• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Organisasi Pengadilan Negeri

N/A
N/A
anggis tiyana

Academic year: 2024

Membagikan "Struktur Organisasi Pengadilan Negeri"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER

“UPAYA HUKUM PADA KEPANITERAAN PIDANA DI PENGADILAN NEGERI “

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur organisasi pengadilan negeri terdiri dari : Pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua), para Hakim, Panitera dan jajaran dibawahnya terdiri Panmud Pidana, Panmud Perdata, Panmud Hukum, untuk pengadilan khusus ada Panmud Pidana, Panmud Niaga, Panmud PHI, serta Sekretaris dan jajaran dibawahnya terdiri Kabag Umum, Kasubag Perencanaan, Kasubag Kepegawaian Organisasi Dan Tata Laksana, Kasubag Tata Usaha Dan Keuangan. 1 Sedangkan tugas Panitera di Peradilan Umum adalah :

1. Panitera bertugas menyelenggarakan administrasi perkara, dan mengatur tugas Wakil Panitera, para Panitera Muda, Panitera Pengganti, serta seluruh pelaksana tekhnis Pengadilan;

2. Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda dan Panitera Pengganti bertugas membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya persidangan;

3. Panitera membuat daftar perkara-perkara perdata dan pidana yang diterima di Kepaniteraan;

4. Panitera membuat salinan putusan menurut ketentuan undang-undang yang berlaku;

1 Badan dan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Kepaniteraan MA dan Peradilan Umum, 2024 hal 17-18

(2)

5. Panitera bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, putusan, dokumen,akta, buku daftar,biaya perkara,uang titipan pihak ketiga, surat-s urat berharga, barang bukti dan surat-surat lainnya yang disimpan di kepaniteraan.

Kepaniteraan Pengadilan Negeri sebagai unit pendukung yaitu bagian yang bertugas mendukung kinerja pada unit utama pengadilan untuk mencapai visi dan misi Pengadilan itu sendiri mempunyai 3 (tiga) sub bagian yaitu:

Kepaniteraan Muda Perdata, Kepaniteraan Muda Pidana dan Kepaniteraan Muda Hukum. Karya tulis ini akan secara khusus akan membahas terkait salah kepaniteraan yaitu Kepaniteraan Muda Pidana.

Panitera Muda Pidana mempunyai tugas melaksanakan administrasi perkara di bidang pidana. Dimana Panitera Muda Pidana menyelenggarakan fungsi salah satunya pelaksanaan pemeriksaan dan penelaahan kelengkapan berkas perkara pidana berkelanjutan pula pada pelaksanaan penerimaan dan pengiriman berkas perkara Upaya hukum yang dimohonkan banding, kasasi dan peninjauan kembali;

Upaya Hukum adalah merupakan upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada seseorang atau badan hukum untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim sebagai tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan hakim yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan.2

B. Rumusan Masalah?

1. Apa saja Dasar Hukum Upaya Hukum Banding, Kasasi, dana Peninjauan Kemabli Perkara Pidana?

2. Bagaiamana Prosedur Upaya Hukum Banding, Kasasi, dana Peninjauan Kemabli Perkara Pidana?

2 https://id.wikipedia.org/wiki/Upaya_hukum

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Dasar Hukum Upaya Hukum Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali Perkara Pidana.

- Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

- Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

- Undang-Undang No 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

- SEMA No 1 tahun 2014 tentang perubahan atas surat edaran Mahkamah Agung RI Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Elektronik sebagai kelengkapan permohonan kasasi dan Peninjauan Kembali.

- Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2022 tentang Administrasi Pengajuan Hukum dan Kasasi.

B. PROSEDUR UPAYA HUKUM BANDING, KASASI, DAN PENINJAUAN KEMBALI DI KEPANITERAAN PIDANA

1. Upaya Hukum Banding

Perihal acara peradilan banding dalam hukum pidana diatur dalam pasal 233 sampai dengan pasal 243 KUHAP. Sehubungan dengan soal banding itu, apabila putusan Hakim tingkat pertama memuat perintah “terdakwa ditahan atau membebaskan terdakwa dari tahanan”. Perintah tersebut harus ditetapkan didalam putusan terakhir. Majelis agar memperhatikan ketentuan-ketentuan yang termaktub

(4)

dalam pasal 193 ayat 2a jo pasal 21 KUHAP dan pasal 193 ayat 2 (b) KUHAP. Oleh sebab perintah terdakwa ditahan berarti segera masuk tahanan, maka perintah ini hanya dapat dikeluarkan apabila terdakwa diajukan ke muka persidangan pengadilan karena perbuatan-perbuatan yang dimaksud dalam pasal 21 ayat 4 KUHAP. Putusan Majelis tadi harus segera dilaksanakan oleh Jaksa setelah putusan Hakim diucapkan, tanpa menunggu turunnya putusan banding.

Demikian pula apabila terdakwa meminta berpikir dalam tempo 7 (tujuh) hari, jangka waktu mana merupakan jangka waktu untuk mengajukan banding.

Apabila Penuntut Umum atau terdakwa/Penasehat Hukum mengajukan bandingnya melampaui tenggang waktu 7 (tujuh) hari, maka Panitera membuat keterangan yang menyatakan keterlambatan permintaan banding yang ditandatangani Panitera dan diketahui Ketua, sehingga berkas perkara permintaan banding tidak dikirimkan ke Pengadilan Tinggi.3

Adapun Prosedur Banding sebagai berikut:4 1. Membuat :

a. Akta permohonan pikir-pikir bagi terdakwa.

b. Akta pernyataan banding.

c. Akta terlambat mengajukan pernyataan banding.

d. Akta Pencabutan banding.

2. Permintaan banding yang diajukan, dicatat dalam register induk perkara pidana dan register banding masing-masing petugas register.

3. Permintaan banding diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah putusan dijatuhkan, atau 7 (tujuh) hari setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir dalam pengucapan putusan.

4. Permintaan banding yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut diatas tetap dapat diterima dan dicatat dengan membuat surat keterangan Panitera

3 https://pn-slawi.go.id/id/tentang-pengadilan/kepaniteraan/kepaniteraan-pidana/upaya-hukum- perkara-pidana/

4 Badan dan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, Administrasi Perkara Pidana, 2024 hal 24-25

(5)

bahwa permintaan banding telah lewat tanggang waktu dan harus dilampirkan dalam berkas perkara.

5. Dalam hal pemohon tidak datang menghadap. Hal ini dicatat oleh Panitera dengan disertai alasannya dan catatan tersebut harus dilampirkan dalam berkas perkara.

6. Panitera wajib memberitahukan permintaan banding dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.

7. Tanggal penerimaan memori, kontra memori banding dicatat dalam register dan salinan memori serta kontra memori disampaikan kepada pihak yang lain dengan relaas pemberitahuan.

8. Dalam hal pemohon belum mengajukan memori banding sedangkan berkas perkara telah dikirim ke Pengadilan Tinggi, Pemohon dapat mengajukannya langsung ke Pengadilan Tinggi, sedangkan salinannya disampaikan ke Pengadilan Negeri untuk disampaikan kepada pihak lain.

9. Selama 7 hari sebelum pengiriman berkas kepada Pengadilan Tinggi, Pemohon wajib diberi kesempatan untuk mempelajari berkas perkara tersebut di Pengadilan Negeri.

10. Jika kesempatan mempelajari berkas diminta oleh Pemohon dilakukan di Pengadilan Tinggi, maka pemohon harus mengajukan secara tegas dan tertulis kepada Ketua Pengadilan Negeri.

11. Berkas perkara banding bundle A dan bundle B dalam waktu selambat- lambatnya 14 hari sejak permintaan banding diajukan sesuai ketentuan pasal 236 ayat 1 KUHAP, harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi.

12. Selama perkara banding belum diputus oleh Pengadilan Tinggi, permohonan banding dapat dicabut sewaktu-waktu, untuk itu Panitera membuat Akta Pencabutan banding yang ditanda tangani oleh Panitera, pihak yang mencabut Dan diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri. Akta tersebut dikirim ke Pengadilan Tinggi.

13. Salinan Putusan Pengadilan Tinggi yang telah diterima oleh Pengadilan Negeri, harus diberitahukan kepada terdakwa dan penuntut umum dengan membuat relaas pemberitahuan putusan.

(6)

14. Petugas register harus mencatat semua kegiatan yang berkenan dengan perkara banding dan pelaksanaan putusan ke dalam buku register terkait.

15. Pelaksanaan tugas pada meja kedua, dilakukan oleh Panitera Muda Pidana dan berada langsung dibawah koordinasi Wakil Panitera.

2. Upaya Hukum Kasasi

Sebagaimana diketahui berdasarkan pasal 244 sampai dengan pasal 262 KUHAP, maka dikenal kasasi oleh pihak-pihak termasuk Jaksa/ Penuntut Umum dan kasasi demi kepentingan hukum oleh Jaksa Agung. Kasasi demi kepentingan hukum tidak membawa akibat hukum apa-apa bagi pihak yang bersangkutan.

Hendaknya diperhatikan tentang jangka waktu pengajuan permohonan kasasi dan memori kasasi. 5 Dalam hal Upaya Hukum Kasasi Panitera berkewajiban :

mencatat permohonan kasasi dan dilarang untuk menangguhkan pencatatannya;

membuat akte permohonan kasasi, membuat akte penerimaan memori kasasi, membuat akte tidak mengaju kan memori kasasi, membuat akte penerimaan kontra memori kasasi, membuat akte terlambat mengajukan permohonan kasasi, membuat akte pencabutan permohonan kasasi, membuat akte pemberitahuan putusan Pengadilan Tinggi;

membuat alasan-alasan kasasi bagi mereka termasuk mereka yang kurang memahami hukum;

mendahulukan penyelesaian perkara kasasi dari pada perkara grasi.

Adapun Prosedur Kasasi, sebagai berikut:6

a. Permohonan kasasi diajukan oleh pemohon kepada Panitera selambat- Iambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sesudah putusan Pengadilan

5 https://pn-slawi.go.id/id/tentang-pengadilan/kepaniteraan/kepaniteraan-pidana/upaya-hukum- perkara-pidana/

6 Badan dan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, Administrasi Perkara Pidana, 2024 hal 26-27

(7)

diberitahukan kepada terdakwa / Penuntut Umum dan selanjutnya dibuatkan akta permohonan kasasi oleh Panitera.

b. Permohonan kasasi yang melewati tenggang waktu tersebut, tidak dapat diterima, selanjutnya Panitera membuat Akta Terlambat Mengajukan Permohonan Kasasi yang diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri.

c. Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan kasasi diajukan, pemohon kasasi harus sudah menyerahkan memori kasasi dan tambahan memori kasasi (jika ada). Untuk itu petugas membuat Akta tanda terima memori / tambahan memori.

d. Dalam hal pemohon kasasi adalah terdakwa yang kurang memahami hukum, Panitera pada waktu menerima permohonan kasasi wajib menanyakan apakah alasan ia mengajukan permohonan tersebut dan untuk itu Panitera membuatkan memori kasasinya.

e. Panitera memberitahukan tembusan memori kasasi / kasasi kepada pihak lain, untuk itu petugas membuat tanda terima.

f. Termohon Kasasi dapat mengajukan kontra memori kasasi, untuk itu Panitera memberikan Surat Tanda Terima.

g. Dalam hal pemohon kasasi tidak menyerahkan memori kasasi dan atau terlambat menyerahkan memori kasasi, untuk itu Panitera membuat akta.

Apabila pemohon tidak menyerahkan dan atau terlambat menyerahkan memori kasasi, berkas perkara tidak dikirim ke Mahkamah Agung, untuk itu Ketua Pengadilan Negeri mengeluarkan Surat Keterangan yang disampaikan kepada pemohon kasasi dan Mahkamah Agung (SEMA No.7 Tahun 2005).

h. Terhadap perkara pidana yang diancam pidana paling lama 1 (satu) tahun dan / atau denda, putusan praperadilan tidak dapat diajukan kasasi.

i. Permohonan kasasi yang telah memenuhi syarat formal selambat-Iambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah tenggang waktu mengajukan memori kasasi berakhir, berkas perkara kasasi harus sudah dikirim ke Mahkamah Agung.

j. Dalam hal permohonan kasasi diajukan sedangkan terdakwa masih dalam tahanan, Pengadilan Negeri paling lambat 3 (tiga) hari sejak diterimanya

(8)

permohonan kasasi tersebut segera melaporkan kepada Mahkamah Agung melalui surat atau dengan sarana-sarana elektronik.

k. Selama perkara kasasi belum diputus oleh Mahkamah Agung, permohonan kasasi dapat dicabut oleh pemohon. Dalam hal pencabutan dilakukan oleh kuasa hukum terdakwa, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari terdakwa.

l. Atas pencabutan tersebut, Panitera membuat akta pencabutan kasasi yang ditandatangani oleh Panitera, pihak yang mencabut dan diketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri. Selanjutnya akta tersebut dikirim ke Mahkamah Agung.

m. Untuk perkara kasasi yang terdakwanya ditahan, Panitera Pengadilan Negeri wajib melampirkan penetapan penahanan dimaksud dalam berkas perkara.

n. Dalam hal perkara telah diputus oleh Mahkamah Agung, salinan putusan dikirim kepada Pengadilan Negeri untuk diberitahukan kepada terdakwa dan Penuntut Umum, yang untuk itu Panitera membuat akta pemberitahuan putusan. Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung, segera dikirim ke Mahkamah Agung.

o. Petugas buku register harus mencatat dengan cermat dalam register terkait semua kegiatan yang berkenaan dengan perkara kasasi dan pelaksanaan putusan.

(9)

Gambar 1: Bagan alur pendaftaran Kasasi Perkara Pidana

3. Upaya Hukum Peninjauan Kembali

Terhadap putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan putusan berupa pemidanaan, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan peninjauan kembali. Pengajuan dapat dikuasakan kepada penasehat hukum.

Permohonan peninjauan kembali diajukan kepada Panitera Pengadilan yang telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama, tanpa dibatasi tenggang waktu. Ketua menunjuk Hakim yang tidak memeriksa perkara semula yang dimintakan peninjauan kembali itu untuk memeriksa dan memutusnya, berita acara pemeriksaan ditandatangani oleh Hakim, Penuntut Umum, Pemohon dan Panitera.

Bila permohonan ditujukan terhadap putusan pengadilan banding, maka tembusan berita acara serta berita acara pendapat dikirimkan ke pengadilan banding yang bersangkutan. Permintaan peninjauan kembali tidak menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan dari putusan. Permohonan peninjauan kembali yang terpidananya berada di luar wilayah Pengadilan yang telah memutuskan dalam tingkat pertama :

Permohonan peninjauan kembali harus diajukan kepada Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama (pasal 264 ayat (1) KUHAP);

(10)

Hakim dari Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama membuat penetapan untuk meminta bantuan pemeriksaan kepada Pengadilan Negeri tempat pemohon peninjauan kembali berada;

Berita Acara Persidangan dikirim ke Pengadilan yang telah meminta bantuan pemeriksaan.

Berita Acara Pendapat dibuat oleh Pengadilan tingkat pertama yang telah memutus pada tingkat pertama.

Persyaratan :

1. Terdakwa sendiri atau melalui Rumah Tahanan (RUTAN).

2. Memori Peninjauan Kembali beserta Soft Copy.

3. Isi Formulir data Pihak Pemohon.

Gamabar 2: bagan Alur Upaya Hukum PK Pidana

Adapun Prosedur Peninjauan Kembali Perkara Pidana sebagai berikut:7 1. Terhadap putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

yang merupakan putusan pemidanaan, terpidana. atau ahli warisnya dapat mengajukan permohonan Peninjauan Kembali, dan dapat dikuasakan kepada Penasihat Hukumnya.

7 Badan dan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung RI, Administrasi Perkara Pidana, 2024 hal 31-32

(11)

2. Permohonan Peninjauan Kembali diajukan kepada Panitera Pengadilan yang telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama dengan menyebutkan secara jelas alasannya.

3. Permohonan Peninjauan Kembali tidak dibatasi jangka waktu.

4. Petugas menerima berkas perkara pidana permohonan Peninjauan Kembali, lengkap dengan surat-surat yang berhubungan dengan perkara tersebut, dan memberikan tanda terima.

5. Permohonan Peninjauan Kembali dari terpidana atau ahli warisnya atau Penasihat Hukumnya beserta alasan-alasannya, diterima oleh Panitera dan ditulis dalam suatu surat keterangan yang ditandatangani oleh Panitera dan pemohon.

6. Dalam hal terpidana selaku pemohon Peninjauan Kembali kurang memahami hukum, Panitera wajib menanyakan dan mencatat alasan-alasan secara jelas dengan membuatkan Surat Permohonan Peninjauan Kembali.

7. Dalam hal Pengadilan Negeri menerima permohonan Peninjauan Kembali, wajib memberitahukan permintaan permohonan Peninjauan Kembali tersebut kepada Penuntut Umum.

8. Dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan Peninjauan Kembali diterima Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan menunjuk Majelis Hakim yang tidak memeriksa perkara semula, untuk memeriksa dan memberikan pendapat apakah alasan permohonan Peninjauan Kembali telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang.

9. Dalam pemeriksaan tersebut, terpidana atau ahli warisnya dapat didampingi oleh Penasehat Hukum dan Jaksa yang dalam hal ini bukan dalam kapasitasnya sebagai Penuntut Umum ikut hadir dan dapat menyampaikan pendapatnya.

10. Dalam hal permohonan Peninjauan Kembali diajukan oleh terpidana yang sedang menjalani pidananya, Hakim menerbitkan penetapan yang memerintahkan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan dimana terpidana menjalani pidana untuk menghadirkan terpidana ke persidangan Pengadilan Negeri.

(12)

11. Panitera wajib membuat Berita Acara Pemeriksaan Peninjauan Kembali yang ditandatangani oleh Hakim, Jaksa, pemohon dan Panitera. Berdasarkan berita acara pemeriksaan tersebut dibuat berita acara pendapat yang ditandatangani oleh Majelis Hakim dan Panitera.

12. Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan maupun menghentikan pelaksanaan putusan.

13. Permohonan Peninjauan Kembali yang terpidananya berada di luar wilayah Pengadilan yang telah memutus dalam tingkat pertama: Diajukan kepada Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama;

a. Diajukan kepada Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama;

b. Hakim dari Pengadilan yang memutus dalam tingkat pertama dengan penetapan dapat meminta bantuan pemeriksaan, kepada Pengadilan Negeri tempat pemohon Peninjauan Kembali berada;

c. Berita Acara pemeriksaan dikirim ke Pengadilan yang meminta bantuan pemeriksaan;

d. Berita Acara Pendapat dibuat oleh Pengadilan yang telah memutus pada tingkat pertama;

14.Dalam pemeriksaan persidangan dapat diajukan surat¬-surat dan saksi-saksi yang sebelumnya tidak pernah diajukan pada persidangan Pengadilan di tingkat pertama.

15.Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, setelah pemeriksaan persidangan selesai, Panitera harus segera mengirimkan berkas perkara tersebut ke Mahkamah Agung. Tembusan surat pengantarnya disampaikan kepada pemohon dan Jaksa.

16.Dalam hal suatu perkara yang dimintakan Peninjauan Kembali adalah putusan Pengadilan Banding, maka tembusan surat pengantar tersebut harus dilampiri tembusan Berita Acara Pemeriksaan serta Berita Acara pendapat dan disampaikan kepada Pengadilan Banding yang bersangkutan.

17.Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung yang telah disahkan oleh Panitera dikirimkan ke Mahkamah Agung.

(13)

18.Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali saja (pasal 268 ayat 3 KUHAP).

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Panitera Muda Pidana dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi administrasi perkara bidang pidana, khususnya dalam hal upaya hukum yaitu:

pelaksanaan penerimaan dan pengiriman berkas perkara yang dimohonkan banding, kasasi dan peninjauan Kembali, pelaksanaan pengawasan terhadap pemberitahuan isi putusan upaya hukum kepada para pihak dan menyampaikan relas penyerahan isi putusan kepada Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung dan pelaksanaan pemberitahuan isi putusan upaya hukum kepada Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa, senantiasa berpedomana pada peraturan peruandang-uandangan dan peraturan Mahkamah Agung yang berlaku.

B. Saran

Tetap berepedoman pada peraturan perundangan-undangan dan perma yang berlaku, melaksanakan manejemen yang baik dalam hal pelaksanaan penerimaan dan pengiriman berkas perkara yang dimohonkan banding, kasasi

(14)

dan peninjauan Kembali, sampai juga pada pelaksanaan pemberitahuan isi putusan upaya hukum kepada Jaksa Penuntut Umumdan Terdakwa.

Referensi

Dokumen terkait

Bagian Organisasi, Kepegawaian, dan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c mempunyai tugas melaksanakan penataan organisasi, tata laksana, kepegawaian,

Penggugat atau tergugat dapat mengajukan upaya hukum banding melalui Panitera Muda Perdata pada Meja Pertama di Pengadilan Negeri Sidikalang dalam waktu

BIRO PERENCANAAN DAN ORGANISASI SUBBAGIAN TATA LAKSANA BAGIAN ORGANISASI DAN TATA LAKSANA SUBBAGIAN ORGANISASI SUBBAGIAN RENCANA ANGGARAN II BAGIAN PENYUSUNAN RENCANA

Diperbantukan sebagai Staf Sub Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata

Kasubag Tata Laksana memerintahkan Staf membuat konsep nota dinas tentang penyampaian formulir DIM dari Karo Hukum dan Kepegawaian untuk seluruh unit kerja di

Panitera Muda Perdata meneliti kelengkapan berkas dan menghitung panjar biaya (SKUM) setelah menerima disposisi dari KPN/Pansek, dan mencatatnya ke dalam buku register eksekusi

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN PABRIK GLISEROL Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi pabrik gliserol K a r y a w a n Direktur Utama Sekretaris Staff Ahli Kabag Keuangan Kabag K3

serta analisis dalam pengembangan dan pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan Kementerian; ➢ pembinaan, penataan, dan pengembangan ASN, organisasi, tata laksana,