• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAFSIRAN SURAT AL-ASHR DALAM TAFSIR TAHRIR WA TANWIR KARYA IMAM IBNU ‘ASYUR

N/A
N/A
Tamadhir Thaharanil

Academic year: 2023

Membagikan "PENAFSIRAN SURAT AL-ASHR DALAM TAFSIR TAHRIR WA TANWIR KARYA IMAM IBNU ‘ASYUR"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENAFSIRAN SURAT AL-ASHR

DALAM TAFSIR TAHRIR WA TANWIR KARYA IMAM IBNU ‘ASYUR (Makalah ini untuk memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Qur’anic Exegesis and Text)

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Hamdani Anwar.,M.A.

Dr. Abdul Hakim Wahid, S.H.,M.A.

OLEH:

Tamadhir Thaharanil B.M 11170340000080

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022

(2)

TAFSIR SURAT AL-ASHR (Study atas Penafsiran Ibnu ‘Asyur)

A. Pendahuluan

Dialektika bahasa al-Quran yang unik, maknanya yang dalam dan segala keotentikannya dari berbagai sisi membuat esensi al-Quran tak pernah redup dikaji zaman. Al-Quran yang Allah SWT turunkan dengan berbahasa arab memiliki tabir kemukjizatan luar biasa, struktur bahasanya yang indah, pemilihan kata nya yang sangat tepat membuat siapa saja yang membaca maupun mendengarkannya mampu merasakan emosi yang tenang. Karenanya bahasa merupakan perangkat utama untuk memahami al- Quran.

Dengan keunggulan identitas al-Quran itu lahirlah karya-karya ulama dalam bidang tafsir yang tidak terlepas dari al-Quran itu sendiri sebagai mukjizat tertinggi Nabi Muhammad SAW yang mempunyai keAgungan sastra dan ragam interpretasi dari para ulama. Salah satu ragam interpretasi ulama tersebut sosok Ibn Asyur berhasil menghasilkan buah karya yang luarbiasa, Ibn Asyur berhasil mencetak sejarah kontemporer dengan karya masterpiece nya yaitu tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir.

Ibn Asyur dengan keluasan ilmunya juga semangatnya yang tinggi mampu mengubah kondisi intelektual di Tunisia. Pemikirannya yang futuristik juga sikapnya yang visioner memberi pengaruh besar atas kejumudan ilmiyah yang terjadi di dunia islam saat itu. Kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir dengan dimensi lughawinya telah menjadi sumbangsih yang berharga dalam khazanah keilmuan islam. Perhatiannya terhadap linguistik al-Quran sangat tinggi, di dalam tafsirnya terdapat corak syair, mufradat al-Quran, asal usul kata, i'rab, corak balaghiy dan berbagai cabang keilmuan lainnya.

Tampaknya Ibn Asyur berusaha menyingkap tabir kemukjikatan al-Quran melalui dimensi bahasa dengan nuansa yang lebih modern.

Melalui makalah sederhana ini, pemakalah mencoba untuk mendeskripsikan siapakah sosok Ibn Asyur sang Pembaharu dari Bumi Tunisia, juga bagaimana metodologi, sistematika, dialog kebahasaan yang terdapat dalam karya monumentalnya itu.

B. Mengenal Muhammad al-Tahir Ibn Asyur 1. Biografi Sang Mufasir

Beliau adalah Muhammad Thahir bin Muhammad bin Muhammad Al-Syadzili bin Abdul Qadir bin Muhammad bin Asyur yang selanjutnya dikenal dengan panggilan Ibn Asyur. Dan ibunya bernama Fatimah putri perdana Menteri Muhammad Al-Aziz bin Muhammad Al-Habib bin Muhammad Al- Thayyib bin Muhammad bin Muhammad Bouattour. Beliau lahir di La Marsa, daerah pinggiran ibukota Tunisia pada bulan Jumadil Ula tahun 1296 H atau bulan September 1879 M. Lahir dari keluarga Asyuriyah di tengah-tengah keluarga berdarah biru sebuah keluarga terhormat dari Andalusia tumbuh di pangkuan keilmuan sang ayah dan kakek (dari ibu) keduanya memiliki peran

(3)

penting dalam kemantapan ilmu beliau.

Keluarga Ibnu Asyur berasal dari Andalusia kemudian pindah ke kota Sala di Maroko setelah itu baru menetap di Tunisia, yang nantinya di negara inilah Ibn Asyur menjadi seorang Ulama besar pada zamannya. Ibn Asyur dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif akan keilmuan. Beliau memulai belajar al-Quran, tajwid, hafalan maupun qira‟at juga berbagai macam mutun keilmuan di kuttab yang terletak di samping rumahnya. Bahasa prancis pun beliau pelajari langsung dari seorang ahli.1

Ibn Asyur meneruskan perjalanan keilmuannya di Zaitunah2, di Zaitunah inilah beliau banyak belajar ilmu sampai menjadi seorang ahli dalam berbagai bidang keilmuan, salah satunya Ibn Asyur menjadi ahli dalam bidang Bahasa juga Syari‟ah. Banyak halakah keilmuan yang beliau ikuti, duduk di majelis para masyaikh sehingga terdidik dengan metode mereka dalam mempelajari susunan tangga keilmuan. Dari para masyayikh inilah Ibn Asyur banyak mendapatkan syahadah keilmuan diantaranya yaitu ijazah dalam bidang Hadits Nabi, dituliskan langsung oleh gurunya Syaikh Salim Bouhageb3 didalam sebuah buku.Beliau mempelajari Shahih Bukhari dengan syarah al-Qisthalani secara qiraah dan tahqiq dan beberapa syarah al-Zurqani terhadap Muwattha sehingga beliau menulis kitab yang bejudul Kasyf al-Mugatha min al- Ma‟ani wa alFadz al-Waqi‟ah fi al-Muwatha.4

Jalan keilmuan Ibn Asyur pilih untuk menghabiskan waktunya semasa hidup, belajar juga mengajar. Beliaulah Sang Reformis Islam dari bumi Tunisia. Majlis keilmuannya selalu dipenuhi para thalib. Ibn Asyur memiliki perhatian khusus terhadap ilmu dengan terus mengulang-ngulanginya dan mempraktikannya. Sifat inilah yg menjadikan beliau terkenal diantara teman-temannya juga selalu dipuji oleh murid-muridnya. Ibn Asyur sangat mencintai belajar, dari keistiqamahan beliau menghadiri majlis- majlis keilmuan inilah Ibn Asyur memiliki kelebihan diantara yang lainnya yaitu mampu menyingkap tabir rahasia dari sebuah ilmu. Sifat ini pulalah yang memudahkan para muridnya untuk menyelami makna-makna dari sebuah ilmu bahkan mungkin dengan beliau memberi isyarat saja dapat menarik perhatian mata untuk mengkaji lebih dalam sehingga terbukalah tabir keilmuan yang mungkin sebagian orang tidak menyadarinya, dengan kata lain beliau mampu memancing kelalaian para muridnya dalam membaca. Dan yang menjadikan beliau memiliki sifat tersebut adalah kecintaanya yang penuh dalam melahap berbagai kitab juga risalah untuk beliau hafal, baca, juga kaji secara intensif.

Perhatian Ibn Asyur pada pendidikan muncul dari kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai akar peradaban manusia “Ushul almadaniyyah albasyariyyah”5 oleh karenanya pendidikan

1al-Habib Ibn al-Khujah, Syaikhul Islam Imam al-Akbar Muhammad Thahir bin Asyur jilid 1, (Tunisia: al-Dar al- Arabiyah li al-Kitab, 2008) h. 20-21.

2Terletak di Tunisia, didirikan pada tahun 727 M/120 H universitas ini memiliki peranan penting dalam kejayaan peradaban Islam. Dulunya merupakan sebuah masjid yang didirikan oleh Ubaidillah Ibn Habhab pada masa Dinasti Umayyah, sebagai pusat ibadah sekaligus juga pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

3Beliau adalah seorang qadhi dan imam dari Tunisia, lahir pada tahun 1824 M di Bembla, Tunisia dan wafat pada tahun 1924 di La Marsa, Tunisia.

4Taha bin Ali al-Bousreih, Ta’liq ala Kasyf al-Mugatha min al-Ma‟ani wa alFadz al-Waqi‟ah fi al-Muwatha, (Kairo: Dar al-Salam, 2007) h.8.

5Ibn Asyur, Alaisa al-Subhu bi al-Qarib Dirasah Tarikhiyah wa Ara Islahiyah, (Kairo: Dar al-Salam, 2006) h. 13.

(4)

diperlihatkan oleh seluruh umat manusia. Dan bahkan pendidikan menjadi ajang persaingan antar bangsa, dimana semua bangsa berlomba-lomba untuk menguasai pendidikan dan ilmu pengetahuan, sebagaimana yang telah terjadi dalam sejarah peradaban dunia. Ibn asyur melihat bahwa krisis peradaban yang terjadi pada dunia islam secara global dan Tunisia khusunya sebagai pertanda turunnya kualitas pendidikan Islam. Pendidikan yang dicetak tidak lagi mampu menutup kebutuhan umat Islam untuk memahami dan mengamalkan Islam secara benar. Oleh karenanya lembaga pendidikan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan pesatnya perkembangan manusia yang terjadi di hampir seluruh belahan dunia.6

Tidak dapat dipungkiri dalam melakukan reformasi pendidikan di Zaitunah, Ibnu Asyur tidak lepas dari kritikan dan penolakan dari beberapa pengajar yang kontradiktif dengan pemikirannya.

Meskipun tidak sedikit pula yang pro mendukung adanya reformasi pendidikan di dalam sistem kurikulum universitas yang telah meluluskan Ibn Khaldun tersebut. Menurut al-Habib Ibn al-Haujah golongan yang sepakat dengan pemikiran reformasi pendidikan Ibn Asyur dan ikut dalam merombak sistem pendidikan Zaitunah jumlahnya sedikit. Dan kebanyakan dari para masyayikh mempertanyankan bahkan menentang adanya reformasi pendidikan tersebut. Maka dapat disimpulkan para masyayikh Zaitunah terbagi dua golongan yang pro reformasi dan kontra. Hal ini pula berimbas pada keadaan mahasiwa yang terpengaruh para masyayikh sehingga terbelah menjadi dua golongan juga.7

2. Riwayat Pendidikan

Pendidikan awal beliau dapatkan dari kedua orang tuanya, juga segenap keluarganya yang terkenal dengan sebutan „Asyuriyah, kakek dari ayahnya adalah seorang Ulama, sedangkan kakek dari ibunya adalah seorang Perdana Menteri. Dengan demikian Ibn Asyur hidup dalam lingkungan keluarga juga nasab yang mendukung keberhasilan ilmu beliau.

Pada umur enam tahun beliau belajar al-Quran di masjid yang berada disamping rumahnya.

Beliau membaca dan menghafalkan pada Syaikh Muhammad al-Khiyari. Kemudian menghafal beberapa mutun ilmiah seperti matan ibn asyir al-Jurumiyah, risalah, qatr dan lain-lain. Di masjid yang sama pula beliau belajar Syarh Syaikh Khalid al-Azhari atas Jurumiyah.8

Pada tahun 1310 H/1893 M diumurnya 14 tahun Ibn Asyur melanjutkan pendidikannya ke Universitas Zaitunah.9 Ilmu yang dipelajari di Zaitunah ini sangat beragam dimulai dari ilmu wasail juga maqashid. Karena sifat beliau yang haus akan ilmu di Zaitunah inilah Ibn Asyur mendapatkan berbagai macam prestasi diatas rata-rata sampai di penghujung masa belajarnya di Zaitunah. Tercatat bahwa beliaumempelajari berbagai macam disiplin ilmu di Universitas tersebut, diantaranya Ilmu Nahwu (alfiyah ibn malik beserta kitab-kitab syarahnya), Ilmu Balaghah (syarah risalah al- Samarqandiy), al-Lughah (al-Mazhar li al-Suyuthi), Ilmu Fiqh (aqrab al-Malik ila mazhab al-Imam al-Malik), Ilmu Ushul Fiqh (Syarah al-Hatab ala Waraqat), Hadis (Shahih Bukhari, Muslim, kitab

6Ibn Asyur, Alaisa al-Subhu bi al-Qarib Dirasah Tarikhiyah wa Ara Islahiyah, (Kairo: Dar al-Salam, 2006) h.100

7al-Habib Ibn al-Khujah, Syaikhul Islam Imam al-Akbar.., h.40-41.

8 al-Habib Ibn al-Khujah, Syaikhul Islam Imam al-Akbar.., h.148

9Balqasim al-Ghaliy, Syaikh al-Jami’ al-A’dzam Hayatuhu Wa Atsaruhu, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1996) h.37

(5)

Sunan), Mantiq dan masih banyak lagi.10 3. Guru-guru Ibn Asyur

Syaikh Ibn Asyur bermulazamah dengan para masyayikh pada zamannya, diantaranya:

1. Syaikh Abdul Qadir al-Tamimi dalam bidang tajwid dan ilmu qiraat dengan riwayat qalun.

2. Syaikh Muhammad al-Nakhliy dalam bidang ilmu wasail seperti qatrunnada, al-Makudiy atas khulasah, muqaddimah I‟rab fi al-Nahwi, Mukhtasar Sa‟ad fi al-balaghah, al-Tahdzib fi al- Mantiq.

3. Kepada Syaikh Muhammad Shalih Syarif mempelajari kitab Syaikh Khalid al-Azhari, al-Sulam fi al- Mantiq.

4. Kepada Syaikh Umar ibn Asyur mempelajari kitab Lamiyah al-Af‟al wa syuruhiha fi al-Sharf.11 Diantara guru-guru beliau yang sangat berperan penting bagi keilmuan seorang Syaikh Ibn Asyur yaitu Syaikh Salim Bouhageb (1924 M) dan Syaikh Aziz Bouatter atau kakeknya sendiri (1907 M).12

4. Murid-murid Ibn Asyur

Beberapa diantara murid Ibn Asyur yaitu anaknya sendiri yang bernama Syaikh Muhammad Fadhil Ibn Asyur, kemudian Syaikh Muhammad al-Syadzili al-Naifir dan Syaikh Muhammad Habib al-Khujah. Keduanya pernah menjabat sebagai Dekan Universitas Zaitunah setelah Syaikh Ibn Asyur.13

5. Kondisi Sosio Historis

Setidaknya ada dua fase kehidupan beliau, fase pertama masa kolonialisme Prancis. Periode pertama kehidupannya dilalui dengan terjadinya peristiwa besar di dunia islam, seperti melemahnya imperium kekhalifahan Turki Utsmani. Kondisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh negara-negara imperialis Eropa untuk melakukan penjajahan terhadap Tunisia dan negara-negara islam di Timur Tengah. Pahitnya penjajahan yang terjadi di Tunisia menyadarkan rakyat juga menggerakkan para cendekiawan untuk bangkit dan berjuang dari keterpurukan. Akibat dari kejadian krusial tersebut, muncullah seruan untuk memulai gerakan restorasi dan pembaharuan (al-Islah wa al-Tajdid) di seantero negara arab.16

Dalam perkembangannya ada tiga faktor historis yang melatarbelakangi perjuangan kemerdekaan Tunisia, yang mana Ibnu Asyur terlibat didalamnya. Pertama, adalah pengaruh eksternal dari tokoh reformis islam yaitu Muhammad Abduh melalui gagasannya mengenai “wacana pembaharuan islam” yang secara rutin dipublikasikan dalam majalah “al-Urwah al-Wustqa”. Kedua, pengaruh internal Tunisia sendiri yaitu Khairudin al-Tunisi yang berusaha membangunkan umat

10 Balqasim al-Ghaliy, Syaikh al-Jami’ al-A’dzam..,h.38.

11al-Habib Ibn al-Khujah, Syaikhul Islam Imam al-Akbar.., h.149

12Taha bin Ali al-Bousreih, Ta’liq ala Kasyf al-Mugatha min..,h.9

13Taha bin Ali al-Bousreih, Ta’liq ala Kasyf al-Mugatha min ..,h.8

(6)

islam dari kejumudannya. Melalui karyanya Aqwamal Masalik fi Ma‟rifati al-Ahwal al-Mamalik beliau berusaha menggugah umat islam untuk mengikuti model kemajuan yang telah dicapai negara- negara Eropa dalam aspek-aspek tertentu. Ketiga, kesadaran para tokoh dan ulama untuk merekontruksi ulang sistem pendidikan di Tunisia.

Fase kedua, adalah pasca kemerdekaan. Dalam fase ini Ibn Asyur menuangkan segala tenaga, pikiran dan perhatiannya dalam upaya reformasi pendidikan, ditunjukkan dengan menjabat sebagai staf pengajar resmi di Universitas serta menduduki banyak jabatan strategis.

Ibn Asyur juga merupakan ulama yang memiliki peran penting dalam menggerakan semangat nasionalisme. Ia masuk dalam anggota jihad bersama Syaikh Muhammad Khadr Husain yang berkedudukan sebagai Syaikh Azhar. Kondisi politik yang saat itu tidak menentu membuat hubungan antara pemerintah dan ulama berjarak. Penguasaan diktator, sewenang-wenang dan anti kritik yang dikuasai pemerintah menyebabkan Ibn Asyur diberhentikan dari kedudukannya sebagai Syaikh Islam di tahun 1960 M.14

6. Kiprah Ibn Asyur

Ibn Asyur memulai karirnya sebagai seorang pengajar di Universitas Zaitunah pada tahun 1899 M. Empat tahun kemudian ia juga dipercaya untuk mengjar di Yayasan Shadiqiyah pada tahun 1904 M. Selama hidupnya Ibn Asyur senantiasa memaksimalkan segala pemberian yang dimilikinya, waktunya ia gunakan untuk memaksimalkan segala potensi yang ia salurkan melalui berbagai macam kegiatan produktif. Dalam rangka khidmah untuk agama dan menebar kebermanfataan untuk umat.

Ibn Asyur banyak mengabdikan dirinya di Zaitunah, dan menempati berbagai posisi di bidang-bidang tertentu. Baik di bidang perkantoran maupun mahkamah syar’iyah. Adapun dalam bidang perkantoran beberapa diantaranya:

a. Menjabat sebagai Anggota Majelis Idarah al-Jam’iyah al-Khalduniyah pada tahun 1905 M.

b. Anggota Lajnah Tanqih Baramij al-Ta’lim tahun 1908 M.

c. Anggota Majlis Ishlah al-Ta'lim ke-2 ke-3 ke-4 di Jami’ah Zaitunah pada tahun 1910 M, 1924 M, 1930 M.

d. Sebagai Syeikh al-Jami'ah al-A’zham tahun 1932-1933 M.

e. Sebagai pimpinan di Universitas al-Zaituniah pada tahun 1956-1960 M. Adapun dalam bidang Mahkamah Syar’iyah diantaranya:

a. Sebagai Hakim di Majelis al-Mukhtalith di al-Aqariy pada tahun 1911 M.

b. Sebagai Qadhi atau Hakim Negara di Majelis al-Syar’iy pada tahun 1913-1923 M.

c. Sebagai Mufti pada tahun 1923 M.

d. Sebagai Pimpinan Ahli Syura pada tahun 1927 M.

e. Syaikhul al-Islam al-Maliki pada tahun 1932 M.

f. Sebagai Anggota Dewan Bahasa Arab Mesir pada tahun 1950 M.

g. Sebagai Majma’ Ilmi al-Arabiy di Damaskus pada tahun 1955 M.

14Balqasim al-Ghaliy, Syaikh al-Jami’ al-A’dzam..,h.53

(7)

7. Karya-karya Ibn Asyur

Banyak sekali karya-karya yang beliau tinggalkan sebagai warisan keilmuan islam, beberapa diantaranya yaitu:

a. Tafsir: Al-Tahrir wa Al-Tanwir.

b. Hadis: Kasyf al-Mughatta min al-Ma'ani wa alFadz al-Waqiah fi al-Muwattha.

c. Fikih wa Ushul: al-Amali ala Mukhtasar al-Khalil, Maqasid al-Syariah al-Islamiyah.

d. Pendidikan Budaya: Alaisa al-Subhu bi al-Qarib.

e. Lughah dan Adab: Ushul al-Insya wa al-Khitobah, Mujiz al-Balagah, al-Wadih fi Musykilat Syi’ir al- Mutanabbi li Abi al-Qasim al-Asfahani15, Syarh Diwan Basyar, Syarh Muallaqat Imroul Qois, Saraqat al- Mutanabbi.16

Ibn Asyur wafat pada hari Ahad 13 Rajab tahun 1393 H atau bertepatan dengan 12 Oktober 1973 M dimakamkan di pemakaman al-Jallaz Tunisia.17 Kehadiran Ibn Asyur memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat Tunisia bahkan setelah kepergiannya, bahkan efek tersebut memberikan dampak yang menjadikan Ibn Asyur “anti kritik” dalam masyarakat. Dalam artian ketika sesiapa saja yang berani bertanya atau mengkritik Ibn Asyur, akan spontan dijawab “kedudukan anda siapa berani mengkritik seorang Ibn Asyur?” tentu hal ini memberikan efek positif maupun negatif, adapun efek negatif yang dirasakan adalah lahirnya kejumudan ilmiyah selepas beliau wafat, sehingga belum lahir lagi ulama-ulama kredibel, mumpuni sekaliber Muhammad al-Tahir Ibn Asyur.

C. Mengenal Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir 1. Latar Belakang Penulisan

Kondisi politik Tunisia saat itu sedang tidak stabil adanya kesenjangan antara pemerintah dan kaum ulama. Disaat pemerintah dipimpin oleh seorang yang diktator, kondisi memaksa Ibn Asyur untuk melanjutkan perjuangannya dalam membela kebebasan pemikiran islam di Tunisia. Ia sebagai kelompok oposisi berusaha mengumpulkan kekuatan untuk menyampaikan pesan-pesan agama kepada pemerintah. Usahanya membuahkan hasil dengan tersebarnya kajian-kajian agama di berbagai penjuru negeri. Kualitas pendidikan pun beliau benahi dengan menambahkan ilmu-ilmu humaniora seperti filsafat, sejarah dan bahasa inggris. Akibat dari perjuangannya ini, akhirnya Ibn Asyur diturunkan dari kedudukannya sebagai Syeikh Besar Islam. Akhirnya waktu yang beliau miliki dimanfaatkannya untuk menikmati kembali kegiatan rutinnya membaca dan menulis. Dalam masa- masa inilah ia berhasil menulis karya masterpiecenya yaitu kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir.18

15Abir binti Abdullah al-Naim, Qowaid al-Tarjih al-Muta‟alliqah bi al-Nash Inda Ibn Asyur, (Saudi: Dar al- Tadmuriyyah, 2015) h.42-47.

16Balqasim al-Ghaliy, Syaikh al-Jami’ al-A’dzam..,h.69-70

17Taha bin Ali al-Bousreih, Ta’liq ala Kasyf al-Mugatha min ..,h.12

18 Balqasim al-Ghaliy, Syaikh al-Jami’ al-A’dzam..,h.17-18

(8)

Sebelum karya ini muncul Ibn Asyur sudah memiliki niat dan bercita-cita sejak lama untuk membuat karya tafsir al-Quran beliau berkata “adapun keinginanku sejak lama adalah membuat karya tafsir al- Quran yang lengkap untuk memberikan kemashlahatan dunia dan agama…”19 beliau menjelaskan kepada masyarakat apa yang membawa kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat, menjelaskan kebenaran, akhlak mulia, kandungan balaghah yang dimiliki al-Quran, ilmu-ilmu syari‟at serta pendapat- pendapat para mufassir terhadap makna ungkapan al-Quran. Ibn Asyur sering menceritakan keinginannya tersebut kepada para sahabatnya sembari meminta pertimbangan dari mereka sehingga karena banyaknya yang mendukung keinginan mulia Ibn Asyur tersebut, lama kelamaan azamnya dalam menafsiran al-Quran semakin kuat dan meminta pertolongan dari Allah SWT semoga dalam ijtihadnya ini ia terhindar dari kesalahan.20

Ibn Asyur dengan karya tafsir monumentalnya yang bernama Tahrir al-Ma’na al-Sadid wa Tanwir al-Aqli al-Jadid min Tafsir al-Kitab al-Majid atau disingkat menjadi al-Tahrir wa al-Tanwir. Tafsir ini berjumlah 15 jilid 30 juz. Dalam proses penulisannya beliau menghabiskan waktu sekitar 39 tahun, walau tidak menafikan bahwa beliau pula tetap menghasilkan karya-karya lainnya dalam rentang waktu tersebut.

Kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir diawali dengan pengantar dari sang Penulis Ibn Asyur. Ibn Asyur menyampaikan dalam pengantarnya tentang hal apa saja yang menjadi motivasinya dalam menyusun kitab tafsirnya, menjelaskan pembahasan apa saja yang akan diungkapkan dalam kitab tafsirnya, serta nama yang diberikan kepada kitab tafsirnya. Pada bagian selanjutnya, kitab tafsir al-Tahrir wa al- Tanwir berisikan mukadimah. Gamal al-Banna dalam kitabnya Tafsir al-Quran al-Karim baina al- Qudama wa al- Muhadditsin berkomentar bahwa keistimewaan tafsir ini terletak pada mukadimahnya yang berjumlah 130 halaman.

Di dalamnya memaparkan kepada pembaca wawasan umum tentang dasar-dasar penafsiran, dan bagaimana seorang penafsir berinteraksi dengan kosa kata, makna, struktur, dan sistem al-Quran.

Pengantar ini ditampilkan dengan bahasa yang mudah. Metode yang digunakan oleh Ibn Asyur adalah metode yang moderat. Gamal al-Banna menegaskan mukadimah ini merupakan bagian yang terbaik dalam karya tafsir ini, bahkan sebagai pengganti tafsir itu sendiri.

Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir berisikan sepuluh mukadimah yaitu:

1. Berbicara tentang tafsir, takwil dan posisi tafsir sebagai ilmu.

2. Berbicara tentang referensi atau alat bantu (istimdad) ilmu tafsir.

3. Ibn Asyur berbicara keabsahan tafsir tanpa nukilan (ma‟tsur) dan tafsir (bi al-ra‟yi).

4. Menjelaskan tentang maksud dari seorang mufasir.

5. Khusus membicarakan soal konteks turunnya ayat (asbab al-nuzul).

6. Berisikan tentang soal aneka ragam bacaan (al-qiraat).

7. Ibn Asyur berbicara tentang kisah-kisah al-Quran.

8. Berbicara tentang nama, jumlah ayat dan surah, susunan, dan nama-nama al-Quran.

19Mani Abdu al-Halim Mahmud, Manahij al-Mufassirin, (Kairo: Dar Kutub al-Mishriy, 2000) h. 334.

20Muhammad al-Tahir Ibn Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir jilid 1, (Tunisia: Dar Suhnun li al-Nasyr wa al- Tauzi, 1997) h. 5-6.

(9)

9. Berisikan tentang makna-makna yang dikandung oleh kalimat-kalimat al-Quran.

10. Dijelaskan tentang i’jaz al-Quran.

Setelah menjelaskan tentang persoalan-persoalan penting tentang ilmu tafsir dalam sepuluh tersebut, Ibn Asyur melanjutkannya dengan menafsirkan surat al-fatihah. Dalam penafsiran surat al- Fatihah ini Ibn Asyur mengkhususkan penjelasan tentang lafal “Basmalah”.

Dalam tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir dapat dilihat secara global bahwa Ibnu Asyur menggunakan metodologi tahlili, yaitu dalam menafsirkan 30 juz al-Quran Ibnu Asyur berusaha menafsirkan ayat-ayat al-Quran dari berbagai seginya berdasarkan urut urutan ayat dan surat yang sesuai dengan mushaf usmani. Metode penafsiran ini memliki kelebihan diantaranya pada keluasan dan keutuhannya dalam memahami al-Quran secara menyeluruh dari awal surat al-Fatihah sampai al-Nas.

2. Sumber penafsiran Tafsir Ibn Asyur

Pengetahuan terkait sumber penafsiran sebuah karya sangatlah penting. Hal ini berguna untuk mengukur seberapa tinggi kualitas sebuah karya tafsir serta menilai validitas keotentikan pemikiran yang dihasilkan sang penulis. Berikut beberapa suber penafsiran Ibn Asyur dalam karya tafsirnya al- Tahrir wa al-Tanwir:

a. Kitab Tafsir

1) Jami‟ul Bayan li Ibn Jarir al-Thabari.

2) Al-Kasyaf li al-Zamakhsyari.

3) Mafatih al-Ghaib li al-Razi.

4) Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta‟wil li al-Baidhawi.

5) Irsyad al-Aqlu al-Salim ila Mazaya al-Kitab al-Karim li Abi al-Su‟ud.21 b. Kitab Hadits-Hadits Nabi

1) Shahih al-Bukhari.

2) Shahih al-Muslim.

3) Syu‟ub al-Iman karya Imam Abu Bakar Ahmad bin al-Hasan bin Ali al-Baihaqi 4) Al-Muwatha karya Imam Malik bin al-Nas.

c. Referensi Syair

1) Sembilan tokoh Ashhab al-Qashaid, beberapa diantaranya yaitu Imru al-Qais, Zuhair bin Abi Sulma, Antarah al-Absiy, Nabighah al-Dzibyani dan Amr bin al-Kultsum.

2) Para pujangga generasi awal, antara lain Ubaidah bin al-Tayib, al-Mutalamis, dan „Alqomah bin Ubdah.

3) Para pujangga terkenal arab generasi kedua, antara lain Abu Zuhaib al-Hazl, Kaab bin Malik.

d. Referensi Kebahasaan

1) Kitab Mufradat Gharib al-Quran karya Imam Ragib al-Asfahaniy.

2) Lisan al-Arab karya Abu Fadhl jamal al-Din bin Manzur yang terkenal dengan sebutan Syeikh Ibn Manzur

21Balqasim al-Ghaliy, Syaikh al-Jami’ al-A’dzam..,h.78

(10)

3) Al-Qamus al-Muhith karya abu al-Tahir Majdudin Muhammad bin Ya‟qub al-Fairuz al-Abadiy.

4) Al-Maqamat karya Abu Muhammad al-Qasim bin Ali bin Muhammad bin Ustman al-Haririy al- Bishriy.

3. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan Ibnu Asyur dalam tafsirnya adalah sebagai berikut:

a. Memulai pembahasan dengan menyebutkan nama surat dan sebab penamaannya.

b. Menyebutkan jumlah ayatnya.

c. Menjelaskan susunan turunnya.

d. Menjelaskan asbab al-Nuzul.

e. Menjelaskan munasabah antara ayat satu dengan ayat yang lain dan antar surat.

f. Menjelaskan tujuan atau maksud surat.

g. Menyebutkan kandungan surat.22

h. Menjelaskan kajian kebahasaan, membahas i‟rab (struktur kalimat) dan juga sisi balagah.23 Adapun corak penafsiran yang digunakan Ibn Asyur dalam tafsirnya adalah bi al-ra‟yi dan bi al-ma‟tsur, namun lebih dominan dengan bi al-ra‟yi. Menurutnya dengan memaparkan pendapat Imam al-Ghazali dan Imam al-Qurthubi tidak benar bahwa semua yang dikatakan para sahabat itu bersumber dari nabi, penafsiran al-Quran dari Nabi SAW hanyalah sedikit, nabi hanya menjelaskan langsung makna ayat atau menjelaskan ketika terjadi perbedaan pendapat diantara para sahabat.

Sedangkan persoalan semakin kompleks, maka penafsiran dari nabi saja tidak cukup dan menjadi tidak benar jika membatasi penafsiran menurut para sahabat saja. Dengan demikian jika tafsir hanya terbatas pada nabi dan sahabat saja, maka tafsir hanya sebatas kumpulan kertas yang sedikit.

Sebelum pemakalah menjelaskan bagaimana seorang Ibn Asyur memaparkan dimensi lughawi dalam tafsirnya, pemakalah akan sedikit menjelaskan urgensi bahasa atau peran dan pengaruhnya dalam menafsirkan al-Quran. Pertama, dalam aspek hukum fikih. Sebagaimana telah kita ketahui seperti dalam permasalahan wudhu dalam surat al-Maidah ayat 6 dalam kalimat

مكلجرأو

jika dibaca manshub maka yang dilakukan pada kaki ketika berwudhu adalah membasuh diathafkan kepada aidiyakum, akan tetapi jika dibaca kasrah maka yang wajib hanya mengusap diathafkan kepada ruusikum. Kedua, dalam aspek teologi. Seperti pada menafsirkan

كياإ دبعن كياإو ينعتسن

dengan didahulukan lafal

كياإ

dari lafal

دبعن

, yang berarti dalam beribadah tidak boleh terjadi kesyirikan karena lafal tersebut bermakna terbata/ khusus.

4. Penafsiran Surah Al-Ashr dalam Tafsir Ibn Asyur

Ibn Asyur mengungkapkan bahwa al-Quran adalah kalam yang berbahasa arab, maka kaidah- kaidah bahasa arab merupakan media untuk memahami maknanya. Dengan tanpa media tersebut seseorang yang bukan dari bangsa arab akan berpotensi jatuh pada jurang kesalahan dan buruknya

22Nabil Ahmad Saqr, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn Asyur fi al-Tafsir, (Kairo: Dar Mishriyah, 2001) h. 43-52.

23Mani Abdu al-Halim Mahmud, Manahij..,336

(11)

pemahaman.

Surah Al-Ashr memiliki asbabun nuzul, yaitu sebab turunnya surah, yaitu bahwa sudah budaya bagi bangsa Arab apabila hari telah sore, mereka duduk bercakap-cakap membicarakan soal-soal kehidupan dan cerita- cerita lain yang berkenaan dengan urusan sehari-hari. Karena banyak percakapan yang melantur, terjadilah pertengkaran, bersakit-sakitan hati sehingga menimbulkan permusuhan. Lalu ada yang mengutuki waktu Ashar (petang hari), mengatakan bahwa waktu Ashar waktu yang celaka, atau naas, banyak bahaya terjadi di waktu itu.

Adapun munasabah (hubungan) surah Al-Ashr dan sebelumnya. Pada surah sebelumnya Allah menjelaskan tentang keadaan orang-orang yang hanya gemar menyombongkan diri dengan memperbanyak harta dan hal-hal lain yang dapat melupakan taat kepada Allah. Di dalam surah ini Allah menjelaskan bahwa watak manusia itu selalu cenderung kepada kerusakan dan membawa dirinya ke dalam kehancuran. Kecuali orang-orang yang dapat pemeliharaan Allah dan jiwanya dibersihkan dari kecenderungan yang merusak. Seakan-akan isi surah ini merupakan sebab dari isi surat sebelumnya. Hanya di surah sebelumnya dijelaskan tentang sifat-sifat orang yang senantiasa mengikuti hawa nafsunya dan mengikuti syaithan, sehingga dirinya berada dalam kehancuran. Di dalam surah ini dijelaskan tentang orang yang mempercantik dirinya dengan tabiat yang baik.

Karenanya, ia beriman kepada Allah dan beramal shaleh, di samping saling memberi wasiat agar berpegang teguh kepada kebenaran dan sabar dalam mengahadapi tantangan-tantangan.24

Ibn Katsir menyebutkan bahwa al-Thabrani meriwayatkan dengan sanadnya, dari Ubaydillah ibn Husan, berkata : "apabila dua orang berjumpa mereka tidak akan pergi sebelum salah satunya membaca surat al-Ashr". Penamaan surat Al-Ashr terdapat perbedaan pada beberapa kitab tafsir seperti ada yang menyebutnya al-Ashr dan didahului huruf "wawu" pada awal kalimat “wal Ashr” seperti penjelasan dalam shohih bukhari.

Jumhur Mufasir sepakat surat al-Ashr termasuk golongan makiyah, akan tetapi selain dari jumhur Mufassir berpendapat surat al-Ashr golongan madaniyah. Turunnya Surat al-Ashr urutan ke- 13 setelah surat al-Insyirah dan sebelum surat al-'adhiyat. Surat al-Ashr termasuk salah satu dari tiga surat terpendek di Al-quran. Tujuan yg terkandung dalam surat al-'ashr yaitu untuk memastikan akan adanya penyesalan bagi orang-orang yg musyrik dan kafir menolak Islam setelah seruan ajaran agama Islam, dan juga bagi orang-orang yg sudah melakukan perbuatan keji yg dilarang oleh Islam.

Selain untuk memberi peringatan bagi orang-orang musyrik dan kafir, surat al-Ashr juga menegaskan bahwa akan adanya kemenangan bagi orang-orang yg beriman, beramal shaleh dan berseru kepada kebenaran. Seperti hadis yang sudah disebutkan diatas, yg diriwiyatkan oleh Imam al- Thabrani dari 'ubaidillah bin abdullah al-hushaini. Pada riwayat lain juga disebutkan, dari Imam Syafi'i : apabila manusia mentadaburi surat ini maka akan menambah segala kebaikannya.

َعْلا َو [ ِرْص [ ٍرْسُخ يِفَل َناسنلإا نإ ] 1

قحلاب اوصاوتو تحلصلا اوُلِمَع َو اوُنَماَع َنيِذلا الَِّإ ] 2

ربصلاب اوصاوتو (3) 6

24Ahmad Mustafa Al-Maraghi. 2015. Tafsir Al-Maraghi, (Lebanon: Dâr Al-Khotob Al- Ilmiyah), cet-3, jld. 1, h.233.

(12)

مسقملاو . نآرقلا ماسقأ نأش وه امك ريخلا ديكأت هب دارب امسق رصعلاب ىلاعت الله مسقأ ةعسو هتردق ميظع ىلع لادلا ينابرلا نيوكتلا عيدب رهاظم

و تافص نم ةفص ىلع ةلاد ةلاح نوكي نأ ودعي لَّ اهنم دارملا نوكي نأ نيعتي ناعم رصعلا

أو ،دهعلاب وأ ، ةنيرقلاب وأ ، ردقي ام ىلإ هتفاضإب امإ نيعتي ، ةينابرلا لاعفلأا هنم . دارملا ناك ام اي

حأو ملاعلا قلخ يف ىلاعت الله ةردق ميظعب ركذي نم هنأ رابتعاب هب مسقلا نإف اذه رومأيو ، هلاو

كرابم نيعم رصع وأ ةصوصخملا ةلاصلا لثم ةكرابم ةميظع : . نيبو رهظلا تقو رخآ نيب ام تقول ةبلغلاب ملع هنأ رصعلا ظفل قلاطإ رهشأو ضرلأا ةكرح ماظنو ، ضرلأاو سمشلا ةقلخ ركذيو ،راهنلا ءاهتنا برقي نذؤي تقو كلذف

ا اهنم نوكتي يتلا ةكرحلا يهو ،سمشلا لوح ليللابو ىحضلاب مسقلاك هجولا موي لك راهبلاو لبقل

ةيضرلأا ةركلا وجلا سمشلا عاعش هجولا ريغتب ةيبيغتملا ةيوجلا لاوحلأا نم رجفلابو راهنلاو.

لاوز .دع هيلع ناك يذلا رمقلا دعب هللخ مسجلا لط راص اذإ هوديف سمشلا رارفصا طلا دعب هردق ىلثم م لظ ريصي نأ ىلإ دنعو سمشلا تقو كلذو ،سمشلا لاوز دنع هل ناك يذلا لف

سمشلا بورغ لبق ام وهو رارمحلَّاو ليصلأا هبقعيو ، يبشعلا أدبم رصعلاو ،سمشلا رارفصا ءامنلإا اند دقو ارصع مام نفلا اهعرفأو ةأن تسا : ةزلح نب ثراحلا لاق

ىلع مايقلاك راهنلا يف مهلامعأ نع عاطقنلال سانلا ًاهج تقولا كلذ يفو ، مهتانجو مظوفح

هئادتبلَّا ماظنو لمعلا ىلع باد امو يناسنلإا عمتجملا ماظن ةمكح ركذيف ، مهقاوسأ يف مهتاراجتو ةمعنلا نم وهو ،مهدلَّوأو مهيلهأب سنأتلاو مهتيبل مهتويب ىلع لابقلإل سانلا زفحتي هيفو .هعاطقناو لاجأ وندت نيح ةايحلا لثمب ريكذتلا ىلإ ءاميإ ميعنلا نم وأ لامتكلَّاو بابشلا راوطأ يضم دعب سانلا

نم هتزيرغ يف الله مهن مرهلاو رصع لك يأ يبهذلا دهعلا فيرعت هوجولا هذه ىلع ملالاب هفيرعتو دارملا يه : ليق ، ةمظعم ةلاص يهو .رصعلا تقوب ةعقوملا ةلاصلا ىلع رصعلا قلطيو

تاولصلا ىلع اوظفاح : ىلاعت هلوق يف ىطسولاب نم « ثيدحلا يف ءاجو . » ىطسولا ةلاصلاو

موي الله مهملكي لَّ ةثلاث« حيحصلا ثيدحلا يف دروو . » هلامو هلهأ ريو امنأكف رصعلا ةلاص هتتاف هفيرعتو ، طعي مل ام اهب ىطعأ دقل ةعلس ىلع رصعلا دعب ةرجاف انيمب فلخ لجروج ركذف ، ةمايقلا بلغلاب املع راصو دهعلا .فيرعت اذه ىلع لثم ملالاب ةفرعملا سانجلأا ءامسأ نم ريثك نأش وه امك ة

ةبقعلا

نيعيو ، نيد وأ ، ءيبن وأ كلم وأ ، سانلا نم لهج دوجول ةمولعم ةدم ىلع رصعلا قلطيو

زوجيف ،ةيلهاجلا رصعو ، ردنكسلإا رصعو ، ميهاربإ رصعو ، لحطفلا رصع : لاقيف ، ةفاضلإاب

(13)

انه قلاطلإا اذه دارم نوكي نأ نوكيو

لاوز يذلا رشقلا دعب هلثم مسجلا لع راص اذإ هديمه سمشلا رارفصا نم وهو دنع هيلع كلذو . سمشلا لاوز دنع هل ناك يذلا لظلا دعب هردق ىلثم مسجلا لظ ريصي نأ ىلإ دتميو سمشلا سمشلا بورغ لبق ام وهو رارحلَّاو ليصلأا هبقعيو . يشعلا أدبم رصعلاو ،سمشلا رارفصا تقو لاق برقب نذؤي تقو كلذف ءاسملإا انا ةلقو ارصع مان نفلا اهعزفأو ةأب تنأ : ةزلح نب ثراحلا ةكرحلا يهو ،سمشلا لوح ضرلأا ةكرح ماظنو ، ضرلأاو سمشلا ةقلخ ركذيو ، راهنلا ءاهتنا

نم رجفلابو راهنلاو ليللابو ىحضلاب مسقلاك هجولا اذه موي لك راهنلاو ليللا اهنم نوكتي يتلا لأا ةيضرلأا ةركلا وحن سمشلا عاعش هجوت ريغتب ةيبيغتملا ةيوجلا لاوح

، مهتانجو مهوقح ىلع مايقلاك راهنلا يف مهلامعأ نع عاطقنلال سانلا اهتيب تقولا كلذ يفو ىلع بأد نم هتزيرغ يف الله مهلأ امو يناسنلإا عمتجملا ماظن ةمكح ركذيف ،مهقاوسأ يف مهتاراجتو لَّا ماظنو لمعلا مهيلهأب سنأتلاو مهتيبملا مهتويب ىلع لابقلإل سانلا زفحتي هيفو .هعاطقلاو هئادتب

دعب سانلا لاجأ وندت نيح ةايحلا لثمب ريكذتلا ىلإ ءاميإ هيفو ، ميعنلا . وأ ةمعنلا نم وهو .مهدلَّوأو مرهلاو لامتكلَّاو بابشلا راوطأ ىنعم . دهعلا فيرعت هوجولا هذه ىلع ملالاب هفيرعتو ىلع رصعلا قلطيو . رصع لك يأ ينهذلا

( ىلاعت هلوق يف ىطسولاب دارملا يه : ليق ، ةمظعم ةلاص يهو .رصعلا تقوب ةتقوملا ةلاصلا هلهأ ريو امنأكف رصعلا ةلاص هتتاف . ثيدحلا يف ءاجو ىطسولا ةلاصلاو تاولصلا ىلع اوظفاح ي الله مهملكي لَّ ةثلاث« حيحصلا ثيدحلا يف دروو » هلامو ةرجاف انيمي فلح لجرو ركذف ، ةمايقلا مو

املع راصو دهعلا فيرعت اذه ىلع هفيرعتو هب طعي مل ام اهب يطعأ دقل ةعلس ىلع رصعلا دعب نم لثم ملالاب ةفرعملا سانجلأا ءامسأ ن ريثك نأش وه امك ةبلغلاب و ، نيد وأ ، ءيبن وأ كلم وأ ، سانلا . دوجول ةمولعم ةدم ىلع رصعلا قلطيو نيعي

رصعو ، ردنكسلإا رصعو ، ميهاربإ رصعو ، لحطفلا رصع : لاقيف ، ةفاضلإاب زوجيف ،ةيلهاجلا

نوكيو اذه قلاطلإا اذه دارم نوكي نأ )مويلا( يف فيرعتلا لثم يروضحلا دهعلا فيرعت هيف فيرعتلاو ، يبنلا رصع هب ينعملا

يف هتايح مسقلاك هب مسقلاف ، اذك مويلا تلعف : كلوق نم ، كرمعل ىلاعت هلوق

ىلاعت وهف : رخفلا لاق

« هلوق يف هرمعيو ، » دلبلا اذهب ىّلح تنأو . ىلاعت هلوق يف هناكمو ةيلآا هذه يف هتامزب مسقأ ـها .. كرمعلا.

ءيسلا لثم دقو ملاعلا اذهل نايدلأا روصع ةمتاخ وهو هلك ملاسلإا رصع داري نأ زوجيو ةيملاسلإا ةملأا رصع ىلإ رصعلا ةلاص .دعب امب ىراصنلا رصعو دوهيلا رصع ىلإ ةبسنلاب

ىلإ اموي هل نولمعي ءارجأ رجأتسا لجر لثمك راصنلاو دوهيلاو نيملسملا لثم هلوقب سمشلا بورغ

(14)

رجأتساو ، لطاب انلمع امو كرجأ ىلإ انل ةجاح لَّ اولاق مث راهنلا فصن ىلإ دوهيلا تلمعف ليللا أ : لاقف مهدعب نيرخآ ةلاص نيح ناك اذإ ىتح اولمعف مهل تطرش يذلا مكلو مكموي ةيقب اولمك

مهموي ةيقب اولمعي نأ اموق رجأتساو ، انل تلعج يذلا رجلأا كلو لطاب انلمع ام كل : اولاق رصعلا هل يوبنلا ليثمتلا كلذ لعلف .» مه مهنأف امهيلك نيقيرفلا رجأ اولمكتساو سمشلا تباغ ىتح اولمعف رلاب لاصلا هذه يف ملاسلإا رصع ىلإ زم

: بعك نب يبأ لاق : ةيطع نبا لاق هلك نامزلاب ةيلآا هذه يف رصعلا رسفي نأ زوجيو ريغ اهامهتحاب يفي لَّ يلاعملا هذهو . راهنلا رخآب مكير مسقأ : لاقف رصعلا نع هل الله لوسر تلأس رصعلا ظفل رصع ةدارإ ىلع ةروسلا ضرعل رصعلاب مسقلا ةبسانمو لاح تنيب اهنإف ةرهاظ ملاسلإا

، ملاسلإا اهب ءاج يتلا لامعلأا نم هظح قوتساو نمآ نمو هب رفك نم نيب ملاسلإا رصع يف سانلا لبق تناك يتلا ملأا لاوحأ امأ ، توافتم ريصقت مهامعأ يف ناكو اوملسأ نم لاح هنم فرعيو قبو ، مملأا ضعب ىلإ لسرلا ءيجم بسحب ةفلتخم تناكف ملاسلإا عئارش نودب مملأا ضعب ءا

لاق ةينارصنلاو ةيدوهيلا لثم هخسنل ملاسلإا ءاج نيدب وأ كرشلا نم ملاسلإا نيد ريغب ةكسمتم نارمع لآ ةيروس يف نيرساخلا نم ةيرخلآا يف وهو هنم لبقي نلف انيد ملاسلإا ريغ عبت نمو ىلاعت.

وهو قارغتسلَّا هب دارم سنجلا فيرعت هب ناسنلإا و فيرعتو يبرع قارغتسا

ملاسلإا روهظ نمز وهو ةيلآا لوزن نمز يف نيدوجوملا يناسنلإا عونلا دارفأ قرغتسي هنلأ ينتسا املو ، اهتوافت ىلع ملاعلا دلاب يف ةيعدلا مهتغلب نيذلا سانلاب صوصخمو . ابيرق تملع امك س امك نينمؤملا ريغ يف اققحتم همكح يقب تاحلاصلا اولمعو اونمآ نيذلا هنم يتأي

هفنأ نظي نمل ةبقاعلا ءوسل انه ريعتسا ، ةراجتلا يف حبرلا دض وهو ردصم : رسكلاو ا ةقاعلا يه كلتو ةنسح ةبقاع باذع وأ ميعن نم هترخآ يف ناسنلإا ةبقاع يهو ةمئادل

اهنآ نآرقلا هرئاظن ترركتو ةرقبلا ةروس يف » مهتراجت تحار امف لاعت هلوق يف مدقت دقو اديعبو هيحمو فرظلا ةطاحإب رسخلا ةمزلام تهبش ةيزاجم هب رسخ يفل « هلوق يف ةيفرظلاو

رساخلا ناسنلإا نإ : لاقي نأ نم غلبأ تناكف فورظملاب .

هباوج يف ديكوتلا فرحو مسقلاب هديكأت عم مومعلا ىلع ريخلا اذه ،

سانلا مظعمب ةطيحملا ةلاحلاب راذنلإاو ليوهتلا ديفي .

(15)

نأ انيبم عماسلا سفن يف امات مكحلا ررقتيف ةيلآا » اونما نيذلا لَّإ هلوقب ءانثتسلَّاب بلغأو لَّ تاحلاصلا اولمعو اونما نيذلاف معنم ءيش هقحلي لَّ قيرفوم نارسخلا هقحلي قيرف ناقيرف سانلا ائيسلا يهو اهدادضأ باكتراب تاحلاصلا نم ائيش اوكرتي مل اذإ لاحب نارسحلا مهقحلي

ت .

ملو ناميلإا فصو هيف ققحت نمف ، اهيفرتقملا بونذلا نم ةبونلا تاحلاصلا لامعلأا ربكأ ةبقاع نسح يأ ، يراجملا حبرلا وهو نارسحلا دض هل ققحت دقف اهنم باتو اهلمع وأ تائيسلا لمعي وهو هنم ىنثتسملا مكح هيف ققحت دقف هتائيس نم بتي ملو تاحلاصلا لمعي مل نم امأو ،هرمأ نمو . نارسخلا قدصو الله ةينادحوب ناميلإا ءاقتنا نع رجنملا رسجلا هدلاخو همظعأف توافتم ربخلا اذهو ،اهنطابو اهرهاظ ةئيسلا لامعلأا ةيلك بسحب ةتوافتم رمخلا بتارم نوكت كلذ نودو الله لوسرلا لامعلأا بتارم نم كلذل ملاسلإا هددح امو

هبحاص كرت اذإ مهللا ضعب نارفغو نإ ىلاعت هلوق هب رسف ام وهو شحاوفلاو رئابكلا

تائيسلا نبهذي تانسحلا ..

يف رسخ يقل يأ ، ديعولاو راذنلإا ماقم ةنيرقب لبقتسملا يف لوصحلا هب دارم ربخلا اذهو نيذلا بلقت كنرغي لَّ ىلاعت لاق ، ايندلا ةايحلا يف سانلا لاوحأ ىلإ تافتلا لاف ةرخلآا ةيدبلأا ةايحلا

رفك داهملا شيو منهج مهاوأم مث ليلق عانم دلابلا يف او ».

ماقم يف ميمعتلاو ميظعتلل اديفم نوكي نأ زوجيو ، عيونتلل نوكي نأ زوجي »ربخ« ريكتو مسقلا قايس يفو ليوهتلا » تاحلاصلا « هلوق يف فيرعتلاو نوكرشملا مهو ميظع ناسرخ يفل يناثلا نإ : ىنعملاو

هب دارم سنجلا فيرعت نيدلا رمأب اهلمعب اورمأ يتلا ةحلاصلا لامعلأا عيمج اولمع يأ ، قارغتسلَّا

ءاميإ اهفوطعمو ةلصلا نومضمب نيفصتملا ءانثتسا دافأ دقوم تائيسلا كرت لمشي تاحلاصلا لمعو اونمآ مهنأ لجلأا رسح يف اوسيل مهنإف هنم ىنتسمملا تباثلا مكحلا ضيقن وهو ءانثتسلَّا مكح ةلع ىلإ اولمعو تاحلاصلا

لوقم اهمومعف تاحلاصلا امأو ،ءىطاوتلاب اهتابيترح ىلع لوبقم ةقيقح وهف ناميلإا امأف كلذ يفو تاحلاصلا نم هولمع ام رادقمب ردقتب مهنع تارسحلا ءافتنا نأ ىلإ ريشيف ، ككشتلاب هيلع ةيبتك بتارم . نأ نم تاحلاصلا اولمعو اونمآ نيذلا ءانثتسا ىلع دقو ةيقب نوك نأ ىلع رسحت يف اونوكي

،ةفصلا موهفم ةللَّدب حلاصلا لمعلاو ناميلإا مدع وه ربخ يف ناسنلإا نأ لوصوملا نم ملعتو

ناسنلإاب رسخلا ةطاحإ ءافتنا ببس .امه حلاصلا لمعلاو ناميلإا.

(16)

لمع نم كلذ ناك نإو ربصلاب يصاوتلاو قحلاب يصاوتلا تاحلاصلا لمع ىلع فطعو تاحلاصلا ام وه حلاصلا لمعلا نأ نظي هنع لفغي دق هنلأ هب مامتهلال ماعلا ىلع صاخلا فطع ،

ا نم نأ ىلع هيبنتلا عقوف ، هتصاخ يف ءرملا لمع هرثأ هتوعدو هيبغ ملسملا داشرإ هب رومأملا لمعل

ميلعت لمشي قحلاب يصاوتلاف ، قحلا ىلإ حارإو باوصلا دئاقعو يدهلا قئاقح كرتو فورعملا لعفي ةركذملا :ىلع سفنلا ة

ناك نإو هليصحت ةلواحم نم وأ هبتشي ام ليصحت هسفن ءرملا عنم : هنأ ربصلا ةقيقحو نم باقع وأ الله بضغ فوخک هلوانت نع أشني رض فوخ هليصحت ةلواحم كرتيف لوصحلا بعص ا يف ةبغر جحلاو داهجلا ةقشنم ىلع ريصتاكو هنم عفن لوصح يف ةبغرلا وأ روملأا ةلَّو باوثل

كلذ وحن وأ ةعمس وأ لام ليصحت يف ةبغر ةقاشلا لامعلأا ىلع ربصلاو . ناك نإو اضيأ ماعلا ىلع صاخلا فطع قحلاب يصاوتلا ىلع فطع ريبعلاب يصاوتلاو يف ىذأ نم ملسملا ضرتعي امو قحلا ةماقإ ةقشم لمحت ريصلا نلأ هجو نم اصوصخ هصوصخ قحلا ضعب ةماقإ يف هسفن

صلا نم وي ضعب ضاعتما نم فورعملاب رمأ اذإ ملسملا هيقلاي ام ىلع ربصلا رب

كلذ وحن وأ كسفن رمأ يف ترظن لاه : هرملأ لوقي نمك لوقلاب مهاذأ نم وأ هب نيرومأملا ربصلاو ، يصاعملاو وهللا يف رهسلا متجت ىلع ربصلاك تاركنملا لعف ةقشم لمحت امأو

سيلف ، اهبراشلا رمحلا معط ةعاشب ىلع كلت ءاهتشا ناحجر نع ثعبنم لمحتلا كلذ نلأ ربصلا نم

اهكرت يف هضرتعت يتلا ةقشملا ةيهارك ىلع ةقشملا . ةينيدلا حلاصملا ةماقإ ىلع » ربصلاب اوصاوتو قحلاب اوصاوتو ىلاعت هلوق لمتشا دقو

ةيملاسلإا دئاقعلاف ،اهلك و ةحلاصلا لامعلأاو ، قحلا يف ةجردتم ةينيدلا قلاخلأاو

تائيسلا بنجت

ربصلا يف ةجردنم ىلع هسفن ةديمحلا قلاخلأاب ضايتلإا نإف اهلك قلاخلأا لئاضف كلام ربصلاب قلختلاو نمل ةكلم قلاخلأا مراكم ريصت ىتح ربصلا يضتقي بعت اهتفلاخم يفف ، ةيبيثك تاوهش ةفلاخم صاعلا نب ورمع نم ولخي لَّ لاق امك ، اهيلع هسفن يضار :

اذإ

اممي ثيح اهيلع ايلع ةني ملو هبحي اماعط كرتت مل ةرملا

لَّ اهلك ةحلاصلا لامعلأا كلذكو انفلا لأمث اهلاثمأ تركذ اذإ ةبس رهدلا هل ىقلت نأ كشويف

رانلا تقحو و راكملاب ةنجلا تقح « ثيدحلا يفو ، هيلا ليمت ام كرت ىلع سفنلا هاركإ نم ولخت

ط يبأ نبا يلع نعو . » تاوهشلاب

وبكت لَّ ةيطم ربصلا و بلا

(17)

يف » ةلاصلاو ربصلاب اونيعتساو " ىلاعت هلوق دنع اعبشم ربصلا ىلع ملاكلا ىضم دقو ةرقبلا ةروس . عويش ىلع امئاق نينمؤملا ةايح نأش نوكي نأ ربصلابو قحلاب يصاوتلا ةغيص تدافأو

قحلا ةماقإب نينمؤملا فاصنا يضتقي كلذو ،مهل انديد امهب رمآتلا حلاصم يف هراكملا ىلع مهيصو

افيلخ رملأا كلذ ىري وهو لَّإ رمأ ةمزلامب هيل ادحأ نأ نم سانلا فرع هيضتقي امل هنمأو ملاسلإا اخيبوت ىلاعت الله لاق دقو ، عزج وذ وهو ريصي رمأ وأ هلعفي لَّ وه قح رمأ مدقي نأ لق ذإ ةمزلاملاب أو مكسفنأ نوسنتو ربلاب سانلا نورمأتأ ليئارسإ ىنعملا اذه مدقت دقو . نولقعت لافأ باتكلا نولتت متن

دحأ رجفلا ةروس يف ، نيكسملا ماعط ىلع نوضعت لَّو « ىلاعت هلوق دنع

Pada ayat pertama, Ibnu Asyur menerangkan bahwa Tujuan Allah bersumpah dengan waktu untuk menunjukkan atas salah satu sifat dari sifat-sifat pekerjaan Tuhan. Adakalanya perbuatan Allah itu disandarkan pada sesuatu yang ditakdirkan atau sesuatu yang berkaitan dengan sesuatu yang berhubungan atau sesuatu yang berkaitan dengan massa. Sumpah-sumpah lainnya ditujukkan untuk menunjukkan atas betapa agungnya kuasa Allah dan betapa luasnya ilmu Allah. Menurut Ibn Asyur, sumpah yang diberikan menunjukkan akan kekuatan Allah SWT dalam menciptakan alam dan segala sesuatu nya, dan dengan bekal perkara yang agung seperti sholat pada waktu tertentu yang terdapat berkah didalamnya.

Waktu ashar adalah antara berakhirnya waktu dzuhur dan munculnya mega kuning. Kemudian akhir waktu dzuhur ialah ketika bayangan suatu benda dengan bendanya sejajar dan yang dimaksud mega kuning ialah ketika ukuran bayangan tersebut dua kali lipat dari benda tersebut.

Maka yang demikian itu adapun waktu menunjukkan dengan mendekatnya kedatangan akhir kiamat,mengingatkan penciptaan matahari dan bumi dan aturan pergerakan bumi di sekeliling matahari, dan adapun pergerakan tersebut menyebabkan pergantian malam dan siang. Dan dengan pergantian malam dan siang tersebut mengakibatkan adanya pergantian waktu seperti waktu dhuha, malam, siang dan juga waktu fajr. Dan dari pergantian waktu tersebut juga mengakibatkan pergantian cuaca.

Dan pada waktu ashar, manusia mulai berhenti dari pekerjaan-pekerjaan mereka seperti pekerjaan mereka di ladang, di sawah dan juga perdagangan mereka di pasar. Hikmah dari berhentinya pekerjaan mereka merupakan sesuatu yang Allah karuniai untuk setiap manusia dalam mengatur kehidupan mereka. Dan pada waktu Ashar, Allah mengkaruniai manusia untuk pulang dan masuk ke rumah-rumah mereka dan menikmati waktu dengan keluarga mereka.

Dan pengertian dari huruf Lam menunjukkan seluruh waktu Ashar. Alasan penamaan surah Al-Ashr dengan kalimat “Ashr” karena mengagungkan waktu Ashr. Hal ini ada kaitannya dengan

(18)

surah Al-Baqarah : 238 yang menyebutkan untuk menjaga sholat Ashar. dan Ibnu Asyur juga mencantumkan hadis yang menyebutkan bahwasanya “barangsiapa yang meninggalkan sholat ashar maka seakan-akan ia kehilangan harta dan keluarganya”.

Alif lam pada kaya al-ashr menunjukan segala waktu ashar seperti hal nya kata alhamdu segala pujian, ada pun yang berpendapat bahwasanya pengertian al-ashr merupakan segala waktu. Dan adapun yang berpendapat bahwa segala waktu yang dimaksud adalah waktu Islam, mengapa waktu Islam karena ia merupakan Islam sebagai penutup (Agama terakhir yang datang).

Dan boleh mengartikan Al-ashr pada ayat ini dengan makna "seluruh ayat". Ibnu Athiyah mengatakan bahwa Ubay bin Ka'ab mengatakan bahwa ia pernah menanyakan pada Rasul mengenai waktu Ashar kemudian Rasul menjawab "tuhan kalian bersumpah dengan akhir waktu siang."

Pada ayat kedua, makna Insan merupakan manusia yang hidup setelah datangnya ajaran Islam.

Adapun manusia yang merugi dalam ini adalah mereka yang hidup setelah datangnya Islam namun mereka tidak memeluk agama Islam sebagaimana yang disebutkan pada surat Ali Imron ayat 85.

Al- Khusr merupakan bentuk Masdar yang berarti kerugian. Kerugian yang dimaksud adalah lawan kata dari Keuntungan dalam perdagangan. Orang- orang yang merugi adalah mereka yang mengira bahwa akhir hidup mereka berakhir baik. maksud dari kata berakhir ialah akhir yang abadi (akhirat). Hal ini berhubungan dengan surah Al-Baqarah :16 "Maka, tidaklah beruntung perniagaannya dan mereka bukanlah orang-orang yang mendapatkan petunjuk."

Pada ayat ketiga diawali dengan kalimat istitsna (pengecualian). Hal ini menunjukkan bahwa manusia itu terbagi menjadi dua, yaitu orang yang dalam kerugian dan orang yang tidak dalam kerugian. Maka orang-orang yang beriman dan beramal Sholeh itu tidak tergolong dengan mereka yang merugi. Dan perbuatan baik yang paling utama adalah taubat dari dosa-dosa yang telah dilakukan, maka barangsiapa yang telah menyatakan keimanan dan tidak melakukan keburukan atau orang yang melakukan keburukan kemudian mereka bertaubat maka mereka bukanlah orang yang merugi. Karena Allah telah berfirman dalam surat Hud : 114 "Dirikanlah salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)."

Kemudian Ibn Asyur menjelaskan bahwa kerugian itu ada bermacam-macam, adapun kerugian yang paling besar adalah kerugian yang diakibatkan oleh kurangnya keimanan terhadap keesaan Allah dan kebenaran Rasulullah. Dan adapun kerugian- kerugian lain terdapat banyak tingkatannya sesuai dengan kuantitas perbuatan buruk lahir maupun batin.

Dan adapun makna manusia yang dalam kerugian yaitu adalah orang-orang yang musyrik. Dan

(19)

adapun makna as-Sholihah adalah menunjukan seluruh perbuatan baik karena dalam bentuk isim jamak. Perbuatan baik adalah mengerjakan yang diperintah dan meninggalkan yang dilarang dalam agama. Adapun makna Iman menerima kebenaran dengan penuh kesadaran. Kemudian makna sabar dalam ayat tersebut merupakan upaya dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan meskipun sulit untuk melakukannya dan berat meninggalkan larangan. Makna saling menasehati dalam kebenaran menurut Ibn Asyur, yaitu saling bersimpati. Sehingga muncul anjuran untuk membimbing seorang muslim yang lalai kepada ketaatan dan yang bodoh kepada pendidikan.

D. Penutup

Sang reformis dari bumi Tunisia ini dilahirkan dari keluarga yang mendukung akan keilmuan, sehingga Ibn Asyur tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kondusif. Sifatnya yang haus akan keilmuan dan semangatnya yang tinggi berhasil mengantarkannya untuk menduduki jabatan penting dalam berbagai bidang juga aktif menghasilkan berbagai macam karya. Kecerdasan juga sifat kritis yang dimilikinya membuat Ibn Asyur berhasil melewati berbagai macam situasi semasa hidupnya. Ibn Asyur tidak hanya diam mengikuti alur akan tetapi ia ikut andil, berkiprah, bergerak menyumbangkan berbagai macam pemikiran untuk agama islam.

Sehingga karena keluasan ilmunya itulah Ibn Asyur berhasil membuat karya tafsir monumental yang bernama al-Tahrir wa al-Tanwir, Ibn Asyur berusaha menyingkap makna-makna yang terkandung dalam al-Quran melalui metode bahasa. Menurutnya bahasa merupakan alat yang sangat penting. Sehingga kita pula dapat menjumpai dalam tafsirnya berbagai macam penjelasan yang bercorak lughawi. Ada yang bercorak syair, balaghiy juga berbagai penjelasan lainnya seperti kedudukan kalimat (i'rab), al-Isytiqaq (asal- usul kata) dan yang lainnya. Karya masterpiece nya ini beliau tulis selama kurang lebih 39 tahun dalam 15 jilid 30 juz. Dengan harapan mampu memberikan kebermanfaatan yang luas untuk umat islam di seluruh penjuru bumi. Wallahu a‟lam bi al-Showwab.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bousreih, Taha bin Ali. 2007. Ta‟liq ala Kasyf al-Mugatha min al-Ma’ani wa alFadz al-Waqi’ah fi al- Muwatha. Kairo: Dar al-Salam.

Al-Ghaliy, Balqasim. 1996. Syaikh al-Jami‟ al-A‟dzam Hayatuhu Wa Atsaruhu. Beirut: Dar Ibn Hazm.

Al-Khujah, Ibn al-Habib. 2008. Syaikhul Islam Imam al-Akbar Muhammad Thahir bin Asyur jilid 1. Tunisia:

al-Dar al- Arabiyah li al-Kitab.

Al-Naim, Abir binti Abdullah. 2015. Qowaid al-Tarjih al-Muta‟alliqah bi al-Nash Inda Ibn Asyur. Saudi:

Dar al- Tadmuriyyah.

Asyur, Ibn. 2006. Alaisa al-Subhu bi al-Qarib Dirasah Tarikhiyah wa Ara Islahiyah. Kairo: Dar al-Salam.

Asyur, Muhammad al-Tahir Ibn. 1997. Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir. Tunisia: Dar Suhnun li al-Nasyr wa al- Tauzi.

Mahmud, Mani Abdu al-Halim. 2000. Manahij al-Mufassirin. Kairo: Dar Kutub al-Mishri.

Saqr, Nabil Ahmad. 2001. Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn Asyur fi al-Tafsir. Kairo: Dar Mishriyah, 2001.

Referensi

Dokumen terkait

ahlul bait beliau adalah khusus. Pendapat lain mengenai ahlul bait adalah semua umat Nabi Muhammad saw. Pendapat ini diketengahkan oleh al-Qadhi Husain dan ar-Raghib

Seperti tafsir ب ىلإ dengan arti menunggu nikmat Tuhannya, dengan catatan huruf jar ىلإ adalah mufrâd (tunggal) dari jama إا ءاإ Penafsiran ini dianggap keluar

Sedangkan al-T{abari> dalam tafsirnya mengemukakan bahwa, berkaitan dengan qira>’ah ganda pada lafadz ‚la>mastum‛ beliau memilih sikap untuk mentarjih

Dan di sini juga menunjukkan ke tawadlu‟an Beliau yang beliau ucapkan kepada nabi Khidhir “saya tidak menuntut/meminta anda untuk menjadikan saya(musa) agar sama

Tulisan ini membahas tentang altruisme dalam QS. Al-Hasyr ayat 9 pada Tafsir al-Tanwir wa al-Tahrir dan al-Mizan fi al-Tafsir yang direpresentasikan oleh lafadz

Terlepas dari pro dan kontra di atas, Kiai Yasin adalah seorang yang sangat menarik untuk dikaji dengan semua karya yang berjumlah ratusan dan keberanian dia untuk memberi makna

Lebih lanjut, Ibn ‘Âsyûr juga menarik makna dari keseluruhan ayat tersebut bahwa yang dimaksudkan memang seperti demikian proses dibangkitkannya orang mati, dan seperti itu

Mengingat bahwa Kiai Bisri memang menulis hanya sebatas untuk memudahkan masyarakat Jawa dalam memahami makna ayat-ayat Alquran, tidaklah heran jika beliau tidak perlu memberikan