• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi

N/A
N/A
ellisabeth sadhana christi

Academic year: 2024

Membagikan " Subjek Pajak Penghasilan Orang Pribadi"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK

PENGHASILAN ORANG

PRIBADI

(expatriate) Brevet C

(2)

Subjek Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Orang Pribadi

Subjek PPh OP dlm Negeri Subjek PPh OP dlm Negeri

Warisan yang belum terbagi sbg satu Warisan yang belum terbagi sbg satu

kesatuan menggantikan yg berhak kesatuan menggantikan yg berhak

Subjek PPh OP Luar Negeri Subjek PPh OP Luar Negeri

Bentuk Usaha Tetap (BUT) OP

Bentuk Usaha Tetap (BUT) OP

(3)

Subjek PPh OP DN Subjek PPh OP DN

Orang Pribadi yg Orang Pribadi yg

bertempat tinggal di bertempat tinggal di

Indonesia Indonesia

berada di Indonesia berada di Indonesia

lebih dari 183 hari lebih dari 183 hari

dlm jangka waktu 12 dlm jangka waktu 12

bulan bulan

berada di Indonesia berada di Indonesia

& mempunyai niat

& mempunyai niat untuk bertempat untuk bertempat

tinggal di Indonesia.

tinggal di Indonesia.

(4)

Subjek Pajak OP LN Subjek Pajak OP LN

Orang Pribadi yg Orang Pribadi yg

tidak bertempat tidak bertempat

tinggal di Indonesia tinggal di Indonesia

berada di Indonesia berada di Indonesia

tidak lebih dari 183 tidak lebih dari 183

hari dalam jangka hari dalam jangka

waktu 12 bulan ;

waktu 12 bulan ;

(5)

Bentuk Usaha Tetap Orang Pribadi Bentuk Usaha Tetap Orang Pribadi

Bentuk Usaha yang dipergunakan oleh:

Bentuk Usaha yang dipergunakan oleh:

 Orang Pribadi yang tidak bertempat Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam

jangka waktu 12 bulan jangka waktu 12 bulan

 Untuk menjalankan usaha atau melakukan Untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan (pekerjaan bebas) di Indonesia

kegiatan (pekerjaan bebas) di Indonesia

(6)

Tipe BUT Tipe BUT

BUT Fasilitas Fisik:

BUT Fasilitas Fisik:

 Tempat kedudukan manajemen Tempat kedudukan manajemen

 Cabang perusahaan Cabang perusahaan

 Kantor perwakilan Kantor perwakilan

 Gedung kantor Gedung kantor

 Pabrik Pabrik

 Bengkel Bengkel

 Pertambangan dan penggalian sumber Pertambangan dan penggalian sumber alam serta wilayah kerja pengeborannya alam serta wilayah kerja pengeborannya

 Perikanan, peternakan, pertanian, Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan dan kehutanan

perkebunan dan kehutanan

(7)

Tipe BUT – cont’

Tipe BUT – cont’

BUT Aktifitas BUT Aktifitas

 Aktifitas pengerjaan proyek kostruksi, instalasi Aktifitas pengerjaan proyek kostruksi, instalasi atau perakitan yang terdapat di Indonesia

atau perakitan yang terdapat di Indonesia

 Aktifitas Jasa: pemberian jasa dalam bentuk Aktifitas Jasa: pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, apapun oleh pegawai atau oleh orang lain,

sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam

jangka waktu 12 bulan jangka waktu 12 bulan

 Aktifitas Keagenan: Dependent Agent Aktifitas Keagenan: Dependent Agent

 Aktifitas Asuransi: agen atau pegawai Aktifitas Asuransi: agen atau pegawai

perusahaan asuransi LN yang menerima premi perusahaan asuransi LN yang menerima premi

atau menanggung resiko di Indonesia

atau menanggung resiko di Indonesia

(8)

Perbedaan Perbedaan

SPOP DN

SPOP DN SPOP LN SPOP LN BUT OP BUT OP

Dikenakan pajak Dikenakan pajak atas penghasilan di atas penghasilan di RI atau di luar RI RI atau di luar RI (world wide income) (world wide income)

Dikenakan pjk atas Dikenakan pjk atas penghasilan yang penghasilan yang bersumber di RI bersumber di RI

Dikenakan pajak Dikenakan pajak atas Penghasilan di atas Penghasilan di RI dan Penghasilan RI dan Penghasilan Pusat yg

Pusat yg

diatribusikan sbg diatribusikan sbg penghasilan BUT penghasilan BUT Penghitungan PPh

Penghitungan PPh dengan tarif umum dengan tarif umum (psl 17 OP) basis (psl 17 OP) basis netto

netto

Penghitungan PPh Penghitungan PPh dengan tarif sepadan dengan tarif sepadan (psl 26) basis brutto (psl 26) basis brutto

Penghitungan PPh Penghitungan PPh dengan tarif umum dengan tarif umum (psl 17 Badan) basis (psl 17 Badan) basis netto

netto Wajib SPT

Wajib SPT Tidak Wajib SPT Tidak Wajib SPT Wajib SPT Wajib SPT

(9)

Masalah Int’l Double Taxation Masalah Int’l Double Taxation

Konflik Asas Domisili dengan Asas Konflik Asas Domisili dengan Asas

Sumber.

Sumber. Negara domisili mengenakan pajak atas Negara domisili mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperoleh penduduknya, seluruh penghasilan yang diperoleh penduduknya,

sedangkan negara sumber mengenakan pajak atas sedangkan negara sumber mengenakan pajak atas

penghasilan yang berasal dari negara tersebut penghasilan yang berasal dari negara tersebut

Perbedaan definisi “Penduduk” (resident Perbedaan definisi “Penduduk” (resident

tax payer),

tax payer), mis: Expat Amerika menjadi WPDN di mis: Expat Amerika menjadi WPDN di Indonesia

Indonesia

Perbedaan definisi sumber penghasilan, Perbedaan definisi sumber penghasilan,

mis: Pemotongan PPh 26 20% atas jasa yang dilakukan mis: Pemotongan PPh 26 20% atas jasa yang dilakukan

di luar negeri

di luar negeri

(10)

Metode Penghindaran Metode Penghindaran

Credit Method, Credit Method,

– Full Credit Full Credit – Limitation Limitation

Per country Per country

overall overall

Indonesia menerapkan per country limitation Indonesia menerapkan per country limitation

Exemption Method Exemption Method

Penghasilan yang diperoleh di luar negeri Penghasilan yang diperoleh di luar negeri (negara sumber) tidak lagi dikenai pajak di (negara sumber) tidak lagi dikenai pajak di

negara domisili

negara domisili

(11)

Subyek Pajak vs Wajib Pajak Subyek Pajak vs Wajib Pajak

Subyek Pajak telah memenuhi syarat Subyek Pajak telah memenuhi syarat

subyektif untuk melakukan kewajiban subyektif untuk melakukan kewajiban

perpajakan perpajakan

Wajib Pajak: telah memenuhi syarat Wajib Pajak: telah memenuhi syarat

subyektif dan obyektif untuk subyektif dan obyektif untuk

melakukan kewajiban perpajakan

melakukan kewajiban perpajakan

(12)

Pendaftaran NPWP Pendaftaran NPWP

Kep-161/PJ.2019 jo Per-160/2007 jo Per-44/2008 jo Per-20/2013 jo Per-04/2020 Kep-161/PJ.2019 jo Per-160/2007 jo Per-44/2008 jo Per-20/2013 jo Per-04/2020

WP OP tidak menjalankan usaha/pekerjaan bebas

WP OP menjalankan

usaha/pekerjaan bebas WP Badan

Bila penghasilan jumlahnya melebihi

PTKP

Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat akhir bulan berikutnya

Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah saat usaha

mulai dijalankan

(13)

PTKP mulai 1 Jan 2016 PTKP mulai 1 Jan 2016

a. Rp 54.000.000 Untuk wajib pajak orang pribadi yang a. Rp 54.000.000 Untuk wajib pajak orang pribadi yang

bersangkutan.

bersangkutan.

b. Rp 4.500.000 Tambahan untuk wajib pajak yang b. Rp 4.500.000 Tambahan untuk wajib pajak yang

kawin kawin

c. Rp 54.000.000 Tambahan untuk seorang istri yang c. Rp 54.000.000 Tambahan untuk seorang istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan penghasilannya digabung dengan penghasilan

suami.

suami.

d. Rp 4.500.000 Tambahan untuk setiap anggota d. Rp 4.500.000 Tambahan untuk setiap anggota

keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis

keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang

untuk setiap keluarga.

untuk setiap keluarga.

(14)

Status PTKP Status PTKP

TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan

anggota keluarga;

anggota keluarga;

K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan

anggota keluarga;

anggota keluarga;

K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, penghasilannya digabung dengan penghasilan suami,

ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;

ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;

PH Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan PH Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan

perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;

perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;

HB/...Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah HB/...Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah

banyaknya tanggungan anggota keluarga.

banyaknya tanggungan anggota keluarga.

MT/… Wajib Pajak(Suami-Istri) yang memutuskan untuk MT/… Wajib Pajak(Suami-Istri) yang memutuskan untuk

menghitung masing-masing kewajiban pajaknya

menghitung masing-masing kewajiban pajaknya

(15)

Bukan Subjek Pajak OP Bukan Subjek Pajak OP

Pejabat perwakilan diplomatik, Pejabat perwakilan diplomatik,

konsulat, atau pejabat-pejabat lain dari konsulat, atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka

bersama mereka DGN SYARAT

BUKAN WNI DAN DI INDONESIA TDK MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN LAIN DI LUAR

JABATAN ATAU PEKERJAANNYA TSB SERTA NEGARA YBS

MEMBERIKAN PERLAKUAN TIMBAL BALIK

Pejabat Perwakilan Organisasi Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

Menteri Keuangan DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK

MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN/

PEKERJAAN LAIN UTK

MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI

INDONESIA

(16)

Penghasilan Penghasilan

Setiap tambahan Setiap tambahan

kemampuan ekonomis kemampuan ekonomis

yang diterima atau yang diterima atau

diperoleh wajib pajak diperoleh wajib pajak

Baik berasal dari Indonesia Baik berasal dari Indonesia

maupun dari luar maupun dari luar

Indonesia Indonesia

Yang dapat dipakai untuk Yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau menambah konsumsi atau menambah

kekayaan wajib pajak kekayaan wajib pajak

Dengan nama dan dalam Dengan nama dan dalam

bentuk apapun

bentuk apapun

(17)

Pengelompokan Penghasilan Pengelompokan Penghasilan

Penghasilan Dalam Negeri Penghasilan Dalam Negeri

– Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan

pekerjaan bebas, seperti ; gaji, honorarium, penghasilan dari pekerjaan bebas, seperti ; gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, pengacara, dsb.

praktek dokter, notaris, aktuaris, pengacara, dsb.

– Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan merupakan penghasilan yang menjadi objek Pajak kenikmatan merupakan penghasilan yang menjadi objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPh

huruf a UU PPh

– Penghasilan dari usaha dan kegiatan. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

– Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak seperti ; bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan tak gerak seperti ; bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang dipergunakan untuk usaha, dsb.

penjualan harta atau hak yang dipergunakan untuk usaha, dsb.

– Penghasilan lain-lain, seperti ; pembebasan utang, hadiah, dan Penghasilan lain-lain, seperti ; pembebasan utang, hadiah, dan sebagainya.

sebagainya.

Penghasilan dari Luar Negeri

Penghasilan dari Luar Negeri

(18)

Jenis Objek Pajak Jenis Objek Pajak

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan

atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,

upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,

uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya

termasuk natura dan/atau kenikmatan termasuk natura dan/atau kenikmatan

Laba usaha Laba usaha

Keuntungan penjualan harta (capital gain):

Keuntungan penjualan harta (capital gain):

Penerimaan kembali pajak yang semula telah Penerimaan kembali pajak yang semula telah

dibebankan sebagai biaya dibebankan sebagai biaya

Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan

karena pengembalian utang.

karena pengembalian utang.

Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun

Royalti,

Royalti,

(19)

Jenis Objek Pajak – cont’d Jenis Objek Pajak – cont’d

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran secara Penerimaan atau perolehan pembayaran secara

berkala, misalnya alimentasi atau tunjangan seumur berkala, misalnya alimentasi atau tunjangan seumur

hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam

jangka waktu tertentu.

jangka waktu tertentu.

Keuntungan karena pembebasan utang : Keuntungan karena pembebasan utang :

Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing : Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing :

Premi asuransi yang diterima atau diperoleh Premi asuransi yang diterima atau diperoleh

perusahaan asuransi dari para peserta asuransi perusahaan asuransi dari para peserta asuransi

(pemegang polis).

(pemegang polis).

(20)

Jenis Objek Pajak - end Jenis Objek Pajak - end

Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan

dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

Tambahan kekayaan netto yang berasal dari Tambahan kekayaan netto yang berasal dari

penghasilan yang belum dikenakan pajak

penghasilan yang belum dikenakan pajak

(21)

Dari segi cara pengenaan Dari segi cara pengenaan

pajak atas penghasilan pajak atas penghasilan

Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan yang merupakan Objek Pajak

yang dipotong PPh

yang dipotong PPh Final Final (Pasal 4 ayat (2)). (Pasal 4 ayat (2)).

Penghasilan yang

Penghasilan yang bukan bukan merupakan merupakan Objek Objek Pajak

Pajak (Pasal 4 ayat (3)) (Pasal 4 ayat (3))

Penghasilan yang merupakan Objek Pajak

Penghasilan yang merupakan Objek Pajak

PPh PPh tidak bersifat Final tidak bersifat Final (Pasal 4 ayat (1)) (Pasal 4 ayat (1))

(22)

Permasalahan Gaji Ekspatriate Permasalahan Gaji Ekspatriate

Employee Issue Employee Issue

Kewajaran Kewajaran

Metode Metode

Pembayaran dan Pembayaran dan

pembebanan

pembebanan

(23)

Pedoman Standar Gaji Karyawan Asing Pedoman Standar Gaji Karyawan Asing

KEP-173/PJ/2020 KEP-173/PJ/2020

digunakan dalam hal : digunakan dalam hal :

terdapat petunjuk bahwa pembukuan Wajib terdapat petunjuk bahwa pembukuan Wajib

Pajak tidak benar sehingga tidak dapat dihitung Pajak tidak benar sehingga tidak dapat dihitung

besarnya pajak yang seharusnya terutang;

besarnya pajak yang seharusnya terutang;

diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa

terdapat pembayaran gaji karyawan asing yang terdapat pembayaran gaji karyawan asing yang

tidak seluruhnya dibukukan untuk pelunasan tidak seluruhnya dibukukan untuk pelunasan

PPh Pasal 21 atau Pasal 26;

PPh Pasal 21 atau Pasal 26;

Pemeriksaan tidak mendapatkan data yang Pemeriksaan tidak mendapatkan data yang

dapat digunakan untuk menentukan jumlah gaji dapat digunakan untuk menentukan jumlah gaji

karyawan asing dalam rangka penetapan jumlah karyawan asing dalam rangka penetapan jumlah

PPh Pasal 21 atau Pasal 26 yang terutang.

PPh Pasal 21 atau Pasal 26 yang terutang.

(24)

Penggunaan pedoman harus Penggunaan pedoman harus

memperhitungkan : memperhitungkan :

Kebangsaan dari karyawan asing yang Kebangsaan dari karyawan asing yang

bersangkutan;

bersangkutan;

Jenis usaha dari perusahaan tempat Jenis usaha dari perusahaan tempat

karyawan asing memperoleh penghasilan karyawan asing memperoleh penghasilan

(pemberi kerja);

(pemberi kerja);

Kedudukan atau jabatan karyawan asing Kedudukan atau jabatan karyawan asing

dalam perusahaan tempat yang dalam perusahaan tempat yang

bersangkutan bekerja.

bersangkutan bekerja.

(25)

Kriteria Keahlian Tertentu serta Pengenaan Kriteria Keahlian Tertentu serta Pengenaan

Pajak Penghasilan bagi WNA Pajak Penghasilan bagi WNA

PP 55 tahun 2022 PP 55 tahun 2022

warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri dikenai Pajak warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari

Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dengan ketentuan

Indonesia dengan ketentuan

1. memiliki keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 1. memiliki keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan (termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh warga negara undangan (termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh warga negara asing sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan di Indonesia dengan asing sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan di Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan di luar Indonesia) dan

nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan di luar Indonesia) dan

2. berlaku selama 4 Tahun Pajak yang dihitung sejak menjadi subjek pajak dalam 2. berlaku selama 4 Tahun Pajak yang dihitung sejak menjadi subjek pajak dalam

negeri negeri

** tidak berlaku terhadap warga negara asing yang memanfaatkan persetujuan

** tidak berlaku terhadap warga negara asing yang memanfaatkan persetujuan penghindaran pajak berganda antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah penghindaran pajak berganda antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra persetujuan penghindaran pajak berganda negara mitra atau yurisdiksi mitra persetujuan penghindaran pajak berganda tempat warga negara asing memperoleh penghasilan dari luar Indonesia tempat warga negara asing memperoleh penghasilan dari luar Indonesia

(26)

Persyaratan tenaga kerja asing yang menduduki Persyaratan tenaga kerja asing yang menduduki

pos jabatan tertentu dan peneliti asing pos jabatan tertentu dan peneliti asing

a. a. penggunaan tenaga kerja asing yang dapat penggunaan tenaga kerja asing yang dapat menduduki pos jabatan tertentu yang ditetapkan oleh menduduki pos jabatan tertentu yang ditetapkan oleh

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan; atau

bidang ketenagakerjaan; atau

b. b. peneliti asing yang ditetapkan oleh kepala lembaga peneliti asing yang ditetapkan oleh kepala lembaga yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan

serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan

ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan yang terintegrasi.

yang terintegrasi.

(27)

Aturan PPh Final Aturan PPh Final

Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan, Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan,

penghasilan yg dikenakan PPh Final tdk penghasilan yg dikenakan PPh Final tdk

digabung dengan penghasilan lain (non final) digabung dengan penghasilan lain (non final)

PPh final yang dibayar/dipotong tdk dapat PPh final yang dibayar/dipotong tdk dapat

dikreditkan dikreditkan

Biaya utk menghasilkan, menagih dan Biaya utk menghasilkan, menagih dan

memelihara penghasilan yang PPh-nya final tdk memelihara penghasilan yang PPh-nya final tdk

dapat dikurangkan

dapat dikurangkan

(28)

Peraturan Pemerintah 23 Tahun 2018 – Pajak UKM Final

• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu menggantikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013.

• Peredaran bruto tertentu adalah Penghasilan dari USAHA yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.

• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah pajak Final

Efektif berlaku mulai 1 Juli 2018

Perbedaan ketentuan

• Pengenaan tarif pajak final berubah dari 1% menjadi 0,.5%

• Penyempurnaan ketenuan lain

• Pengenaan 0,5% final bersifat opsional

• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu menggantikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013.

• Peredaran bruto tertentu adalah Penghasilan dari USAHA yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.

• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah pajak Final

Efektif berlaku mulai 1 Juli 2018

Perbedaan ketentuan

• Pengenaan tarif pajak final berubah dari 1% menjadi 0,.5%

• Penyempurnaan ketenuan lain

• Pengenaan 0,5% final bersifat opsional

(29)

Peraturan Pemerintah 23/2018 – Latar Belakang

• UKM mendominasi perekonomian

• Jumlah unit usaha 98.9% dari total unit usaha

• Tenaga kerja 96.99 total tenaga kerja

• Produk domestic bruto 60,3%

• Usaha mikro lebh resilience, tahan terhadap gejolak perekonomian dan cukup stabil.

• Kontribusi PPh UKM sebesar 2.2% dari total penerimaan PPh.

• Alasan perubahan

• Keberatan dari UKM karena pengenaan 1% terlalu besar. Tarif pajak final 1% mengasumsikan margin laba sebelum pajak sebesar 4%.

• Penyempurnaan pengaturan

• UKM mendominasi perekonomian

• Jumlah unit usaha 98.9% dari total unit usaha

• Tenaga kerja 96.99 total tenaga kerja

• Produk domestic bruto 60,3%

• Usaha mikro lebh resilience, tahan terhadap gejolak perekonomian dan cukup stabil.

• Kontribusi PPh UKM sebesar 2.2% dari total penerimaan PPh.

• Alasan perubahan

• Keberatan dari UKM karena pengenaan 1% terlalu besar. Tarif pajak final 1% mengasumsikan margin laba sebelum pajak sebesar 4%.

• Penyempurnaan pengaturan

(30)

Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan

• Pemerintah menetapkan tarif PPh Final menjadi 0,5%, bersifat opsional

• wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

• Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena:

• Bagi WP pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

Sebab, perhitungan pajak menjadi sederhana yakni 0,5% dari peredaran bruto/omzet. Penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak meski dalam keadaan rugi.

• WP badan yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 17 UU No. 36.

Konsekuensinya, perhitungan tarif PPh akan mengacu pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari PPh bila mengalami kerugian fiskal.

• Pemerintah menetapkan tarif PPh Final menjadi 0,5%, bersifat opsional

• wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

• Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena:

• Bagi WP pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.

Sebab, perhitungan pajak menjadi sederhana yakni 0,5% dari peredaran bruto/omzet. Penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak meski dalam keadaan rugi.

• WP badan yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 17 UU No. 36.

Konsekuensinya, perhitungan tarif PPh akan mengacu pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari PPh bila mengalami kerugian fiskal.

(31)

Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan

Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu

• Kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace period alias batasan waktu.

• Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% adalah:

• 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi.

• 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma.

• 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT.

• Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36. Hal ini ditujukan untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan

pengembangan usaha.

Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu

• Kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace period alias batasan waktu.

• Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% adalah:

• 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi.

• 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma.

• 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT.

• Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36. Hal ini ditujukan untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan

pengembangan usaha.

(32)

Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan

WP yang Dikenai PPh Final Berpenghasilan di Bawah Rp 4,8 M

• Ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh Final tidak berubah yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai tersebut secara eksplisit menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai target pajak. Pemerintah memang ingin merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan.

Siapa yang Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%?

• Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final 0,5% adalah:

• Wajib Pajak orang pribadi

• Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma, atau PT yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto di bawah Rp 4,8 miliar.

WP yang Dikenai PPh Final Berpenghasilan di Bawah Rp 4,8 M

• Ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh Final tidak berubah yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai tersebut secara eksplisit menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai target pajak. Pemerintah memang ingin merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan.

Siapa yang Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%?

• Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final 0,5% adalah:

• Wajib Pajak orang pribadi

• Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma, atau PT yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto di bawah Rp 4,8 miliar.

(33)

Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan

Siapa yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%

• Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas. Ini termasuk persekutuan atau firma yang terdiri dari WP orang pribadi berkeahlian sejenis seperti firma hukum, kantor akuntan dan lain sebagainya.

• Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri.

• Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

tersendiri.

• Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

Siapa yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%

• Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas. Ini termasuk persekutuan atau firma yang terdiri dari WP orang pribadi berkeahlian sejenis seperti firma hukum, kantor akuntan dan lain sebagainya.

• Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri.

• Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

tersendiri.

• Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

(34)

Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan

Bayar PPh Final 0,5% Lebih Mudah Melalui PajakPay

• PPh dapat dibayar melalui kantor pos/bank perspesi termasuk segala

fasilitas yang disediakan oleh Lembaga tersebut seperti ATM. Namun, bagi wajib pajak yang ingin menghemat waktu dan upaya untuk membayar

pajak, sekarang Anda bisa menyetorkan pajak Anda melalui PajakPay.

• Fitur ini memungkinkan membayar pajak online lebih mudah dan aman bahkan cukup dengan satu klik. Berikut ini 7 keuntungan bayar pajak menggunakan PajakPay:

• Aman karena adanya teknologi enkripsi dan firewall berlapis.

• ID Billing dan NTPN yang diperoleh dari OnlinePajak sah.

• Akurat karena meminimalisir kesalahan saat melakukan input data manual.

• Buat banyak ID billing secara instan.

• BPN/NTPN tersimpan secara digital dalam waktu lama.

• Bisa tambah saldo tanpa batas dengan beragam metode transfer.

• Hemat waktu dan bebas biaya.

Bayar PPh Final 0,5% Lebih Mudah Melalui PajakPay

• PPh dapat dibayar melalui kantor pos/bank perspesi termasuk segala

fasilitas yang disediakan oleh Lembaga tersebut seperti ATM. Namun, bagi wajib pajak yang ingin menghemat waktu dan upaya untuk membayar

pajak, sekarang Anda bisa menyetorkan pajak Anda melalui PajakPay.

• Fitur ini memungkinkan membayar pajak online lebih mudah dan aman bahkan cukup dengan satu klik. Berikut ini 7 keuntungan bayar pajak menggunakan PajakPay:

• Aman karena adanya teknologi enkripsi dan firewall berlapis.

• ID Billing dan NTPN yang diperoleh dari OnlinePajak sah.

• Akurat karena meminimalisir kesalahan saat melakukan input data manual.

• Buat banyak ID billing secara instan.

• BPN/NTPN tersimpan secara digital dalam waktu lama.

• Bisa tambah saldo tanpa batas dengan beragam metode transfer.

• Hemat waktu dan bebas biaya.

(35)

Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan

Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu Mengajukan Diri

• Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda harus lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak. Selanjutnya, Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib pajak yang dikenai PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

• Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%. (#)

Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu Mengajukan Diri

• Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda harus lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak. Selanjutnya, Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib pajak yang dikenai PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

• Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%. (#)

(36)

WP OP dengan peredaran usaha tertentu WP OP dengan peredaran usaha tertentu

Pasal 7(2a) UU HPP Pasal 7(2a) UU HPP

tidak dikenai Pajak Penghasilan atas bagian tidak dikenai Pajak Penghasilan atas bagian

peredaran bruto sampai dengan peredaran bruto sampai dengan

Rp500.000.000,00 dalam 1 tahun Pajak.

Rp500.000.000,00 dalam 1 tahun Pajak.

batasan peredaran bruto tidak dikenai Pajak batasan peredaran bruto tidak dikenai Pajak

Penghasilan sebagaimana dimaksud, Penghasilan sebagaimana dimaksud, ditetapkan dengan Peraturan Menteri ditetapkan dengan Peraturan Menteri

Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Keuangan setelah dikonsultasikan dengan

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia.

Indonesia.

(37)

Bukan Objek Pajak Bukan Objek Pajak

Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat Harta hibahan yg diterima oleh

Harta hibahan yg diterima oleh

– Keluarga sedarah dlm grs keturunan lurus 1 derajat Keluarga sedarah dlm grs keturunan lurus 1 derajat – Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan

Sepanjang tdk ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan / Sepanjang tdk ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan /

penguasaan), sesuai pasal 6 ayat 2 dan ayat 3, pasal 7 penguasaan), sesuai pasal 6 ayat 2 dan ayat 3, pasal 7 ayat 1, 2 dan 3 PP No 55 tahun 2022)

ayat 1, 2 dan 3 PP No 55 tahun 2022) Warisan

Warisan

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib pajak

jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah (pasal 4(3) d UU HPP)

atau pemerintah (pasal 4(3) d UU HPP)

Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa

asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa

(38)

Bukan Objek Pajak Bukan Objek Pajak

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer,

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi yang modalnya tidak terbagi atas saham-

saham.

dividen yang berasal dari dalam negeri atau dividen yang berasal dari dalam negeri atau

dividen yang berasal dari luar negeri dengan dividen yang berasal dari luar negeri dengan

syarat sesuai pasal 9 (2) PP 55/2022

syarat sesuai pasal 9 (2) PP 55/2022

(39)

Norma Norma Penghitungan Penghitungan

Penghasilan Penghasilan

Netto

Netto

(40)

Pencatatan atau Pembukuan ? Pencatatan atau Pembukuan ?

 Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto di bawah Rp.

pekerjaan bebas dengan peredaran bruto di bawah Rp.

4.800.000.000,00 dalam 1 (satu) tahun wajib 4.800.000.000,00 dalam 1 (satu) tahun wajib

menyelenggarakan pencatatan, kecuali WP yang menyelenggarakan pencatatan, kecuali WP yang

bersangkutan memilih menyelenggarakan pembukuan bersangkutan memilih menyelenggarakan pembukuan

 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memilih untuk Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memilih untuk menyelenggarakan pembukuan, menghitung

menyelenggarakan pembukuan, menghitung

penghasilan neto usaha atau pekerjaan bebasnya penghasilan neto usaha atau pekerjaan bebasnya

dengan menggunakan Norma Penghitungan dengan menggunakan Norma Penghitungan

Penghasilan Neto.

Penghasilan Neto.

(41)

HANYA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SYARAT

* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00

* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pa- jak Ybs. Apabila tidak memberitahukan, di- anggap memilih Pembukuan

* Wajib menyelenggarakan Pencatatan

Norma Penghitungan Penghasilan Neto

PENGGUNAAN

NORMA PENGHITUNGAN

Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)

(42)

WAJIB PAJAK

DIHITUNG

PENGHASILAN NETO

MENGGUNAKAN NPPN ATAU

CARA LAIN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU

WAJIB PEMBUKUAN TAPI TDK BERSEDIA MEMPERLIHATKAN

PEMBUKUAN /PENCATATAN

DIANGGAP

MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN , TAPI TIDAK ATAU TIDAK SEPENUHNYA MELAKSANAKAN PEMBUKUAN

INGIN MENGGUNAKAN NPPN, TETAPI TIDAK

MELAKSANAKAN PENCATATAN

PENGGUNAAN

NORMA PENGHITUNGAN

Pasal 14 ayat (5)

(43)

Pencatatan Pencatatan

Pencatatan harus dapat menggambarkan Pencatatan harus dapat menggambarkan

jumlah peredaran atau penerimaan bruto jumlah peredaran atau penerimaan bruto dan atau jumlah penghasilan bruto, serta dan atau jumlah penghasilan bruto, serta

penghasilan yang bukan obyek pajak atau penghasilan yang bukan obyek pajak atau

penghasilan yang dikenakan PPh Final, penghasilan yang dikenakan PPh Final, sehingga dapat dihitung besarnya pajak sehingga dapat dihitung besarnya pajak

yang terutang

yang terutang

(44)

Ilustrasi Norma Ilustrasi Norma

Dr. Naek Ang Khot berstatus kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak,

Dr. Naek Ang Khot berstatus kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak, bertempat bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.

tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.

- Peredaran Usaha dari Industri Rotan (setahun) di Cirebon=- Peredaran Usaha dari Industri Rotan (setahun) di Cirebon=Rp. 200.000.000,00Rp. 200.000.000,00 - Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) di Jakarta = Rp. 72.000.000,00 - Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) di Jakarta = Rp. 72.000.000,00

Penghasilan neto dihitung sebagai berikut :  Penghasilan neto dihitung sebagai berikut : 

-Dari industri rotan : -Dari industri rotan : 12,5% X Rp. 200.000.000,00 12,5% X Rp. 200.000.000,00 =Rp. 25.000.000,00=Rp. 25.000.000,00 -Sebagai dokter :

-Sebagai dokter : 45% X Rp. 72.000.000,00 45% X Rp. 72.000.000,00 =Rp. 32.400.000,00=Rp. 32.400.000,00 Jumlah penghasilan Neto

Jumlah penghasilan Neto Rp. 57.400.000,00Rp. 57.400.000,00 Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikurangi PTKP

Rp. 57.400.000,00 - Rp. 21.120.000,00 = Rp. 46.280.000 Rp. 57.400.000,00 - Rp. 21.120.000,00 = Rp. 46.280.000 Pajak penghasilan yang terutang :

Pajak penghasilan yang terutang :

5% X Rp.46.280.000 = Rp. 2.314.000 5% X Rp.46.280.000 = Rp. 2.314.000 Catatan :

Catatan :

a. Angka 12,5% untuk industri rotan, (kode 33100) a. Angka 12,5% untuk industri rotan, (kode 33100)

b. Angka 45% sebagai dokter, (kode 93213) b. Angka 45% sebagai dokter, (kode 93213)

c. Istri tidak punya penghasilan.

c. Istri tidak punya penghasilan.

(45)

Perbandingan Perbandingan

Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan) Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan)

• Sederhana dalam penghitungan Sederhana dalam penghitungan

• Sederhana dalam pengadministrasian catatan Sederhana dalam pengadministrasian catatan

• Tidak perlu menguasai akuntansi Tidak perlu menguasai akuntansi

Kerugian : Kerugian :

• Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi

• Mempunyai resiko tarif norma lebih tinggi daripada Mempunyai resiko tarif norma lebih tinggi daripada penghitungan normal

penghitungan normal

(46)

Tarif Norma Tarif Norma

Norma Penghitungan Penghasilan Neto Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai dikelompokkan menurut wilayah sebagai

berikut : berikut :

10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,

Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan

Pontianak;

Pontianak;

ibukota propinsi lainnya;

ibukota propinsi lainnya;

daerah lainnya.

daerah lainnya.

KepDirjenPajak No.536/PJ/2018 jo Per-17/PJ/2015

KepDirjenPajak No.536/PJ/2018 jo Per-17/PJ/2015

(47)

Pembukuan Pembukuan

Suatu proses pencatatan yang Suatu proses pencatatan yang

dilakukan secara teratur dilakukan secara teratur

Untuk mengumpulkan data dan Untuk mengumpulkan data dan

informasi keuangan yang informasi keuangan yang

meliputi harta, kewajiban, modal, meliputi harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya, serta penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan jumlah harga perolehan dan

penyerahan barang atau jasa, penyerahan barang atau jasa,

Yang ditutup dengan menyusun Yang ditutup dengan menyusun

laporan keuangan berupa laporan keuangan berupa

neraca dan laporan laba rugi neraca dan laporan laba rugi

pada setiap tahun pajak pada setiap tahun pajak

berakhir.

berakhir.

(48)

Pembukuan Pembukuan

Pembukuan atau pencatatan Pembukuan atau pencatatan

harus diselenggarakan di harus diselenggarakan di

Indonesia dengan Indonesia dengan

menggunakan huruf Latin, menggunakan huruf Latin,

angka Arab, satuan mata angka Arab, satuan mata

uang Rupiah, dan disusun uang Rupiah, dan disusun

dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa Indonesia atau

dalam bahasa asing yang dalam bahasa asing yang

diizinkan oleh Menteri diizinkan oleh Menteri

Keuangan.

Keuangan.

Pembukuan diselenggarakan Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan prinsip taat asas dan

dengan stelsel akrual atau dengan stelsel akrual atau

stelsel kas.

stelsel kas.

(49)

pembukuan pembukuan

Pembukuan kurangnya terdiri dari catatan mengenai Pembukuan kurangnya terdiri dari catatan mengenai

harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta

penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung

besarnya pajak yg terutang.

besarnya pajak yg terutang.

Catatan tersebut di atas terdiri data yang dikumpulkan Catatan tersebut di atas terdiri data yang dikumpulkan

secara teratur tentang ; peredaran atau penerimaan secara teratur tentang ; peredaran atau penerimaan

bruto, dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk bruto, dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk

menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk

penghasilan yang bukan obyek pajak dan penghasilan penghasilan yang bukan obyek pajak dan penghasilan

yang dikenakan pajak yang bersifat final.

yang dikenakan pajak yang bersifat final.

Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama 5 Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama 5

tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di

tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

(50)

Biaya dapat dikurangkan Biaya dapat dikurangkan

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan, yaitu biaya-biaya yang memelihara penghasilan, yaitu biaya-biaya yang

berhubungan langsung dengan kegiatan usaha berhubungan langsung dengan kegiatan usaha

yang penghasilannya merupakan objek pajak yang penghasilannya merupakan objek pajak

Penyusutan atas pengeluaran untuk Penyusutan atas pengeluaran untuk

memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas

pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas

biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang disusutkan 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang disusutkan

atau diamortisasi tersebut digunakan untuk atau diamortisasi tersebut digunakan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan (objek pajak).

penghasilan (objek pajak).

(51)

Biaya dapat dikurangkan - cont’d Biaya dapat dikurangkan - cont’d

Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh Menteri Keuangan telah disahkan oleh Menteri Keuangan

Kerugian karena penjualan atau pengalihan Kerugian karena penjualan atau pengalihan

harta yang dimiliki untuk mendapatkan, harta yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan menagih, dan memelihara penghasilan

Kerugian dari selisih kurs mata uang asing Kerugian dari selisih kurs mata uang asing

Biaya penelitian dan pengembangan Biaya penelitian dan pengembangan

perusahaan yang dilakukan di Indonesia

perusahaan yang dilakukan di Indonesia

(52)

Biaya dapat dikurangkan - end Biaya dapat dikurangkan - end

Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan dengan Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan dengan

memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan Penggantian atau imbalan sehubungan dengan

pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan

kenikmatan kenikmatan

Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih

Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu (maksimum Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu (maksimum

5 tahun).

5 tahun).

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), khusus bagi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), khusus bagi

Wajib Pajak Orang Pribadi

Wajib Pajak Orang Pribadi

(53)

Yang dimaksud dengan Kompensasi Yang dimaksud dengan Kompensasi

Rugi adalah:

Rugi adalah:

KERUGIAN FISKAL SUATU TAHUN PAJAK DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN

PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK

BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN

Kecuali Penanaman Modal pada

Bidang Usaha / Daerah Tertentu paling lama 10 tahun

KOMPENSASI RUGI

KOMPENSASI RUGI

(54)

Contoh Kompensasi Rugi:

Contoh Kompensasi Rugi:

Dalam tahun 2018 Tn. Andi menderita Rugi Fiskal sebesar Rp 1,2 Milyar. Dalam 5 tahun berikutnya laba (rugi) fiskal Tn.

Andi sbb :

2019 : Rp 200.000.000 2022 : Rp 100.000.000

2020 : (Rp 300.000.000) 2023 : Rp 800.000.000 2021 : N I H I L 2024 : Rp 500.000.000

Kompensasi kerugian dilakukan sbb :

Rugi fiskal Thn 2018 (Rp 1.200.000.000,00) Laba fiskal Thn 2019 Rp 200.000.000,00(+)

Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 1.000.000.000,00) Rugi fiskal Thn 2020 (Rp 300.000.000,00)

Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 1.000.000.000,00) Laba fiskal Thn 2021 N I H I L (+)

Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 1.000.000.000,00) Laba fiskal Thn 2022 Rp 100.000.000,00(+)

Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 900.000.000,00) Laba fiskal Thn 2023 Rp 800.000.000,00

Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 100.000.000,00)

Rugi fiskal Thn 2020 (Rp 300.000.000,00)

Laba fiskal Thn 2024 Rp 500.000.000,00 (+)

Laba Kena Pajak Thn 2024 Rp 200.000.000,00

TIDAK BISA DIKOMPENSASIKAN DENGAN LABA FISKAL THN 2024

(55)

Biaya Tidak Dapat Dikurangkan Biaya Tidak Dapat Dikurangkan

Pembagian laba dengan nama dan dalam Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk bentuk apapun, seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dividen yang dibayarkan oleh perusahaan

asuransi kepada pemegang polis dan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

pembagian sisa hasil usaha koperasi.

Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,

atau anggota atau anggota

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan

Pembentukan atau pemupukan dana cadangan

(56)

Tidak Dapat Dikurangkan – cont’d Tidak Dapat Dikurangkan – cont’d

Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja

dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan

bagi wajib pajak orang pribadi yang bagi wajib pajak orang pribadi yang

bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21).

bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21).

(57)

Tidak Dapat Dikurangkan –cont’d Tidak Dapat Dikurangkan –cont’d

Jumlah yang melebihi kewajaran yang Jumlah yang melebihi kewajaran yang

dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak

yang memiliki hubungan istimewa sebagai yang memiliki hubungan istimewa sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang

dilakukan dilakukan

Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan,

dan warisan, kecuali zakat atas penghasilan dan warisan, kecuali zakat atas penghasilan

atau sumbangan wajib keagamaan, dan atau sumbangan wajib keagamaan, dan

sumbangan tertentu lainnya:

sumbangan tertentu lainnya:

– Bencana nasional Bencana nasional - pendidikan/litbang DN - pendidikan/litbang DN

– Pembinaan olahraga Pembinaan olahraga - infrastruktur sosial - infrastruktur sosial

(58)

Tidak Dapat Dikurangkan – cont’d Tidak Dapat Dikurangkan – cont’d

Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan

Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk

kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang

menjadi tanggungannya menjadi tanggungannya

Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan

kenaikan serta sanksi pidana berupa denda kenaikan serta sanksi pidana berupa denda

yang berkenaan dengan pelaksanaan yang berkenaan dengan pelaksanaan

perundang-undangan di bidang perpajakan

perundang-undangan di bidang perpajakan

(59)

Penggabungan penghasilan istri Penggabungan penghasilan istri

pasal 8 UU PPh pasal 8 UU PPh

Seluruh penghasilan / kerugian wanita Seluruh penghasilan / kerugian wanita

kawin dianggap penghasilan / kerugian kawin dianggap penghasilan / kerugian

suaminya suaminya

Kecuali penghasilan tersebut semata- Kecuali penghasilan tersebut semata- mata dari satu pemberi kerja yg telah mata dari satu pemberi kerja yg telah

dipotong PPh 21 dan pekerjaan tsb tdk dipotong PPh 21 dan pekerjaan tsb tdk

ada hubungan dg usaha/pek bebas ada hubungan dg usaha/pek bebas

suami/anggota keluarga lainnya

suami/anggota keluarga lainnya

(60)

Penghasilan istri Penghasilan istri

Bekerja pada satu pemberi kerja

 Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja

 Melakukan usaha

 Melakukan pekerjaan bebas

 Penghasilan istri tidak digabung

 Status K/...

 PPh 21 atas

penghasilan istri bersifat final (tidak dapat dikreditkan)

 Penghasilan istri digabung

 Status K/I/...

 PPh 21/22/23 atas

penghasilan istri dapat

dikreditkan

(61)

Penghasilan suami-istri Penghasilan suami-istri

dikenakan pajak secara terpisah dikenakan pajak secara terpisah

Suami istri hidup bersama tetapi mengadakan perjanjian

pisah harta (PH) atau isteri memilih menunaikan kewajiban pajak sendiri tapi

tidak pisah harta

Suami istri telah hidup berpisah (HB)

Penghasilan suami- istri digabung

PPh dikenakan pada masing-masing suami- istri sebesar

perbandingan

penghasilan neto mereka

Penghitungan

Penghasilan Kena Pajak

dan pengenaan pajaknya

dilakukan sendiri-sendiri

(62)

Tarif PPh Orang Pribadi Tarif PPh Orang Pribadi

Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak Tarif Tarif

 Sampai dengan Rp 60 Juta Sampai dengan Rp 60 Juta 5% 5%

 > Rp 60 Juta s.d. Rp 250 Juta > Rp 60 Juta s.d. Rp 250 Juta 15% 15%

 > Rp 250 Juta s.d. Rp 500 Juta > Rp 250 Juta s.d. Rp 500 Juta 25% 25%

 > Rp 500 Juta s.d. Rp5 Milyar > Rp 500 Juta s.d. Rp5 Milyar 30% 30%

 > Rp 5 Milyar > Rp 5 Milyar 35% 35%

   

(63)

Kredit Pajak Kredit Pajak

PPh yg dipotong / dipungut pihak lain di PPh yg dipotong / dipungut pihak lain di

DN, meliputi PPh Pasal 21/22/23 DN, meliputi PPh Pasal 21/22/23

PPh dibayar di LN (kredit PPh pasal 24) PPh dibayar di LN (kredit PPh pasal 24)

PPh yang dibayar sendiri PPh pasal 25

PPh yang dibayar sendiri PPh pasal 25

(64)

Pengkreditan PPh yg dibayar di Pengkreditan PPh yg dibayar di

luar negeri luar negeri

PPh dibayar di LN boleh dikreditkan dg PPh dibayar di LN boleh dikreditkan dg

PPh di Indonesia PPh di Indonesia

Pengkreditan PPh Pasal 24 dilakukan di Pengkreditan PPh Pasal 24 dilakukan di

tahun pajak digabungkannya penghasilan tahun pajak digabungkannya penghasilan

tersebut tersebut

Kerugian di LN tidak boleh digabung

Kerugian di LN tidak boleh digabung

(65)

pengkreditan PPh yg dibayar di pengkreditan PPh yg dibayar di

luar negeri luar negeri

PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih kecil PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih kecil

antara : antara :

– Pajak yg sebenarnya dibayar di LN Pajak yg sebenarnya dibayar di LN Rumus :

Rumus :

– PPh terutang atas X PPh terutang atas X Penghasilan Netto LN Penghasilan Netto LN seluruh Penghasilan Penghasilan Kena Pajak seluruh Penghasilan Penghasilan Kena Pajak     (dihitung per-country basis) (dihitung per-country basis)

– Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan

(66)

Prinsip Penghitungan Angsuran Prinsip Penghitungan Angsuran

untuk Tahun Berjalan untuk Tahun Berjalan

Normal Normal

Terdapat Penghasilan Tidak Teratur Terdapat Penghasilan Tidak Teratur Terdapat Kompensasi Kerugian

Terdapat Kompensasi Kerugian

– Jumlah sisa kerugian Jumlah sisa kerugian habis dikompensasi dengan penghasilan habis dikompensasi dengan penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun Pajak yang neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun Pajak yang bersangkutan

bersangkutan merupakan Tahun Pajak terakhir merupakan Tahun Pajak terakhir untuk dapat untuk dapat melakukan kompensasi

melakukan kompensasi

– Jumlah sisa kerugian Jumlah sisa kerugian tidak habis dikompensasi dengan tidak habis dikompensasi dengan

penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun Pajak yang bersangkutan

Pajak yang bersangkutan tidak merupakan tidak merupakan Tahun Pajak Tahun Pajak terakhir untuk dapat melakukan kompensasi

terakhir untuk dapat melakukan kompensasi

(67)

12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

BESAR ANGSURAN

PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

DIKURANGI

PPh YANG DIPOTONG ATAU

DIPUNGUT : PPh PSL 21 PPh PSL 22 PPh PSL 23

PPh YANG TERUTANG ATAUDIBAYAR DI LUAR NEGERI

YANG BOLEH DIKREDITKAN

(PPh PSL 24)

DIBAGI

SAMA DENGAN PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

ANGSURAN PAJAK

DALAM TAHUN BERJALAN

(68)

Terdapat Penghasilan Tidak Teratur Terdapat Penghasilan Tidak Teratur

adalah keuntungan selisih kurs dari utang/piutang adalah keuntungan selisih kurs dari utang/piutang

dalam mata uang asing dan keuntungan dari dalam mata uang asing dan keuntungan dari

pengalihan harta (equital gain) sepanjang bukan pengalihan harta (equital gain) sepanjang bukan

merupakan penghasilan dari kegiatan usaha pokok merupakan penghasilan dari kegiatan usaha pokok

serta penghasilan lainnya yang bersifat insidentil serta penghasilan lainnya yang bersifat insidentil

..

(Keputusan Dirjen Pajak Nomor : Kep-537/PJ./2018 tanggal 29 Desember 2018) (Keputusan Dirjen Pajak Nomor : Kep-537/PJ./2018 tanggal 29 Desember 2018)

Penghasilan Tidak Teratur dan PPh yang telah Penghasilan Tidak Teratur dan PPh yang telah

dipotong/kredit pajak (jika ada) terkait penghasilan dipotong/kredit pajak (jika ada) terkait penghasilan

yang bersangkutan dikeluarkan dari perhitungan

yang bersangkutan dikeluarkan dari perhitungan

(69)

Terdapat Kompensasi Kerugian Terdapat Kompensasi Kerugian

Apabila jumlah sisa kerugian habis dikompensasi Apabila jumlah sisa kerugian habis dikompensasi

dengan penghasilan neto Tahun Pajak yang dengan penghasilan neto Tahun Pajak yang

bersangkutan

bersangkutan atau atau Tahun Pajak yang bersangkutan Tahun Pajak yang bersangkutan

merupakan Tahun Pajak terakhir untuk dapat melakukan merupakan Tahun Pajak terakhir untuk dapat melakukan

kompensasi kerugian, maka : kompensasi kerugian, maka :

angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya dihitung atas dasar penghasilan berikutnya dihitung atas dasar penghasilan

neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan

tanpa memperhitungkan kompensasi tanpa memperhitungkan kompensasi

kerugian.

kerugian.

(70)

Cont’d Cont’d

Apabila jumlah sisa kerugian tidak habis dikompensasi dengan Apabila jumlah sisa kerugian tidak habis dikompensasi dengan

penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun

Pajak yang bersangkutan tidak merupakan Tahun Pajak terakhir Pajak yang bersangkutan tidak merupakan Tahun Pajak terakhir

untuk dapat melakukan kompensasi, sehingga masih terdapat sisa untuk dapat melakukan kompensasi, sehingga masih terdapat sisa

kerugian yang dapat dikompensasi dengan penghasilan neto kerugian yang dapat dikompensasi dengan penghasilan neto

Tahun Pajak berikutnya, maka:

Tahun Pajak berikutnya, maka:

angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak

berikutnya dihitung atas dasar penghasilan neto berikutnya dihitung atas dasar penghasilan neto

Tahun Pajak yang bersangkutan dikurangi dengan Tahun Pajak yang bersangkutan dikurangi dengan

sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi

dengan penghasilan neto Tahun Pajak berikutnya.

dengan penghasilan neto Tahun Pajak berikutnya.

Apabila penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan lebih Apabila penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan lebih kecil dari sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi dengan kecil dari sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi dengan

penghasilan neto Tahun Pajak berikutnya, maka:

penghasilan neto Tahun Pajak berikutnya, maka:

angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya adalah NIHIL

adalah NIHIL . .

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Wajib Pajak Untuk Membayar Pajak Penghasilan (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Pada Wajib Pajak Orang Pribadi

Kontribusi dari penambahan jumlah wajib pajak orang pribadi baru hasil kegiatan ekstensifikasi pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi KPP Pratama Kepanjen yaitu

Kontribusi dari penambahan jumlah wajib pajak orang pribadi baru hasil kegiatan ekstensifikasi pada penerimaan pajak penghasilan orang pribadi KPP Pratama Kepanjen yaitu

Apabila penghasilan tersebut diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai penghasilan tersebut diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi ssebagai Subjek Pajak Dalam

1.5 Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan. bebas, bila sampai satu bulan memperoleh penghasilan

Apabila penghasilan tersebut diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi sebagai penghasilan tersebut diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi ssebagai Subjek Pajak Dalam

PAJAK PENGHASILAN 26 PPh 26 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan yang diperoleh oleh Wajib Pajak Luar Negeri Badan atau Orang Pribadi yang berasal dari dalam negeri.. Objek PPh