• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Nilai Dan Pedoman

N/A
N/A
Ayang

Academic year: 2024

Membagikan " Sumber Nilai Dan Pedoman"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Rangkuman Materi

“PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN" EDISI KEDUA YANG DITULIS OLEH ANI SRI RAHAYU

Disusun Oleh:

Levi elim yafet_210202602040

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

(2)

PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKN)

Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi salah satu bagian yang penting dalam kurikulum pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dengan tujuan utama untuk mengembangkan nilai, moral, dan sikap perilaku peserta didik.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga memiliki peran penting dalam membekali generasi muda Indonesia dengan pengetahuan tentang bagaimana menjadi warga negara yang baik serta menghormati nilai-nilai Pancasila sebagai landasan negara.

Visi dan misi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tertuang dalam Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006, yang menegaskan pentingnya menjadi sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan program studi dan membantu mahasiswa memperkuat kepribadiannya sebagai manusia yang utuh. Melalui misinya, PPKn di perguruan tinggi bertujuan untuk memastikan bahwa mahasiswa konsisten dalam mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila serta memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Manfaat pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sangatlah beragam, mulai dari menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila hingga membangun karakter warga negara yang bermartabat. PPKn dianggap sebagai bidang studi ilmiah yang antardisipliner karena melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam pembahasannya, dan implementasinya didukung oleh landasan hukum yang kuat, baik dari Undang-Undang Dasar maupun regulasi lainnya yang mengatur penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan dunia pendidikan.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku individu serta memperkuat

(3)

identitas nasional di tengah dinamika kehidupan masyarakat yang beragam. Melalui pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila, peserta didik dapat menjadi agen perubahan yang bertanggung jawab dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, PPKn juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memahami sejarah, budaya, dan tradisi bangsa Indonesia, sehingga mereka dapat menghargai keberagaman dan memupuk rasa persatuan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam konteks globalisasi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan menjadi penting dalam menjaga kedaulatan dan martabat bangsa Indonesia. Dengan memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai Pancasila, generasi muda Indonesia dapat menjaga jati diri dan keutuhan bangsa di tengah arus globalisasi yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. PPKn juga dapat menjadi landasan yang kokoh dalam membangun hubungan yang harmonis dengan negara lain, dengan memperkuat kepercayaan diri dan citra positif Indonesia di mata dunia.

Selain itu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat menjadi sarana untuk menanamkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air kepada generasi muda. Melalui pembelajaran tentang sejarah perjuangan bangsa dan nilai-nilai kebangsaan, peserta didik dapat mengembangkan rasa memiliki terhadap negara dan bangsa, serta memiliki kesadaran untuk berkontribusi dalam pembangunan dan kemajuan Indonesia. Dengan demikian, PPKn bukan hanya menjadi bagian dari kurikulum pendidikan, tetapi juga menjadi fondasi yang kokoh dalam membangun karakter dan identitas bangsa.

(4)

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Menurut etimologi, asal kata "filsafat" berasal dari bahasa Yunani,

"philein," yang berarti "cinta," dan "sophos," yang mengacu pada "hikmah,"

"kebijaksanaan," atau "wisdom" (Notonagoro, 1974: 43). Dalam pengertian literal, filsafat dapat diinterpretasikan sebagai kasih kepada kebijaksanaan.

Namun, dalam ranah ilmiah, makna filsafat sebenarnya relatif sederhana dan mudah dipahami. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang senantiasa relevan dan mengikuti perjalanan hidup manusia. Ini menegaskan bahwa dalam setiap fase kehidupan, manusia selalu berada dalam domain filsafat, yang menandakan bahwa manusia secara konsisten memilih pandangan hidup yang diyakini sebagai yang paling benar, paling baik, dan yang memberikan kesejahteraan, yang kemudian dikenal sebagai filsafat.

Sejarah Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memiliki keberagaman dan kekayaan yang signifikan. Konsep dasar Pancasila muncul pada saat Indonesia berusaha untuk mengatasi perbedaan- perbedaan ideologi, agama, dan kebudayaan dalam perjuangan kemerdekaannya. Pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 di hadapan sidang BPUPKI menandai awal mula pembentukan Pancasila. Soekarno menjelaskan konsep dasar negara yang terdiri dari lima sila. Proses penyusunan teks resmi Pancasila melibatkan perdebatan dan penyempurnaan yang intensif oleh BPUPKI dan Panitia Sembilan. Teks resmi Pancasila kemudian diumumkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

Sejak saat itu, Pancasila diakui sebagai landasan negara dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, konstitusi Indonesia saat ini.

Pancasila bukan hanya menjadi pedoman pembangunan negara, tetapi juga menjadi panduan bagi seluruh warga negara Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, interaksi sosial, serta pembentukan identitas berbangsa dan bernegara. Sejarah Pancasila merefleksikan perjalanan panjang bangsa Indonesia dalam mencari identitas dan persatuan di tengah perbedaan-perbedaan yang ada.

(5)

Essensi-nilai Pancasila, yang terdiri dari lima sila, pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Sistem di sini mengacu pada kesatuan bagian- bagian yang berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, membentuk sebuah kesatuan yang utuh. Biasanya, sistem memiliki karakteristik khusus seperti dijelaskan oleh Kattsoff O. dan Louis (2004: 22).

Keseluruhan bagian-bagian yang saling terhubung dan saling mempengaruhi satu sama lain, ditujukan untuk mencapai tujuan bersama (tujuan sistem), serta beroperasi dalam lingkungan yang kompleks. Dari nilai-nilai Pancasila tersebut, aktualisasi atau penerapan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia menjadi esensial.

Proses aktualisasi ini terbagi menjadi dua, yaitu aktualisasi objektif dalam berbagai bidang kehidupan negara dan aktualisasi subjektif dalam individu dan kelompok sosial, terutama dalam aspek moral yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.

(6)

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

Menurut etimologi, ideologi berasal dari kata "idea," yang mengacu pada gagasan, konsep, atau buah pikiran, dan "logos," yang berarti ilmu.

Asal kata "idea" sendiri adalah dari bahasa Yunani "eidos," yang merujuk pada bentuk, dan "idein," yang berarti melihat. Secara literal, ideologi menyoroti ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran yang mengenai konsepsi-konsepsi mendasar. Dalam penggunaan sehari-hari, "idea" sering diartikan sebagai "cita-cita," yang merupakan prinsip atau dasar yang konsisten. Oleh karena itu, ideologi dianggap sebagai kajian yang mendalami konsep atau pemikiran sebagai panduan, dasar, prinsip, atau cita-cita dalam kehidupan.

Kesejajaran dan adaptabilitas ideologi bergantung pada interaksi antara masyarakat dan ideologi itu sendiri. Sehingga, suatu ideologi akan selalu beradaptasi dan bersifat reformistis, serta menerima perubahan sesuai dengan keinginan masyarakatnya. Namun, jika suatu ideologi hanya dijadikan alat untuk melegitimasi kekuasaan semata, maka cenderung menjadi dogmatis, kaku, tertutup, dan mengontrol masyarakatnya. Dalam konteks ini, peran ideologi menjadi sangat signifikan dalam kehidupan suatu bangsa, yang sebaiknya dinamis, terbuka, aspiratif, dan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Berbagai negara memiliki ideologi-ideologi yang berbeda, seperti liberalisme, radikalisme, konservatisme, kapitalisme, dan sosialisme.

Namun, Pancasila menjadi representasi pemikiran bangsa Indonesia yang diangkat sebagai ideologi, pandangan hidup, keyakinan, dan cita-cita bangsa serta negara dalam mengatur kehidupan bersama masyarakatnya menuju masa depan yang lebih baik. Pancasila, sebagai ideologi terbuka, memiliki nilai-nilai dasar yang tetap dan universal, namun membutuhkan interpretasi kritis dan rasional sesuai dengan konteks bangsa Indonesia, agar dapat dijalankan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari.

(7)

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia telah diatur dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 pada alinea keempat.

Keberadaan Pancasila sebagai ideologi terbuka menuntut agar nilai-nilai dasarnya yang tetap dan universal dapat diinterpretasikan secara kritis dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan konteks masyarakat Indonesia. Hal ini penting untuk memastikan implementasi Pancasila yang efektif dalam kehidupan sehari-hari serta pembangunan bangsa yang berkelanjutan.

Pancasila bukanlah sekadar seperangkat nilai yang diwariskan secara statis, tetapi juga merupakan landasan yang senantiasa berkembang sesuai dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Kemampuan Pancasila untuk mengakomodasi berbagai realitas sosial, budaya, dan politik menjadikannya relevan dalam berbagai konteks dan perubahan yang terjadi di Indonesia. Dalam hal ini, peran masyarakat dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sangatlah vital untuk menjaga kesinambungan serta keberlanjutan ideologi tersebut sebagai panduan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dengan demikian, interpretasi yang tepat dan kontekstual terhadap nilai-nilai Pancasila menjadi kunci penting agar tidak terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan dalam implementasinya. Melalui pendekatan yang kritis dan rasional, masyarakat Indonesia dapat terus memperkuat dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perubahan zaman dan tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, Pancasila tetap menjadi pijakan moral dan etika yang kuat dalam membangun bangsa yang adil, makmur, dan berdaulat secara berkelanjutan.

(8)

PANCASILA DAN PERMASALAHAN AKTUAL

Pencintaan terhadap Pancasila dapat diwujudkan dalam beragam cara yang konkret. Dalam konteks formal, penerapan Pancasila harus tercermin dalam segala aturan yang berlaku. Sekolah-sekolah juga dapat menyelipkan Pancasila dalam kurikulumnya, baik melalui contoh teladan dari para guru maupun sebagai landasan yang lebih dalam dalam struktur sosial (Latif, 2018). Implementasi dalam ranah sosial mencakup nilai-nilai sistem, sistem sosial, dan juga dalam aspek fisik, baik dalam ranah kebudayaan maupun kehidupan masyarakat (Kaelan, 2013).

Nilai, pada hakikatnya, adalah karakteristik yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri (Kaelan, 2002: 123). Objek yang dimaksud di sini adalah Pancasila itu sendiri. Pancasila memiliki nilai karena adanya karakteristik atau kualitas yang melekat padanya (Sudjana, 2018: 136).

Meskipun butir-butir dalam Pancasila memiliki bobot yang berbeda, namun tidak saling bertentangan satu sama lain. Pernyataan ini didukung oleh pandangan Max Scheler yang menyatakan bahwa nilai-nilai dalam Pancasila memiliki kedudukan yang sama mulia dan tinggi (Kaelan, 2002:

124). Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila 1-5 Pancasila sebenarnya merupakan aspirasi, harapan, impian, dan keinginan bersama bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengembangan nilai-nilai Pancasila berkaitan erat dengan karakteristik atau kualitas kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dapat disimpulkan bahwa Pancasila, sebagai pandangan hidup dan dasar negara Republik Indonesia, telah memberikan jaminan bahwa nilai- nilai yang terkandung di dalamnya sejalan dengan Hak Asasi Manusia. Oleh karena itu, penghargaan terhadap HAM harus memiliki cakupan yang universal. Penerapan HAM dapat dilakukan tanpa mengorbankan nilai-nilai kemuliaan sebagai manusia Indonesia.

(9)

Dari kelima nilai ideal Pancasila, yang merupakan kumpulan dari nilai-nilai Pancasila menurut para pendiri bangsa, nilai demokrasi tercermin dalam sila keempat. Ini menunjukkan bahwa Pancasila memiliki cakupan yang lebih luas daripada sekadar demokrasi. Selain itu, sila keempat mencerminkan aspirasi kedaulatan rakyat dalam semangat kebersamaan yang mendorong multikulturalisme dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai refleksi dari pengalaman pahit penjajahan kolonial dan semangat gotong royong dalam masyarakat Indonesia.

Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum, didasarkan pada moral dan nilai-nilai budaya asli masyarakat Indonesia, dapat digunakan sebagai instrumen untuk memberantas korupsi sambil tetap menjunjung tinggi HAM. Dasar moral yang tercermin dalam sila-sila Pancasila dijabarkan dalam UUD NRI Tahun 1945, Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 130, yang membahas jaminan HAM. Nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila yang mementingkan pembentukan moral untuk memerangi korupsi di Indonesia, didasarkan pada nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Dengan demikian, kebutuhan akan HAM bagi masyarakat Indonesia dapat terpenuhi tanpa harus mengorbankan hak asasi manusia dari pihak manapun.

Pancasila bukan hanya sebuah doktrin yang terpatri dalam undang- undang atau kebijakan negara semata, tetapi juga menjadi landasan moral dan etis bagi setiap individu dalam masyarakat Indonesia. Implementasi nilai-nilai Pancasila tidak hanya terbatas pada ranah formalitas hukum, tetapi juga mengharuskan setiap warga negara untuk menjadikannya sebagai pedoman dalam setiap tindakan dan interaksi sosial mereka.

Dengan memahami dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, adil, dan berkeadilan, serta mendorong terciptanya kemajuan yang berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, upaya untuk mencintai Pancasila bukanlah semata-mata tanggung jawab pemerintah atau institusi, melainkan merupakan komitmen bersama dari setiap individu untuk memperkuat fondasi moral dan spiritual bangsa.

(10)

IDENTITAS NASIONAL DAN MULTIKULTURALISME

Identitas nasional Indonesia adalah hasil dari nilai-nilai budaya yang telah tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di Nusantara, mencakup berbagai aspek kehidupan dari beragam suku yang kemudian disatukan dalam kebudayaan nasional Indonesia. Pancasila dan semangat "bhinneka tunggal ika" menjadi pijakan utama dalam pengembangan identitas ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan kata lain, hakikat dari identitas nasional sebagai sebuah bangsa dalam konteks hidup dan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan dalam arti luas, termasuk dalam Pembukaan dan UUD, sistem pemerintahan, nilai-nilai etika, moral, tradisi, bahasa, ideologi, dan sebagainya, yang secara normatif diterapkan dalam pergaulan baik di tingkat nasional maupun internasional.

Identitas nasional Indonesia tercermin dalam karakteristik- karakteristik yang mencerminkan sejarah, budaya, dan nilai-nilai bangsa.

Keberagaman etnis, agama, dan budaya menjadi ciri khas yang menonjol, di mana bangsa Indonesia mampu hidup berdampingan dalam kerukunan.

Semangat gotong royong dan solidaritas sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Indonesia, sementara keindahan alam yang memukau dan Pancasila sebagai dasar negara menjadi pilar utama dalam membentuk identitas nasional. Dengan karakteristik-karakteristik ini, identitas nasional Indonesia terus berkembang dan semakin menguat seiring waktu.

Proses pembentukan identitas nasional dimulai sejak Sumpah Pemuda, dan seterusnya dengan persiapan kemerdekaan pada sidang BPUPK. Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Indonesia telah mengatur negaranya sendiri, dengan usaha mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada untuk menciptakan keserasian dan keselarasan secara nasional.

(11)

eberagaman di Indonesia merupakan aset unik yang harus dijaga, karena negara ini memiliki beragam suku, bangsa, dan budaya, yang menjadi kekayaan bangsa selama terjaga persatuan, kerukunan, persaudaraan, dan sikap saling menghormati. Indonesia juga merupakan negara demokratis dengan mayoritas penduduk beragama Islam, bahkan menjadi salah satu negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia.

Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional termasuk entitas seperti teritori, bahasa, dan agama, serta perkembangan teknologi dan komunikasi, modifikasi bahasa, serta proses dominasi dan pencarian identitas. Multikulturalisme, sebagai gagasan yang muncul dari pengalaman hidup yang berbeda antara warga masyarakat dengan beragam etnisitas, ideologi, dan agama, menegaskan pentingnya membangun kesepahaman antara diri dan yang lain dalam interaksi sosial dan keberbangsaan, agar perbedaan tidak menjadi pemisah, tetapi malah menjadi perekat dan penguatan identitas nasional.

Selain itu, peran multikulturalisme juga menggarisbawahi pentingnya penghormatan terhadap keragaman sebagai modal utama dalam memperkuat identitas nasional. Dalam masyarakat yang heterogen seperti Indonesia, multikulturalisme memainkan peran penting dalam merajut keberagaman sebagai kekuatan, bukan sebagai potensi konflik. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi budaya dan pengakuan terhadap perbedaan merupakan langkah yang vital dalam menjaga harmoni sosial dan keutuhan bangsa. Dengan menerima dan menghargai keragaman, Indonesia dapat memperkuat identitas nasionalnya sebagai bangsa yang inklusif dan toleran, yang memperkaya kehidupan bersama dan meningkatkan solidaritas antarwarga negara.

(12)

NEGARA DAN KONSTITUSI

Negara, sebagai suatu wilayah yang terorganisir secara politik dengan pemerintahan yang sah, bertanggung jawab mengatur kehidupan masyarakat di dalamnya. Lebih dari sekadar sebuah entitas geografis, negara memiliki kedaulatan yang memungkinkannya untuk merumuskan kebijakan dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, dan sosial, serta memiliki struktur kelembagaan yang berwenang membuat, menegakkan, dan menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan dan layanan kepada warganya, selain menjaga keamanan dan kedaulatan wilayahnya dari ancaman internal maupun eksternal.

Sifat-sifat negara, seperti kedaulatan, teritorialitas, dan legalitas, serta perannya dalam politik, ekonomi, sosial, dan pertahanan, menjamin keberlangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Unsur-unsur negara, seperti wilayah, rakyat, pemerintah, dan kedaulatan, saling terkait dan mendukung satu sama lain dalam menjalankan perannya. Dengan memahami konsep-konsep dasar ini, kita dapat memahami peran penting negara dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Konstitusi, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, mengatur struktur, kekuasaan, dan kewajiban pemerintah, serta hak-hak individu dalam suatu negara. Sebagai landasan hukum, konstitusi membatasi kekuasaan pemerintah, menjamin hak-hak dasar warga negara, dan membagi kekuasaan antara cabang eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta mengatur hubungan antara pemerintah dan rakyat. Selain itu, konstitusi juga mencakup prinsip-prinsip fundamental seperti supremasi hukum, demokrasi, dan perlindungan hak asasi manusia, menjadi panduan bagi penyelenggaraan negara dan simbol kestabilan, keadilan, dan kebebasan dalam suatu masyarakat.

Konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, memberikan arahan

(13)

kepada generasi penerus bangsa, dan menjadi cabang utama dalam studi ilmu hukum tata negara. Fungsi dan kedudukan konstitusi dalam suatu negara ditentukan oleh ideologi yang melandasi negara tersebut, memungkinkan konstitusi untuk mengakomodir konvensi dalam praktik ketatanegaraan. Oleh karena itu, bagi pemerintah, mewujudkan cita-cita UUD NRI Tahun 1945 serta mempertahankannya di tengah kemajuan teknologi dan tuntutan zaman merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi secara murni dan konsekuen.

Dalam menghadapi dinamika zaman dan perkembangan teknologi, pemerintah harus tetap beradaptasi dengan tuntutan zaman sambil mempertahankan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi. Selaras dengan semangat UUD NRI Tahun 1945, pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil tidak hanya memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat pada masa kini, tetapi juga mengakar pada nilai-nilai keadilan, demokrasi, dan perlindungan hak asasi manusia yang menjadi pijakan utama negara. Oleh karena itu, kesinambungan antara tradisi dan inovasi, antara stabilitas dan adaptasi, menjadi kunci dalam menjaga integritas konstitusi dan keberlangsungan negara yang demokratis dan berdaulat.

(14)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan perundang-undangan, yang merupakan setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang, memiliki sifat mengikat secara umum dan mencakup aturan tingkah laku serta ketentuan-ketentuan mengenai hak, kewajiban, fungsi, status, atau suatu tatanan. Baqir Manan (1997: 52) juga menekankan hal ini.

Sumber-sumber peraturan perundang-undangan meliputi praktik atau kebiasaan ketatanegaraan, yurisprudensi, dan TAP MPR serta UU.

Peraturan perundang-undangan memegang peran yang sangat vital dalam menjaga ketertiban dan keadilan dalam masyarakat. Salah satunya, peraturan tersebut berfungsi sebagai instrumen untuk mengatur perilaku masyarakat dan mengendalikan kegiatan individu atau kelompok. Adanya peraturan yang jelas dan berlaku membantu menciptakan ketertiban sosial yang penting bagi kehidupan yang aman dan damai.

Selain itu, peraturan perundang-undangan juga memiliki peran penting sebagai alat untuk menciptakan kerangka kerja yang mendukung pembangunan dan kemajuan suatu negara. Dengan mengatur berbagai aspek kehidupan, peraturan tersebut memberikan landasan yang jelas bagi pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan peraturan memungkinkan kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi dan kebutuhan mereka.

Proses perumusan peraturan perundang-undangan merupakan proses yang kompleks dan terstruktur, melibatkan berbagai tahapan dan pihak yang terlibat. Tahapan awal melibatkan identifikasi masalah atau kebutuhan akan regulasi baru, kemudian diikuti dengan penyusunan konsep peraturan melalui proses konsultasi publik dan diskusi dengan berbagai pihak terkait. Setelah melalui proses legislasi, peraturan yang disahkan diberlakukan sebagai hukum yang mengikat, sehingga penting

(15)

untuk memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, transparansi, dan partisipasi publik dalam setiap tahapannya.

Perumusan peraturan perundang-undangan memerlukan pengakuan terhadap prinsip-prinsip dasar demokrasi, transparansi, dan partisipasi publik. Dalam konteks ini, partisipasi masyarakat dalam proses perumusan peraturan sangatlah penting untuk memastikan bahwa kepentingan dan aspirasi mereka tercermin dalam hasil akhirnya. Dengan melibatkan masyarakat dalam tahapan identifikasi masalah, penyusunan konsep peraturan, dan proses konsultasi publik, dapat dihasilkan peraturan yang lebih relevan dan berdampak positif bagi kehidupan bersama.

Selain itu, perlu ditekankan bahwa peraturan perundang-undangan haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hak asasi manusia.

Peraturan yang adil dan menghormati hak asasi manusia akan mendukung terciptanya masyarakat yang inklusif dan berkeadilan. Oleh karena itu, dalam proses perumusan peraturan, penting bagi pembuat kebijakan untuk memastikan bahwa setiap aspek kebijakan telah dipertimbangkan dengan seksama untuk menghindari diskriminasi dan pelanggaran hak asasi manusia. Dengan demikian, peraturan perundang-undangan tidak hanya menjadi alat pengatur, tetapi juga menjadi instrumen untuk memperkuat prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia dalam masyarakat.

(16)

DEMOKRASI INDONESIA

Konsep demokrasi mencakup aspek penguasaan kekuasaan politik oleh rakyat, baik melalui pemilihan langsung maupun perwakilan yang dipilih oleh masyarakat. Inti dari demokrasi adalah prinsip kedaulatan rakyat yang menegaskan bahwa keputusan politik harus mencerminkan kehendak mayoritas warga negara. Dalam hal ini, setiap individu memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik, termasuk dalam pemilihan umum, forum diskusi publik, atau melalui keterlibatan dalam organisasi sosial. Prinsip-prinsip demokrasi juga mengakomodasi hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan perlindungan minoritas, yang membentuk dasar bagi adanya pluralisme dan inklusivitas dalam pembentukan kebijakan.

Selain memperhatikan pengaturan kekuasaan politik, demokrasi juga melibatkan pengembangan nilai-nilai demokratis dalam kehidupan masyarakat secara luas. Hal ini meliputi upaya dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam berpartisipasi dalam proses politik, serta pembentukan sikap demokratis seperti toleransi, saling menghargai, dan kerja sama. Pembentukan lembaga independen, seperti sistem peradilan yang adil dan media yang bebas, juga merupakan bagian penting dari demokrasi modern yang bertujuan untuk memberikan pengawasan yang efektif terhadap kekuasaan politik. Secara keseluruhan, konsep demokrasi bertujuan untuk membentuk masyarakat yang adil, setara, dan berdaulat, di mana setiap individu memiliki peran yang penting dalam proses pembangunan dan pengambilan keputusan.

Perkembangan demokrasi telah mengalami evolusi signifikan sepanjang sejarah, dari konsep politik klasik Yunani kuno hingga demokrasi modern yang mencakup prinsip-prinsip hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan perlindungan minoritas. Perubahan zaman, teknologi, dan globalisasi telah membawa demokrasi ke tingkat baru, dengan munculnya

(17)

bentuk-bentuk partisipasi politik baru seperti media sosial dan gerakan sipil.

Namun, tantangan seperti populisme, otoritarianisme, dan ketidaksetaraan masih menjadi fokus dalam upaya memperkuat prinsip-prinsip demokratis dan mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif dan berkeadilan.

Di Indonesia, pasang surut dalam perjalanan demokrasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah politik negara sejak meraih kemerdekaan pada tahun 1945. Meskipun telah mengalami kemajuan signifikan setelah reformasi pada tahun 1998, tantangan dalam menjaga momentum demokrasi tetap ada. Isu-isu seperti korupsi, oligarki politik, dan keterbatasan akses terhadap keadilan terus menjadi hambatan dalam proses demokratisasi. Selain itu, kebijakan-kebijakan kontroversial dan pelanggaran hak asasi manusia menimbulkan kekhawatiran akan kemunduran demokrasi di Indonesia.

Meskipun mengalami pasang surut, upaya menuju konsolidasi demokrasi terus dilakukan di Indonesia. Peran masyarakat sipil, termasuk organisasi non-pemerintah dan media independen, semakin penting dalam memperjuangkan prinsip-prinsip demokratis dan melakukan pengawasan terhadap kekuasaan politik. Partisipasi pemilih dalam pemilihan umum juga terus meningkat, menunjukkan semangat rakyat Indonesia untuk melanjutkan perjalanan demokratisasi negara ini. Dengan memahami tantangan yang dihadapi dan memperkuat prinsip-prinsip demokrasi, Indonesia dapat terus maju menuju sistem pemerintahan yang lebih inklusif, transparan, dan adil bagi semua warganya.

(18)

NEGARA HUKUM, RULE OF LAWA, DAN HAM

Negara hukum dan rule of law merupakan fondasi penting dalam sistem pemerintahan yang memprioritaskan supremasi hukum. Di bawah konsep ini, hukum menjadi fondasi utama dalam menjalankan tugas-tugas negara, baik dalam perumusan kebijakan maupun pelaksanaan aturan. Hal ini menekankan bahwa semua individu, termasuk pejabat pemerintah, harus patuh pada hukum yang sama, tanpa kecuali. Rule of law, di sisi lain, menunjukkan bahwa kekuasaan negara harus tunduk pada hukum, dan pemerintah harus bertindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Prinsip ini penting untuk menjamin perlindungan terhadap hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan kebebasan individu dari tindakan sewenang- wenang. Selain itu, rule of law mendorong adanya lembaga peradilan yang independen untuk menegakkan hukum secara adil dan transparan, serta mekanisme pengawasan yang efektif terhadap tindakan pemerintah.

Dengan menerapkan konsep negara hukum dan rule of law, sebuah negara dapat menciptakan lingkungan yang stabil, teratur, dan adil bagi seluruh warganya.

Karakteristik negara hukum melibatkan supremasi hukum, yang menegaskan bahwa hukum adalah fondasi tertinggi dalam menjalankan kekuasaan negara. Ini mengimplikasikan bahwa segala tindakan pemerintah harus didasarkan pada hukum yang telah ditetapkan dan tidak boleh melanggarnya. Sementara itu, kepastian hukum adalah aspek penting lainnya, yang melibatkan kejelasan dan ketertiban dalam peraturan hukum serta proses peradilan yang adil dan transparan. Di sisi lain, rule of law memiliki karakteristik seperti prinsip kesetaraan di depan hukum, di mana semua individu, termasuk pejabat pemerintah, harus tunduk pada hukum yang sama tanpa kecuali. Selain itu, independensi sistem peradilan yang dapat menegakkan hukum secara adil dan bebas dari pengaruh politik atau intervensi juga menjadi ciri penting dari rule of law. Kemudian, terdapat keterbukaan, akuntabilitas, dan transparansi dalam proses pembuatan

(19)

kebijakan serta pelaksanaan hukum sebagai ciri-ciri rule of law. Dengan adanya ciri-ciri ini, rule of law memastikan bahwa kekuasaan negara dibatasi oleh hukum dan digunakan untuk melayani kepentingan rakyat, bukan kepentingan penguasa semata.

Hak Asasi Manusia (HAM) merujuk pada hak-hak yang melekat pada semua individu sebagai manusia, yang dilindungi dan diakui oleh hukum, tanpa diskriminasi apapun. Ini termasuk hak-hak sipil dan politik, seperti kebebasan berpendapat, hak atas kebebasan beragama, serta hak untuk hidup, keselamatan, dan perlindungan dari perlakuan yang sewenang- wenang. HAM juga mencakup hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, seperti hak atas pendidikan, pekerjaan, dan standar hidup yang layak. Ciri pokok HAM meliputi universalitas, yang berarti bahwa hak-hak ini berlaku untuk semua individu tanpa terkecuali, serta tak terpisahkan, saling berkaitan, dan saling mendukung satu sama lain. HAM juga bersifat inheren, artinya hak-hak tersebut melekat pada manusia sejak lahir dan tidak dapat dicabut oleh siapapun. Selain itu, HAM bersifat tidak dapat diabaikan, yang berarti bahwa negara berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak tersebut tanpa diskriminasi.

Dalam konteks Indonesia, implementasi konsep negara hukum, rule of law, dan perlindungan HAM menjadi fokus penting dalam upaya memperkuat fondasi demokrasi dan keadilan sosial. Meskipun telah terjadi kemajuan dalam pembentukan lembaga-lembaga perlindungan HAM dan penegakan hukum, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi.

Perlindungan terhadap hak asasi manusia harus menjadi prioritas utama dalam setiap kebijakan pemerintah, dengan memastikan bahwa semua warga negara dapat menikmati hak-hak mereka tanpa diskriminasi atau penindasan. Selain itu, pembangunan sistem hukum yang transparan, akuntabel, dan independen menjadi kunci dalam memastikan supremasi hukum dan keadilan bagi semua individu. Dengan komitmen yang kuat terhadap prinsip-prinsip negara hukum, rule of law, dan perlindungan HAM, Indonesia dapat melangkah maju sebagai negara yang lebih demokratis, inklusif, dan berkeadilan bagi seluruh rakyatnya.

(20)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Hak dan kewajiban merupakan prinsip dasar dalam kehidupan bermasyarakat di mana setiap individu memiliki hak-hak yang melekat pada dirinya sebagai manusia serta kewajiban yang harus dipenuhi untuk menjaga keseimbangan sosial. Hak adalah klaim individu untuk mendapatkan perlakuan atau keuntungan tertentu dari pemerintah atau pihak lain berdasarkan norma atau hukum yang berlaku, sementara kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dipenuhi individu sesuai dengan norma, hukum, atau kesepakatan, seperti membayar pajak, mematuhi aturan, dan menjaga ketertiban masyarakat.

Keseimbangan antara hak dan kewajiban ini dapat tercapai dengan mengetahui posisi diri sendiri, baik sebagai warga negara maupun sebagai pejabat atau pemerintah. Memahami hak dan kewajiban yang tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku adalah langkah awal dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang sejahtera dan aman. Namun, di Indonesia, keseimbangan ini sering terganggu karena kurangnya perubahan yang dilakukan oleh masyarakat untuk menyeimbangkan hak dan kewajiban. Para pejabat sering kali lebih memprioritaskan hak mereka sendiri daripada kewajiban untuk memikirkan kesejahteraan masyarakat, menyebabkan ketidakseimbangan yang berkelanjutan.

Mengacu pada pasal-pasal terkait hak dan kewajiban manusia sebagai warga negara dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945, penting untuk menyadari bahwa hak dan kewajiban adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Namun, terdapat potensi konflik karena ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban ini, terutama saat banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan yang dijamin oleh hak- hak mereka. Hal ini menunjukkan perlunya perubahan dalam paradigma pemikiran dan tindakan, di mana kebutuhan kesejahteraan masyarakat harus diletakkan di atas kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

(21)

Ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban menjadi permasalahan yang perlu segera diatasi, terutama di Indonesia di mana masih terdapat kesenjangan sosial yang cukup besar. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemenuhan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan yang memadai tentang hak dan kewajiban serta peran aktif pemerintah dalam memberikan sosialisasi yang efektif kepada masyarakat. Selain itu, perlunya penguatan sistem pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran kewajiban juga menjadi kunci untuk menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara hak dan kewajiban.

Selain itu, pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengawasan dan pengambilan keputusan juga dapat membantu mengurangi ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban. Dengan meningkatkan partisipasi dalam berbagai forum diskusi publik, warga negara dapat lebih terlibat dalam proses pembuatan kebijakan dan memastikan bahwa kepentingan masyarakat menjadi prioritas utama.

Dengan demikian, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam memperjuangkan hak-hak yang setara dengan pemenuhan kewajiban yang adil dapat menjadi landasan bagi terciptanya masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan berkeadilan.

(22)

GEOPOLITIK DAN WAWASAN NUSANTARA

Studi mengenai hubungan antara faktor geografis, politik, ekonomi, dan strategis dalam menentukan kebijakan luar negeri dan dinamika kekuasaan global disebut sebagai geopolitik. Ini menjelaskan bagaimana faktor-faktor seperti lokasi geografis, sumber daya alam, dan struktur geografis lainnya memengaruhi kebijakan dan hubungan internasional suatu negara. Faktor-faktor seperti letak geografis, kekuatan militer, akses terhadap sumber daya alam, dan posisi ekonomi menjadi fokus analisis dalam geopolitik untuk memahami dinamika kekuasaan antar negara dan pembentukan aliansi politik.

Beberapa teori geopolitik yang terkenal, seperti Teori Heartland oleh Sir Halford Mackinder dan Teori Rimland oleh Nicholas Spykman, menyoroti pentingnya kontrol terhadap wilayah tertentu dalam menentukan dominasi global. Konsep-konsep seperti Teori Domino dan Teori Keseimbangan Kekuatan juga menjadi bagian dari teori geopolitik yang menggambarkan bagaimana kebijakan luar negeri dan kekuatan global dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Dengan memahami teori-teori geopolitik, negara-negara dapat merancang kebijakan luar negeri yang lebih efektif dan memahami dinamika kompleks dalam politik global.

Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia dikembangkan sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, yang menempatkan Ketuhanan dan kemanusiaan sebagai prinsip utama. Indonesia menekankan perdamaian dan kemerdekaan serta menolak penjajahan, eks-pansionisme, dan rasialisme. Wawasan Nusantara adalah konsep strategis yang mempertimbangkan wilayah, potensi, dan tantangan di wilayah kepulauan Indonesia. Hal ini menekankan pentingnya memahami aspek-aspek yang memengaruhi kehidupan dan keberlangsungan negara di wilayah Nusantara, serta kepentingan nasional, keamanan, dan kesejahteraan bangsa.

(23)

Wawasan Nusantara sebagai konsep strategis Indonesia juga memperhitungkan keanekaragaman geografis, budaya, sosial, dan ekonomi di seluruh wilayah kepulauan. Hal ini mengarahkan perhatian pada upaya memahami dan mengelola potensi serta tantangan yang ada, baik dari segi ekonomi, keamanan, maupun keberlanjutan lingkungan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki tantangan unik terkait dengan pengelolaan sumber daya alam, pemukiman penduduk, konektivitas antarpulau, dan mitigasi bencana alam.

Selain itu, dalam konteks geopolitik, Indonesia juga harus memperhitungkan dinamika regional dan global yang memengaruhi posisinya sebagai negara maritim. Hubungan dengan negara-negara tetangga, keanggotaan dalam organisasi regional seperti ASEAN, serta keterlibatan dalam kerja sama internasional menjadi bagian penting dalam merumuskan kebijakan luar negeri Indonesia. Dalam menghadapi tantangan seperti persaingan geopolitik, konflik regional, dan isu-isu keamanan lintas batas, Indonesia perlu mempertimbangkan posisinya dan membangun kerjasama yang saling menguntungkan dengan aktor-aktor regional dan global.

Selain aspek politik dan keamanan, aspek ekonomi juga menjadi perhatian utama dalam konteks wawasan nusantara dan geopolitik Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan potensi sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan sektor ekonomi maritim, seperti perikanan, kelautan, pariwisata, dan perdagangan internasional. Namun, tantangan seperti illegal fishing, pembalakan liar, dan kerentanan terhadap perubahan iklim juga harus diatasi melalui kerjasama regional dan internasional yang kokoh. Dengan memperkuat kerjasama ekonomi di tingkat regional dan global, Indonesia dapat memanfaatkan potensi maritimnya untuk meningkatkan kesejahteraan dan keamanan bagi seluruh rakyatnya.

(24)

GEOSTRATEGI DAN KETAHANAN NASIONAL

Bagi bangsa Indonesia, geostrategi diartikan sebagai metode untuk mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, melalui proses pembangunan nasional.

Tujuan tersebut menjadi pegangan atau bahkan doktrin pembangunan yang lazim disebut sebagai suatu ketahanan nasional. Pernyataan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 tersebut merupakan landasan fundamental bagi geostrategi Indonesia.

Ketahanan nasional, menurut pengertian tersebut, adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan secara berkelanjutan dan sinergis mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah, hingga nasional.

Proses berkelanjutan tersebut didasarkan pada pemikiran geostrategis yang memperhatikan kondisi bangsa dan geografi Indonesia, yang dirumuskan dalam Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia.

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia memiliki asas-asas yang meliputi kesejahteraan dan keamanan, komprehensif integral dan menyeluruh, mawas kedalam dan masuk keluar, serta kekeluargaan. Selain itu, terdapat sifat-sifat ketahanan nasional yang bersifat mandiri, dinamis, memiliki wibawa, serta mengedepankan konsultasi dan kerjasama.

Merujuk pada konsepsi ketahanan nasional, kondisi ketahanan merupakan hasil dari kesatuan ketahanan ideologi, politik, ekonomi, sosial- budaya, pertahanan, dan keamanan. Kekuatan dalam lima aspek ketahanan tersebut harus diciptakan untuk menumbuhkan kondisi dinamis yang mampu menghadapi ancaman, baik dari dalam maupun luar, secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pembahasan ketahanan nasional dimulai dengan penekanan pada bidang sosial-budaya, dengan penempatan utama pada unsur manusianya, mengingat tanggung jawab ketahanan pertahanan dan keamanan bukan hanya menjadi tugas TNI, melainkan seluruh masyarakat.

(25)

Dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap ketahanan nasional, peran masyarakat sangatlah penting. Sistem bela negara dan partisipasi seluruh potensi masyarakat perlu ditingkatkan sesuai dengan ketentuan dan undang-undang yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan nasional bukan hanya tanggung jawab dari pihak militer atau pemerintah semata, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Dengan keterlibatan aktif dari seluruh komponen masyarakat, baik dalam upaya menjaga kestabilan dalam bidang sosial-budaya maupun dalam menjaga keamanan dan pertahanan negara, Indonesia akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan memperkuat ketahanan nasionalnya secara keseluruhan.

Dalam konteks globalisasi yang semakin kompleks, ketahanan nasional menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan beragam potensi dan tantangan perlu memperkuat ketahanan nasionalnya agar dapat menghadapi dinamika global dengan lebih baik. Dengan menjaga keseimbangan antara berbagai aspek ketahanan, seperti sosial-budaya, politik, ekonomi, serta pertahanan dan keamanan, Indonesia dapat memastikan kelangsungan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya di tengah arus global yang terus berubah.

(26)

OTONOMI DAERAH

Otonomi daerah merupakan sistem pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada wilayah atau daerah di suatu negara untuk mengatur dan mengelola urusan dalam batas wilayahnya sendiri, sesuai dengan ketentuan konstitusi negara. Menurut Benyamin Hosein, otonomi daerah adalah pemberian kewenangan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus pemerintahan lokalnya sendiri, dengan prasyarat bahwa daerah tersebut menjalankan tata kelola yang demokratis. Sementara itu, Ateng Syarifuddin mendefinisikan otonomi daerah sebagai hak, kebebasan, dan tanggung jawab daerah otonom untuk mengelola urusan lokalnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta memberikan kesempatan bagi daerah untuk mengembangkan budaya lokal yang dilindungi oleh negara. Ini memungkinkan daerah untuk mengelola sumber daya dan memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan karakteristik dan potensi lokalnya.

Otonomi daerah dipandang penting dalam beberapa aspek, seperti politik sebagai arena kekuasaan, penyelenggaraan desentralisasi, aspek organisatoris, kultural, dan kepentingan pembangunan ekonomi. Tujuan utama otonomi daerah adalah memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengelola pemerintahan lokalnya sendiri secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lokal. Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dapat merumuskan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal, meningkatkan pelayanan publik, serta mengembangkan potensi ekonomi dan sosial di tingkat daerah. Manfaat otonomi daerah mencakup memperkuat partisipasi politik dan pemerintahan yang inklusif, mempercepat pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan lokal, serta memperkuat integrasi nasional melalui pengembangan keberagaman budaya dan identitas lokal.

Otonomi daerah menjadi landasan bagi pemerintah daerah untuk menyesuaikan kebijakan dan program-programnya dengan kebutuhan unik

(27)

dan karakteristik setiap daerah. Ini mengakomodasi perbedaan-perbedaan dalam hal geografi, budaya, sosial, dan ekonomi antar daerah, sehingga memungkinkan adanya solusi-solusi lokal yang lebih tepat sasaran dan berkelanjutan. Selain itu, otonomi daerah juga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak langsung pada kehidupan mereka sehari-hari. Dengan adanya otonomi daerah, masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pembangunan daerahnya sendiri, meningkatkan rasa memiliki terhadap proses pembangunan, dan memperkuat hubungan antara pemerintah dan rakyat.

Namun, implementasi otonomi daerah tidak selalu berjalan mulus dan sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kesenjangan dalam kapasitas dan sumber daya antar daerah, yang dapat menyebabkan disparitas dalam kemampuan pemerintah daerah untuk mengelola urusan lokalnya. Selain itu, pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah juga dapat menimbulkan konflik kepentingan antara kedua tingkatan pemerintahan tersebut.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya- upaya yang berkelanjutan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta masyarakat itu sendiri. Pemerintah pusat perlu memberikan dukungan yang memadai dalam hal pengembangan kapasitas dan sumber daya manusia di tingkat daerah, serta memastikan adanya koordinasi yang efektif antara pusat dan daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan. Di samping itu, pemerintah daerah juga perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah, serta memperkuat mekanisme pengawasan internal dan eksternal untuk mencegah terjadinya korupsi. Semua pihak harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan otonomi daerah yang bertanggung jawab dan berdaya guna bagi pembangunan lokal dan nasional.

(28)

KORUPSI DI INDONESIA

Korupsi merujuk pada perilaku yang dianggap menyimpang atau melanggar norma-norma sosial yang berlaku saat perilaku tersebut terjadi, seperti penyuapan, pemerasan, dan nepotisme, yang merupakan bentuk- bentuk penyimpangan dari perilaku yang dianggap normal. Saat istilah korupsi digunakan untuk menunjukkan perilaku tertentu, secara tersirat menyiratkan penyimpangan terhadap nilai-nilai sosial yang ada dan diakui oleh masyarakat.

Ironisnya, praktik korupsi sering kali terjadi di dalam lembaga- lembaga yang seharusnya bertugas untuk memberantas korupsi itu sendiri, terutama di lembaga eksekutif, legislatif, dan lembaga publik lainnya. Tidak hanya melibatkan pejabat pemerintah, tetapi juga pengusaha dan individu- individu di sektor swasta. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan sektor swasta sebagai salah satu fokus kerjanya untuk mencegah dan mengatasi korupsi.

Korupsi telah menjadi masalah serius di Indonesia, merajalela di berbagai tingkatan masyarakat dan telah meluas secara vertikal dan horizontal ke berbagai daerah. Ini menunjukkan bahwa penanganan korupsi adalah sebuah kebutuhan yang mendesak, karena korupsi tidak hanya merugikan satu aspek kehidupan saja, melainkan juga dapat menimbulkan dampak yang luas dan berkepanjangan terhadap eksistensi bangsa dan negara. Diperlukan penerapan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari, seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, keadilan, keberanian, dan kepedulian, untuk menciptakan sebuah budaya kerja yang bersih dan transparan, serta untuk mencegah negara terperosok dalam kemiskinan akibat praktik korupsi yang merajalela.

Korupsi bukanlah sekadar masalah moral atau hukum semata, tetapi juga memiliki dampak yang luas terhadap pembangunan ekonomi, politik, dan sosial suatu negara. Secara ekonomi, korupsi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan ketidakpastian bagi investor

(29)

dan mengganggu alokasi sumber daya yang efisien. Selain itu, korupsi juga memperkuat kesenjangan ekonomi dengan mengarahkan sumber daya ke pihak-pihak yang korup dan meninggalkan masyarakat yang rentan terpinggirkan. Secara politik, korupsi merusak kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah dan proses demokratis, mengancam prinsip-prinsip good governance, serta memperburuk ketidaksetaraan akses terhadap pelayanan publik. Di sisi sosial, korupsi dapat mengakibatkan terjadinya ketidakadilan dalam distribusi sumber daya, memperkuat ketimpangan sosial, dan menghambat pembangunan masyarakat yang inklusif.

Penanggulangan korupsi memerlukan komitmen yang kuat dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk pemerintah, sektor swasta, lembaga masyarakat sipil, dan individu-individu. Langkah-langkah pencegahan dan penindakan korupsi harus didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan partisipasi publik. Selain itu, perlu adanya kerjasama antarlembaga, koordinasi yang baik antarinstansi pemerintah, serta penguatan lembaga penegak hukum dan sistem peradilan yang independen. Upaya pemberantasan korupsi juga harus diiringi dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya dan dampak negatif korupsi, serta pembangunan budaya integritas yang menekankan pentingnya etika dan moralitas dalam setiap aspek kehidupan.

Di Indonesia, pemberantasan korupsi telah menjadi agenda penting dalam pembangunan nasional. Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan dan program untuk memerangi korupsi, termasuk pendirian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga independen yang memiliki wewenang investigasi, penuntutan, dan pencegahan korupsi.

Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam upaya memberantas korupsi, termasuk kelemahan dalam penegakan hukum, praktik korupsi yang persisten di berbagai sektor, dan rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pencegahan korupsi. Oleh karena itu, diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh pihak dan upaya bersama untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari korupsi dan membangun masyarakat yang berintegritas.

(30)

BAB 15

GOOD AND CLEAN GEOVERNANCE

Good governance, menurut LAN, memfokuskan pada dua aspek utama. Pertama, mencakup orientasi ideal negara yang bertujuan mencapai tujuan nasional. Kedua, mencakup efektivitas dan efisiensi pemerintahan dalam usaha mencapai tujuan nasional.

Partisipasi merupakan elemen kunci dari sistem pemerintahan yang baik, menunjukkan bahwa setiap anggota institusi governance memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan. Ini adalah dasar legitimasi dalam konteks demokrasi. Transparansi dalam proses dan metode pengambilan keputusan penting untuk memungkinkan partisipasi yang efektif. Para pembuat keputusan, baik dalam pemerintahan, bisnis, maupun organisasi masyarakat sipil, harus bertanggung jawab kepada publik serta

"stakeholders" lainnya. Institusi governance harus efisien dan efektif dalam tugasnya, responsif terhadap kebutuhan masyarakat, dan berfungsi sebagai fasilitator dan pemberi kesempatan daripada mengontrol, serta beroperasi sesuai dengan hukum.

Elemen-elemen utama dari good governance termasuk akuntabilitas, keterbukaan, kerangka hukum, dan transparansi. Konsep pemerintahan yang bersih erat kaitannya dengan akuntabilitas administrasi publik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Para pelaku pemerintahan yang bersih diharapkan menjalankan tugas mereka tanpa melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika administrasi publik.

Etika administrasi publik berperan sebagai panduan bagi para pelaku pemerintahan dan menjadi standar penilaian untuk menilai tindakan administrasi publik.

Pentingnya membangun kualitas manusia sebagai pelaku good governance dapat diwujudkan melalui pendekatan people-centered development paradigm. Dengan fokus pada pengembangan manusia yang berkualitas, diharapkan dapat terwujud pemerintahan yang baik.

(31)

Pendekatan ini menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan dan memperhatikan kebutuhan serta aspirasi masyarakat dalam proses pembangunan.

Selain itu, dalam upaya mewujudkan good governance, penting juga untuk memperkuat lembaga-lembaga yang bertanggung jawab atas pengawasan dan penegakan hukum. Lebih lanjut, sistem pengawasan yang efektif dan independen dapat menjadi penjaga integritas dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan publik serta pencegahan tindakan korupsi.

Dalam konteks pembangunan good governance, transparansi informasi juga menjadi faktor kunci. Akses yang mudah terhadap informasi publik memungkinkan partisipasi yang lebih luas dari masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, sehingga mendorong akuntabilitas dan responsifitas pemerintah terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Oleh karena itu, kebijakan yang mendukung transparansi informasi dan keterbukaan dalam segala aspek pemerintahan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih akuntabel dan responsif.

Referensi

Dokumen terkait

Dewasa ini pelaksanaan pendidikan moral di sekolah diberikan melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Pendidikan Agama akan tetapi

Penelitian tentang Pengaruh Pemahaman Ideologi Pancasila Terhadap Sikap Moral Dalam Mengamalkan Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Natar Tahun

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) penanaman nilai-nilai Pancasila melalui Pendidikan Kewarganegaraan sebagai upaya membangun sikap toleransi pada

Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat dikembangkan dalam diri anak didik dari TK dan SD melalui pengembangan konsep moral, sikap moral dan perilaku moral setiap

Tulisan ini akan lebih fokus membahas mengenai nilai-nilai pendidikan yang berkenaan dengan nilai sikap dan perilaku, nilai yang berkaitan dengan tujuan pendidikan

Dari pembahasan diatas mengenai “Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di SD” dapat peneliti simpulkan bahwasanya penerapan nilai-nilai pancasila

Dokumen ini membahas tentang pentingnya sikap yang mencontohkan Pancasila dalam kehidupan

Dokumen ini membahas tentang pentingnya pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai kebudayaan dan karakter bangsa, serta asal-usul nama