• Tidak ada hasil yang ditemukan

studi pedagang kaki lima di pasar bandar buat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "studi pedagang kaki lima di pasar bandar buat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR BANDAR BUAT KECAMATANLUBUK KILANGAN

KOTA PADANG

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Strata Satu (S1)

DESSY SUSILAWATI NPM :10030147

PembimbingI Pembimbing II

( Slamet Rianto, M.Pd ) ( Yuherman, SP.M.Pd)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)

STUDY OF STREET VENDORS IN THE MARKET DISTRICT OF LUBUK KILANGAN BANDAR CREATE PADANG

Dessy Susilawati*, Slamet Rianto, M. Pd**, Yuherman, SP. M. Pd**

*) the geography education student of STKIP PGRI West Sumatera

**) the teacher staff of geography education of STKIP PGRI West Sumatera

ABSTRACT

This study aims to get the data, process, analyze and discuss data on street vendors in the Market District of Lubuk Kilangan Bandar Create Padang. This type of research is descriptive. The population is 350 people around the hawkers at City Market District of Lubuk Kilangan Create Padang. And the sample in this study was taken by proportional random sampling technique.

Sample size was 88 people. Instrument used in this study was a questionnaire questionnaire.

Analysis of the data using a percentage formula. The results of this study found: 1) Street vendors agree with the locations they occupy in the City Market District of Lubuk Kilangan Create Padang because the location they take for strategic and buyers also love to shop so they sizable income and can meet the needs of merchants life itself, with a percentage of 3.89%. 2) Street vendors agree with improved environmental hygiene at City Market District of Lubuk Kilangan Create Padang because it is preferred that the cleanliness of the buyer happy shopping and hygiene merchandise also well preserved, with a percentage of 3.46%. 3) Street vendors agree with the conditions of environmental safety in the City Market District of Lubuk Kilangan Create Padang because they think security has been properly maintained so that they are not worried about leaving their wares at night with a percentage of 3.8%. 4) Street vendors agree with the supervision of the environmental order in the Market District of Bandar Create Lubuk Kilangan order Padang because there has been quite restrained so that merchants selling fit in the space provided and do not violate the applicable order with percentage of 3.65%

(3)

PENDAHULUAN

Pada dasarnya pembangunan di Indonesia bertujuan untuk melindungi segenap bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, yang ditegaskan dalam UUD 1945. Penegasan ini dijadikan sebagai pola dasar bagi daerah- daerah di Indonesia dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerahnya, yang nantinya diharapkan dapat berlangsung secara terus menerus.

Era Globalisasi dan krisis multi dimensi yang terjadi di Indonesia dalam dua dasawarsa ini telah banyak menimbulkan masalah dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat, termasuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Sulitnya mencari pekerjaan dan banyaknya karyawan yang di PHK (Putus Hubungan Kerja) merupakan kenyataan yang banyak dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Fenomena ini menyebabkan banyak muncul masalah- masalah sosial, seperti: pengangguran, tingkat kemiskinan yang makin bertambah akibat dari pengangguran. Pemecahan masalah paling sederhana yang muncul dari sekelompok masyarakat kecil untuk bertahan hidup adalah dengan cara menjajakan berbagai jenis barang dagangan, makanan atau minuman dalam skala kecil. Kelompok masyarakat inilah yang lebih dikenal dengan sebutan Pedagang Kaki Lima (PKL).

Menjamurnya Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di ruas-ruas kota, di pasar ditempat-tempat yang dianggap strategis oleh Pedagang Kaki Lima (PKL) membuat kota terasa semakin sembrawut dan tidak indah lagi serta jalanpun menjadi macet.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rachbini dan Hamid (1994:5) yang menyatakan bahwa:

“Berdasarkan realita yang terjadi saat ini, bahwa pembangunan nasional yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia dalam memperlihatkan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan karena belum terciptanya pemerataan pembangunan nasional, yang pada akhirnya melahirkan masalah-masalah sosial yang kerap terjadi di kota-kota besar di Indonesia dengan tingkatan pengangguran dan

kemiskinan yang semakin hari semakin meningkat, merebaknya kriminalitas dan menjamurnya PKL yang berjualan tanpa izin di ruas-ruas kota. Suasana ini mengisyaratkan bahwasanya kota seakan-akan kebingungan menghadapi tantangan dan tekanan. Selain itu dari segi pembenahan kota juga masih kurang memadai dan terkesan agak dilalaikan hingga menimbulkan kesembrawutan di wajah kota.

Gambaran realita ini merupakan bagian dari masalah-masalah yang terjadi dalam pemerataan kota-kota besar di Indonesia”.

Pedagang kaki lima (PKL) merupakan bagian dari sektor informal dengan kualifikasi pedagang tanpa harus mempunyai keterampilan khusus dan unit usahanya kecil dengan modal yang diperlukan juga kecil, bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana, serta cara pelayananpun sederhana dan tenda berdagang menggunakan sarana yang sederhana seperti gerobak dan gelaran menempati trotoar dan bahu jalan umum.

Menurut Peraturan Walikota No. 26 tahun 2007 menjelaskan pedagang kaki lima adalah yang melakukan usaha pedagang informal yang menggunakan lahan terbuka dan tertutup diberbagai fasilitas umum sebagai tempat usahanya baik dengan menggunakan peralatan bergerak atau peralatan bongkar pasang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pedagang kaki lima yang umumnya berjualan di ruas-ruas kota seperti jalan umum, lokasi pasar dan beberapa tempat yang dianggap strategis oleh pedagang kaki lima sehingga membuat kota menjadi sembrawut dan tidak indah lagi, yaitu salah satunya adalah pedagang kaki lima Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang.

Adanya pedagang kaki lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang ini, mempunyai lokasi yang sangat strategis menjadi pusat perekonomian Kota Padang sehingga pengunjungnya beragam baik dari dalam maupun luar Kota Padang. Pada awalnya pedagang kaki lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang hanya sedikit dan

(4)

masih rapi tetapi sebaliknya sekarang jumlahnya sudah banyak dan tidak teratur lagi Bahkan sekarang juga dijadikan sebagai lahan parkir oleh masyarakat karena lahan parkir disana tidak ada dan menyebabkan terjadinya kemacetan sehingga pasar tersebut terlihat sembrawutan.

Kenyataan di lapangan, pedagang kaki lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang belum tertata dengan rapi. Karena para pedagang kaki lima tersebut berjejeran dan bebas berjualan sembarangan tempat sehingga membuat jalan penuh sesak serta situasi sangat memprihatinkan sebab banyaknya kendaraan yang saling mendahului membuat jalan menjadi macet dan pejalan kaki (Pengunjung) menjadi terganggu. Akibatnya jalan raya di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang tak berfungsi sebagaimana mestinya. Ditambah lagi beberapa motor parkirnya tidak rapi seperti dijadikan lahan parkir dan tukang ojek yang mangkal menjadi areal pedagang kaki lima sempit sehingga membuat kemacetan.

Pemilihan tempat atau lokasi yang aman bagi pedagang kaki lima pada umumnya belum tertata dengan baik, kadang-kadang merekapun digusur atau dipindahkan oleh pihak yang berwajib secara paksa,meskipun mereka sudah membayar sewa tempat tersebut. Walaupun demikian, para pedagang masih mengganggu dan memakai jalan umum. Untuk itu sebaiknya pemerintah setempat bisa secepatnya mengatasi masalah ini dengan memberikan tempat yang strategis dan aman bagi pedagang kaki lima.

Pemilihan tempat atau lokasi ini merupakan ruang atau spasial yang berkaitan dengan suatu kewilayahan. Aspek lokasi juga juga menunjukkan keterkaitan antar wilayah yang satu dengan yang lainnya yang berhubungan dengan aspek sarana produksi, pengolahan maupun pemasaran. Aspek tersebut merupakan aspek ruang seperti jarak, lokasi, bentuk dan ukuran.

Di samping itu, beberapa permasalahan lingkungan yang timbul akibat kegiatan pedagang kaki lima yaitu kebersihan lingkungan, keamanan dan ketertiban pun menjadi masalah, dimana ketiga kondisi ini saling berkaitan dan berpengaruh terutama bagi pedagang kaki lima sendiri dan lingkungan, misalnya lokasi atau tempat berdagang, letak parkir atau sampah pun

belum teratasi sampai sekarang. Dimana kebersihan pedagang kaki lima Pasar Bandar Buat masih terlihat kotor, meskipun sudah dibersihkan oleh para pengelolaan dari Dinas Pasar sendiri, Sampah-sampah banyak berserakan dimana-mana. Apalagi bagi pedagang buah-buahan membuang sembarangan sampahnya. Begitu juga dengan keamanan dan ketertiban pedagang kaki lima tersebut masih kacau balau, terjadi misalnya penggusuran karena tempatnya belum rapi dan juga mengganggu meskipun sudah terdata di Dinas Pasar, masalah lain seperti seringkali terjadinya pencopetan yang mengganggu pengunjung Pasar Bandar Buat, salah satu akibat dari penertiban pedagang kaki lima yang belum juga teratasi. Padahal sesuai dengan peraturan Walikota No. 33 Tahun 2009, tentang peletakkan PKL dan jam operasionalnya tapi kenyataan sampai sekarang belum rampung sesuai yang diinginkan.

Kegiatan pedagang kaki lima ini dapat dilakukan oleh siapa saja, karena tidak memerlukan biaya yang terlalu besar, keterampilan khusus, prosedur yang panjang. Hanya saja perlu ruang atau tempat untuk berjualan meskipun tidak terlalu memadai. Seharusnya kebersihan tempat serta kebersihan makanan maupun minuman juga harus diperhatikan oleh penjual.

Banyak dijumpai pedagang yang menjual barang seperti makanan, minuman, buah- buahan, kaset, mainan, dan lainnya.

Berdasarkan latar belakan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : “Studi Pedagang Kaki Lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang”.

METODOLOGI PENELITIAN

Sesuai dengan batasan dan rumusan pada bagian terdahulu. Maka, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif dapat diartikan memaparkan atau menggambarkan sesuai hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa dan kegiatan lainnya.

Menurut Arikunto (2010) metode deskriptif merupakan penelitian yang benar- benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dilapangan atau wilayah tertentu.

Penelitian ini adalah penelitian yang paling sederhana karena peneliti tidak melakukan

(5)

apa-apa terhadap objek atau wilayah tertentu. Melainkan peneliti hanya memotret apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara luas seperti apa adanya.

Berdasarkan dengan permasalahan yang hendak peneliti kaji maka variabel yang diteliti yaitu bagaimana pedagang kaki lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang, yang meliputi :Lokasi, kebersihan lingkungan, keamanan lingkungan, dan ketertiban lingkungan dari pedagang kaki lima tersebut.

Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, Arikunto (2010). Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian diatas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang berjumlah 350 orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel: PopulasiPenelitianPedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Bandar Buat Padang dirinci pada tabel dibawah ini:

No. Populasi Jumlah

Pedagang

1. Pakaian 5

2. Buah-buahan 30

3. Makanan/Minuman 150

4. Sayur-sayuran 80

5. Cabe dan kebutuhan lainnya

85

Jumlah 350

Sumber: UPTD Pasar Bandar Buat Padang , 2014

Berdasarkan Tabel. III.1 Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Bandar Buat Padang berjumlah 350 orang pedagang, Dari hasil pengamatan dan observasi penulis yang telah dilakukan di UPTD Pasar Bandar Buat Padang bahwa PKL yang berdagang di pasar tersebut sangat banyak dengan berbagai macam jenis dagangan mulai dari pakaian hingga bahan pokok makanan sehari-hari.

Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, Arikunto (2010).

Berdasarkan jumlah populasi yang ada, maka sampel responden diambil secara teknik proposonal random sampling, dengan proporsi 25% dari jumlah populasi sehingga

dengan demikian jumlah sampel yaitu 88 orang. Maksudnya responden ditentukan secara acak seperti cara mengambil sampel random yaitu undian dengan proporsi yang sama setiap jenis dengan pedagang kaki lima tersebut. Berpedoman pada Arikunto (2006) menyatakan jika subjeknya kurang 100,lebih baik diambil semua. Tetapi jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20- 25 % atau lebih.

Tabel: Sampel Penelitian No. Pedagang

Kaki Lima

Jumlah Pedagang

Proporsi Sampel

1. Pakaian 5 25% 1

2. Buah- buahan

30 25% 8

3. Makanan/

Minuman

150 25% 38

4. Sayur- sayuran

80 25% 20

5 Cabe dan kebutuhan lainnya

85 25% 21

Jumlah 350 25% 88

Sumber: UPTD Pasar Bandar Buat Padang, 2014

Defenisi Operasional Variabel dan Indikator Berdasarkan permasalahan yang diteliti maka di dalam penelitian ini terdapat variabel yaitu: lokasi, Kebersihan lingkungan, Keamanan lingkungan, dan Ketertiban lingkungan dari pedagang kaki lima tersebut yang berada di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang.

1. Lokasi Pedagang Kaki Lima

Menurut Bakaruddin (2010), Konsep lokasi atau letak merupakan sebuah daerah di permukaan bumi ini.

Dari sisi tata ruang penataan, kehadiran pedagang kaki lima sungguh ditematis, disatu sisi mereka ini mengganggu keindahan kota dan aksesbilitas umum, tapi disisi lain mereka bertujuan untuk mencari nafkah hidupnya masing- masing. Indikatornya yaitu : letak / tempat.

2. Kebersihan Lingkungan

Siahaan (2010), Lingkungan adalah sesuatu yang berada di sekitar manusia, Bersih adalah keadaan dan kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah,

(6)

limbah, penyakit dan pencemaran sehingga menampilkan kebersihan, kerapian dan sehat disemua tempat yang menjadi tempat kegiatan manusia.

Indikatornya 1) tempat, 2) barang.

3. Keamanan Lingkungan

Syamsul Bahri (2012), Keamanan merupakan faktor yang penting dan sangat diperlukan sebelum pengunjung atau pembeli datang untuk berbelanja.

Indikatornya yaitu : 1) keamanan tempat, 2) keamanan barang, 3) kondisi pasar.

4. Ketertiban Lingkungan

Surya (2012), Ketertiban yaitu aturan yang mengharuskan segala sesuatu upaya berjalan sejalan agar tidak berantakan dan teratur. Ketertiban di maksudkan agar para pembeli atau pengunjung dapat merasakan suasana tertib dalam kehidupan msyarakat serta adanya kepastian pelayanan yang tertib dimanapun ia berada. Indikatornya yaitu:

1) tempat, 2) kondisi PKL.

Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket pertanyaan, dengan menggunakan penilaian dalam bentuk skala Likert. Penilaian skala dilakukan pada tiap item dengan kategori pengukuran tertinggi 5 setelah berturut-turut 4,3,2 dan terendah 1.

Pada instrument ini tidak menggunakan uji coba instrument mengingat variabel yang diteliti dengan ukuran yang sangat jelas.

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan kajian teori untuk menentukan variabel, penyusunan instrumen penelitian.

Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekundernya adalah data yang diperoleh dari Dinas Pasar Kota Padang. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.

Penelitian ini yang menjadi data primernya adalah pendapat objek tentang lokasi, kebersihan, keamanan, ketertiban dari pedagang kaki lima tersebut.

Sumber Data

Sumber data dalam pengumpul data yang dibutuhkan maka data primer dikumpulkan dari responden atau sampel yaitu pedagang kaki lima yang memakai jalan umum yang dianggap mengganggu.

Sedangkan data sekundernya di peroleh dari Dinas Pasar Kota Padang.

Alat Pengumpul Data

Data primer dikumpulkan dengan teknik wawancara melalui daftar pertanyaan dengan menggunakan quisioner atau angket.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui Dinas Pasar Kota Padang, melalui wawancara, observasi, pencatatan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel Jenis Data, Sumber Data, dan Alat Pengumpul Data

No. Jenis Data Sumber Data

Alat Pengumpul

Data 1. Data

sekunder,jum lah pedagang kaki lima

Dinas pasar

Pencatatan

2. Data Primer, a. Lokasi b. Kebersih

an lingkung an c. Keaman

an lingkung an d. Ketertib

an lingkung an

Pedagang kaki lima Pedagang kaki lima Pedagang kaki lima Pedagang kaki lima

Angket Angket Angket Angket

Teknik analisa data: yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah secara deskriptif yaitu digunakan statistik berupa formula persentase karena tujuannya adalah melihat kecenderungan indikator masing- masing variabel dengan rumus :

P = x 100%

(7)

Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi

N= Jumlah responden (Arikunto, 2006)

Untuk mengetahui tingkat pencapaian responden dapat dilakukan dengan menggunakan rumus yang di kemukakan oleh Sugiyono (2014), yaitu sebagai berikut:

STS TS RG ST SS

100 200 300 400 500 Dengan kriteria pencapaian responden diklasifikasikan sebagai berikut :

Kriteria Pencapaian Skor Sangat setuju (SS)

Setuju (ST)

Ragu-ragu/ Netral (RG)

Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)

5 4 3 2 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, Pedagang kaki lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang setuju dengan lokasi yang di tempati, karena lokasi mereka tempati sudah strategis dan pembeli pun senang berbelanja dan pendapatan mereka pun lumayan sehingga dapat membantu memenuhi hidup mereka itu sendiri. Mereka sangat setuju lokasi yang mereka tempati tertata dengan rapi sehingga pembeli pun senang dan nyaman berbelanja, walaupun demikian mereka tetap mendapatkan ukuran tempat yang sesuai. Pedagang kaki lima tidak setuju merekalah yang menyebabkan banyaknya sampah dan menyebabkan banjir di tempat tertentu serta mengakibatkan kemacetan di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Pedagang kaki lima setuju, bahwa sebagian besar yang berbelanja atau membeli barang dagangan adalah masyarakat yang berkunjung ke Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Dengan berjualan di Pasar Bandar Buat Kota Padang, mereka

mendapatkan penghasilan yang sesuai dan mereka setuju, jika tempat dagangan di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk kilangan Kota Padang di perbaiki dan di tata rapi oleh Wali kota.

Menurut Tarigan (2012) teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber – sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik sosial.

Kedua, Pedagang Kaki Lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang setuju dengan kebersihan lingkungan, karena kebersihan lingkungan tersebut sangat diutamakan. Walaupun demikian, lokasi yang mereka tempati masih kurang bersih. Pada hal mereka sering dan ikut serta dalam menjaga dan membersihkan lokasi yang mereka tempati.

Bersih adalah keadaan dan lokasi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit, dan pencemaran sehingga menampilkan kebersihan, kerapian dan sehat disemua tempat yang menjadi tempat kegiatan manusia. Kebersihan merupakan keadaan bebas`dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah, dan sebagainya.

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak menyebabkan kotoran atau menularkan penyakit bagi diri sendiri (Bahri,2012).

Ketiga, Pedagang Kaki Lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang setuju dengan keamanan lingkungan, karena keamanan lingkungan tersebut sangat penting (diutamakan). Kata aman merupakan kondisi lingkungan yang aman, aman dari bau sampah PKL sendiri bahkan aman dari tindakan kejahatan seperti pencopetan dan perampokan dll. Lokasi yang mereka tempati sudah aman, sehingga mereka tidak takut meninggalkan dagangannya pada malam hari, apabila keamanan lingkungan pasar sudah aman, pengunjung akan tertarik untuk berbelanja.

Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya, istilah ini biasa di gunakan berhubungan dengan kejahatan, segala bentuk kecelakaan dan lain-lain.

(8)

Keamanan merupakan kondisi yang memberikan suasana tentram bagi pengunjung atau pembeli, bebas dari rasa takut dan tidak akan khawatir akan keselamatan jiwa raga, dan harta milik, bebas dari ancaman, gangguan dan tindakan lainnya (Putri, 2012).

Keempat, Pedagang Kaki Lima di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang setuju dengan ketertiban lingkungan, karena ketertiban lingkungan tersebut sangat di perlukan (diutamakan).

Tata tertib merupakan kondisi lingkungan yang tertib, misalnya keteraturan tempat PKL, parkir kendaraan PKL dan pengunjung. Dan suasana tertib jauh dari bahaya seperti tindakan kejahatan (perampokan, pencurian, pencopetan).

Apabila ketertiban lingkungan terwujud maka pengunjung akan tertarik untuk membeli. Dan mereka pun setuju. Jika tempat dagangan mereka digusur, sebab dengan menjadi pedagang kaki lima merupakan mata pencaharian mereka demi kelangsungan hidup keluarganya.

Ketertiban yaitu aturan yang mengharuskan segala sesuatu supaya berjalan sejalan agar tidak berantakan dan teratur. Ketertiban dimaksudkan agar para pembeli atau pengunjung dapat merasakan suasana tertib dalam kehidupan masyarakat serta adanya kepastian pelayanan yang adil dan tertib dimanapun ia berada. Penciptaan ketertiban yang ada pada penjual atau pedagang kaki lima tersebut akan menarik simpatik dari pembeli. Hal ini, tergantung sejauh mana pengetahuan masyarakat terhadap pemeliharaan dan suasana tertib di suatu tempat, sehingga pada dasarnya memperoleh suasana tertib dan teratur serta berdisiplin dalam berbagai tugas tanggung jawab bersama (Surya, 2012).

KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi data diatas, dan pembahasan hasil penelitian maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Pedagang kaki lima setuju dengan lokasi di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang dengan persentase (3,89%), dan rerata variabelnya yaitu 305,3 yang berdapat pada kriteria setuju, karena lokasi tersebut mereka anggap sudah strategis dan pembeli pun senang berbelanja sehingga pendapatan mereka

lumayan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup pedagang itu sendiri.

2. Pedagang kaki lima setuju dengan kebersihan lingkungan di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang dengan persetase (3,46%), dan rerata variabelnya yaitu 343,4 yang artinya berdapat pada kriteria setuju, karena kebersihan itu sangat diutamakan agar para pembeli senang berbelanja dan kebersihan dagangan dan kualitas dagangan juga terjaga dengan baik.

3. Pedagang kaki lima setuju dengan kondisi keamanan lingkungan di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk kilangan Kota Padang dengan persentase (3,8%), dan rerata variabelnya yaitu 335,2 yang artinya berdapat pada kriteria setuju, karena keamanan menurut mereka sudah terjaga dengan baik sehingga mereka tidak khawatir meninggalkan dagangan mereka pada malam hari.

4. Pedagang kaki lima setuju dengan ketertiban lingkungan di Pasar Bandar Buat Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang dengan persentase (3,65%), dan rerata variabelnya yaitu 321,8 yang berdapat pada kriteria setuju, karena ketertiban disana sudah cukup terkendali sehingga pedagang berjualan sesuai pada tempat yang telah di sediakan dan tidak melanggar ketertiban yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Agnessekar. 2009. Pemetaan Pedagang Kaki Lima. Wordpress.com. Diakses tanggal 12 Maret 2014.

Anonim. 2007. Persepsi pengertian defenisi dan faktor yang mempengaruhi.

www.duniapsikologi.com. Diakses tanggal 12 Maret 2014..

______ Aldyputra. 2012.

http/01/pengertian-sampah-organik- dan-organik. Diakses tanggal 5 April 2014.

______ Arikunto, Suharsimi. 2006.

Manajemen Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

(9)

Bakaruddin. 2002. Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan.

Padang : UNP Press Padang.

Handayani, Ria. 2006. Studi Tentang Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) Pada Kawasan Terminal Tipe A Aur Kuning Kota Bukittinggi.

Skripsi. FIS UNP Padang.

Hijrianti. (2006). Analisis Pemilihan Lokasi dan Pemetaan Persebaran Pedagang Koran Eceran di Koridor Jalan Utama Kota Padang. (Skripsi).

padang. STKIP PGRI Padang Sumatera Barat.

Hariningsih dan Rintar. 2006. Korompis, Jakarta : PT Pustaka Indonesia Karnadi. 2001.http://tentang Lokasi

berdagang Kaki Lima di Perkotaan.

Diakses tanggal 20 April 2014.

Mujibsite. 2009. Sejarah Pedagang Kaki Lima pkl. Wordpress.com. Diakses tanggal 7 April 2014.

Peraturan Daerah No. 11 tahun 2005 tentang Pedagang Kaki Lima.

Peraturan Daerah No. 8 tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

Peraturan Wali Kota No. 26 tahun 2007 tentang Pedagang Kaki Lima.

Peraturan Wali Kota No. 33 tahun 2009, tentang Perletakan PKL dan jam operasionalnya.

Putri, Noni. 2012.

Pedagang_kaki_lima.http://id.

wikipedia. org/wiki/. Diakses tanggal 12 April 2014.

Siahaan. 2010. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta : PT Erlangga.

Syamsul Bahri. 2012. http://pengusaha muslim. com/pengurusan- izin – usaha. Diakses tanggal 12 April 2014.

Surya. 2012. Ketertiban lingkungan.

Dokument:

http://Surya.blogspot.com.2012/04/te ori ketertiban- lingkungan diakses tanggal 05/05/2014 jam 13:15 Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Tarigan. Dalam Skripsi Teori lokasi Pedagang Kaki Lima, 2012.

Universitas Negeri Padang

Wiryawan. Dalam Skripsi Pedagang yang menjalankan usaha diatas trotoar mendapat julukan pedagang “Kaki Lima”, 2012. Universitas Negeri Padang

www. 2011. Archive.html. Kuliahmanggor.

blogspot. com. Diakses tanggal 20 Maret 2014

www. 2012. Pasar Bandar Buat Kota Padang Masih Sembrawut 504898.

html. Regional. Kompasiana.

com/2012/10/31. Diakses tanggal 20 Maret 2014.

Referensi

Dokumen terkait

(Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pasar Cibinong Kabupaten Bogar).. Sukamdi

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Sisir, kecamatan Batu, kota Batu, tepatnya di Pasar Sore Kota Batu untuk melihat moral ekonomi pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Sore Kota Batu,

Strategi Coping Pemilik Toko Terhadap Keberadaan Pedagang Kaki Lima Di Pasar Keputran Utara Surabaya ... METODE

Agen minuman keras ini bersifat lebih tertutup, pada pedagang eceran yang membeli sudah memiliki relasi dengan awak kapal sehingga pedagang kaki lima mudah

Hasil dari respon pengunjung terhadap pedagang kaki lima yang terdapat di alun- alun Magetan yaitu setuju bahwa dengan adanya aktivitas pedagang kaki lima mempengaruhi

Sumber data yang penulis gunakan adalah sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari wanita pedagang kaki lima pasar Inpres Bangkinang, dan sumber data

Dalam melakukan kegiatannya untuk menjaga ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, sudah seharusnya Satpol PP mengawasi dan meneribkan pedagang kaki lima yang

Agen minuman keras ini bersifat lebih tertutup, pada pedagang eceran yang membeli sudah memiliki relasi dengan awak kapal sehingga pedagang kaki lima mudah