PAJAK POTPUT (PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN)
AZAS PERPAJAKAN INDONESIA
Sistem regulasi perpajakan di Indonesia menganut 3 azas yaitu
 Official assestment;
 Self-assessment; dan
 Withholding-tax.
KONSEP PPH POTPUT
Pajak penghasilan berdasarkan asas withholding tax dibagi 2:
Pemotongan
Pemotongan merupakan jenis pemajakan yang dapat mengurangi jumlah pembayaran.
Pemungutan
Pemungutan merupakan pemajakan yang dapat menambah jumlah yang
seharusnya dibayar.
PEMOTONGAN
 Pajak Penghasilan Pasal 21
 Pajak Penghasilan Pasal 23
 Pajak Penghasilan Pasal 26
 Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2
 Pajak Penghasilan Pasal 15
PAJAK PENGHASILAN 21
PPh 21 adalah pemotongan pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atas kegiatan pekerjaan yang dilakukan dan menerima penghasilan dalam bentuk:
 Gaji
 Upah
 Honorarium
 Fee
 Bonus, dan
 Pembayaran lainnya.
PAJAK PENGHASILAN 21
Bapak Ali merupakan pegawai tetap di Perusahaan A dan mendapatkan gaji bulan sebesar Rp 8.000.000. Bapak Ali berstatus PTKP K/0.
Gaji Bulanan Rp 8.000.000
Biaya Jabatan Rp 400.000 (5% dari Ph. Bruto)
Penghasilan Neto Rp 7.600.000
Penghasilan Neto Tahunan Rp 91.200.000
PTKP (K/0) Rp 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 32.700.000
PPh Tahunan (5%xPKP) Rp 162.500
PPh Bulanan Rp 13.541
Take Home Pay Rp 7.986.459
Penghasilan yang diterima oleh Pak Ali adalah sebesar Rp 7.986.459 perbulan karena ada pemotongan pph sebesar Rp 13.541
PAJAK PENGHASILAN 23
PPh 23 merupakan pajak yang dipotong terhadap
penghasilan/pembayaran yang diperoleh dari kegiatan jasa, sewa dalam bentuk penggunaan harta, dividen, bunga,
royalty, dan hadiah atau penghargaan dan sejenisnya selain
yang telah dipotong pajak penghasilan 21.
PAJAK PENGHASILAN 23
Perusahaan A menyewa alat berat kepada Perusahaan B dengan harga Rp 10.000.000.
Jumlah PPh 23 tersebut adalah:
Jumlah harga Rp 10.000.000
Tarif 2%
Jumlah PPh Rp 200.000
Jumlah bersih yang diterima Perusahaan B Rp 9.800.000
PAJAK PENGHASILAN 26
PPh 26 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan yang diperoleh oleh Wajib Pajak Luar Negeri (Badan atau Orang Pribadi) yang berasal dari dalam negeri. Objek PPh 26 dapat berupa:
 Imbalan atas Jasa, pekerjaan dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
 Dividen
 Royalti
 Hadiah dan penghargaan
 Dan penghasilan lainnya yang diatur dalam peraturan.
PAJAK PENGHASILAN 26
Mr. Smith merupakan warga negara Inggris yang bekerja di Indonesia
dengan gaji Rp 50.000.000 perbulan. Mr. Smith merupakan WPLN OP dan asumsi Indonesia-Inggris tidak mempunyai perjanjian P3B (Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda).
Penghasilan Bruto Rp 50.000.000
Tarif PPh 26 20%
PPh 26 Rp 10.000.000
Take Home Pay Rp 40.000.000
Jadi gaji bersih yang diterima oleh Mr. Smith adalah Rp 40.000.000 karena
ada pemotongan pajak sebesar Rp 10.000.000.
PAJAK PENGHASILAN 4 (2)
PPh pasal 4 ayat 2 atau disebut juga PPh final merupakan pemotongan pajak terhadap
penghasilan yang bersifat final berdasarkan peraturan UU PPh Pasal 4 Ayat 2. Objek PPh 4 (2) adalah sebagai berikut:
 Bunga yang diperoleh dari deposito, tabungan, obligasi, surat utang negara dan lainnya
 Hadiah undian
 Penjualan Saham
 Jual beli dan/atau persewaan tanah dan/atau bangunan
 Penghasilan tertentu lainnya.
PAJAK PENGHASILAN 4 (2)
 Perusahaan A menyewa ruang kantor untuk operasional kantor kepada Perusahaan B sebesar Rp 60.000.000 pertahun.
Nilai Sewa Rp 60.000.000
Tarif PPh 4 (2) Sewa 10%
Jumlah PPh 4 (2) Rp 6.000.000 Nilai bersih Rp 54.000.000
Jumlah penghasilan yang diterima oleh Perusahaan B adalah Rp 54.000.000 karena ada pemotongan PPh final Rp 6.000.000.
PAJAK PENGHASILAN 15
PPh 15 merupakan pemotongan pajak atas penghasilan bagi Wajib Pajak (WP) yang bergerak dalam bidang atau industri tertentu. Objek PPh 15 adalah:
 Imbalan atau nilai penggantian berupa uang yang diterima dari charter penerbangan dalam negeri.
 Penghasilan yang diperoleh dari pengangkutan orang dan/atau barang termasuk penyewaan kapal.
 Imbalan atas kegiatan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
 Nilai ekspor bruto yang imbalannya diterima oleh WPLN yang punya kantor perwakilan di Indonesia
 Jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan di usaha jasa maklon internasional
PAJAK PENGHASILAN 15
Perusahaan A merupakan usaha yang bergerak di pengangkutan barang dalam negeri.
Perusahaan B menggunakan jasa pengangkutan Perusahaan A untuk mengirimkan barang ke tujuan dengan jumlah imbalan Rp 30.000.000.
Jumlah Imbalan Rp 30.000.000
Tarif NPPN atau Laba bersih 4%
NPPN atau Laba bersih Rp 1.200.000
Tarif PPh 15 30%
PPh terutang Rp 360.000
Jumlah Imbalan bersih Rp 29.640.000
Jumlah imbalan bersih yang diterima oleh Perusahaan A atas jasa pengangkutan barang Perusahaan B adalah sebesar Rp 29.640.000 karena ada pemotongan PPh 15 sebesar Rp 360.000
PEMUNGUTAN
 Pajak Penghasilan Pasal 22 Industri semen, manufaktur, otomotif, pedagang emas lain.
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PEMUNGUTAN
 Pajak Penghasilan Pasal 22 atas produk kertas, semen, baja, dan otomotif.
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PAJAK PERTUMBUHAN NILAI
PPN adalah pemungutan pajak yang dikenakan
atas transaksi penyerahan atau perolehan JKP
(jasa kena pajak) dan/atau BKP (barang kena
pajak) yang dilakukan oleh PKP (Pengusaha
Kena Pajak). Besarnya tarif PPN adalah 11%.
CONTOH PEMUNGUTAN
PT C adalah Perusahaan manufaktur semen. Menjual kepada distributor sebesar Rp 50.000.000. Untuk setiap penjualan kepada distributor akan dipungut pph 22 sebesar 0.1% dan selain itu karena PT C merupakan PKP maka akan dipungut PPN 11%.
Jumlah Penyerahan Rp 50.000.000
PPN Rp 5.500.000
PPh 22 Rp 50.000
Jumlah Pembayaran Rp 50.550.000
Maka jumlah pembelian atas semen yang harus dibayar distributor adalah
sebesar Rp 50.550.000 karena ada pemungutan PPN dan PPh 22.