PAJAK
PENGHASILAN ORANG
PRIBADI
(expatriate) Brevet C
Subjek Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Orang Pribadi
Subjek PPh OP dlm Negeri Subjek PPh OP dlm Negeri
Warisan yang belum terbagi sbg satu Warisan yang belum terbagi sbg satu
kesatuan menggantikan yg berhak kesatuan menggantikan yg berhak
Subjek PPh OP Luar Negeri Subjek PPh OP Luar Negeri
Bentuk Usaha Tetap (BUT) OP
Bentuk Usaha Tetap (BUT) OP
Subjek PPh OP DN Subjek PPh OP DN
Orang Pribadi yg Orang Pribadi yg
bertempat tinggal di bertempat tinggal di
Indonesia Indonesia
berada di Indonesia berada di Indonesia
lebih dari 183 hari lebih dari 183 hari
dlm jangka waktu 12 dlm jangka waktu 12
bulan bulan
berada di Indonesia berada di Indonesia
& mempunyai niat
& mempunyai niat untuk bertempat untuk bertempat
tinggal di Indonesia.
tinggal di Indonesia.
Subjek Pajak OP LN Subjek Pajak OP LN
Orang Pribadi yg Orang Pribadi yg
tidak bertempat tidak bertempat
tinggal di Indonesia tinggal di Indonesia
berada di Indonesia berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 tidak lebih dari 183
hari dalam jangka hari dalam jangka
waktu 12 bulan ;
waktu 12 bulan ;
Bentuk Usaha Tetap Orang Pribadi Bentuk Usaha Tetap Orang Pribadi
Bentuk Usaha yang dipergunakan oleh:
Bentuk Usaha yang dipergunakan oleh:
Orang Pribadi yang tidak bertempat Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan jangka waktu 12 bulan
Untuk menjalankan usaha atau melakukan Untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan (pekerjaan bebas) di Indonesia
kegiatan (pekerjaan bebas) di Indonesia
Tipe BUT Tipe BUT
BUT Fasilitas Fisik:
BUT Fasilitas Fisik:
Tempat kedudukan manajemen Tempat kedudukan manajemen
Cabang perusahaan Cabang perusahaan
Kantor perwakilan Kantor perwakilan
Gedung kantor Gedung kantor
Pabrik Pabrik
Bengkel Bengkel
Pertambangan dan penggalian sumber Pertambangan dan penggalian sumber alam serta wilayah kerja pengeborannya alam serta wilayah kerja pengeborannya
Perikanan, peternakan, pertanian, Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan dan kehutanan
perkebunan dan kehutanan
Tipe BUT – cont’
Tipe BUT – cont’
BUT Aktifitas BUT Aktifitas
Aktifitas pengerjaan proyek kostruksi, instalasi Aktifitas pengerjaan proyek kostruksi, instalasi atau perakitan yang terdapat di Indonesia
atau perakitan yang terdapat di Indonesia
Aktifitas Jasa: pemberian jasa dalam bentuk Aktifitas Jasa: pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, apapun oleh pegawai atau oleh orang lain,
sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam
jangka waktu 12 bulan jangka waktu 12 bulan
Aktifitas Keagenan: Dependent Agent Aktifitas Keagenan: Dependent Agent
Aktifitas Asuransi: agen atau pegawai Aktifitas Asuransi: agen atau pegawai
perusahaan asuransi LN yang menerima premi perusahaan asuransi LN yang menerima premi
atau menanggung resiko di Indonesia
atau menanggung resiko di Indonesia
Perbedaan Perbedaan
SPOP DN
SPOP DN SPOP LN SPOP LN BUT OP BUT OP
Dikenakan pajak Dikenakan pajak atas penghasilan di atas penghasilan di RI atau di luar RI RI atau di luar RI (world wide income) (world wide income)
Dikenakan pjk atas Dikenakan pjk atas penghasilan yang penghasilan yang bersumber di RI bersumber di RI
Dikenakan pajak Dikenakan pajak atas Penghasilan di atas Penghasilan di RI dan Penghasilan RI dan Penghasilan Pusat yg
Pusat yg
diatribusikan sbg diatribusikan sbg penghasilan BUT penghasilan BUT Penghitungan PPh
Penghitungan PPh dengan tarif umum dengan tarif umum (psl 17 OP) basis (psl 17 OP) basis netto
netto
Penghitungan PPh Penghitungan PPh dengan tarif sepadan dengan tarif sepadan (psl 26) basis brutto (psl 26) basis brutto
Penghitungan PPh Penghitungan PPh dengan tarif umum dengan tarif umum (psl 17 Badan) basis (psl 17 Badan) basis netto
netto Wajib SPT
Wajib SPT Tidak Wajib SPT Tidak Wajib SPT Wajib SPT Wajib SPT
Masalah Int’l Double Taxation Masalah Int’l Double Taxation
Konflik Asas Domisili dengan Asas Konflik Asas Domisili dengan Asas
Sumber.
Sumber. Negara domisili mengenakan pajak atas Negara domisili mengenakan pajak atas seluruh penghasilan yang diperoleh penduduknya, seluruh penghasilan yang diperoleh penduduknya,
sedangkan negara sumber mengenakan pajak atas sedangkan negara sumber mengenakan pajak atas
penghasilan yang berasal dari negara tersebut penghasilan yang berasal dari negara tersebut
Perbedaan definisi “Penduduk” (resident Perbedaan definisi “Penduduk” (resident
tax payer),
tax payer), mis: Expat Amerika menjadi WPDN di mis: Expat Amerika menjadi WPDN di Indonesia
Indonesia
Perbedaan definisi sumber penghasilan, Perbedaan definisi sumber penghasilan,
mis: Pemotongan PPh 26 20% atas jasa yang dilakukan mis: Pemotongan PPh 26 20% atas jasa yang dilakukan
di luar negeri
di luar negeri
Metode Penghindaran Metode Penghindaran
Credit Method, Credit Method,
– Full Credit Full Credit – Limitation Limitation
Per country Per country
overall overall
Indonesia menerapkan per country limitation Indonesia menerapkan per country limitation
Exemption Method Exemption Method
Penghasilan yang diperoleh di luar negeri Penghasilan yang diperoleh di luar negeri (negara sumber) tidak lagi dikenai pajak di (negara sumber) tidak lagi dikenai pajak di
negara domisili
negara domisili
Subyek Pajak vs Wajib Pajak Subyek Pajak vs Wajib Pajak
Subyek Pajak telah memenuhi syarat Subyek Pajak telah memenuhi syarat
subyektif untuk melakukan kewajiban subyektif untuk melakukan kewajiban
perpajakan perpajakan
Wajib Pajak: telah memenuhi syarat Wajib Pajak: telah memenuhi syarat
subyektif dan obyektif untuk subyektif dan obyektif untuk
melakukan kewajiban perpajakan
melakukan kewajiban perpajakan
Pendaftaran NPWP Pendaftaran NPWP
Kep-161/PJ.2019 jo Per-160/2007 jo Per-44/2008 jo Per-20/2013 jo Per-04/2020 Kep-161/PJ.2019 jo Per-160/2007 jo Per-44/2008 jo Per-20/2013 jo Per-04/2020
WP OP tidak menjalankan usaha/pekerjaan bebas
WP OP menjalankan
usaha/pekerjaan bebas WP Badan
Bila penghasilan jumlahnya melebihi
PTKP
Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat akhir bulan berikutnya
Wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lama 1 bulan setelah saat usaha
mulai dijalankan
PTKP mulai 1 Jan 2016 PTKP mulai 1 Jan 2016
a. Rp 54.000.000 Untuk wajib pajak orang pribadi yang a. Rp 54.000.000 Untuk wajib pajak orang pribadi yang
bersangkutan.
bersangkutan.
b. Rp 4.500.000 Tambahan untuk wajib pajak yang b. Rp 4.500.000 Tambahan untuk wajib pajak yang
kawin kawin
c. Rp 54.000.000 Tambahan untuk seorang istri yang c. Rp 54.000.000 Tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami.
suami.
d. Rp 4.500.000 Tambahan untuk setiap anggota d. Rp 4.500.000 Tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang
untuk setiap keluarga.
untuk setiap keluarga.
Status PTKP Status PTKP
TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan
anggota keluarga;
anggota keluarga;
K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan
anggota keluarga;
anggota keluarga;
K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, penghasilannya digabung dengan penghasilan suami,
ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;
ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga;
PH Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan PH Wajib Pajak kawin yang secara tertulis melakukan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
HB/...Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah HB/...Wajib Pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah
banyaknya tanggungan anggota keluarga.
banyaknya tanggungan anggota keluarga.
MT/… Wajib Pajak(Suami-Istri) yang memutuskan untuk MT/… Wajib Pajak(Suami-Istri) yang memutuskan untuk
menghitung masing-masing kewajiban pajaknya
menghitung masing-masing kewajiban pajaknya
Bukan Subjek Pajak OP Bukan Subjek Pajak OP
Pejabat perwakilan diplomatik, Pejabat perwakilan diplomatik,
konsulat, atau pejabat-pejabat lain dari konsulat, atau pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka
bersama mereka DGN SYARAT
BUKAN WNI DAN DI INDONESIA TDK MENERIMA ATAU MEMPEROLEH PENGHASILAN LAIN DI LUAR
JABATAN ATAU PEKERJAANNYA TSB SERTA NEGARA YBS
MEMBERIKAN PERLAKUAN TIMBAL BALIK
Pejabat Perwakilan Organisasi Pejabat Perwakilan Organisasi Internasional yang ditetapkan oleh Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Menteri Keuangan DGN SYARAT BUKAN WNI DAN TDK
MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN/
PEKERJAAN LAIN UTK
MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI
INDONESIA
Penghasilan Penghasilan
Setiap tambahan Setiap tambahan
kemampuan ekonomis kemampuan ekonomis
yang diterima atau yang diterima atau
diperoleh wajib pajak diperoleh wajib pajak
Baik berasal dari Indonesia Baik berasal dari Indonesia
maupun dari luar maupun dari luar
Indonesia Indonesia
Yang dapat dipakai untuk Yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau menambah konsumsi atau menambah
kekayaan wajib pajak kekayaan wajib pajak
Dengan nama dan dalam Dengan nama dan dalam
bentuk apapun
bentuk apapun
Pengelompokan Penghasilan Pengelompokan Penghasilan
Penghasilan Dalam Negeri Penghasilan Dalam Negeri
– Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan
pekerjaan bebas, seperti ; gaji, honorarium, penghasilan dari pekerjaan bebas, seperti ; gaji, honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris, aktuaris, pengacara, dsb.
praktek dokter, notaris, aktuaris, pengacara, dsb.
– Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan merupakan penghasilan yang menjadi objek Pajak kenikmatan merupakan penghasilan yang menjadi objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPh
huruf a UU PPh
– Penghasilan dari usaha dan kegiatan. Penghasilan dari usaha dan kegiatan.
– Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak seperti ; bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan tak gerak seperti ; bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang dipergunakan untuk usaha, dsb.
penjualan harta atau hak yang dipergunakan untuk usaha, dsb.
– Penghasilan lain-lain, seperti ; pembebasan utang, hadiah, dan Penghasilan lain-lain, seperti ; pembebasan utang, hadiah, dan sebagainya.
sebagainya.
Penghasilan dari Luar Negeri
Penghasilan dari Luar Negeri
Jenis Objek Pajak Jenis Objek Pajak
Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji,
upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya
termasuk natura dan/atau kenikmatan termasuk natura dan/atau kenikmatan
Laba usaha Laba usaha
Keuntungan penjualan harta (capital gain):
Keuntungan penjualan harta (capital gain):
Penerimaan kembali pajak yang semula telah Penerimaan kembali pajak yang semula telah
dibebankan sebagai biaya dibebankan sebagai biaya
Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan
karena pengembalian utang.
karena pengembalian utang.
Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun
Royalti,
Royalti,
Jenis Objek Pajak – cont’d Jenis Objek Pajak – cont’d
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta penggunaan harta
Penerimaan atau perolehan pembayaran secara Penerimaan atau perolehan pembayaran secara
berkala, misalnya alimentasi atau tunjangan seumur berkala, misalnya alimentasi atau tunjangan seumur
hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam
jangka waktu tertentu.
jangka waktu tertentu.
Keuntungan karena pembebasan utang : Keuntungan karena pembebasan utang :
Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing : Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing :
Premi asuransi yang diterima atau diperoleh Premi asuransi yang diterima atau diperoleh
perusahaan asuransi dari para peserta asuransi perusahaan asuransi dari para peserta asuransi
(pemegang polis).
(pemegang polis).
Jenis Objek Pajak - end Jenis Objek Pajak - end
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
Tambahan kekayaan netto yang berasal dari Tambahan kekayaan netto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak
penghasilan yang belum dikenakan pajak
Dari segi cara pengenaan Dari segi cara pengenaan
pajak atas penghasilan pajak atas penghasilan
Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan yang merupakan Objek Pajak
yang dipotong PPh
yang dipotong PPh Final Final (Pasal 4 ayat (2)). (Pasal 4 ayat (2)).
Penghasilan yang
Penghasilan yang bukan bukan merupakan merupakan Objek Objek Pajak
Pajak (Pasal 4 ayat (3)) (Pasal 4 ayat (3))
Penghasilan yang merupakan Objek Pajak
Penghasilan yang merupakan Objek Pajak
PPh PPh tidak bersifat Final tidak bersifat Final (Pasal 4 ayat (1)) (Pasal 4 ayat (1))
Permasalahan Gaji Ekspatriate Permasalahan Gaji Ekspatriate
Employee Issue Employee Issue
Kewajaran Kewajaran
Metode Metode
Pembayaran dan Pembayaran dan
pembebanan
pembebanan
Pedoman Standar Gaji Karyawan Asing Pedoman Standar Gaji Karyawan Asing
KEP-173/PJ/2020 KEP-173/PJ/2020
digunakan dalam hal : digunakan dalam hal :
terdapat petunjuk bahwa pembukuan Wajib terdapat petunjuk bahwa pembukuan Wajib
Pajak tidak benar sehingga tidak dapat dihitung Pajak tidak benar sehingga tidak dapat dihitung
besarnya pajak yang seharusnya terutang;
besarnya pajak yang seharusnya terutang;
diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa diperoleh bukti yang menunjukkan bahwa
terdapat pembayaran gaji karyawan asing yang terdapat pembayaran gaji karyawan asing yang
tidak seluruhnya dibukukan untuk pelunasan tidak seluruhnya dibukukan untuk pelunasan
PPh Pasal 21 atau Pasal 26;
PPh Pasal 21 atau Pasal 26;
Pemeriksaan tidak mendapatkan data yang Pemeriksaan tidak mendapatkan data yang
dapat digunakan untuk menentukan jumlah gaji dapat digunakan untuk menentukan jumlah gaji
karyawan asing dalam rangka penetapan jumlah karyawan asing dalam rangka penetapan jumlah
PPh Pasal 21 atau Pasal 26 yang terutang.
PPh Pasal 21 atau Pasal 26 yang terutang.
Penggunaan pedoman harus Penggunaan pedoman harus
memperhitungkan : memperhitungkan :
Kebangsaan dari karyawan asing yang Kebangsaan dari karyawan asing yang
bersangkutan;
bersangkutan;
Jenis usaha dari perusahaan tempat Jenis usaha dari perusahaan tempat
karyawan asing memperoleh penghasilan karyawan asing memperoleh penghasilan
(pemberi kerja);
(pemberi kerja);
Kedudukan atau jabatan karyawan asing Kedudukan atau jabatan karyawan asing
dalam perusahaan tempat yang dalam perusahaan tempat yang
bersangkutan bekerja.
bersangkutan bekerja.
Kriteria Keahlian Tertentu serta Pengenaan Kriteria Keahlian Tertentu serta Pengenaan
Pajak Penghasilan bagi WNA Pajak Penghasilan bagi WNA
PP 55 tahun 2022 PP 55 tahun 2022
warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri dikenai Pajak warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia dengan ketentuan
Indonesia dengan ketentuan
1. memiliki keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 1. memiliki keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh warga negara undangan (termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh warga negara asing sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan di Indonesia dengan asing sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan di Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan di luar Indonesia) dan
nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan di luar Indonesia) dan
2. berlaku selama 4 Tahun Pajak yang dihitung sejak menjadi subjek pajak dalam 2. berlaku selama 4 Tahun Pajak yang dihitung sejak menjadi subjek pajak dalam
negeri negeri
** tidak berlaku terhadap warga negara asing yang memanfaatkan persetujuan
** tidak berlaku terhadap warga negara asing yang memanfaatkan persetujuan penghindaran pajak berganda antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah penghindaran pajak berganda antara Pemerintah Indonesia dan pemerintah negara mitra atau yurisdiksi mitra persetujuan penghindaran pajak berganda negara mitra atau yurisdiksi mitra persetujuan penghindaran pajak berganda tempat warga negara asing memperoleh penghasilan dari luar Indonesia tempat warga negara asing memperoleh penghasilan dari luar Indonesia
Persyaratan tenaga kerja asing yang menduduki Persyaratan tenaga kerja asing yang menduduki
pos jabatan tertentu dan peneliti asing pos jabatan tertentu dan peneliti asing
a. a. penggunaan tenaga kerja asing yang dapat penggunaan tenaga kerja asing yang dapat menduduki pos jabatan tertentu yang ditetapkan oleh menduduki pos jabatan tertentu yang ditetapkan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan; atau
bidang ketenagakerjaan; atau
b. b. peneliti asing yang ditetapkan oleh kepala lembaga peneliti asing yang ditetapkan oleh kepala lembaga yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang yang menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan
serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan
ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan yang terintegrasi.
yang terintegrasi.
Aturan PPh Final Aturan PPh Final
Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan, Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan,
penghasilan yg dikenakan PPh Final tdk penghasilan yg dikenakan PPh Final tdk
digabung dengan penghasilan lain (non final) digabung dengan penghasilan lain (non final)
PPh final yang dibayar/dipotong tdk dapat PPh final yang dibayar/dipotong tdk dapat
dikreditkan dikreditkan
Biaya utk menghasilkan, menagih dan Biaya utk menghasilkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang PPh-nya final tdk memelihara penghasilan yang PPh-nya final tdk
dapat dikurangkan
dapat dikurangkan
Peraturan Pemerintah 23 Tahun 2018 – Pajak UKM Final
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu menggantikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013.
• Peredaran bruto tertentu adalah Penghasilan dari USAHA yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah pajak Final
• Efektif berlaku mulai 1 Juli 2018
• Perbedaan ketentuan
• Pengenaan tarif pajak final berubah dari 1% menjadi 0,.5%
• Penyempurnaan ketenuan lain
• Pengenaan 0,5% final bersifat opsional
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2018, Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu menggantikan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013.
• Peredaran bruto tertentu adalah Penghasilan dari USAHA yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto (omzet) yang tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun Pajak. Peredaran bruto (omzet) merupakan jumlah peredaran bruto (omzet) semua gerai/counter/outlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya.
• Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah pajak Final
• Efektif berlaku mulai 1 Juli 2018
• Perbedaan ketentuan
• Pengenaan tarif pajak final berubah dari 1% menjadi 0,.5%
• Penyempurnaan ketenuan lain
• Pengenaan 0,5% final bersifat opsional
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Latar Belakang
• UKM mendominasi perekonomian
• Jumlah unit usaha 98.9% dari total unit usaha
• Tenaga kerja 96.99 total tenaga kerja
• Produk domestic bruto 60,3%
• Usaha mikro lebh resilience, tahan terhadap gejolak perekonomian dan cukup stabil.
• Kontribusi PPh UKM sebesar 2.2% dari total penerimaan PPh.
• Alasan perubahan
• Keberatan dari UKM karena pengenaan 1% terlalu besar. Tarif pajak final 1% mengasumsikan margin laba sebelum pajak sebesar 4%.
• Penyempurnaan pengaturan
• UKM mendominasi perekonomian
• Jumlah unit usaha 98.9% dari total unit usaha
• Tenaga kerja 96.99 total tenaga kerja
• Produk domestic bruto 60,3%
• Usaha mikro lebh resilience, tahan terhadap gejolak perekonomian dan cukup stabil.
• Kontribusi PPh UKM sebesar 2.2% dari total penerimaan PPh.
• Alasan perubahan
• Keberatan dari UKM karena pengenaan 1% terlalu besar. Tarif pajak final 1% mengasumsikan margin laba sebelum pajak sebesar 4%.
• Penyempurnaan pengaturan
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Pemerintah menetapkan tarif PPh Final menjadi 0,5%, bersifat opsional
• wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
• Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena:
• Bagi WP pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.
Sebab, perhitungan pajak menjadi sederhana yakni 0,5% dari peredaran bruto/omzet. Penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak meski dalam keadaan rugi.
• WP badan yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 17 UU No. 36.
Konsekuensinya, perhitungan tarif PPh akan mengacu pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari PPh bila mengalami kerugian fiskal.
• Pemerintah menetapkan tarif PPh Final menjadi 0,5%, bersifat opsional
• wajib pajak dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5%, atau menggunakan skema normal yang mengacu pada pasal 17 Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
• Sifat opsional ini memberi keuntungan bagi wajib pajak karena:
• Bagi WP pribadi dan badan yang belum dapat menyelenggarakan pembukuan dengan tertib, penerapan PPh Final 0,5% memberikan kemudahan bagi mereka untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.
Sebab, perhitungan pajak menjadi sederhana yakni 0,5% dari peredaran bruto/omzet. Penerapan PPh Final memiliki konsekuensi yakni WP tetap harus membayar pajak meski dalam keadaan rugi.
• WP badan yang telah melakukan pembukuan dengan baik dapat memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 17 UU No. 36.
Konsekuensinya, perhitungan tarif PPh akan mengacu pada lapisan penghasilan kena pajak. Selain itu, WP juga terbebas dari PPh bila mengalami kerugian fiskal.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu
• Kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace period alias batasan waktu.
• Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% adalah:
• 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi.
• 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma.
• 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT.
• Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36. Hal ini ditujukan untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan
pengembangan usaha.
• Pengenaan Tarif PPh Final 0,5% Punya Batas Waktu
• Kebijakan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya grace period alias batasan waktu.
• Batasan waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% adalah:
• 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi.
• 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma.
• 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT.
• Setelah batas waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No.36. Hal ini ditujukan untuk mendorong wajib pajak menyelenggarakan pembukuan dan
pengembangan usaha.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• WP yang Dikenai PPh Final Berpenghasilan di Bawah Rp 4,8 M
• Ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh Final tidak berubah yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai tersebut secara eksplisit menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai target pajak. Pemerintah memang ingin merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan.
• Siapa yang Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%?
• Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final 0,5% adalah:
• Wajib Pajak orang pribadi
• Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma, atau PT yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto di bawah Rp 4,8 miliar.
• WP yang Dikenai PPh Final Berpenghasilan di Bawah Rp 4,8 M
• Ambang batas penghasilan wajib pajak yang dikenai PPh Final tidak berubah yakni senilai Rp 4,8 miliar. Batasan nilai tersebut secara eksplisit menargetkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai target pajak. Pemerintah memang ingin merangkul sebanyak mungkin UMKM untuk masuk dalam sistem perpajakan.
• Siapa yang Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%?
• Wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai PPh Final 0,5% adalah:
• Wajib Pajak orang pribadi
• Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma, atau PT yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto di bawah Rp 4,8 miliar.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Siapa yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%
• Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas. Ini termasuk persekutuan atau firma yang terdiri dari WP orang pribadi berkeahlian sejenis seperti firma hukum, kantor akuntan dan lain sebagainya.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri.
• Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
tersendiri.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
• Siapa yang Tidak Dapat Memanfaatkan PPh Final 0,5%
• Wajib Pajak orang pribadi dengan penghasilan yang diperoleh dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas. Ini termasuk persekutuan atau firma yang terdiri dari WP orang pribadi berkeahlian sejenis seperti firma hukum, kantor akuntan dan lain sebagainya.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri.
• Wajib pajak yang penghasilannya telah dikenai PPh yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
tersendiri.
• Wajib pajak dengan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Bayar PPh Final 0,5% Lebih Mudah Melalui PajakPay
• PPh dapat dibayar melalui kantor pos/bank perspesi termasuk segala
fasilitas yang disediakan oleh Lembaga tersebut seperti ATM. Namun, bagi wajib pajak yang ingin menghemat waktu dan upaya untuk membayar
pajak, sekarang Anda bisa menyetorkan pajak Anda melalui PajakPay.
• Fitur ini memungkinkan membayar pajak online lebih mudah dan aman bahkan cukup dengan satu klik. Berikut ini 7 keuntungan bayar pajak menggunakan PajakPay:
• Aman karena adanya teknologi enkripsi dan firewall berlapis.
• ID Billing dan NTPN yang diperoleh dari OnlinePajak sah.
• Akurat karena meminimalisir kesalahan saat melakukan input data manual.
• Buat banyak ID billing secara instan.
• BPN/NTPN tersimpan secara digital dalam waktu lama.
• Bisa tambah saldo tanpa batas dengan beragam metode transfer.
• Hemat waktu dan bebas biaya.
• Bayar PPh Final 0,5% Lebih Mudah Melalui PajakPay
• PPh dapat dibayar melalui kantor pos/bank perspesi termasuk segala
fasilitas yang disediakan oleh Lembaga tersebut seperti ATM. Namun, bagi wajib pajak yang ingin menghemat waktu dan upaya untuk membayar
pajak, sekarang Anda bisa menyetorkan pajak Anda melalui PajakPay.
• Fitur ini memungkinkan membayar pajak online lebih mudah dan aman bahkan cukup dengan satu klik. Berikut ini 7 keuntungan bayar pajak menggunakan PajakPay:
• Aman karena adanya teknologi enkripsi dan firewall berlapis.
• ID Billing dan NTPN yang diperoleh dari OnlinePajak sah.
• Akurat karena meminimalisir kesalahan saat melakukan input data manual.
• Buat banyak ID billing secara instan.
• BPN/NTPN tersimpan secara digital dalam waktu lama.
• Bisa tambah saldo tanpa batas dengan beragam metode transfer.
• Hemat waktu dan bebas biaya.
Peraturan Pemerintah 23/2018 – Pengaturan
• Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu Mengajukan Diri
• Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda harus lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak. Selanjutnya, Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib pajak yang dikenai PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
• Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%. (#)
• Jika Ingin Mengikuti Tarif Skema Normal, Wajib Pajak Perlu Mengajukan Diri
• Jika tidak ingin berstatus sebagai wajib pajak PPh 0,5%, Anda harus lebih dulu mengajukan permohonan pada Ditjen Pajak. Selanjutnya, Anda akan mendapatkan keterangan sebagai wajib pajak yang dikenai PPh yang mengacu pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
• Namun, wajib pajak yang sudah memilih untuk dikenai PPh dengan skema normal tidak dapat memilih untuk dikenai PPh Final 0,5%. (#)
WP OP dengan peredaran usaha tertentu WP OP dengan peredaran usaha tertentu
Pasal 7(2a) UU HPP Pasal 7(2a) UU HPP
tidak dikenai Pajak Penghasilan atas bagian tidak dikenai Pajak Penghasilan atas bagian
peredaran bruto sampai dengan peredaran bruto sampai dengan
Rp500.000.000,00 dalam 1 tahun Pajak.
Rp500.000.000,00 dalam 1 tahun Pajak.
batasan peredaran bruto tidak dikenai Pajak batasan peredaran bruto tidak dikenai Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud, Penghasilan sebagaimana dimaksud, ditetapkan dengan Peraturan Menteri ditetapkan dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Keuangan setelah dikonsultasikan dengan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
Indonesia.
Bukan Objek Pajak Bukan Objek Pajak
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat Harta hibahan yg diterima oleh
Harta hibahan yg diterima oleh
– Keluarga sedarah dlm grs keturunan lurus 1 derajat Keluarga sedarah dlm grs keturunan lurus 1 derajat – Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan
Sepanjang tdk ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan / Sepanjang tdk ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan /
penguasaan), sesuai pasal 6 ayat 2 dan ayat 3, pasal 7 penguasaan), sesuai pasal 6 ayat 2 dan ayat 3, pasal 7 ayat 1, 2 dan 3 PP No 55 tahun 2022)
ayat 1, 2 dan 3 PP No 55 tahun 2022) Warisan
Warisan
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib pajak
jasa dalam bentuk natura atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah (pasal 4(3) d UU HPP)
atau pemerintah (pasal 4(3) d UU HPP)
Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa
asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa
Bukan Objek Pajak Bukan Objek Pajak
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham.
dividen yang berasal dari dalam negeri atau dividen yang berasal dari dalam negeri atau
dividen yang berasal dari luar negeri dengan dividen yang berasal dari luar negeri dengan
syarat sesuai pasal 9 (2) PP 55/2022
syarat sesuai pasal 9 (2) PP 55/2022
Norma Norma Penghitungan Penghitungan
Penghasilan Penghasilan
Netto
Netto
Pencatatan atau Pembukuan ? Pencatatan atau Pembukuan ?
Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto di bawah Rp.
pekerjaan bebas dengan peredaran bruto di bawah Rp.
4.800.000.000,00 dalam 1 (satu) tahun wajib 4.800.000.000,00 dalam 1 (satu) tahun wajib
menyelenggarakan pencatatan, kecuali WP yang menyelenggarakan pencatatan, kecuali WP yang
bersangkutan memilih menyelenggarakan pembukuan bersangkutan memilih menyelenggarakan pembukuan
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memilih untuk Wajib Pajak orang pribadi yang tidak memilih untuk menyelenggarakan pembukuan, menghitung
menyelenggarakan pembukuan, menghitung
penghasilan neto usaha atau pekerjaan bebasnya penghasilan neto usaha atau pekerjaan bebasnya
dengan menggunakan Norma Penghitungan dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto.
Penghasilan Neto.
HANYA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
SYARAT
* Peredaran bruto dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00
* Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari Tahun Pa- jak Ybs. Apabila tidak memberitahukan, di- anggap memilih Pembukuan
* Wajib menyelenggarakan Pencatatan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (2), (3) dan (4)
WAJIB PAJAK
DIHITUNG
PENGHASILAN NETO
MENGGUNAKAN NPPN ATAU
CARA LAIN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU
WAJIB PEMBUKUAN TAPI TDK BERSEDIA MEMPERLIHATKAN
PEMBUKUAN /PENCATATAN
DIANGGAP
MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN , TAPI TIDAK ATAU TIDAK SEPENUHNYA MELAKSANAKAN PEMBUKUAN
INGIN MENGGUNAKAN NPPN, TETAPI TIDAK
MELAKSANAKAN PENCATATAN
PENGGUNAAN
NORMA PENGHITUNGAN
Pasal 14 ayat (5)
Pencatatan Pencatatan
Pencatatan harus dapat menggambarkan Pencatatan harus dapat menggambarkan
jumlah peredaran atau penerimaan bruto jumlah peredaran atau penerimaan bruto dan atau jumlah penghasilan bruto, serta dan atau jumlah penghasilan bruto, serta
penghasilan yang bukan obyek pajak atau penghasilan yang bukan obyek pajak atau
penghasilan yang dikenakan PPh Final, penghasilan yang dikenakan PPh Final, sehingga dapat dihitung besarnya pajak sehingga dapat dihitung besarnya pajak
yang terutang
yang terutang
Ilustrasi Norma Ilustrasi Norma
Dr. Naek Ang Khot berstatus kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak,
Dr. Naek Ang Khot berstatus kawin dan mempunyai 3 (tiga) orang anak, bertempat bertempat tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.
tinggal di Jakarta yang juga memiliki industri rotan di Cirebon.
- Peredaran Usaha dari Industri Rotan (setahun) di Cirebon=- Peredaran Usaha dari Industri Rotan (setahun) di Cirebon=Rp. 200.000.000,00Rp. 200.000.000,00 - Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) di Jakarta = Rp. 72.000.000,00 - Penerimaan bruto sebagai dokter (setahun) di Jakarta = Rp. 72.000.000,00
Penghasilan neto dihitung sebagai berikut : Penghasilan neto dihitung sebagai berikut :
-Dari industri rotan : -Dari industri rotan : 12,5% X Rp. 200.000.000,00 12,5% X Rp. 200.000.000,00 =Rp. 25.000.000,00=Rp. 25.000.000,00 -Sebagai dokter :
-Sebagai dokter : 45% X Rp. 72.000.000,00 45% X Rp. 72.000.000,00 =Rp. 32.400.000,00=Rp. 32.400.000,00 Jumlah penghasilan Neto
Jumlah penghasilan Neto Rp. 57.400.000,00Rp. 57.400.000,00 Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikurangi PTKP
Penghasilan Kena Pajak = Penghasilan Neto dikurangi PTKP
Rp. 57.400.000,00 - Rp. 21.120.000,00 = Rp. 46.280.000 Rp. 57.400.000,00 - Rp. 21.120.000,00 = Rp. 46.280.000 Pajak penghasilan yang terutang :
Pajak penghasilan yang terutang :
5% X Rp.46.280.000 = Rp. 2.314.000 5% X Rp.46.280.000 = Rp. 2.314.000 Catatan :
Catatan :
a. Angka 12,5% untuk industri rotan, (kode 33100) a. Angka 12,5% untuk industri rotan, (kode 33100)
b. Angka 45% sebagai dokter, (kode 93213) b. Angka 45% sebagai dokter, (kode 93213)
c. Istri tidak punya penghasilan.
c. Istri tidak punya penghasilan.
Perbandingan Perbandingan
Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan) Kelebihan memakai pencatatan (norma penghitungan)
• Sederhana dalam penghitungan Sederhana dalam penghitungan
• Sederhana dalam pengadministrasian catatan Sederhana dalam pengadministrasian catatan
• Tidak perlu menguasai akuntansi Tidak perlu menguasai akuntansi
Kerugian : Kerugian :
• Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi Dianggap selalu untung dan tidak mungkin rugi
• Mempunyai resiko tarif norma lebih tinggi daripada Mempunyai resiko tarif norma lebih tinggi daripada penghitungan normal
penghitungan normal
Tarif Norma Tarif Norma
Norma Penghitungan Penghasilan Neto Norma Penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai dikelompokkan menurut wilayah sebagai
berikut : berikut :
10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan
Pontianak;
Pontianak;
ibukota propinsi lainnya;
ibukota propinsi lainnya;
daerah lainnya.
daerah lainnya.
KepDirjenPajak No.536/PJ/2018 jo Per-17/PJ/2015
KepDirjenPajak No.536/PJ/2018 jo Per-17/PJ/2015
Pembukuan Pembukuan
Suatu proses pencatatan yang Suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur dilakukan secara teratur
Untuk mengumpulkan data dan Untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, penyerahan barang atau jasa,
Yang ditutup dengan menyusun Yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi neraca dan laporan laba rugi
pada setiap tahun pajak pada setiap tahun pajak
berakhir.
berakhir.
Pembukuan Pembukuan
Pembukuan atau pencatatan Pembukuan atau pencatatan
harus diselenggarakan di harus diselenggarakan di
Indonesia dengan Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan disusun uang Rupiah, dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa Indonesia atau
dalam bahasa asing yang dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri diizinkan oleh Menteri
Keuangan.
Keuangan.
Pembukuan diselenggarakan Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan prinsip taat asas dan
dengan stelsel akrual atau dengan stelsel akrual atau
stelsel kas.
stelsel kas.
pembukuan pembukuan
Pembukuan kurangnya terdiri dari catatan mengenai Pembukuan kurangnya terdiri dari catatan mengenai
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yg terutang.
besarnya pajak yg terutang.
Catatan tersebut di atas terdiri data yang dikumpulkan Catatan tersebut di atas terdiri data yang dikumpulkan
secara teratur tentang ; peredaran atau penerimaan secara teratur tentang ; peredaran atau penerimaan
bruto, dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk bruto, dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan obyek pajak dan penghasilan penghasilan yang bukan obyek pajak dan penghasilan
yang dikenakan pajak yang bersifat final.
yang dikenakan pajak yang bersifat final.
Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama 5 Buku, catatan, dokumen lain wajib disimpan selama 5
tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau di
tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
tempat tinggal bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Biaya dapat dikurangkan Biaya dapat dikurangkan
Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan, yaitu biaya-biaya yang memelihara penghasilan, yaitu biaya-biaya yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
yang penghasilannya merupakan objek pajak yang penghasilannya merupakan objek pajak
Penyusutan atas pengeluaran untuk Penyusutan atas pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas
biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang disusutkan 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang disusutkan
atau diamortisasi tersebut digunakan untuk atau diamortisasi tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan (objek pajak).
penghasilan (objek pajak).
Biaya dapat dikurangkan - cont’d Biaya dapat dikurangkan - cont’d
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan telah disahkan oleh Menteri Keuangan
Kerugian karena penjualan atau pengalihan Kerugian karena penjualan atau pengalihan
harta yang dimiliki untuk mendapatkan, harta yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan menagih, dan memelihara penghasilan
Kerugian dari selisih kurs mata uang asing Kerugian dari selisih kurs mata uang asing
Biaya penelitian dan pengembangan Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia
perusahaan yang dilakukan di Indonesia
Biaya dapat dikurangkan - end Biaya dapat dikurangkan - end
Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan dengan Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan dengan
memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan memperhatikan kewajaran dan kepentingan perusahaan
Penggantian atau imbalan sehubungan dengan Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan
kenikmatan kenikmatan
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu (maksimum Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu (maksimum
5 tahun).
5 tahun).
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), khusus bagi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), khusus bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak Orang Pribadi
Yang dimaksud dengan Kompensasi Yang dimaksud dengan Kompensasi
Rugi adalah:
Rugi adalah:
KERUGIAN FISKAL SUATU TAHUN PAJAK DAPAT DIKOMPENSASIKAN DENGAN
PENGHASILAN MULAI TAHUN PAJAK
BERIKUTNYA BERTURUT-TURUT SAMPAI DENGAN 5 (LIMA) TAHUN
Kecuali Penanaman Modal pada
Bidang Usaha / Daerah Tertentu paling lama 10 tahun
KOMPENSASI RUGI
KOMPENSASI RUGI
Contoh Kompensasi Rugi:
Contoh Kompensasi Rugi:
Dalam tahun 2018 Tn. Andi menderita Rugi Fiskal sebesar Rp 1,2 Milyar. Dalam 5 tahun berikutnya laba (rugi) fiskal Tn.
Andi sbb :
2019 : Rp 200.000.000 2022 : Rp 100.000.000
2020 : (Rp 300.000.000) 2023 : Rp 800.000.000 2021 : N I H I L 2024 : Rp 500.000.000
Kompensasi kerugian dilakukan sbb :
Rugi fiskal Thn 2018 (Rp 1.200.000.000,00) Laba fiskal Thn 2019 Rp 200.000.000,00(+)
Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 1.000.000.000,00) Rugi fiskal Thn 2020 (Rp 300.000.000,00)
Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 1.000.000.000,00) Laba fiskal Thn 2021 N I H I L (+)
Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 1.000.000.000,00) Laba fiskal Thn 2022 Rp 100.000.000,00(+)
Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 900.000.000,00) Laba fiskal Thn 2023 Rp 800.000.000,00
Sisa rugi fiskal Thn 2018 (Rp 100.000.000,00)
Rugi fiskal Thn 2020 (Rp 300.000.000,00)
Laba fiskal Thn 2024 Rp 500.000.000,00 (+)
Laba Kena Pajak Thn 2024 Rp 200.000.000,00
TIDAK BISA DIKOMPENSASIKAN DENGAN LABA FISKAL THN 2024
Biaya Tidak Dapat Dikurangkan Biaya Tidak Dapat Dikurangkan
Pembagian laba dengan nama dan dalam Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk bentuk apapun, seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota atau anggota
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
Tidak Dapat Dikurangkan – cont’d Tidak Dapat Dikurangkan – cont’d
Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja
dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan
bagi wajib pajak orang pribadi yang bagi wajib pajak orang pribadi yang
bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21).
bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21).
Tidak Dapat Dikurangkan –cont’d Tidak Dapat Dikurangkan –cont’d
Jumlah yang melebihi kewajaran yang Jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak
yang memiliki hubungan istimewa sebagai yang memiliki hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan dilakukan
Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan,
dan warisan, kecuali zakat atas penghasilan dan warisan, kecuali zakat atas penghasilan
atau sumbangan wajib keagamaan, dan atau sumbangan wajib keagamaan, dan
sumbangan tertentu lainnya:
sumbangan tertentu lainnya:
– Bencana nasional Bencana nasional - pendidikan/litbang DN - pendidikan/litbang DN
– Pembinaan olahraga Pembinaan olahraga - infrastruktur sosial - infrastruktur sosial
Tidak Dapat Dikurangkan – cont’d Tidak Dapat Dikurangkan – cont’d
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan
Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk
kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya menjadi tanggungannya
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan serta sanksi pidana berupa denda kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundang-undangan di bidang perpajakan
perundang-undangan di bidang perpajakan
Penggabungan penghasilan istri Penggabungan penghasilan istri
pasal 8 UU PPh pasal 8 UU PPh
Seluruh penghasilan / kerugian wanita Seluruh penghasilan / kerugian wanita
kawin dianggap penghasilan / kerugian kawin dianggap penghasilan / kerugian
suaminya suaminya
Kecuali penghasilan tersebut semata- Kecuali penghasilan tersebut semata- mata dari satu pemberi kerja yg telah mata dari satu pemberi kerja yg telah
dipotong PPh 21 dan pekerjaan tsb tdk dipotong PPh 21 dan pekerjaan tsb tdk
ada hubungan dg usaha/pek bebas ada hubungan dg usaha/pek bebas
suami/anggota keluarga lainnya
suami/anggota keluarga lainnya
Penghasilan istri Penghasilan istri
Bekerja pada satu pemberi kerja
Bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja
Melakukan usaha
Melakukan pekerjaan bebas
Penghasilan istri tidak digabung
Status K/...
PPh 21 atas
penghasilan istri bersifat final (tidak dapat dikreditkan)
Penghasilan istri digabung
Status K/I/...
PPh 21/22/23 atas
penghasilan istri dapat
dikreditkan
Penghasilan suami-istri Penghasilan suami-istri
dikenakan pajak secara terpisah dikenakan pajak secara terpisah
Suami istri hidup bersama tetapi mengadakan perjanjian
pisah harta (PH) atau isteri memilih menunaikan kewajiban pajak sendiri tapi
tidak pisah harta
Suami istri telah hidup berpisah (HB)
Penghasilan suami- istri digabung
PPh dikenakan pada masing-masing suami- istri sebesar
perbandingan
penghasilan neto mereka
Penghitungan
Penghasilan Kena Pajak
dan pengenaan pajaknya
dilakukan sendiri-sendiri
Tarif PPh Orang Pribadi Tarif PPh Orang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak
Penghasilan Kena Pajak Tarif Tarif
Sampai dengan Rp 60 Juta Sampai dengan Rp 60 Juta 5% 5%
> Rp 60 Juta s.d. Rp 250 Juta > Rp 60 Juta s.d. Rp 250 Juta 15% 15%
> Rp 250 Juta s.d. Rp 500 Juta > Rp 250 Juta s.d. Rp 500 Juta 25% 25%
> Rp 500 Juta s.d. Rp5 Milyar > Rp 500 Juta s.d. Rp5 Milyar 30% 30%
> Rp 5 Milyar > Rp 5 Milyar 35% 35%
Kredit Pajak Kredit Pajak
PPh yg dipotong / dipungut pihak lain di PPh yg dipotong / dipungut pihak lain di
DN, meliputi PPh Pasal 21/22/23 DN, meliputi PPh Pasal 21/22/23
PPh dibayar di LN (kredit PPh pasal 24) PPh dibayar di LN (kredit PPh pasal 24)
PPh yang dibayar sendiri PPh pasal 25
PPh yang dibayar sendiri PPh pasal 25
Pengkreditan PPh yg dibayar di Pengkreditan PPh yg dibayar di
luar negeri luar negeri
PPh dibayar di LN boleh dikreditkan dg PPh dibayar di LN boleh dikreditkan dg
PPh di Indonesia PPh di Indonesia
Pengkreditan PPh Pasal 24 dilakukan di Pengkreditan PPh Pasal 24 dilakukan di
tahun pajak digabungkannya penghasilan tahun pajak digabungkannya penghasilan
tersebut tersebut
Kerugian di LN tidak boleh digabung
Kerugian di LN tidak boleh digabung
pengkreditan PPh yg dibayar di pengkreditan PPh yg dibayar di
luar negeri luar negeri
PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih kecil PPh psl 24 yg dikreditkan jumlah yg lebih kecil
antara : antara :
– Pajak yg sebenarnya dibayar di LN Pajak yg sebenarnya dibayar di LN Rumus :
Rumus :
– PPh terutang atas X PPh terutang atas X Penghasilan Netto LN Penghasilan Netto LN seluruh Penghasilan Penghasilan Kena Pajak seluruh Penghasilan Penghasilan Kena Pajak (dihitung per-country basis) (dihitung per-country basis)
– Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan Jumlah PPh terutang atas seluruh penghasilan
Prinsip Penghitungan Angsuran Prinsip Penghitungan Angsuran
untuk Tahun Berjalan untuk Tahun Berjalan
Normal Normal
Terdapat Penghasilan Tidak Teratur Terdapat Penghasilan Tidak Teratur Terdapat Kompensasi Kerugian
Terdapat Kompensasi Kerugian
– Jumlah sisa kerugian Jumlah sisa kerugian habis dikompensasi dengan penghasilan habis dikompensasi dengan penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun Pajak yang neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun Pajak yang bersangkutan
bersangkutan merupakan Tahun Pajak terakhir merupakan Tahun Pajak terakhir untuk dapat untuk dapat melakukan kompensasi
melakukan kompensasi
– Jumlah sisa kerugian Jumlah sisa kerugian tidak habis dikompensasi dengan tidak habis dikompensasi dengan
penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun Pajak yang bersangkutan
Pajak yang bersangkutan tidak merupakan tidak merupakan Tahun Pajak Tahun Pajak terakhir untuk dapat melakukan kompensasi
terakhir untuk dapat melakukan kompensasi
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
BESAR ANGSURAN
PPh PASAL 25 SETIAP BULAN
DIKURANGI
PPh YANG DIPOTONG ATAU
DIPUNGUT : PPh PSL 21 PPh PSL 22 PPh PSL 23
PPh YANG TERUTANG ATAUDIBAYAR DI LUAR NEGERI
YANG BOLEH DIKREDITKAN
(PPh PSL 24)
DIBAGI
SAMA DENGAN PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU
ANGSURAN PAJAK
DALAM TAHUN BERJALAN
Terdapat Penghasilan Tidak Teratur Terdapat Penghasilan Tidak Teratur
adalah keuntungan selisih kurs dari utang/piutang adalah keuntungan selisih kurs dari utang/piutang
dalam mata uang asing dan keuntungan dari dalam mata uang asing dan keuntungan dari
pengalihan harta (equital gain) sepanjang bukan pengalihan harta (equital gain) sepanjang bukan
merupakan penghasilan dari kegiatan usaha pokok merupakan penghasilan dari kegiatan usaha pokok
serta penghasilan lainnya yang bersifat insidentil serta penghasilan lainnya yang bersifat insidentil
..(Keputusan Dirjen Pajak Nomor : Kep-537/PJ./2018 tanggal 29 Desember 2018) (Keputusan Dirjen Pajak Nomor : Kep-537/PJ./2018 tanggal 29 Desember 2018)
Penghasilan Tidak Teratur dan PPh yang telah Penghasilan Tidak Teratur dan PPh yang telah
dipotong/kredit pajak (jika ada) terkait penghasilan dipotong/kredit pajak (jika ada) terkait penghasilan
yang bersangkutan dikeluarkan dari perhitungan
yang bersangkutan dikeluarkan dari perhitungan
Terdapat Kompensasi Kerugian Terdapat Kompensasi Kerugian
Apabila jumlah sisa kerugian habis dikompensasi Apabila jumlah sisa kerugian habis dikompensasi
dengan penghasilan neto Tahun Pajak yang dengan penghasilan neto Tahun Pajak yang
bersangkutan
bersangkutan atau atau Tahun Pajak yang bersangkutan Tahun Pajak yang bersangkutan
merupakan Tahun Pajak terakhir untuk dapat melakukan merupakan Tahun Pajak terakhir untuk dapat melakukan
kompensasi kerugian, maka : kompensasi kerugian, maka :
angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya dihitung atas dasar penghasilan berikutnya dihitung atas dasar penghasilan
neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan
tanpa memperhitungkan kompensasi tanpa memperhitungkan kompensasi
kerugian.
kerugian.
Cont’d Cont’d
Apabila jumlah sisa kerugian tidak habis dikompensasi dengan Apabila jumlah sisa kerugian tidak habis dikompensasi dengan
penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan dan Tahun
Pajak yang bersangkutan tidak merupakan Tahun Pajak terakhir Pajak yang bersangkutan tidak merupakan Tahun Pajak terakhir
untuk dapat melakukan kompensasi, sehingga masih terdapat sisa untuk dapat melakukan kompensasi, sehingga masih terdapat sisa
kerugian yang dapat dikompensasi dengan penghasilan neto kerugian yang dapat dikompensasi dengan penghasilan neto
Tahun Pajak berikutnya, maka:
Tahun Pajak berikutnya, maka:
angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak angsuran bulanan PPh Pasal 25 Tahun Pajak
berikutnya dihitung atas dasar penghasilan neto berikutnya dihitung atas dasar penghasilan neto
Tahun Pajak yang bersangkutan dikurangi dengan Tahun Pajak yang bersangkutan dikurangi dengan
sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi
dengan penghasilan neto Tahun Pajak berikutnya.
dengan penghasilan neto Tahun Pajak berikutnya.
Apabila penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan lebih Apabila penghasilan neto Tahun Pajak yang bersangkutan lebih kecil dari sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi dengan kecil dari sisa kerugian yang masih dapat dikompensasi dengan
penghasilan neto Tahun Pajak berikutnya, maka:
penghasilan neto Tahun Pajak berikutnya, maka:
angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak berikutnya adalah NIHIL
adalah NIHIL . .