bisa dihindari ada saja pelanggaran-pelanggaran yang terjadi yang berkaitan dengan keharmonisan dalam pergaulan sosial, hal tersebut sangat penting untuk diminimalisir bahkan kalau bisa dihilangkan karena sekolah tidak hanya dapat menjadi tempat yang ideal untuk mengembangkan potensi dan perkembangan siswa saja namun juga dapat menjadi tempat timbulnya sebab- sebab yang dapat mengganggu perkembangan siswa.92
Maka dari itu peranan kepala sekolah memiliki peranan yang sangat besar dalam mengatur strategi untuk mencegah hal tersebut terjadi. Strategi kepala sekolah dalam membina kehidupan harmonis siswa memiliki arti yang sangat luas, tidak terbatas pada masalah strategi saja. Dalam hal ini sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan pribadi peserta didiknya.93 Karena lembaga pendidikan merupakan miniatur kehidupan sosial masyarakat yang sesungguhnya.
Dalam lingkungan MTs. Al-Madaniyah tidak luput dari beberapa permasalahan yang terjadi berkaitan dengan bullying, sebagaimana hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah, beberapa guru, dan siswa, yang pernah terjadi beberapa bentuk-bentuk bullying, maupun cyberbullying diantaranya:
1. Bullying Fisik
Bullying fisik adalah bullying yang menyebabkan dampak dalam bentuk fisik, jenis ini adalah yang paling tampak dan mudah untuk
92 Sri Lestari, Yusmansyah dkk,” Bentuk dan Faktor Penyebab Perilaku Bullying,”
Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.1,No.1, (November 2018): 6
93 H.E Muliasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015) :103
diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak sebanyak bullying dalam bentuk lain.94 Sebagaimana hasil wawancara penulis terdapat beberapa bullying secara fisik yang pernah terjadi diantaranya adanya pemalakan kepada siswa yang lebih junior, aksi pemalakan ini biasanya dilakukan di kantin sekolah, saat seorang siswa junior yang terlihat lemah, pelaku mendekatinya di tengah keramaian dan mengambil beberapa jajanan siswa lain sambil mengintimidasi sehingga korban hanya bisa pasrah merelakan sebagian jajanannya, kejadian tersebut juga diakui oleh Ahmad Efendi.95
Biasanya bullying secara fisik sangat mudah diidentifikasi namun para siswa di MTs. Al-Madaniyah memang sedikit lihai dalam menjalankan aksinya di tengah keramaian siswa-siswi yang berbelanja, dan siswa yang menjadi korbanpun tidak berani melaporkan membuat para guru agak kesulitan dalam mengidentifikasi pelaku.
2. Bullying Verbal
Bullying Verbal merupakan salah satu bentuk bullying yang paling sering dan mudah dilakukan selain itu bullying dalam bentuk verbal biasanya menjadi langkah awal dari peilaku bullying yang lainnya serta dapat menjadi langka menuju pada kekerasan selanjutnya.
Termasuk juga di MTs. Al-Madaniyah selain bullying secara fisik terdapat juga bullying secara verbal sebagaimana pernyataan dari Ibu
94 Yuli permata sari, welhendri azwar, fenomena bullying siswa: studi tentang motif perilaku bullying siswa di smp negeri 01 painan, sumatera barat, ijtimaiyya: jurnal pengembangan masyarakat islam 10 (2) (2017): 347.
95 Guru Bimbingan Konseling Mts Al-Madaniyah, Wawancara, Mataram, 2 Oktober 2020
Haeruniah.96 Bullying verbal yang sering terjadi di MTs. Al-Madaniyah ialah mengolok-olok siswa yang berbeda fisiknya dengan siswa lainnya, seperti halnya siswi yang paling tinggi di kelas 3B yang dipanggil
“gegale”(benda yang terbuat dari bambu panjang biasanya digunakan untuk mengambil buah-buahan yang tinggi di atas pohon) begitu juga sebaliknya dengan siswa yang paling pendek biasanya diolok-olok dengan panggilan “cebol”, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap mental si korban apabila tidak memiliki mental yang kuat, selain itu terkadang mempengaruhi nama panggilannya sampai dewasa.
Selain menghina korban dengan kekurangan fisiknya pelaku bullying terkadang mengolok-olok dengan menyebut panggilan nama orang tuanya, hal tersebut jelas akan menyinggung perasaan korban karena di Indonesia, khususnya di Lombok memanggil orang tua dengan sebutan nama merupakan hal yang tidak sopan, apalagi jika dilakukan oleh orang lain akan membuat korban merasa dihina.
3. Bullying Sosial
Bullying sosial adalah penindasan yang mengakibatkan merusak reputasi atau hubungan seseorang. Intimidasi sosial ini mencakup berbohong, menyebarkan rumor negatif, mempermalukan seseorang, dan mengucilkan seseorang, tindakan bullying ini juga termasuk bullying yang sering terjadi khususnya di kalangan siswi, dikalagan siswi bullying sosial lebih sering terjadi daripada dikalangan siswa, sebagaimana yang
96 Kepala sekolah Mts Al-Madaniyah, Wawancara, Mataram, 3 Oktober 2020.
disampaikan oleh Anisa Ramdhani kelas 3B MTs. Al-Madaiyah dalam wawancaranya.97 Ia mengatakan bahwasannya ada beberapa siswi yang mengucilkan salah seorang temannya sehingga siswi yang lain tidak ada yang mau mendekatinya.
Apa yang dilakukan oleh siswi tersebut termasuk kedalam kategori bullying yaitu bullying sosial bullying, bullying social ini termasuk kategori bullying yang bisa dideteksi, biasanya siswi yang menjadi korban bullying sosial akan selalu terlihat sendiri dan murung karena dijauhi oleh teman-temannya yang lain, bullying sosial ini memiliki dampak yang sangat buruk bagi seorang anak.
4. CyberBullying
Pada dasarnya cyberbullying merupakan sebuah kekerasan secara verbal akan tetapi pelaksanaannya melalui media internet, di zaman modern ini segalanya berkembang begitu pesat khususnya dalam bidang teknologi dan informasi, akan tetapi kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi ini tidak dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian pihak, baik dari kalangan orang dewasa, maupun remaja tidak terkecuali dari para siswa-siswi di MTs. Al-Madaniyah dikarenkan kurangnya kontrol oleh para orangtua, cyberbullying ini biasanya kerap terjadi di media sosial yang tersohor, seperti Facebook, Twitter, Whatsapp, instagram dan media sosial yang baru-baru ini sangat ramai seperti Tik-tok.
97 Ketua Osis Mts Al-Madniyah, Wawancara, Mataram, 20 Agustus 2020.
Salah satu alasan mengapa cyberbullying terbukti sulit untuk didefinisikan adalah bahwa cyberbullying terjadi dalam bentuk yang beragam dan di dalam media yang berbeda-beda (misalnya, game online, situs jejaring sosial, sms, situs web). Lebih lanjut, tempat di mana cyberbullying paling mungkin terjadi biasanya mencerminkan bentuk teknologi yang paling populer dalam mode pada waktu tertentu untuk kelompok usia tertentu.98
Siswa-siswi MTs. Al-Madaniyah khusunya tidak terlepas dari masalah cyberbullying ini, sebagaimana dari beberapa keterangan guru dan siswa-siswi MTs. Al-Madaniyah terjadi tindakan bullying di media sosial (cyberbullying) terutama melalui media Facebook, terjadinya tindakan cyberbullying ini tidak lain merupakan kelanjutan dari bullying secara verbal yang dilanjutkan ke ranah media sosial, hal tersebut terjadi bisa jadi karena pelaku bullying merasa tidak puas atas apa yang telah dilakukan di sekolah, apalagi jika seorang anak dapat bermedia sosial sesuka hati.
Berbagai tindakan Bullying yang telah disebutkan di atas memang sangat disayangkan, akan tetapi hal tersebut dapat dicegah semaksimal mungkin oleh kepala sekolah sehingga mampu mencegah berbagai tindakan bullying yang dilakukan oleh siswa baik bullying secara langsung maupun melalui media sosial dengan menginstruksikan strateginya kepada beberapa guru melalui rapat maupun lewat pembicaraan langsung dengan para guru lainnya, untuk menciptakan suasana sekolah yang harmonis.
98 Limber, S., Kowalski, R. M., Agatston, P., & Huynh, H.”Bullying and children with disabilities,”, Research on bullying in early childhood education (New York, NY: Information Age. 2016,): 129–155.
E. Faktor pemicu Bullying, Cyberbullying Di MTs. Al-Madaniyah
Segala sesuatu yang dilakukan oleh para siswa-siswi tentunya memiliki beberpa faktor pemicu yang menyebabkannya melakukan beberapa tindakan khususnya tindakan bullying dan cyberbullying. Anak-anak pelaku bullying cenderung memiliki harga diri yang baik dan berkembang, namun tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan, selalu ingin berkuasa dan mendominasi, dan tidak menghargai orang lain.
Anak yang melakukan bullying biasanya memiliki sikap hiperaktif, impulsif, kehilangan konsentrasi, dan memiliki pengalaman kekerasan di masa lalu. Pelaku bullying biasanya menyerang orang lain terlebih dahulu sebelum diserang sebagai cara untuk melindungi dirinya, 99yang artinya setiap tindakan bullying yang dilakukan selalu memiliki pemicu.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan didapatkan bahwa faktor penyebab bullying diantaranya adalah faktor fisik, faktor dominasi, faktor teman sebaya dan faktor media sosial. Secara lebih rinci mengenai faktor penyebab terjadinya perilaku bullying akan dibahas dibawah ini:
1. Faktor Fisik
Fisik merupakan salah satu faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya bullying di kalangan siswa, ketika salah seorang siswa memiliki fisik yang berbeda dari siswa lainnya maka secara tidak langsung akan menjadikan perbedaan itu sebagai identitas korban sehingga terjadilah
99 Verlinden, S., Hersen, M., & Thomas, J. (2000). Risk faktors in school shootings. Clinical Psychology Review, 20(1), 3–56. Diakses pada tanggal 20 oktober 2020 https://doi.org/10.1016/S0272-7358(99)00055-0
bullying secara verbal dengan mengolok-olok perbedaan yang dimiliki oleh siswa-siswi tersebut.
Sebagaimana hasil wawancara sebelumnya ketika seorang siswa memiliki badan yang terlalu tinggi untuk ukuran teman sekelasnya, atau sebaliknya paling pendek diantara teman-teman sekelasnya, maka siswa atau siswi tersebut akan menjadi sasaran bullying yang lebih mudah dibandingkan para siswa yang bias-biasa saja.
Pada lain hal faktor fisik juga mampu membuat siswa lebih mudah melakukan tindakan bullying, katakanlah jika seorang siswa memiliki fisik yang lebih kuat, maka siswa yang memiliki fisik yang lebih lemah akan lebih mudah dibully daripada siswa yang terlihat memiliki fisik yang kuat, oleh karena itulah kebanyakan bullying fisik banyak terjadi pada siswa yang terlihat bertubuh lemah.
2. Faktor Senioritas
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistemati melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial, hal tersebut pastinya dilakukan tidak dalam jangka waktu pendek, akan tetapi paling tidak butuh waktu tiga tahun khususnya bagi Madrasah Tsanawiyah.
Dalam jangka waktu tiga tahun tersebut pastinya para siswa ada yang menjadi senior dan ada yang menjadi junior, biasanya yang menjadi
senior di sekolah ialah anggota siswa kelas 9 Madrasah Tsanawiyah, sedangkan yang menjadi juniornya ialah siswa kelas 7 dan 8 Madrasah tsanawiyah, Siswa senior memiliki kesan lebih unggul daripada siswa junior, sehingga apabila terjadi suatu konflik siswa junior tidak berani melawan siswa yang lebih senior karena siswa senior terkesan lebih unggul dalam berbagai hal dan paling lama di sekolah daripada siswa junior, dengan begitu siswa senior yang menjadi lebih leluasa untuk melakukan tindak bullying kepada siswa junior.
3. Faktor Kepribadian
Kepribadian seseorang dapat dibentuk dari kebiasaan, kebiasaan yang baik akan menciptakan kepribadian yang baik, begitu juga sebaliknya apabila seseorang memiliki kebiasaan yang buruk maka akan menciptakan kepribadian yang buruk. Selain itu interaksi diantara masyarakat dengan lingkungan, ataupun lingkungan yang juga terdiri dari makhluk sosial atau manusia. Lingkungan masayarakat inilah yang kemudian membentuk kepribadin sseorang anak, dan kemudian terjadilah sebuah interaksi diantara orang atau juga masyarakat dengan lingkungannya.100
Mayoritas siswa dan siswi MTs. Al-Madaniyah berasal dari desa jempong, baik itu jempong timur, tengah, barat maupun jempong liwat, sebagaimana dijelaskan oleh kepala sekolah dalam wawancaranya, 30 persen dari siswa dan siswi di MTs. Al-Madaniyah kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuannya, dikarenakan banyak
100 Sri Lestari, Yusmansyah dkk,”Bentuk dan Faktor Penyebab Perilaku Bullying,”
Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.1,No.1, (November 2018): 8
orang tua yang cerai101 membuat anak terabaikan dan tinggal bersama kakek maupun neneknya
Karena kurangnya kasih saying dan perhatian inilah yang membuat siswa dan siswi MTs. Al-Madaniyah memiliki watak yang keras, sehingga bagi mereka kekerasan itu sudah merupakan sesuatu yang biasa hal tersebutlah yang menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya tindak bullying baik secara fisik maupun verbal, karena kepribadian yang terbiasa dengan kekerasan.
4. Faktor Teman Sebaya
Pada usia menjelang remaja, anak lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Pada masanya, remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi terlalu bergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok sebayanya.102 Pengaruh teman sebaya merupakan faktor yang memiliki dua bilah sisi, jika teman sebayanya membawanya kepada perbuatan baik maka besar kemungkinan seorang anak akan memiliki prilaku yang baik, begitu juga sebaliknya apabila teman sebayanya memberikan contoh yang tidak baik atau mendukung perilaku yang tidak baik seperti prilaku bullying maka hal tersebut akan semakin mendorong seorang anak untuk bertindak bullying lebih jauh.
Pada dasarnya seorang anak membentuk kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi siswa-siswi mempunyai peranan penting
101 Kepala sekolah Mts Al-Madaniyah Wawancara, Mataram, 3 Oktober 2020.
102 John W. Santrock. Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas, (Jakarta : PT.
Erlangga, 2007,) : 205
bagi perkembangan kepribadiannya, salah satunya untuk mengembangkan identitas diri serta mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal dalam pergaulan dengan kelompok teman sebaya.103 pelaku bullying biasanya memiliki teman sebaya yang cenderung ke arah negatif. Mereka senang berkumpul dan membicarakan temannya yang tidak disukai. Hal ini yang kemudian menimbulkan keinginan untuk menindas orang yang mereka tidak sukai tersebut. Atas pengaruh teman sebaya dan keinginan untuk menindas inilah yang kemudian menimbulkan perilaku bullying.
kelompok teman sebaya (genk) yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan dampak yang buruk bagi teman-teman lainnya seperti berperilaku dan berkata kasar terhadap guru atau sesama teman dan membolos.Terkadang, beberapa anak melakukan bullying hanya untuk membuktikan kepada teman sebayanya agar diterima dalam kelompok tersebut, walaupun sebenarnya mereka tidak nyaman melakukan hal tersebut.
5. Faktor Korban Bullying
Terjadinya prilaku bullying tidak serta merta disebabhkan atau dipicu oleh pelaku saja, terkadang hal tersebut dapat dipicu oleh korban bullying itu sendiri, karena pada awalnya siswa yang melakukan bullying pastinya akan mengincar target terlebih dahulu, tidak asal memilih target dalam melakukan bullying, contohnya saja pelaku bullying tidak mungkin
103 Dara Agnis Septiyuni, Dasim Budimansyah,dkk,”Pengaruh Kelompok Teman,Sebaya (peer group)Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah,” Jurnal Sosietas, Vol. 5, No.2 (20 september) :2
memilih korbannya yang lebih kuat darinya, pastinya pelaku bullying akan memilih seseorang yang lebih lemah dan tidak bisa melawannya.
Berdasarkan argumen tersebut penulis merasa perlu menambahkan bahwa korban bullying juga menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya bullying, pasalnya siswa yang terlihat lemah dan tidak memberanikan diri untuk melaporkan tindak bullying yang dialaminya karena ancaman menyebabkan pelaku bullying semakin termotivasi untuk melakukan bullying.
6. Faktor Media Sosial
Dewasa ini teknologi dan informasi kian mudah diakses, tidak hanya untuk kalangan orang dewasa saja akan tetapi anak-anak dari segala elemen dan tingkatan usia bisa mengaksesnya dengan mudah, hanya melalui jentikan jari di smartphone, tidak hanya itu saja bahkan setiap orang mampu terhubung melalui jarak ber mil-mil jauhnya melalui media sosial, bahkan kini hal tersebut sudah menjadi gaya hidup sebagian besar masyarakat,
Khususnya bagi siswa-siswi sedang menujuke jenjang remaja yang merupakan golongan yang mudah dipengaruhi, karena sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau sinetron yang berisi adegan kekerasan, dan sebagainya. Program televisi yang tidak mendidik akan meninggalkan jejak pada benak pemirsanya. Akan lebih berbahaya lagi jika tayangan yang mengandung unsur kekerasan yang kemudian
ditonton anak-anak sekolah yang dilakukan oleh para pemeran yang rata- rata berusia remaja akhir menuju dewasa.
Media massa yang sangat akrab dengan masyarakat adalah televisi, karena melalui televisi semua informasi dapat diterima secara audio dan visual secara bersamaan. Acara-acara televisi saat ini lebih banyak mempertontonkan sesuatu hal yang mengandung unsur kekerasan, misalnya sinetron yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta yang mempertontonkan perkelahian diantara dua geng motor yang saling bermusuhan dan itu terjadi terus menerus tanpa ada kata damai.
Sinetron macam inilah yang akhirnya menimbulkan persepsi sendiri di benak anak-anak sekolah bahwa bermusuhan itu adalah sesuatu yang keren dan menjadi sebuah ajang untuk mendapat perhatian, tidak terkecuali di lingkungan siswa MTs. Al-Madaniyah.
Selain melalui media massa, media sosial juga dapat mengarahkan khalayak ke arah perilaku propososial ataupun antisosisal.104 Media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media sosial tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang asalnya kecil bisa menjadi besar dengan media sosial, begitu pula sebaliknya Namun, dampak yang paling besar pengaruhnya pada siswa yang sedang beranjak remaja karena usia ini merupakan periode transisi
104 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Fak Ekonomi, 2012): 27.
penuh badai dalam kehidupan batiniah anak-anak yang dapat membuat sangat labil kejiwaannya dan mudah dipengaruhi oleh rangsangan eksternal.105 Sehingga apabila kurang di perhatikan maka tanpa sepengetahuan orang tua dan guru ia akan terpengaruh dan terbawa sebagaimana apa yang dia saksikan, seandainya ia menyaksikan membully orang itu terlihat keren maka dia akan berusaha agar terlihat keren sebagaimana yang ia saksikan di media sosial, dari sinilah salah satu faktor pemicu seorang anak melakukan tindak bullying.
F. Strategi Kepala Sekolah Dalam Mencegah Bullying, CyberBullying di MTs. Al-Madaniyah
Strategi kepala sekolah adalah bagaimana cara yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengatasi perilaku bullying di sekolah. Strategi yang dilakukan kepala sekolah digunakan sebagai tolak ukur dari keberhasilan dalam mengatasi perilaku bullying di MTs. Al-Madaniyah. Adapun strategi yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam mengatasi perilaku bullying di sekolah sebagaimana hasil wawancara diantaranya adalah dengan memberlakukan pemberian hukuman (punishment) kepada setiap pelaku bullying, membentuk kelompok anti-bullying yang mengawasi dari sudut pandang siswa, yang bertujuan untuk menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah, memberikan peringatan lisan, himbauan atau layanan, pemberian penghargaan (rewarding) dan pengawasan (monitoring). Berbagai macam
105Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013): 74.
strategi yang diterapkan tentunya diharapkan mampu untuk memberi perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik lagi.
Selain kepala sekolah tentunya peranan guru disekolah adalah sebagai pegawai dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan kepala sekolah, sebagai pendidik dalam hubungannya dengan siswa, sebagai pengatur disiplin, dan sebagai pengganti orangtua. Kepala sekolah memfungsikan Seorang guru untuk mengendalikan situasi dan kondisi di sekolah. Sejauh ini kepala sekolah sudah melakukan beberapa usaha untuk mencegah terjadinya tindak bullying di MTs. Al-Madaniyah sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah pada pembahasan sebelumnya, penulis akan membahas beberapa usaha yang telah dilakukan kepala sekolah dalam mencegah tindakan bullying di sekolah:
1. Pembentukan Tim Anti-Bullying
Strategi ini diinstruksikan oleh kepala sekolah dan diketuai oleh guru bimbingan konseling, dengan anggota berjumlahkan tujuh orang yang diambil dari masing-masing kelas tanpa diketahui oleh siswa lainnya, dengan begitu setiap terjadi tindakan bullying tugas tim anti-bullying ini ialah melaporkannya kepada guru bimbingan konseleing tanpa diketahui oleh siswa lain, agar siswa yang dilaporkan tidak akan dendam kepada siswa tim anti-bullying yang melaporkan perbuatannya, kemudian tugas guru bimbingan konselinglah yang menindak masalah bullying tersebut untuk diperoses lebih lanjut.
Pembentukan tim anti-bullying ini dimaksudkan untuk mencegah siswa yang ingin melakukan tindak bullying tanpa diketahui, sehingga bagi siswa yang sudah berniat untuk melakukan bullying harus was-was dengan adanya tim anti bullying yang mereka tidak ketahui siapa orangnya.
2. Memperkuat komunikasi guru, orang tua dan murid
Dalam hal ini, kepala sekolah sebagai mediasi komunikasi pihak orangtua korban dan pelaku bullying, bukan untuk menghakimi pihak mana yang harus bertanggung jawab dan pihak mana yang harus dibela.
Tetapi komunikasi di sini, merupakan bentuk parenting kepada kedua belah pihak agar kasus bullying bisa segera diantisipasi.
Dengan parenting yang dilakukan pihak sekolah tentang tindakan bullying, orangtua pelaku akan lebih memperhatikan dan memberikan pengertian kepada anaknya agar tak melakukan tindakan bullying lagi.
Sedangkan pihak orangtua korban, akan lebih intens berkomunikasi dengan anaknya sehingga sang anak tak akan merasa depresi karena mendapat dukungan dan perlindungan dari keluarga.
3. Penyediaan Nomor dan Kotak Aduan
Pihak sekolah menyediakan kotak aduan di sekolah yang berfungsi sebagai tempat siswa melaporkan tindak perlakuan bullying, pelaporan ini bisa dilakukan oleh siapapun yang mengetahui telah terjadinya bullying di sekolah, sehingga pihak sekolah bisa mengetahui dan segera menindak lanjuti hal tersebut.
Adanya kotak aduan ini dimaksudkan agar para siswa ikut berpartisipasi dalam menangani tindak bullying ini, disisi lain dengan adanya kotak aduan ini pihak pengadu tidak perlu merasa takut untuk melaporkan, karena para guru merahasiakan identitas siswa yang melapor, setelah ada laporan pihak sekolah akan menyelidiki kasus tersebut lebih lanjut, dan menindak apabila benar-benar telah terjadi tindak bullying.
Selain itu di kotak aduan juga telah di cantumkan nomor yang bias dihubungi jika ingin mengadukan melalui via telpon, sms, maupun whatsapp.
4. Adanya Punishment Dan Reward
Punishment atau hukuman adalah usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa ke arah yang benar, bukan praktik hukman dan siksaan yang memasung kreatifitas.106 Adanya hukuman ini diharapkan mampu membuat para pelaku bullying tidak lagi melakukan tindakan buruknya dan menimbulkan efek jera, sekaligus menjadi pelajaran bagi siswa lain yang berniat melakukan bullying kepada siswa lainnya, Di MTs. Almadaniyah sendiri hukuman bagi siswa yang melakukan tindak bullying tergantung jumlah pelanggaran yang dilakukan, pelanggaran pertama kali akan diperingatkan, kedua kali akan diberikan hukuman fisik seperti push up, ketiga kali akan dihukum botak, keempatkalinya akan dipanggil orangtua, dan jika masih mengulangi maka akan dikeluarkan dari sekolah.
106 Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2005): 202