Adapun yang merupakan penampilan atau pelaksanaan Agama Hindu itu adalah apa yang disebut “Acara Agama Hindu”. Adapun bagian yang tampak secara riil yang beragam itu adalah apa yang disebut “Acara Agama Hindu” yang merupakan penerapan atau pelaksanaan hidup beragama.
Pengertian Acara Agama Hindu
Adalah suatu drsta atau tradisi agama Hindu yang bersumber pada sumber tertulis yang terdapat pada pustaka-pustaka suci atau sastra Agama Hindu. Adalah drsta atau tradisi agama Hindu yang bersifat turun temurun dan diikuti secara terus menerus sejak lama.
Ruang Lingkup Acara Agama Hindu
Apalagi mengingat bahwa agama Hindu dalam searah perkembangannya tetap menerima dan memelihara adat istiadat budaya setempat. Biasanya kaidah- kaidah ini diikuti berdasarkan apa yang telah berlaku atau dilakukan oleh orang-orang tua yang dianggap sebagai orang-orang terkemuka atau sesepuh dalam agama Hindu.
Ajaran Tentang Hari-hari Suci
Ajaran Tentang Orang Suci
Etimologi Yadnya
Dalam Bahasa Sansekerta kata Yadnya adalah kata benda jenis laki (maskulinum yang berasal dan urat kata kerja V Yaj (kelas 1) yang berarti memuja atau mempersembahkan atau memberi pengorbanan. Kembali pada arti kata Yadnya secara etimologi dengan singkat dan dapat dikatakan bahwa secara etimologi kata Yadnya berarti: pemujaan, persembahan atau korban suci.
Konsep Yadnya
Berdasarkan uraian kekawin di atas maka tergambarlah pengertian Yadnya itu yang pada dasamya terpusat pada persembahan sesajen pada api upacara. Namun berdasarkan uraian sumber-sumber tersebut di atas kiranya sudah cukup jelas memberikan pengertian Yadnya itu dan segi isi atau maknanya.
Tujuan Khusus dari Yadnya
Hukum dunia adalah yadnya dan ia yang tidak mengikuti ini akan tidak mencapai kebahagiaan hidup. Apapun kau perbuat, apapun kau makan, apapun kau persembahkan, apapun kau berikan, apapun pertapaan kau lakukan, laksanakanlah itu, O Putra Kunti (Arjuna) sebagai persembahan pada-Ku.
Macam Kedudukan Yadnya
Selanjutnya pada sumber lain seperti pada pustaka Wrhaspati Tattwa juga ada dinyatakan bahwa Yadnya itu adalah merupakan salah satu bentuk pengalaman dan pada dharma. Kemudian dalam buku Agastya Parwa dinyatakan bahwa Yadnya itu adalah merupakan salah satu bagian dan pelaksanaan “Prawerti Kadharma” atau Prawerti Marga, yaitu jalan untuk mencapai kebahagiaan hidup dengan pelaksanaan tapa, Yadnya dan krti.
Rta 3. Diksa
Jadi disini jelas kedudukan dan pada Yadnya itu sebagai salah satu bagian dan landasan dharma yang menegakkan bumi ini.
Sila 2. Yadnya
Tapa 2. Yadnya
Macam-macam Yadnya
Yadnya Bhiksu 7. Yoga
Sarana dan Upacara Yadnya
Sarana upacara Yadnya sangat penting artinya untuk keberhasilan dan suatu Yadnya yang dipersembahkan oleh umat Hindu. Setelah materi bahasan dalam modul ini dapat dipahami dengan baik, maka Anda diharapkan dapat memahami makna sarana upacara Yadnya.
Arti, Fungsi Sarana dalam Yadnya
- Arti dan fungsi api dalam upacara agama Hindu
- Arti dan Fungsi Air dalam Yadnya
- Arti dan Fungsi Bunga dalam Yadnya
- Arti dan Fungsi Daun dalam Yadnya
- Arti dan Fungsi Buah/Biji dalam Yadnya
Demikianlah sekilas uraian mengenai jenis bunga yang baik dan bunga yang diperkenankan untuk digunakan sebagai sarana upacara Yadnya. Daun yang lainnya banyak digunakan sebagai sarana upacara agama, seperti daun kelapa muda (janur) dan daun enau (ron).
Yadnya Sesa
Kedua sloka tersebut mengingatkan umat Hindu betapa pentingnya melaksanakan Yadnya, termasuk juga melaksanakan Yadnya sesa dengan mempersembahkan terlebih dahulu makanan yang telah dimasaknya sebelum menikmatinya. Kita yakin bahwa usaha apa pun pasti menghasilkan, demikian juga dalam melaksanakan Yadnya sesa memohon anugerah Hyang Widhi Wasa untuk selalu dianugerahi benih kehidupan dan kenikmatan hidup di dunia ini. Dari renungan di atas tentu umat harus menyadari untuk memberikan persembahan dengan berYadnya, seperti halnya mempersembahkan makanan atau Yadnya sesa.
Persembahan makanan dalam bentuk Yadnya sesa walaupun wujudnya sangat sederhana dan nampaknya kecil, namun hakikat Yadnya sesa itu sangatlah mulia dan luhur, yang mengandung makna spiritual untuk mententramkan kehidupan makhluk yang lainnya. Oleh karena manusia ini menikmati makanan ini atas dasar kebersamaan dan merupakan pemberian, maka patutlah makanan itu dipersembahkan kembali pada kekuatan alam yang lainnya melalui Yadnya sesa itu sendiri.
Tujuan Yadnya Sesa
Persembahan Yadnya sesa ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing terutama pada tempat-tempat yang dianggap penting. Demikianlah beberapa tujuan pelaksanaan Yadnya sesa yang dilaksanakan setiap hari (Nitya Karma) guna terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan hidup ini. Pelaksanaan Yadnya Sesa merupakan jenis Yadnya yang dilaksanakan oleh umat Hindu sehari-hari atau Nitya Karma.
Perlu diingat bahwa pelaksanaan Yadnya sesa/Ngejot/Saiban ini dilaksanakan setelah selesai memasak nasi dan belum makan yang dipersembahkan setiap hari. Lauk-pauk, ini juga merupakan bahan untuk Yadnya sesa untuk melengkapi rasa yang terkandung dalam suguhan itu.
Pelaksanaan Yadnya Sesa
Orang-orang suci agama Hindu (Pandita-Pinandita) sangat besar peranannya dalam kehidupan beragama, dijelaskan dalam pembahasannya meliputi pengertian orang suci dalam agama Hindu (Pandita-Pinandita), sasana dari wewenang orang suci dalam agama Hindu (Pandita-Pinandita), dan sekulas riwayat singkat orang-orang suci dalam agama Hindu di Indonesia. Orang-orang suci dalam dalam agama Hindu sangat besar dan penting peranannya dalam kehidupan beragama, membina umat dan sebagainya. Tanpa mengetahui, mengerti, memahami dengan baik orang-orang suci dalam agama Hindu, kemudian tugas dan fungsinya, sasana, kewenangan serta sejarah perkembangannya, terasa sulit untuk dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari.
Tanpa orang suci yang mempunyai kewenangan mengantarkan dan memimpin suatu upacara Yadnya, terasa pelaksanaan upacara yadnya tersebut kurang mantap. Mempelajari bahasan dalam pedoman ini diharapkan dapat memberikan petunjuk untuk memahami hakikat kebenaran dan ajaran Hindu itu sendiri secara umum dan peranan orang-orang suci (Pandita-Pinandita) dalam agama Hindu di dalam kehidupan beragama sangat diharapkan tidak terjadi persepsi yang keliru terhadap ajaran agama Hindu dengan segala aspeknya.
Pengertian Pandita dan Pinandita
Orang suci juga seorang “guru” dengan berbagai bidang ilmu, misalnya ilmu agama, sastra, perang, politik, kepemimpinan, astronoini, dan sebagainya. Memperhatikan sejarah agama Hindu dari awal mula munculnya diperkirakan 2.500 tahun sebelum masehi, berkembang dan India ke Indonesia bahkan di beberapa penjuru dunia, banyak disebutkan orang-orang suci yang berjasa membina dan mengembangkan ajaran agama Hindu itu sendiri, juga ada disebutkan beberapa gelar dan fungsi dan orang- orang suci tersebut. Hal itu pula menjadi latar belakang seorang yang telah didiksa atau diwinten untuk menjadi rsi atau orang suci harus berpegang teguh kepada brata (pantangan-pantangan) yang diwajibkan.
Perkembangan selanjutnya, terutama pada dekade pembangunan sekarang ini baik di Indonesia ataupun di Bali pengertian orang suci dipergunakan pada sebutan Pandita dan Pinandita. Demikian sekilas pengertian orang-orang suci Hindu dan sebutan Rsi hingga sampai pada sebutan Pandita dan Pinandita yang berkembang akhir-akhir ini.
Sasana dan Wewenang Orang Suci
Yang paling tidak boleh dimakan adalah burung hantu, burung elang, gagak, burung jalak, burung kakatua, burung bangau. Makanan dan minuman lainnya tidak boleh dimakan/diminum oleh Pandita ialah: sisa-sisa makanan, makanan yang terletak di bawah benda-benda yang tidak suci. Demikian juga seorang Pandita tidak boleh duduk di tempat perjudian atau dengan segala jenis permainan yang ada taruhannya, dan beberapa tempat larangan lainnya.
Dalam perilaku kehidupan sehari- hari di tengah-tengah masyarakat, seorang Pinandita tidak boleh berjudi atau bermain yang membawa konsekuensi taruhan, tidak dibolehkan duduk datang ke tempat perjudian. Dalam perilaku yang lain, seorang pinandita tidak boleh menjunjung sesuatu beban dalam bentuk apapun, karena pinandita telah ada pada.
Riwayat Singkat Orang Suci Agama Hindu
Semua nama itu ada kaitannya dengan kegiatan Dang Hyang Markandeya sewaktu beliau ada di Bali. Di Daha Dang Hyang Dwijendra mengadakan Dharma Yatra (perjalanan suci) ke arah timur menuju Pasuruhan. Gugurnya Sri Juru ini sebagai terkena kutuk dari orang pendeta suci yaitu Dang Hyang Dwijendra.
Dang Hyang Dwijendra juga terkenal sebagai cikal-bakalnya wangsa Brahmana di Bali, terutamanya Brahmana Siwa. Oleh karena ajaran-ajaran yang tinggi itu, kemudian Dang Hyang Dwijendra mendapat gelar Tuan Semeru.
Pengertian dan Fungsi Tempat Suci (Pura)
Di Pura adalah tempat memupuk serta memelihara ingatan umat kepada Ida Sang Hyang Widhi yang Maha Tunggal itu. Manusia patut mengerti bahwa dirinya harus takut hanya kepada Ida Sang Hyang Widhi Yang Maha tunggal. Demikian Pura sebagai tempat suci, tempat memuja kebesaran dan keagungan Ida Sang Hyang Widhi, tempat.
Hanya diketahui Prekanggen (tangan kanan) Ida Bhatara atau pembantu istadewata, dan Ida Sang Hyang Widhi. Dan menjadilah satu bangunan pelinggih yang suci sebagai sthana dari Ida Sang Hyang Widhi (Siwa Paditya).
Bangunan Suci dan Pengelompokkannya
- Pura Teritorial
- Pura Fungsional
- Pura Kawitan
- Pengertian Dewa Yajña
- Tujuan Dewa Yajña
- Jenis-Jenis Pelaksanaan Upacara Dewa Yajña
Pura ini mempunyai ciri umum sebagai tempat pemujaan Ida Sang Hyang Widhi dengan segala manifestasinya (prabhawanya). Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) merupakan pencipta seluruh alam semesta dengan segala isinya termasuk pula umat manusia. Sloka Manawadharmasastra di atas menegaskan bahwa Dewa Yajña adalah suatu persembahan yang ditujukan kepada para Dewa sebagai manifestasi dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Upacara Dewa Yajña merupakan persembahan atau korban suci yang ikhlas kehadapan Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) beserta semua manifestasinya dengan jalan cinta bakti sujud memuja dan mengikuti segala ajaran-ajarannya yang suci serta melakukan tirtha yatra (mengadakan kunjungan keagamaan ke tempat-tempat suci). Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan kehadapan Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa.
RSI YAJÑA
- Pengertian Rsi Yajña
- Tujuan Rsi Yajña
- Pelaksanaan Upacara Rsi Yajña
Dengan demikian bahwa Rsi Yajña adalah upacara penghormatan serta pemujaan yang ditujukan kepada para rsi atau orang-orang suci agama Hindu. Untuk menyampaikan rasa bhakti dan terima kasih kehadapan para maha rsi atau orang suci agama Hindu atas jasa-jasa dan pengabdian yang luhur para rsi/ orang suci. Untuk menjalin rasa kebersamaan dan persatuan yang tulus antara sesama umat dengan para rsi / orang suci guna kesinambungan agama Hindu.
Jadi pendeta atau pandita adalah orang suci atau rohaniawan Hindu yang telah madwijati melalui upacara diksa. Cara yang dapat dibenarkan dalam pelaksanaan Rsi Yajña misalnya dengan membangun tempat pemujaan untuk para sulinggih atau orang suci agama Hindu.
PITRA YAJÑA
- Pengertian Upacara Pitra Yajña
- Tujuan Pitra yadnya
- Pelaksanaan Upacara Pitra yadnya
Wujud kusa saria itu dibakar yang pelaksanaan sama dengan upacara Sawa Wedana seperti yang telah diuraikan di depan Upacara Nglungah. Ngelungah juga merupakan upacara Pitra Yajña, karena yang diupacarai adalah arwah dan anak-anak yang telah meninggal, khususnya anak-anak yang belum tanggal giginya. Melaksanakan upacara Pitra Yajna sebagaimana yang telah disinggung sekilas pada bahasan di depan itu merupakan kewajiban bagi sanak keluarga atau keturunannya.
Wujud kusa sarira itu dibakar yang pelaksanaannya sama dengan upacara Sawa Wedana seperti yang telah diuraikan di depan. Ngelungah juga merupakan upacara Pitra Yajna, karena yang diupacarai adalah arwah dari anak-anak yang telah meninggal, khususnya anak-anak yang belum tanggal giginya.
MANUSA YAJÑA
- Pengertian Manusa Yajña