• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI TRANSFORMASI KESEHATAN.docx (1)

N/A
N/A
Salsabila Laily Putri S@1_ 9_UNJ

Academic year: 2025

Membagikan "STRATEGI TRANSFORMASI KESEHATAN.docx (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI TRANSFORMASI KESEHATAN

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2023 TENTANG KESEHATAN

Disusun Oleh:

Zoe Christine Elsadai Sitohang

SMA NEGERI 2 TAMBUN UTARA 2024

(2)

STRATEGI TRANSFORMASI KESEHATAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2023 TENTANG KESEHATAN

Oleh. Zoe Christine Elsadai Sitohang SMA Negeri 2 Tambun Utara

“Dalam kesehatan pada individu terkandung sebuah kebebasan. Hal ini merupakan kesehatan paling pertama dalam kebebasan.”

-- Henri Frederic Amiel --

Seiring dengan perkembangan waktu, maka perubahan sosial dan bonus demografi terjadi yang berakibat pada datangnya seluruh tantangan pada aspek kesehatan di Indonesia, termasuk ketidakmerataan fasilitas yang seharusnya dirasakan oleh seluruh masyarakat. Tidak hanya permasalahan tersebut, tetapi meningkatnya beban penyakit dengan jenis baru pun hadir melingkupi masyarakat di Indonesia. Pada akhirnya, Indonesia akan dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang berkaitan mutu pelayanan kesehatan untuk masyarakat dan pemerataan aksesibilitas kesehatan untuk masyarakat di segala golongan tanpa terkecuali. Ketika dua permasalahan yang terjadi pada kesehatan ini dapat teratasi, maka akan menghasilkan masyarakat yang berkualitas dan akan berimplikasi pada seluruh aspek yang baik.

Aspek kesehatan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan di setiap negara. Hal ini mengingat bahwasanya untuk meningkatkan seluruh aspek yang lain, maka diperlukan sebuah SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi pendidikan yang akan berkaitan dengan kognitif maupun dari segi kesehatan yang berkaitan dengan jasmani dan rohani. Setiap negara tentunya memiliki beban untuk memperhatikan bahwa kesehatan warga negara merupakan salah satu bentuk hak manusia yang harus dipenuhi dan setiap manusia perlu mendapatkan hak tersebut tanpa terkecuali. Maka dari itu, setiap individu harus menerima pelayanan kesehatan secara berkualitas tanpa adanya diskriminasi berdasarkan status sosial setiap individu tersebut.

(3)

Sumber gambar: Who.int tahun 2023

Berdasarkan laporan dari Global UHC yang menampilkan data kesehatan di seluruh negara, Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pada tahun 2010, hanya berada di angka 42 dari angka maksimal 60, tahun 2019 naik di angka 56 dan merupakan kemajuan yang baik, tetapi pada tahun 2021 angka tersebut turun secara tipis dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 55. Meskipun begitu, Indonesia masih harus memperhatikan kembali pada aspek kesehatan yang lain, mengingat dalam implementasinya yang tergolong dinamis dan tidak sesuai. Indikator ketercapaian pelayanan kesehatan yang memadai pada grafik di atas, diantaranya upaya pengendalian penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, memantau kesehatan reproduksi ibu dan anak, serta pemantauan akses layanan kesehatan.

(4)

Sumber gambar: Who.int tahun 2023

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa Indonesia masih dalam kesenjangan untuk mengintervensi pelayanan kesehatan dan hal yang sangat tampak adalah upaya tenaga kesehatan dalam pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular serta penyediaan sumber daya manusia di bidang kesehatan. Pemerintah saat ini berupaya penuh untuk memperhatikan lebih jauh mengenai peningkatan aspek penting dalam pelayanan kesehatan beserta fasilitasnya yang perlu, baik secara responsif, antisipatif, siaga, dan tangguh untuk menghadapi berbagai ancaman kedepan permasalahan kesehatan yang bisa terjadi secara tiba-tiba seperti isu Covid-19 yang sempat menggemparkan dunia. Maka dari itu, pemerintah akhirnya mengesahkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dalam sebuah Rapat Paripurna DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang digelar pada tanggal 8 Agustus 2023 serta telah ditandatangani secara resmi undang-undang tersebut oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menyusun beberapa poin secara konkret dalam strategi transformasi kesehatan yang berfokus untuk membentuk 6 pilar beserta implementasinya. Melibatkan 6 pilar kesehatan dalam strategi transformasi kesehatan, diantaranya.

1. Tanggung Jawab

Hal mendasar yang diperhatikan yaitu upaya primer yang melibatkan tanggung jawab pemerintah dalam kesehatan pada

(5)

masyarakat dengan menekankan aspek preventif, kuratif rehabilitatif, promotif, paliatif pada setiap jenjang kehidupan masyarakat, serta layanan primer transformasi dan revitalisasi dari struktur pada jejaring puskesmas.

Pada implementasi ke depan, posyandu akan terintegrasi dan wajib memiliki 1 perawat, 1 bidan, serta 2 kader. Selain itu, di Puskesmas harus memiliki 9 jenis tenaga kesehatan.

2. Layanan Rujukan Rumah Sakit

Pada pilar kedua, akses dan kebijakan mutu pada setiap rumah sakit akan lebih diperhatikan, mengingat akses pelayanan rumah sakit di luar pulau Jawa yang masih terbatas dengan rasio tempat tidur rumah sakit per 1000 populasi, diantaranya Indonesia 1,18 jumlah tempat tidur per 1000 populasi sedangkan asia memiliki 3,3 per 1000 populasi. Artinya, Indonesia masih jauh tertinggal dalam segi mutu dan perlu ditingkatkan.

Masyarakat Indonesia pun tidak jarang berobat ke luar negeri, seperti ke Singapura, Malaysia, Thailand, dan sebagainya untuk mendapatkan pelayanan terbaik pada penyakit katastropik, seperti penyakit kanker orthopedi, saraf, tuberculosis, infeksi, serangan jantung, urologi, dan lain sebagainya. Transformasi rujukan ini akan fokus pada pembangunan jejaring rumah sakit dalam memberikan prioritas pada 4 penyakit dengan 1 upaya.

Pada tahun 2021, ada 20 rumah sakit yang di luar pulau Jawa yang akses pelayanannya ditingkatkan, 2022 dengan 35 rumah sakit, serta tahun 2024 rencananya akan ada 65 rumah sakit yang harus ditingkatkan dalam segi pelayanan, terutama fokus pada penyakit katastropik. Selain itu, peningkatan mutu ini akan melalui kerjasama yang dibangun antara rumah sakit dalam negeri dengan rumah sakit luar negeri, seperti Boston Children Hospital, My Clinic, sertaAnderson Cancer Center.

3. Sistem Ketahanan Kesehatan

Pada aspek sistem ketahanan kesehatan, negara akan berupaya untuk lebih siap siaga dalam mengantisipasi penyakit besar yang masuk pada kategori pandemi, layaknya Covid-19 kala itu. Setidaknya, dengan rumah sakit yang jauh lebih siap dalam segi kesiapan alat kesehatan, dan obat-obatan, maka antisipasi menghadapi penyakit menular dapat diminimalisir. Hal tersebut akan memberikan keuntungan, seperti kecanggihan pada teknologi alat kesehatan yang mau tidak mau harus ditingkatkan, karena manusia yang dinamis dengan penyakit beragam.

Selain itu, dengan sistem ketahanan kesehatan yang lebih baik, maka hal ini pun akan membantu negara supaya tidak terjadi sebuah kekacauan seperti kala pandemi tersebut, dimana negara Indonesia belum siap menghadapi pandemi dikarenakan obat-obatan yang belum tersedia untuk

(6)

menyembuhkan. Selain itu, kesiapan ini diliputi dengan kepastian akan siap siaga untuk menghadapi penyakit menular, baik secara lokal, regional, nasional, maupun internasional.

4. Pembiayaan Kesehatan

Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 yang mengatur berkaitan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, maka dalam sistem pembiayaan kesehatan pun telah diatur di dalamnya. Dimana, pada tatanan jaminan kesehatan nasional bahwasanya setiap individu memiliki hak yang sama dalam pembiayaan kesehatan sesuai pada jaminan kesehatan yang ada pada 6 prinsip. Pembiayaan kesehatan pun akan menggunakan konsep final payer, dimana pajak pada kesehatan ini akan diambil langsung dan disesuaikan dengan penghasilan rutin per bulan pada setiap individu dimana ini akan menjadi asuransi kesehatan otomatis setiap masyarakat. Maka, ketika masyarakat sakit, negara sudah mempersiapkan dan meminimalisir ketidakmampuan individu untuk tidak dapat membayar karena telah diantisipasi dengan sistem final payer ini.

5. Mempersiapkan SDM Kesehatan

Pada aspek transformasi strategi yang kelima, para tenaga medis maupun non medis diatur secara langsung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk memudahkan jalannya proses regulasi pada tenaga kesehatan itu sendiri. Pada UU Nomor 17 tahun 2023 telah diatur bahwasanya organisasi profesional pada bidang kesehatan yang berupaya membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan, pembinaan, serta meningkatkan mutu dan kompetensi pada tenaga kesehatan, baik secara kapabilitas maupun pemerataan tenaga kesehatan pada setiap daerah di Indonesia agar pemerataan tersebut bersifat adil. Selain itu, mengingat negara Indonesia luas maka dengan hal ini sekiranya dapat dipersiapkan untuk mengantisipasi daerah-daerah terpencil yang sebelumnya minim memiliki tenaga kesehatan, tetapi dengan adanya regulasi yang mengatur untuk mempersiapkan SDM kesehatan dan tertera pada undang-undang, maka permasalahan berkaitan tenaga kesehatan profesional yang jarang di wilayah terpencil akan teratasi.

6. Teknologi Kesehatan

Dengan berbagai penyakit yang tentu semakin beragam, maka teknologi kesehatan sangat diperlukan untuk mendiagnosa penyakit-penyakit tertentu dan menyembuhkan beberapa penyakit yang sulit untuk disembuhkan. Selain itu, kemajuan teknologi untuk kesehatan

(7)

diperlukan untuk menemukan penyakit-penyakit terbaru yang sebelumnya belum pernah ada. Maka dari itu, teknologi yang canggih sangat diperlukan untuk membantu tenaga kesehatan terkait informasi dan proses penyembuhan pada pasien dengan penyakit tertentu.

Adapun beberapa strategi implementasi dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, antara lain.

a. Perlu Dilakukan Penguatan Infrastruktur Kesehatan

Investasi dalam infrastruktur kesehatan sangat diperlukan pada kesehatan masyarakat, mengingat hal ini pun akan berkaitan dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas karena dapat meminimalisir beberapa penyakit.

Termasuk adanya upaya dalam pembangunan fasilitas kesehatan dan peralatan medis yang diperlukan.

b. Pelaksanaan Sosialisasi dan Edukasi Pada Masyarakat

Pelaksanaan kampanye dan sosialisasi yang efektif pada masyarakat seputar urgensi dari kesehatan dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat awam mengenai hak dan kewajiban mereka dalam konteks pelayanan kesehatan. Sejatinya, kesehatan masyarakat menjadi tanggung jawab pemerintah, maka dengan memberikan sosialisasi tersebut masyarakat dapat memahami prosedur agar mendapatkan akses kesehatan secara baik dan untuk masyarakat menengah ke bawah mendapatkan akses kesehatan secara gratis ditanggung oleh negara.

c. Melakukan Kolaborasi Antar Instansi

Pentingnya kerjasama antara instansi pemerintah, sektor swasta, dan lembaga non-pemerintah untuk dapat memastikan bahwa implementasi undang-undang kesehatan berjalan baik sebagaimana yang telah ditetapkan pada poin-poin utama tersebut.

d. Penguatan Sumber Daya Manusia

Dengan adanya peningkatan kualitas dan jumlah tenaga kesehatan yang bertujuan menguatkan Sumber Daya Manusia pada tenaga kesehatan, maka pemerintah akan membuat dan membantu para tenaga kesehatan untuk mengikuti program program pendidikan dan pelatihan yang efektif.

Hal ini bertujuan agar dapat menciptakan tenaga kesehatan yang berkompeten dan profesional untuk membantu masyarakat dalam fokus kesehatan.

e. Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan

(8)

Pada pelaksanaan program dan kebijakan, maka monitoring dan evaluasi berkelanjutan diperlukan agar dapat memantau dengan baik pelaksanaannya. Perbaikan pada program pun sangat diperlukan dengan mengukur dan mengevaluasi dampak implementasi undang-undang terhadap pelayanan kesehatan masyarakat.

Maka dari itu, strategi yang selaras pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 hadir dengan menciptakan sebuah program “My Healthy My Care”. Program ini dirancang dengan sebuah konsep memberikan sebuah pelayanan kesehatan mental dimana salah satu akses kesehatan yang hingga saat ini masih sulit dijangkau adalah pelayanan kesehatan mental secara gratis, salah satunya konseling gratis. My Healthy My Care akan bekerjasama dengan tenaga ahli profesional seperti psikolog yang tentunya akan membantu masyarakat yang membutuhkan, terutama pada masyarakat yang secara kemampuan ekonominya belum memadai untuk hal yang masih dianggap tabu. Padahal, kesehatan mental pada diri menjadi tonggak dasar untuk masyarakat dapat menjalankan kehidupan dengan baik dan berkualitas.

Selain itu, My Healthy My Care akan berjejaring dengan para pemuda yang nantinya turut terlibat untuk mensosialisasikan program ini, baik secara sosial media maupun secara langsung. Selain itu, pada program ini pemuda akan memberikan edukasi betapa pentingnya kesehatan mental untuk seluruh pihak dan kritisme kesehatan mental pada masyarakat menjadi hal yang perlu diwaspadai. Selain itu, kekhawatiran masyarakat mengenai harga dari salah satu layanan My Health My Care seperti konseling bisa diminimalisir, karena pada program ini dapat dijangkau oleh masyarakat menengah ke bawah dengan memberikan layanan konseling gratis pada masyarakat yang membutuhkan akses tersebut sesuai pada implikasi dan strategi transformasi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023.

Oleh karena itu, implikasi dan strategi untuk implementasi undang-undang kesehatan perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk dapat mengukur keberhasilan. Maka dari itu, komitmen dan kolaborasi dari semua pihak diperlukan agar pelaksanaan terukur dan terarah. Sebagai masyarakat, maka kontribusi pun sangat diperlukan dengan membantu proses monitoring dan evaluasi pada program dan kebijakan agar hak kesehatan untuk masyarakat didapat secara merata. Selain itu, hadirnya program seperti My Healthy My Care yang ditawarkan oleh penulis adalah sebuah langkah positif, baik secara preventif maupun kuratif agar masyarakat di sekitar dapat aware dengan isu kesehatan mental dan tujuannya untuk meningkatkan mental masyarakat ke arah positif.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/winaham6904/658bced6de948f6419175062/strategi- kementrian-kesehatan-terhadap-implementasi-uu-no-17-tahun-2023-terhadap-pela yanan-kesehatan-dan-tenaga-kesehatan?lgn_method=google#google_vignette https://mediaperawat.id/memahami-uu-no-17-tahun-2023-

https://www.who.int/indonesia/id/news/detail/16-11-2023-indonesia-in-the-2023-uni versal-health-coverage-global-monitoring-report

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, prinsip ekuitas telah ditancapkan dalam UUD 45 sehingga pemerintah pusat dan daerah kini tidak bisa lagi menghindar dari penyediaan anggaran yang lebih besar