEKOLAH

DALAM MENCEGAH BULLYING, CYBERBULLYING DI MTs. . Al-MADANIYAH JEMPONG BARU, MATARAM

Pembimbing:

Pembimbing I : Dr. Fathurrahman Muhtar, M. Ag Pembimbing II : Dr. Mohammad Iwan Fitriani, M.Pd

Oleh:

RAFIQ MUSADDAD NIM.170403008

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Magister

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021

(4)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis oleh : RAFIQ MUSADDAD NIM : 170403008 dengan judul, STRATEGI

KEPALA SEKOLAH DALAM MENCEGAH BULLYING, CYBER

BULLYING DI MTS. AL MADANIYAH JEMPONG BARU, MATARAM telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal Juli 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Fathurrahman Muhtar, M. Ag Dr. Mohammad Iwan Fitriani, M.pd NIP. 197403132001121001 NIP. 197908232006041001

(5)

PENGESAHAN PENGUJI

Proposal Tesis/Disertasi oleh: RAFIQ MUSADDAD, NIM: 170403008 dengan Judul, STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENCEGAH BULLYING, CYBER BULLYING DI MTs. AL-MADANIYAH JEMPONG BARU, MATARAM telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pascasarjana UIN Mataram pada tanggal,

DEWAN PENGUJI

Dr. Abdul Quddus, M.A. _____________________

(Ketua/ Penguji) Tanggal

Dr. Mohammad Liwa Irrubai, M.Pd. _____________________

(Sekretaris/ Penguji) Tanggal

Dr. Fathurrahman Muhtar, M.Ag. ____________________

(Pembimbing I/ Penguji) Tanggal

Dr. Mohamad Iwan Fitriani, M. Pd. ___________________

(Pembimbing II/ Penguji) Tanggal

Mengetahui

Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negri Mataram

Prof. Dr. Suprapto, M.Ag.

NIP 19720720200003100

(6)
(7)

PRINCIPAL'S STRATEGY FOR PREVENTING BULLYING AND CYBERBULLYING IN MTS AL-MADANIYAH JAMPONG

By:

RAFIQ MUSADDAD NIM: 170403008

ABSTRACT

Educational institutions are agencies or institutions, both public and private, that conducted educational activities which is why it carries out business within the sphere of education. In Indonesia, there are many educational institutions with different goals, curricula, and graduates. The effectiveness of the teacher's work is essential in the school as it determines the quality of the school deriving from the success of the teacher's work. In order to work effectively, teachers should get assignments according to their expertise and only in one organization scope so that they can complete tasks by focusing on one job and maximizing the outcomes, and similarly in terms of the principal's ability to prevent bullying and cyberbullying in schools. The purpose of this research is to discover types of bullying and cyberbullying, triggering factors for bullying and cyberbullying, principal's strategy for preventing bullying and cyberbullying at Mts Al- Madaniyah. The study unveiled various forms of bullying includes bullying in physical forms, such as bullying, verbal bullying like making fun of students with physical deficiencies, insulting parents with nicknames, bullying through the internet (cyberbullying), insulting other students through Facebook. Factors that triggering bullying include family factors who pay less attention, school factors with low supervision, bad environmental factors, peer factors that support bullying, less controlled social media factors. The strategies used involve forming an anti-bullying team, providing a complaint box, implementing a reward and punishment strategy, providing education on the dangers of bullying.

Keywords: Principal, Bullying

(8)
(9)

Motto:

















Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.

Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”( Q.S An Nashr : 3).

(10)

PERSEMBAHAN

Tesis Ini Kupersembahkan Untuk kedua orangtuaku, Istri Dan anakku yang sebentarlagi akan lahir, keluarga besarku, terimakasih atas dukungan, dorongan

motivasi dan doa mereka semua hingga tesis ini dapat terselesaikan

(11)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin. Penulis menyadari bahwa proses penyelesaikan tesis penulis yang berjudul; STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENCEGAH BULLYING. CYBER BULLYING DI MITS AL MADANIYAH, JEMPONG BARU, MATARAM tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain:

1. Dr. Fathurrahman Muhtar M. Ag sebagai pembimbing I dan Dr. Mohammad Iwan Fitriani sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan tesis ini lebih matang dan selesai;

2. Dr. Abdul Quddus M.A sebagai penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan tesis ini;

3. Dr. Mohammad Iwan Fitriani sebagai Ketua Prodi MPI Program Magister Pascasarjana UIN Mataram;

4. Prof. Dr. Suprapto, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana UIN Mataram;

5. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan

(12)

dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai. dan seterusnya.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat-ganda dari Allah swt. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin.

Mataram, 2 Juli 2021 Penulis,

Rafiq Musaddad NIM. 170403008

(13)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Konsonan

Transliterasi

Akhir Tengah Awal Tunggal

اـ ا Tidak dilambangkan

ةـ ـثـ ـت ب b

ثـ ـحـ ـج ت t

دـ ـرـ ـذ خ th

سـ ـصـ ـش ز j

طـ ـعـ ـظ ض

h

ػـ ـؽـ ـؼ غ kh

ؿـ ؾ d

فـ ـ dh

كـ ق r

مـ ل z

هـ ـىـ ـو ن

s

ًـ ـٍـ ـٌ ي sh

ُـ ـّـ ـِ َ s

ٓـ ـٕـ ـٔ ْ

d

ٗـ ـطـ ـٖ ٖ

t

عـ ـظـ ـظ ظ

z

غـ ـؼـ ـػ ع

ؾـ ـــ ـؿ ؽ gh

قـ ـلـ ـك ف f

نـ ـوـ ـه م q

يـ ـٌـ ـً ى k

َـ ـِـ ـُ ٍ l

ْـ ـٔـ ـٓ ّ m

ٖـ ـ٘ـ ـٗ ٕ n

ةـ،هـ ـهـ ـه ةه h

ىـ و w

يـ ـيـ ـي ي y

(14)

DAFTAR ISI

COVER LUAR ... i

LEMBAR LOGO ... ii

COVER DALAM ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN PENGUJI ... v

PERNYATAAN KEASLIANKARYA ... vi

LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME ... vii

ABSTRAK (Indonesia, Inggris, Arab) ... viii

MOTTO ... ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

PEDOMAN LITTERASI ARAB LATIN ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Signifikasi Dan Manfaat Penelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 7

F. Kerangka Teori ... 10

1. Konsep Kepala Sekolah 2. Konsep Bullying ... 10

3. Bentuk-Bentuk Bullying ... 13

4. Faktor Pemicu Bullying ... 16

5. Dampak Bullying ... 18

6. Strategi Mencegah Bullying ... 19

G. Metode Penelitian ... 24

1. Pendekatan Penelitian ... 25

(15)

2. Kehadiran Peneliti ... 26

3. Lokasi Penelitian ... 26

4. Sumber Data ... 27

5. Teknik Pengumpulan Data ... 28

6. Teknik Analisis Data ... 32

7. Validitas Data ... 33

H. Sistematika Pembahasan ... 34

I. Jadwal Penelitian ... 36

BAB II BENTUK DAN STRATEGI PENCEGAHAN BULLYING DI MTs. AL-MADANIYAH ... 37

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

1. Sejarah berdirinya MTs. Al-Madaniyah ... 37

2. Letak Geografis MTs. Al-Madaniyah ... 38

3. Visi Misi ... 39

4. Kondisi Objektif Sekolah ... 41

5. Bullying, CyberBullying Di lingkungan Sekolah ... 43

B. Bentuk bentuk Bullying, Cyberbullying di lingkungan sekolah ... 45

C. Faktor pemicu Bullying, Cyberbullying Di MTs. Al-Madaniyah ... 54

D. Strategi Kepala Sekolah Daalam Mencegah Tindak Bullying dan cyberbullying ... 61

BAB III ANALISIS BENTUK DAN STRATEGI PENCEGAHAN BULLYING DI MTs. AL MADANIYAH ... 68

A. Bentuk Bentuk Bullying, CyberBullying Di MTs. Al-Madaniyah .. 68

B. Faktor pemicu Bullying, Cyberbullying Di MTs. Al-Madaniyah ... 74

C. Strategi Kepala Sekolah Dalam Mencegah Bullying, CyberBullying di MTs. Al-Madaniyah ... 81

(16)

BAB IV PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Implikasi Teoritis ... 90

C. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Bentuk-Bentuk Bullying ... 13

Tabel 2.1 Daftar Nama-Nama Guru Di MTs. Al-Madaniyah ... 42

Tabel 2.2 Keadaan Guru-Guru Di MTs. Al-Madaniyah ... 43

Table 2.3 Data pelanggaran Bullying,CyberBullying ... 44

Table 2.4 Data StatusWali Murid MTs. Al Madaniyah ... 44

Tabel 2.5 Bentuk Bullying di MTs. Al-Madaniyah... 52

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan merupakan badan atau instansi baik negeri maupun swasta yang melaksanakan kegiatan mendidik. Jadi bisa dikatakan badan atau sebuah instansi yang menyelenggarakan usaha dalam bidang pendidikan. Di Indonesia banyak lembaga pendidikan dengan tujuan, kurikulum dan lulusan yang berbeda-beda.1

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Telah dipaparkan dengan jelas bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa dan negara yang bermartabat dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan demi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, sehat, berilmu, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Sebagaimana undang undang di atas setiap lembaga pendidikan sangatlah berperan penting dalam menciptakan karatker peserta didik, sekaligus merupakan sebuah tanggung jawab yang akan menentukan kemana bangsa ini akan diarahkan, karena peserta didik yang identik dengan pemuda merupakan penggerak suatu bangsa kedepannya. Terlepas dari semua itu

1Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana,”Manajemen Pendidikan (Yogyakarta : Aditia Mediabekerjasama dengan FIP UNY, 2012), 15

2 Suhaili m,”Manajemen Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Nilai-Nilai Islam Di Sd Negeri Rambatan,” Jurnal al-Fikrah, Vol. III, No. 2, (Juli-Desember 2015 ): 148.

(19)

dalam sebuah lembaga pendidikan guru adalah sosok yang sangat berperan penting dalam mendidik peserta didik, karena dalam lingkungan masyarakat umum dan sekolah, guru merupakan teladan yang patut dicontoh dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini menuntut kemampuan sosial guru dengan masyakat, sebagai upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan akan mempengaruhi hubungan sekolah dengan masyarkat lebih baik lagi.3

Efektivitas kerja guru sangat diperlukan dalam organisasai sekolah karena yang menentukan kualitas sekolah tersebut adalah keberhasilan dari kerja guru. Bila seorang guru dapat bekerja dengan efektif berarti guru tersebut dapat melakukan tugasnya dengan baik dan dapat mengatasi masalah- masalah yang dihadapi saat bekerja. Untuk dapat bekerja secara efektif sebaiknya guru mendapatkan tugas yang sesuai dengan bidangnya dan hanya di satu lingkup organisasi sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan fokus pada satu pekerjaan dan memaksimalkan hasil kerja tersebut.

Efektivitas kerja guru ini dapat ditunjang dengan dua hal yaitu komunikasi internal yang berjalan dengan baik dan kepala sekolah sebagai manajer dalam lingkup sekolah mampu memimpin organisasai sekolah tersebut dengan baik pula. Kepemimpinan kepala sekolah akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah harus mampu memberikan ide-ide baru untuk kemajuan sekolahnya. Selain itu kepala sekolah seharusnya hanya memimpin satu organisasi agar dapat

3 Rian Rahadian,”Peran Dan Kedudukan Guru Dalam Masyarakat,” Jurnal Pendidikan Teknologi Dn Informasi,: 26, diakses 20 September 2020, https://journal.institutpendidikan.

ac.id/index.php/petik/article/view/56

(20)

memaksimalkan kerjanya dan mengawasi kerja para guru sehingga mengetahui guru mana yang masih kurang efektif dalam bekerja.4

Dengan kata lain gaya kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menentukan dan menilai baik atau tidaknya kualitas sekolah yang dipimpinnya, pengaruh ini tidak terlepas terhadap para guru yang dipimipinnya dan peserta didik yang menjadi tujuan utamanya, baik dalam hal motivasi semangat siswa, sikap, prilaku bahkan dalam menjaga sikap para guru maupun peserta didik.

Pada dasarnya setiap guru mengharapkan agar siswanya memiliki sikap yang baik, namun dewasa ini kita banyak mendengar adanya tindakan bullying yang dilakukan oleh para siswa, semakin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun di layar televisi. Selain tawuran antar pelajar sebenarnya ada bentuk-bentuk perilaku agresif atau kekerasan yang sudah lama terjadi di sekolah-sekolah. Misalnya bentuk intimidasi dari teman-teman atau pemalakan, pengucilan diri dari temannya yang biasa disebut dengan perilaku bullying, sehingga anak jadi malas pergi ke sekolah karena merasa terancam dan takut, sehingga bisa menjadi depresi tahap ringan dan dapat mempengaruhi belajar di kelas.5

Seiring perkembangan teknologi, bullying tidak hanya terjadi dalam dunia nyata saja, tetapi dapat terjadi dalam dunia maya, melalui perantara

4 Ajeng Marga Kusuma,Satrijo Budiwibowo, pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi internal terhadap efektivitas kerja guru smk pgri wonoasri,”Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Volume 5, Nomor 1, (April 2016 ):42 diakses 25 september 2020, http://e- journal.unipma.ac.id/index.php/assets/article/view/1185

5 Riri Yunika, Dkk, upaya guru bimbingan dan konseling dalam mencegah Perilaku bullying di sma negeri se kota padang, KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling, Volume 2 Nomor (3 September 2013): 22 di akses 25 september 2020

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/view/2163

(21)

media sosial, atau biasa disebut CyberBullying, yaitu sebagai tindakan penghinaan, kekerasan psikis, atau intimidasi yang dilakukan seseorang, kelompok, atau institusi melalui perangkat teknologi dan informasi di media terhadap orang, kelompok, atau institusi lain. Tindakan ini dimaksudkan untuk mempermalukan, mengintimidasi, menyebar keburukan dan kebencian di media, baik ditujukan secara khusus kepada korban maupun dengan cara diketahui publik. Pada intinya, cyberbullying itu bisa disebut sebagai teror sosial melalui teknologi.6

Bullying merupakan tindakan yang dilarang dalam pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan islam, dalam agama islam sendiri hal terkait Bullying telah Allah jelaskan dalam Qs. Al-Hujurat; ayat 11:

















































































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki- laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

6 Rulli Nasrullah,”Perundungan Siber (Cyber-Bullying) Di Status Facebook Divisi Humas Mabes Polri,” Jurnal Sosioteknologi Volume 14, Nomor 1, (April 2015): 2

(22)

Ayat di atas menjelaskan bahwasannya allah melarang bagi suatu kaum merendahkan kaum yang lain dengan panggilan yang buruk atau gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan yang merendahkan fisik ataupun panggilan yang menunjjukkan kekurangan seseorang, oleh karena itu dalam dunia pendidikan perlu kiranya untuk mendidik siswa dan siswi untuk mentatati hal tersebut terutama dalam sebuah lembaga pendidikan yang berbasis keislaman salah satunya seperti MTs. Al- Madaniyah.

MTs. Al-Madaniyah merupakan sekolah yang terletak di tengah lingkungan jempong barat, di dalamnya terdapat siswa dan siswi dengan berbagai latar belakang yang berbeda, Sekolah ini memiliki kepala sekolah yang sangat berperan penting untuk membentuk karakter para siswa siswi secara tidak langsung, agar memiliki karakter yang terpuji dengan strategi yang tepat, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa adanya siswa-siswi yang terlibat dalam perilaku negatif yang mengarah kepada tindakan bullying. Perilaku bullying yang terjadi tidak pada taraf yang parah, sehingga diperlukan strategi pencegahan sebelum kepada taraf yang serius.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan , Kepala sekolah MTs.

Al-Madaniyah. Mengatakan bahwa:

Di sekolah tidak jarang terjadi tindakan Bullying, baik yang ketahuan maupun tidak ketahuan oleh para guru, tindakan bullying yang paling sering terjadi adalah bullying secara verbal, biasanya siswa yang lebih senior memanggil juniornya dengan panggilan yang menunjukkan kekurangan fisik, namun ada juga yang membully dengan fisik, baik

(23)

itu memukul adik kelasnya atau temannya yang kelihatan lemah, yang jelas bullying memang ada tapi bullying secara fisik jarang terjadi. 7 Dalam wawancara tersebut Peneliti menemukan gejala-gejala yang termasuk dalam tindakan bully ringan dan sedang, diantaranya sebagai berikut:

1. Adanya siswa maupun siswi yang memanggil temannya dengan panggilan yang tidak menyenangkan. Tentunya hal ini akan berakibat pada kurangnya rasa percaya diri pada korban, jika hal tersebut dilakukan berulang kali, hal tersebut juga merupakan tindakan bullying.

2. Beberapa siswa yang lebih senior sering mengganggu siswa junior atau adik kelasnya.

3. Adanya siswa yang memukul temannya yang berbadan lebih kecil darinya.

Hal tersebut perlu benar-benar diperhatikan agar perilaku bullying yang semacam itu tidak terjadi.

4. Adanya siswa maupun siswi yang saling menghina melalui media sosial.

Berdasarkan gejala-gejala di atas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Strategi Kepala Sekolah Dalam Mencegah Bully, CyberBullying di MTs. Al-Madaniyah Jempong Baru, Mataram

7 Kepala sekolah Mts Al-Madaniyah, Mataram, 20 Agustus 2020

(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka diajakukan rumusan maslah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk bullying dan cyberbullying di MTs. Al-Madaniyah?

2. Apa saja faktor pemicu bullying dan cyberbullying di MTs. Al- Madaniyah?

3. Bagaimanakah strategi kepala sekolah dalam mencegah bullying dan cyberbullying di MTs. Al-Madaniyah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan maslaah di atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk bullying dan cyberbullying di MTs. Al- Madaniyah

2. Untuk mengethui Apa saja faktor pemicu bullying dan cyberbullying di MTs. Al-Madaniyah

3. Untuk mengetahui strategi Kepala Sekolah dalam mencegah bullying dan cyberbullying di MTs. Al-Madaniyah

D. Signifikasi Dan Manfaat Penelitian

Siginifikansi penelitian adalah arti penting penelitian, terutama dalam konteks akademik, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

(25)

sumbangan positif di bidang ilmu pengetahun.8 Adapun manfaatnya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya yang terkait dengan manajemen Kepala Sekolah dalam mengantisipasi tindak bullying dan cyberbullying pada siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah negeri lain di luar Kota Mataram.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi calon kepala sekolah.

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi instansi sebagai acuan pembuat kebijakan.

d. Hasil penlitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan penelitian yang sejenis.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umumnya kebanyakan masalah yang dihadapi sudah banyak dikaji dalam sebuah penelitian. Tetapi tentu dalam sebuah penelitian tersebut memiliki titik tekan yang berbeda-beda dalam mengkaji sebuah masalah meskipun konteks penelitiannya sama. Begitu

8Kamaruddin Amin, Pedoman Pedoman Penulisan Artikel, Makalah, Proposal. Tesis, Dan Disertasi (Pascasarjana Uin Mataram, 2018): 20.

(26)

juga dengan konteks penelitian ini walaupun banyak yang sudah melakukan penelitian yang terkait, tetapi fokus kajian dan ruang lingkup atau kedalaman kajian penelitian ini memiliki perbedaan-perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya. Maka setelah melakukan telaah dari beberapa karya tulis, terdapat beberapa artikel yang mendukung yaitu:

I Ketut Sudarsana, dkk menjelaskan dalam jurnal berjudul Pencegahan Bullying, Cyberbullying Dan Penanganan Melalui Pendidikan Keluarga Hindu, menjelaskan bahwa Menurut Peneliti Hinduja dan Penambalan CyberBullying, perilaku ini digambarkan sebagai tindakan yang disengaja dengan mengirim teks elektronik (e-mail), atau merekam gambar itu biasanya diunggah ke media sosial (youtube). Konten yang diunggah seperti mengejek, melecehkan, mengancam, melecehkan, atau menghina. Di era globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini, komputer dapat menghasilkan internet multifungsi. Semua perilaku baik dan jahat bisa dilakukan di media sosial.9

Adapun sisi perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah bahwa jurnal di atas menjelaskan tindakan bullying atau intimidasi hanya melalui media sosial sedangkan penulis lebih mengarah kepada tindakan bullying baik di dunia maya maupun di dunia nyata, namun keduanya sama- sama membahas terkait tindakan bullying terhadap seorang anak atau siswa di sekolah. Perilaku bullyng ini akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan psikis seorang anak.

9 I Ketut Sudarsana,”Cyber Bullying Prevention And Handling Through Hindu Family Education”, Jurnal Penjaminan Mutu Volume 5 Nomor 2 ( Agustus 2019): 170

(27)

Wisnu Sri Hertinjung Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah Dasar, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi di sekolah dasar baik dari versi pelaku maupun korban. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 4 –5 dari SD Negeri Mangkuyudan 2, SD Negeri Bumi 2, dan SD Muhammadiyah 16.

Data penelitian dianalisis secara kuantitatif deskriptif dengan menggunakan penghitungan tendency central.10

Berdasarkan uraian penelitian di atas ada beberapa letak perbedaannya di antaranya bahwa penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif dengan menggunakan penghitungan tendency central, sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif data berupa data wawancara, observasi dan dokumentasi terkait tindakan bullying di sekolah.

Sedangkan letak persamaannya adalah keduanya sama-sama membahas terkait upaya pencegahan tehadap tindakan bullyig yang terjadi di sekolah dan cyberbullying di media sosial.

Muthia Aryunistrategi Pencegahan Bullying Melalui Program

“Sekolah Care” Bagi Fasilitator Sebaya, Program pencegahan melalui teman sebaya merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah perilaku bullying di sekolah. Tujuan penelitian ini yaitu menguji strategi pencegahan bullying melalui program pelatihan yang bernama “Sekolah CARE (CAring, Respect & Educate)” untuk meningkatkan keterampilan

10 Wisnu Sri Hertinjung, Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah Dasar, (Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013): 452.

(28)

fasilitator teman sebaya dengan menggunakan metode diskusi kasus, dalam menyampaikan informasi tentang bullying.11

Dari beberapa uraian jurnal di atas, adapun letak perbedaannya di antaranya bahwa penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain kelompok control, uji statistik non parametrik, sedangkan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Sedangkan letak persamaannya adalah keduanya sama-sama membahas terkait upaya pencegahan tehadap tindakan bullying yang terjadi di sekolah sehingga penulis mengangkat sebuah penelitian lebih lanjut terkait strategi kepala sekolah dalam mencegah tindakan bullying dan cyberbullying di MTs. . Al- Madaniyah.

F. Kerangka Teori 1. Definisi Strategi

Sekilas kita memaknai berbagai macam orang dalam mengartikan dan menelaah masalah sehingga harus pada persoalan bagaimana kita dapat merangkum dalam satu kesamaan dalam persepsi karena begitu banyaknya persoalan yang dialami dalam berbagai institusi atau sekolah, maka perlu adanya penyelesaian masalah agar dapat terselesaikan. Adanya beberapa strategi yang perlu kita lakukan dalam menyelesaikan kejanggalan itu. Sebelum menjelaskan definisi strategi kepala sekolah, maka penulis perlu menjelaskan definisi strategi. Pada dasarnya strategi

11 Muthia Aryunistrategi,”Pencegahan Bullying Melalui Program “Sekolah Care” Bagi Fasilitator Sebaya,” Asian Journal of Environment, History and Heritage, Vol. 1, (September 2017): 211.

(29)

adalah cara yang dilakukan untuk membantu dan mempermudah dalam memecahkan masalah, selain itu strategi merupakan langkah-langkah konkrit yang dapat menyelesaikan masalah.

Menurut Ahmad Sabri, Strategi adalah pilihan pola kegiatan belajar- mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.12 Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, mengatakan bahwa ada empat strategi dasar dalam pembelajaran yang meliputi hal-hal berikut:

a. Mengidentifikasikan serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru bdalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan senhingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan proses belajar mengajar.13

12 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar micro teaching, (Padang:Quantum Teaching,2007),: 1

13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,Strategi Belajar Mengajar. ( Jakarta : PT.

Rineka Cipta 2006), : 5

(30)

Dari uraian diatas tergambar bahwa sttrategi adalah rangkaian perilaku pendidik yang disusun sesuai rencana dan sistematis untuk menginternalisasikan nilai-nilai islam kepada siswa agar dapat membentuk kepribadiannya secara utuh dan menjadi muslim yang sejati.

2. Konsep Kepala Sekolah

Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu “kepala” dan “sekolah”

kata kepala dapat diartikan ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum sekolah atau lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Sebagai pemimpin pendidikan, dilihat dari status dan cara pengangkatannya tergolong pemimpin resmi, formal leader, atau status leader. Status leader bisa meningkat menjadi fungsional leader. Tergantung dari prestasi dan kemampuan di dalam memainkan peranannya sebagai pemimpin pendidikan sekolah yang telah diserahkan pertanggung jawaban kepadanya.

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung duapengertian di mana kata

“pendidikan” menerangkan dalam lapangan apa dan dimana

(31)

kepemimpinan itu berlangsung dan sekaligus menjadi sifat dan ciri-ciri bagaimana yang harus dimiliki pemimpin itu.

Selain daripada itu kepala sekolah juga merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana diungkapkan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.”14

Tugas kepala sekolah adalah sebagai pemimpin. Tidak semua kepala sekolah mengerti maksud kepemimpinan dan fungsi-fungsi yang harus dijalankan sebagai pemimpin pendidikan yang memberikan sumbangan bagi perumusan tujuan serta terhimpunya suatu kelompok didalam kerja sama mencapainya dianggap sebagai pemimpin yang sebenarnya, Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakan orang yaitu ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan.15

14 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007),: .25

15 Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi (Jakarta:

Rajawali Pers, 2009),: 2

(32)

3. Konsep Bullying

Bullying sebagai istilah asing yang belum dapat diartikan dalam Bahasa Indonesia. Bullying berasal dari kata bull (bahasa Inggris) yang berarti “banteng” yang suka menanduk. Bullying dalam kata bahasa Indonesia disebut penggencetan/penindasan. Pihak pelaku bullying biasa disebut bully. Menurut pendapat Tim yayasan Jiwa Semai Amini bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang maupun sekelompok Pihak yang kuat tidak hanya berarti kuat dalam ukuran fisik, tetapi juga secara mental.

Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau mental.16

Bullying merupakan salah satu bentuk kekerasan di sekolah yang disebabkan karena ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku bullying yang lebih kuat dan korban yang lebih lemah. Ketidak seimbangan kekuatan ini bisa berupa ukuran badan, kekuatan fisik, jumlah pelaku, kepandaian bicara, jenis kelamin, status sosial, dan perasaan lebih superior. Unsur ketidakseimbangan kekuatan dan intensitas berulang- ulang inilah yang membedakan bullying dengan bentuk kekerasan lainnya.

Dalam kasus bullying, ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku bullying dan korbannya menghalangi keduanya untuk menyelesaikan konflik mereka sendiri, sehingga perilaku kekerasan ini terjadi berulang.17

16 Yayasan Jiwa Semai Amini, Bullying mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan (Jakarta : Grasindo , 2008): 2.

17 Ahmad Baliyo Eko Prasetyo,” Bullying Di Sekolah Dan Dampaknya Bagi Masa Depan Anak,” Jurnal El Tarbawi No 1Vol IV (2011): 20

(33)

Definisi terkait bullying juga diungkapkan Les Parsons dalam bukunya, bullying yaitu sebuah tindakan berulang terhadap seseorang atau beberapa orang yang takut akan kekuasaan pelaku bullying, terjadi ketidak seimbangan kekuasaan. Bullying secara sengaja bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik, emosional, dan sosial.18 Pendapat lain juga dikemukakan oleh Ken Rigby, Menurut Ken Rigby bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti, dimana hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi yang menyebabkan seseorang menderita.Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasannya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.19

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bullying adalah suatu tindakan penyerangan akibat ketidak seimbangan kekuasaan maupun kekuatan antara perilaku bullying dengan korban, yang dilakukan secara berulang secara fisik maupun psikis. Kasus bullying dapat terjadi kapan pun dan dimana pun, misalnya di sekolah, tempat kerja, internet (cyberbullying), lingkungan politik lingkungan militer, dan dalam perpeloncoan, Bullying dapat dibedakan berdasarkan tempat atau lingkungan terjadinya kasus bullying tersebut.

Adapun penelitian yang penulis lakukan difokuskan pada bullying yang terjadi di sekolah.

18 Les Parsons,” Bullied Teacher Bullied Student Guru Dan Siswa Yang Terintimidasi;

Mengenali Budaya Kekerasan Di Sekolah Anda Dan Mengatasinya, (Jakarta: Grasindo , 2009): 20

19 Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekrasan Pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008): 3

(34)

Bullying, terutama di sekolah, telah menjadi masalah global.

Pada tahun 1997 –1998 (Sampson, dalam Problem Oriented Guide for Police Series No.12) dilakukan sebuah penelitian internasional yang melibatkan 120.000 siswa dari 28 sekolah, yang hasilnya adalah 20%

dari anak-anak usia kurang dari 15 tahun melaporkan pernah mengalami bullying saat mereka berada di sekolah. Penelitian secara nasional di AS menunjukkan bahwa sekitar 30% anak-anak tingkat sekolah dasar atau 5,7 ribu anak setiap tahun mengalami bullying.20

4. Bentuk-Bentuk Bullying

Bentuk bentuk bullying secara umum dapat terjadi bermacam- macam. Bentuk jenis bullying juga dijelaskan oleh beberapa ahli salah satunya oleh Ken Rigby, ia mengklasifikasikan bentuk bullying sebagaimana dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Bentuk-Bentuk Bullying21

Langsung Tidak Langsung

Verbal a. Bahasa menghina b. Memanggil dengan

nama ejekan c. Menggoda dengan

cara kejam atau mengejek

a. Membujuk orang lain untuk menghina atau

penyalahgunaan seseorang b. Menyebarkan desas-desus

berbahaya

c. Panggilan telepon anonim d. Pesan teks ofensif dan email Fisik a. a. Mencolok,

b. b. Menendang,

c. c. Menggunakan senjata

a. Sengaja tidak adil terhadap seseorang

b. Menyembunyikan barang orang

20 Wisnu Sri Hertinjung, Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah Dasar, (Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013): 452.

21 Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekrasan Pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008): 26.

(35)

Langsung Tidak Langsung Gestur a. Mengancam

b. Menatap lekat-lekat pada seseorang

a. Selalu berpaling berulang kali

b. Menunjukkan rasa tidak suka terhadap seseorang

Selain tabel di atas Ken Rigby menjelaskan kadang-kadang bullying diidentifikasi sesuai dengan domain tertentu, diantaranya:

a. Bullying rasial: ketika bullying diarahkan pada seseorang karena ras mereka mengidentifikasi

b. bullying seksual: ketika bullying, baik secara lisan maupun fisik, ditujukan pada seseorang memiliki implikasi seksual atau jenis kelamin negatif. Kadang-kadang ini disebut pelecehan seksual atau kekerasan seksual .

c. cyberbullying: ketika intimidasi memanfaatkan teknologi komputer, seperti dalam mengirim email mengancam atau pesan teks, atau termasuk mengatur menfitnah di website

Motivasi cyber bullying juga beragam. Ada alasan kemarahan dan ingin membalas dendam, frustrasi, atau ingin mencari perhatian, atau beberapa hanya meminta kesenangan. Tidak jarang motivasi jarang bercanda. Pelaku tindakan bullying dan cyber bullying tentu saja tidak layak ditiru. Orang yang dia ejekan bisa jadi kecewa, sedih, tertekan, dan bisa menarik diri dari lingkungannya karena dia tidak memiliki kepercayaan diri. Ini sangat merugikan dan membuat orang lain mendapatkan efek negatif dari tindakan bullying dan cyber bullying.

(36)

Migliaccio & Raskauskas juga memaparkan bentuk-bentuk bullying terdiri dari beberapa bentuk yaitu;

a. Bullying Fisik

Bullying fisik merupakan jenis bullying yang bisa dilihat secara kasat mata. Siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dengan korbannya, seperti: memukul, mendorong, mencekik, menggigit, menampar, menendang, meninju, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, merusak pakaian/properti pribadi, mencakar, menodongkan senjata, menginjak kaki, melempar dengan barang, meludahi, menghukum dengan cara push up,menarik baju, menjewer, menyenggol, menghukum dengan cara membersihkan WC, memeras dan merusak barang orang lain.22 b. Bullying Verbal

Bullying verbal merupakan bentuk bullying yang paling umum digunakan, baik oleh anak laki-laki maupun oleh anak perempuan.

Bullying verbal mudah dilakukan dan

dapat dibisikkan di hadapan orang dewasa atau teman sebaya tanpa terdeteksi. Bullying verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, penghinaan dan pernyataanpernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual, menuduh, menyoraki, memaki, mengolok-olok, menebar gosip. Selain itu, dapat berupa menakuti lewat telepon, email

22 Hengki Yandri,“Peran Guru Bk/Konselor Dalam Pencegahan Tindakan Bullying Di Sekolah”, Jurnal Pelangi, Vol. 7 No.(1 Desember 2014): 101.

(37)

yang mengintimidasi dan “surat-surat kaleng” yang berisi ancaman kekerasan.23

c. Bullying Psikis

Bullying mental/psikologis yang paling berbahaya karena sulit dideteksi dari luar. Seperti: menyebarkan rumor/gossip, memaksa, mengucilkan dan seterusnya, Merusak barang, merusak barang-barang pribadi atau melakukan sesuatu yang merusak, menghilangkan atau mengambil dengan paksa barang orang lain. memandang dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi wajah yang merendahkan, mengejek, memandang dengan penuh ancaman, mempermalukan di depan umum, mengucilkan, memandang dengan hina, mengisolir, menjauhkan, dan lain-lain.24

d. Cyber Bullying atau bullying melalui teknologi intimidasi melalui pesan teks atau media sosial.25

Berdasarkan penjelasan tersebut bentuk bullying dilakukan secara fisik maupun psikis. Bullying fisik misalnya menendang, memukul, mendorong, meludahi, bahkan kekerasan yang dilakukan dengan senjata. Sedangkan untuk bullying psikis misalnya memaki, menghina, menuduh, memfitnah, menyoraki, serta mempermalukan di depan umum. Selain itu juga terdapat bullying yang dilakukan melalui media elektronik dan internet yaitu cyberbullying.

23 Ibid, h 101

24 Ibid, h 101

25 Ibid, h 215

(38)

5. Faktor Pemicu Bullying

Terjadinya bullying tidak serta merta terjadi begitu saja, akan tetapi terdapat berbagai faktor-faktor yang memicu seseorang melakukan bullying diantaranya;

a. Faktor keluarga

Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan terhadap perilaku coba- cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying.26

b. Sekolah

Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini.

Akibatnya, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah sering memberikan masukan negatif pada

26Ela Zain, Dkk,”Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying,”Jurnal Penelitian & PPM , Vol 2, No 2,( 2017 ): 326.

(39)

siswanya, misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah;

c. Faktor kelompok sebaya

Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Lingkungan sosial

Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.

e. Tayangan dan media

Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang mereka tampilkan. Karena anak-anak cepat meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya dan kata-katanya.

(40)

6. Dampak Bullying

Tindakan bullying yang dilakukan oleh pelaku kepada korbannya memiliki dampak yang berbeda-beda. Dalam beberapa kasus, bullying yang dilakukan oleh seseorang dirasakan korbannya biasa saja, karena pelakunya adalah teman sebayanya sendiri. Namun beberapa kasus bullying juga membawa pengaruh yang besar bagi korbannya. Seperti yang dikemukakan oleh Ken Rigby bullying dapat menyebabkan reaksi emosional yang kuat dari kemarahan dan kesedihan.27 Sebagian besar anak melaporkan bahwa mereka tidak merasa aman dari ketertindasan di sekolah, bahkan karena alasan itu mereka absen tidak berangkat sekolah.

Namun ada juga yang tidak melaporkan kasus bullying yang dialaminya.

Dari segi kesehatan mental, anak yang terlibat bullying di sekolah secara signifikan di bawah rata-rata. Korban lebih menderita secara psikologis daripada yang lain, terutama depresi dan berfikir untuk bunuh diri. Bagi anak yang diidentifikasi melakukan bullying cenderung berperilaku yang antisosial.

7. Strategi Mencegah Bullying

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan, dalam pengembangannya konsep mengenai strategi harus terus memiliki perkembangan dan setiap orang mempunyai pendapat atau definisi yang berbeda mengenai strategi. Strategi sangatlah dibutuhkan untuk pencapaian visi dan misi yang sudah di terapkan ke berbagai bidang,

27 Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekrasan Pada Anak, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2008): 50-51.

(41)

maupun untuk pencapaian sasaran atau tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.28

Menurut Tjiptono istilah strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategia yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral.

Strategi juga bisa diartikan suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.29

Sedangkan Menurut Menurut Pearce II dan Robinson, strategi adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan.30

Strategi yang baik akan menghasilkan dampak yang maksimal, begitu juga halnya dalam Mencegah prilaku bullying tidak serta merta dapat dilakukan begitu saja, akan tetapi dibutuhkan strategi yang tepat dalam mencegah terjadinya tindak bullying dalam lingkungan pendidikan.

Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi bullying meliputi program pencegahan dan penanganan menggunakan intervensi pemulihan sosial.

a. Pencegahan

Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu, dimulai dari anak, keluarga, sekolah dan masyarakat.

28 Achmad Rifai,Strategi Kepala Sekolah Dalam Implementasi Pendidikan Nilai Di sekolah,” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.1,No.1, (November 2018): 5.

29 Fandi Tjiptono, Manajemen jasa, (Jogjakarta:Andi): 3.

30 Nia Pramita, Terj, Manajemen StrategisFormulasi, Implementasi dan Pengendalian.”

(Jakarta: Salemba Empat 2008): 2.

(42)

1) Pencegahan melalui anak dengan melakukan pemberdayaan pada anak agar :

a) Anak mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya bullying

b) Anak mampu melawan ketika terjadi bullying pada dirinya c) Anak mampu memberikan bantuan ketika melihat bullying

terjadi (melerai/mendamaikan, mendukung teman dengan mengembalikan kepercayaan, melaporkan kepada pihak sekolah, orang tua, tokoh masyarakat)

2) Pencegahan melalui keluarga, dengan meningkatkan ketahanan keluarga dan memperkuat pola pengasuhan. Antara lain :

a) Menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama

b) Memberikan lingkungan yang penuh kasih sayang seja dini dengan memperlihatkan cara beinterakasi antar anggota keluarga.

c) Membangun rasa percaya diri anak, memupuk keberania dan ketegasan anak serta mengembangkan kemampuan anak untuk bersosialiasi

d) Mengajarkan etika terhadap sesama dengan menumbuhkan kepedulian dan sikap menghargai, berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan

(43)

e) Mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi, internet dan media elektronik lainnya.

3) Pencegahan melalui sekolah

a) Merancang dan membuat desain program pencegahan yang berisikan pesan kepada murid bahwa perilaku bully tidak diterima di sekolah dan membuat kebijakan “anti bullying”.

b) Membangun komunikasi efektif antara guru dan murid c) Diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah

d) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.

e) Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.

f) Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah

b. Pencegahan melalui masyarakat dengan membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak dimulai dari tingkat desa

c. Penanganan menggunakan intervensi pemulihan sosial (rehabilitasi) Merupakan proses intervensi yang memberikan gambaran yang jelas kepada pembully bahwa tingkah laku bully adalah tingkah laku yang tidak bisa dibiarkan berlaku di sekolah.Pendekatan pemulihan dilakukan dengan mengintegrasikan kembali murid yang menjadi korban bullying dan murid yang telah melakukan tindakan agresif

(44)

(bullying) bersama dengan komunitas murid lainnya ke dalam komunitas sekolah supaya menjadi murid yang mempunyai daya tahan dan menjadi anggota komunitas sekolah yang patuh dan berpegang teguh pada peraturan dan nilai-nilai yang berlaku.

Program pendekatan pemulihan sosial ini mempunyai nilai utama yaitu penghormatan, pertimbangan dan partisipasi. Prinsip yang digunakan adalah:

1) Mengharapkan yang terbaik dari orang lain

2) Bertanggungjawab terhadap tingkah laku dan menghargai perasaan orang lain

3) Bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukan 4) Peduli kepada orang lain

Terlepas dari itu semua sangat penting menanamkan nilai-nilai kepada siswa agar menjauhi tindak bullying. Muhaimin dalam bukunya Nuansa Baru Pendidikan Islam mengemukakan bahwa penerapan nilai- nilai di sekolah dapat dilakukan dengan beberapa strategi: Power strategy, Persuasive strategy, dan Normative re-educative.

1) Power strategy, yakni dengan cara menggunakan kekuasaan.

Dalam hal ini kepala sekolah sebagai pemegang kekuasaan penuh di sekolah mempunyai peran yang sentral dalam menerapkan strategi ini. Power strategy dapat diimplementasikan dengan cara pemberian hadiah dan hukuman. Hadiah dan hukuman adalah cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan

(45)

menggunakan hadiah terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan31

Hukuman sebenarnya tidak mutlak diperlukan, namun berdasarkan kenyataan yang ada peserta didik tidak sama seluruhnya dalam berbagai hal sehingga, dalam pendidikan perlu adanya hukuman dalam penerapannya bagi peserta didik yang keras dan tidak cukup hanya diberikan teladan dan nasihat. Jika melihat pada sifat peserta didik secara psikologis tidak memiliki karakter yang sama maka, penerapan hukuman bagi peserta didik pada tahap-tahap kewajaran perlu dilakukan karena dengan pendekatan hukuman ini tingkat kebiasaan dan kedisiplinan dapat diterapkan.

2) Persuasive strategy, yakni dengan cara pembentukan opini dan pandangan warga sekolah.

3) Normative re-educative, norma adalah aturan yang berlaku di masyarakat. Norma termasyarakatkan lewat education. Normative digandengkan dengan reStrategi Kepala Sekolah dalam pendidikan ulang untuk menanamkan dan mengganti paradigma berpikir masyarakat sekolah yang lama dengan yang baru.

31 Achmad Rifai,Strategi Kepala Sekolah Dalam Implementasi Pendidikan Nilai Di sekolah,”Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.1,No.1, (November 2018): 6.

(46)

G. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.32 Metode penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.33

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan secara kualitatif ini penulis pilih agar dapat memperoleh keterangan-keterangan yang luas dan mendalam mengenai strategi Kepala Sekolah dalam mencegah bullying dan cyberbullying di MTs. Al- Madaniyah. Menurut lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah:

Penelitan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitan misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara tolestik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khususnya yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode.34

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi dalam bentuk kata-kata atau keterangan-keterangan yang tidak memerlukan perhitungan atau analisis statistik. Pendekatan penelitian ini merupakan strategis peneliti untuk memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian ini.

32Sugiyono, Metode Penelitian Administratif (Bandung: alfata, 2006):1.

33Anton H, Bakker, Metode-Metode Filfisal (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986): 6.

34Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005): 6.

(47)

Jadi penelitian kualitatif yang dimaksud adalah bersifat deskriptif.

Di mana gejala dan fenomena diteliti dan dipaparkan secara sistematis, akurat, serta jelas tentang sifat-sifat atau objek yang diteliti. Adapun yang diamati dalam penelitian ini adalah strategi Kepala Sekolah dalam mencegah bullying dan cyberbullying di MTs. Al-Madaniyah.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan sangat mutlak diperlukan. Dalam hal ini peneliti berperan sebagai pengumpul data yang melibatkan diri secara langsung dalam waktu yang telah ditentukan.

Dalam penelitan ini penelitiberusaha menciptakan hubungan yang akrab dengan responden yang menjadi sumber data agar data yang diperoleh benar-benar valid.

Kehadiran penulis di lokasi penelitian bukan hanya untuk menciptakan hubungan keakraban antara peneliti dengan subjek peneliti melainkan untuk mengamati, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan dan sekaligus mengumpulkan data atau informasi yang ada hingga mendapatkan data- data yang akurat. Adapun data yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah data-data tentang strategi Kepala Sekolah dalam mencegah bullying dan cyberbullying di MTs. Al-Madaniyah.

(48)

3. Lokasi Penelitian

Penelitian iniberlokasi di MTs. Al-Madaniyah, penelitian ini merupakan salah satu kegiatan penelitian yang dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan suasana harmonis dalam lingkungan sekolah. Selain itu juga lokasi penelitian ini sangat memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian terkait dengan strategi Kepala Sekolah dalam mencegah bullying dan cyberbullying di MTs. . Al- Madaniyah. Selain itu, kondisi siswa MTs. Al-Madaniyah sangat beragam, baik dari segi sosial dan budayanya.

4. Sumber Data

Metode penentuan subyek sering disebut sebagai metode penentuan sumber data. Maksud dari sumber data adalah subyek dari mana data itu diperoleh.35 Dalam penelitian ini, yang dimaksud sebagai sumber data penelitian adalah individu atau seseorang yang menjadi bagian dari kajian penelitian atau informasi. Adapun yang menjadi sumber penelitian ini adalah kepala sekolah MTs. Al-Madaniyah, guru-guru dan siswa.

Penulis akan memperoleh informasi kepada kepala sekolah mengenai sejauh mana setrateginya dalam mencegah bully dan cyberbullying.

Pada pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan datanya dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Yang mana pengertian dari sumber primer itu adalah

35Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Menurut Pendekatan Praktis (Jakarta: Renaka Cipta, 1991): 90.

(49)

sumber data langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sekunder yaitu yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data contoh lewat orang lain atau dokumen.36

Untuk mendukung penelitian ini, maka yang menjadi sumber data peneliti adalah:

a. Data Primer

Data primer ini meliputi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah, selaku pimpinan, guru-guru, beserta para siswa MTs. Al- Madaniyah di kota Mataram,

b. Data Sekunder

Data sekunder ini dan beberapa informan yang mendukung tentang pengawasan dalam bermedia sosial serta buku-buku artikel, beserta informasi lainnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.37 Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode yang di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Metode observasi merupakan suatu teknik dalam penelitian yang digunakan dengan melalui pengamatan dan pencatatan langsung terhadap gejala subyek yang diteliti, baik itu pengamatan yang

36 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010): 308-309

37Ibid., h. 308

(50)

dilakukan dengan situasi sebenarnya maupun situasi buatan yang khusus diadakan.38

Adapun dua bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif ini diantarannya adalah obsesrvasi partisipatif dan observasi nonpartisipan. Pengertian dari masing-masing observasi tersebut yaitu:

1) Observasi Parsitipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dalam kegiatan sehari- hari orang yang sedang di amati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dilakkukan oleh sumber data. Dengan observasi partisipan ini maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam,dan sampai mengetahui pada setiap makna pada tingkat perilaku yang tampak.

2) Observasi Non partisipan

Observasi nonpartisipan adalah mengunakan suutu proses pengamatan observer tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.39 3) Observasi Terus terang atau Tersamar

Dalam hal ini, peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan dengan terus terang kepada sumber data, bahwa ia

38Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Alamia Dasar, Metode dan Tehnik (Bandung Tarsindo, 1989): 174.

39Nurul Zuhriah, metodologi penelitian sosial dan pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009): 176.

(51)

sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.40

Metode observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi terus terang atau tersamar karena peneliti mengharapkan sumber data mengetahui lebih banyak terkait kegiatan peneliti. peneliti mengambil data dalam bentuk antara lain:

1) Kondisi kehidupan siwa dalam bermedia sosial di MTs. Al- Madaniyah

2) Kondisi fisik MTs. Al-Madaniyah.

3) Kondisi prilaku siswa yang berkaitan dengan bullying di sekolah b. Metode Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara merupakan kegiatan pengumpulan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan juga. Untuk mendapatkan data yang lebih valid, maka peneliti melakukan penggalian data dengan wawancara.

Menurut Burhan Bungin dalam karyanya tentang “Penelitian Kualitatif Komunikatif, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya”, menjelaskan tentang, wawancara secara umum adalah proses memperoleh keterangan tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil

40Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010): 312.

Gambar

Tabel 1.1 Bentuk-Bentuk Bullying 21
Tabel 2.1 Daftar Nama-Nama Guru Di MTs. Al-Madaniyah 50
Tabel 2.2 Keadaan Guru-Guru Di MTs. Al-Madaniyah
Table 2.3 Data pelanggaran Bullying,CyberBullying 52
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini tujuannya adalah mengurangi perilaku bullying dengan membangun komitmen diri remaja untuk tidak melakukan bullying bagi teman sebayanya.. Kegiatan