Tanggung Jawab Dan Etika profesi Dokter
DaramBidang Hukum Oleh: Mas'ud Idris
Abstract
The increasing of public knowredge about raw and height of rights and obligations awareness every citizen mikes hearth p"rronnni
*uit
tZk,"o*
when doing health service to pubric. Hearth persoiner must obey regisration applied, that later doesn't get demandfrom
p)tr"rt
in the event ojuniesirable situation.Medical conceived of a profession that is
a
activity that gives service and containing two element namely: Firstly, Applies a"knowridgp set that systematically strttctured,to certain proble:ms. second, probleis has bigrelevance in the relationship with publicfundamental values.
Kata Kunci: Tanggung Jawab, Ftika, profesi, Dokter, Hukum.
tanggal 28 Oktober 1983,
dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhandan
keseluruhan ilmu kedokteran.Pada jaman yang
kian berkembangini telah
banyak terjadiberbagai macam kasus
yangmemperburuk nama baik
dokter.Beberapa di antaranya
mungkin dikarenakanoleh sikap
dan periiaku seorang dokter dalam menghadapi dan melayani pasiennya. Oleh karena itu, dalam bertugas dan bekerja, seorangdokter memerlukan suatu etika untuk menjalankan profesinya.
Agar
dapat tercapai suatu keserasian, kecocokandan komunikasi yang baik
antaradokter dengan pasien
dan lingkungannya.Hakikat praktik
kedokterandalam pengertian luas
adalahperwujudan idealisme dan
spirit PendahuluanSejak perwujudan
sejarah kedokteran,seluruh umat
manusiamengakui serta
mengetahui adanya beberapa sifat mendasar yang melekat secara mutlak padadiri
seorang dokteryang baik dan bijaksana
yaitu kemurnianniat,
kesanggupan kerja, kerendahan hati serta integritas ilmiah dan sosial yang tidak diragukan. Etikkedokteran sudah
sewajarnya dilandaskanatas
norma-norrna etikyang mengatur hubungan
manusia umumnya, danmemiliki
azas-azasnyadalam filsafah masyarakat
yangditerima dan
dikembangkan terusmenerus.
!Di Indonesia
azas-azas itu adalah Pancasila sebagai landasanidiil
dan
Undang-unadangDasar
lg45sebagai landasan strukturil.
Tanpamengurang makna dan
artisesungguhnya dari Kode
EtikKedokteran Indonesia yang
telah menjadi keputusan Menteri KesehatanRI
Nomor: 434IMEN.KES/SK/X1983pengabdian
seorang dokter, sebagaimana diikrarkan dalam sumpahdokter dan kode etik
kedokteran Indonesia. Dengan adanya organisasiIDI,
mudah-mudahan
dapatmeningkatkan
harkat,
martabat dankehormatan profesi
kedokteran, mengembangkan ilmu pengetahuan danteknologi kedokteran
sertameningkatkan status
kesehatanmasyarakat.
Saat
ini
profesi kedokteran danpelayanan kesehatan
telah
menjadi sasaran kritik dan sorotan media massa, terutama setelah adanya kasus-kasusyang melibatkan hubungan
antara dokter dan pasien. Paling segar dalam ingatan kita saatini
adalah kasus PritaMulyasari. Prita harus
mendekam dalam penjaraakibat e-mail
kepada teman-temannya yang berisikan keluh kesahnya tentang pengalamannya di RumahSakit Omni
tersebar luas di dunia maya. Kasus Prita menunjukkan hubungan antaradokter dan
pasienyang
kurang lancardan
komunikasiyang kurang baik
sehinggamenimbulkan kesalahpahaman pasien terhadap dokter yang menanganlnya.
Meningkatnya
pengetahuanmasyarakat tentang hukum
dantingginya
kesadaranakan hak
dankewajiban setiap warga
negaramembuat tenaga
kesehatan harusberhati-hati ketika
melakukanpelayanan kesehatan
kepadamasyarakat. Tenaga kesehatan harus mematuhi perundang-undangan yang berlaku, agar
di
kemudianhari
tidak mendapatkantuntutan dari
pihakpasien apabila
terjadi
keadaan yangtidak diinginkan. Bahkan
tenagakesehatan (dokter /dokter
gigi,
bidan, perawatdll) akan
mendapatkan hak perlindunganhukum apabila
telahmen-jalankan
profesi
sesuai dengan peraturan yang berlaku.Sungguh
malang nasib
paradokter yang
menjalankan profesinya yangmulia. Di
satusisi
profesi ini bukan pelaku usaha karena tujuannya bukanlahuntuk
mencari keuntungan semata. Profesiini
hanya memperoleh"penghargaan" atas upayanya dalam menyembuhkan pasien. Namun disisi lain ada resiko besar yang dihadapinya
apabila dalam usahanya
untuk menyembuhkan pasien. Entah karena takdir atau karena kelalaiannya (humanerror)- Apalagi, bila
tindakannya tersebutdinilai
tergolong malpraktek medik, sehingga dia harus menghadapi tuntutan, baik perdata atau pidana.Tentunya hal
ini
menirnbulkan ketakutan tersendiribagi
para dokterdalam menjalankan
profesinya, mengingatmereka adalah
manusiabiasa yang bisa berbuat salah. Dokter
hanya bisa
berusaha sekuat tenagauntuk
menyembuhkanpasien,
tapitidak
bisa menjanjikankesembuhannya. Apabila
dokterdituntut baik
secara perdata maupun pidana, maka untuk menyelesaikannyaperlu
diadakan pemeriksaan perkara lebih lanjut di pengadilan. Dampaknyatentu saja
dapat merusakcitra
dannama baik dokter sebagai profesi yang
luhur
dan mulia, yangtidak
semata-mata hanya mencari
keuntungan,terutama bersifat
kemanusiaan dan sosial.Pengertian, Hak
Dan DokterPada
dasarnyaKewajiban
hukum kedokteran merupakan terjemahan dari bahasa
Inggris medical law,
yangditerjemahkan pada bahasa sebenarnya
adalah hukum medis.
Hukumkedokteran merupakan
bagian
dari 98hukum
kesehatanyang
menyangkut pelayananmedis atau praktik
yangdilakukan oleh dokter.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salahsatu obyek dari hukum
kesehatanadalah hukum
kedokteran. Hukumkedokteran merupakan
pengertian sempit dari hukum kesehatan.Menurut Wila
Chandrawila Supriadi (2001: 7), hukurn kedokteranadalah kumpulan peraturan
yang mengatur kesehatan individu, termasuk pengaturan tentang hubungan rumahsakit dengan dokter, rumah
sakit denganpasien, dan dokter
denganpasien.
Sementaramenurut
Sajipto Rahardjo dalam Amri Amir (1997: L0),hukum
kedokteran adalah peraturan-peraturan dan
keputusan-keputusanhukum yang
mengatur pengelolaan praktik kedokteran.Pada dasarnya yang termasuk dalam hak dokter terdiri dari: Pertama,
hak untuk menolak
melaksanakantindakan medik karena
secaraprofesional tidak
dapat mempertanggungjawabkannya. Kedua,hak untuk menolak suatu
tindakanmedik yang menurut
suara hatinyatidak baik. Ketiga, hak
untuk mengakhiri hubungan dengan seorangpasien
jika
seorangdokter
menilai bahwa kerja sama dengan pasien tidakada lagi
gunanya.Misalnya
dokter menganjurkan pengobatan yang perludan wajib
dilaksanakanoleh
pasien,tapi pasien berkali-kali
tidakmengikutinya sebagian
maupunkeseluruhaanya tanpa memperhatikan suatu penyesalan. Terhadap kejadian
ini maka dokter yang
bersangkutan memberikanrujukan
kepada dokter yang lain. Keempat, hak atas privacy.Pasien harus menghargai
danmenghormati
hal yang
menyangkutprivacy dokter, misalnya
janganmemperluas
hal yang
sangat pribadidari dokter yang
diketahui sewaktu mendapatkan pengobatan. Kelima, hak atas informasi/pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yangtidak puas terhadapnya.Jika
pasien tidak puas daningin
mengajukan keluhan,maka dokter
mempunyaihak
agarpasien tersebut bicara
dahuludengannya sebelum
mengambillangkah lain misalnya
melaporkan kepada lkatan Dokter Indonesia(lDI)
atau mengajukan gugatan perdata atautuntutan pidana. Keenam,
hak
atasbalas
jasa. Hak ini
sesuai dengan persetujuan terapeutikdi
mana dari piliak pasiendi
samping memiliki hak pasien, memiliki kewajiban juga untukmemberikan suatu honor
kepadadokter. Kewajiban pasien
ini merupakan salah satu hak dari dokter.Ketujuh, hak atas pemberian penjelasan lengkap oleh pasien tentang penyakit yang dideritanya. Misalnya agar dokter dapat mendiagnosa dengan baik pasien
pula harus bekerjasama
sebaikmungkin. Kedelapan, hak
untukmembela diri. Kesembilan,
hak memilih pasien.Hak ini
sama sekalitidak merupakan hak
mutlak.Lingkungan sosial merupakan hal yang mempengaruhi hak ini. Kesepuluh, hak untuk memberikan keterangan tentang pasien dipengadilan.
Sementara yang
termasukdalam kewajiban seorang
dokter dibedakan dalam3 (tiga)
kelompokyakni sebagai berikut:
Pertiama,kewajiban yang berhubungan dengan
fungsi sosial pemeliharaan kesehatan.
Terhadap kewajiban
ini,
dokter harus memperhatikan kepentinganmasyarakat yang menonjol dan bukan
kepentingan pasien saja.
Kedua, kewajiban yang berhubungan denganhak pasien. Termasuk
kewajibanprofesi
seorangdokter untuk
selalumemperhatikan dan
menghormati semua hak pasien. Ketiga, kewajibanyang
berhubungandengan
standar profesi kedokteran dan kewajiban yang timbul dari standar profesi kedokteran.Etika Profesi Dokter
Dalam
ensiklopedi Indonesia (1984) dijelaskan bahwa etika berasaldari bahasa Inggris ethics
yangmengandung arti ilmu
tentangkesusilaan, yang
menentukanbagaimana patutnya manusia hiduP dalam masyarakat, mengenai: Pertama, apa yang
baik
dan apa yang buruk.Kedua, segala ucapan harus senantiasa berdasarkan
hasil-hasil
pemeriksaan tentang perikeadaan hidup dalam arti kata seluas-luasnya.Pada dasarnya
etikamempunyai fungsi yaitu
untuk membantu kita mencari orientasi secarakritis dalam berhadapan
dengan moralitas yang membingunkan. Disini terlihat bahwa etika adalah pemikiran sitematis tentang moralitas, dan yang dihasilkannya secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertianyang lebih mendalam dan
kritis (Magnis Susenoo 1991: l5).Sementara profesi
daPatdimaknai
sebagaibidang
pekerjaanyang dilandasi
pendidikan keahlian(ketrampilan, kejuruan,
dansebagainya) tertentu.
Profesi
dalam kamus ensiklopedi Indonesia (1984),dijelaskan sebagai tugas
kegiatanseseorang yang mengerjakan sesuatu,
bukan hanya kesenangan saja, tetapi merupakan mata pencaharian.
Dengan kata lain profesi terdiri
dari orang-orang yang
rnemiliki keahlian khusus dan dengan keahlianitu
mereka dapat berfungsidi
dalam masyarakat dengan lebih baikbila
di bandingkan dengan warga masyarakatlain
pada umumnya. Pengertian lain sebuah profesi adalah sebuahjabatan dimana orang yang
menyandangnya mempunyai pengetahuan khusus yangdi perolehnya melalui
pelatihan(training) dan pengalaman.
Dengan demikian
dapatdikatakan
profesi
merupakan suatu pekerjaan pelayananyang
dijalankan dengan penguasaandan
penerapanpengetahuan
di bidang
keilmuantertentu, yallg
pengembangannya dihayati sebagai suatu panggilan hidup dan pelaksanaannya terikat pada nilai-nilai etika tertentu.
Sementarapengertian etika profesi sendiri adalah
sikap hidup berupa keadilan
untukmemberikan pelayanan
profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanandalam rangka
melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat.Adapun ciri profesi terdiri dari:
Pertama, suatu bidang yang terorganisir
dari jenis intelektual yang
terusmenerus dan berkembang
dandiperluas. Kedua, suatu
teknisinteletual.
Ketiga,
penerapan praktisdari teknis intelektual pada
urusanpraksis. Keempat, suatu
periodepanjang untuk pelatihan dan sertifikasi.
Kelima, beberapa standar
danpernyataan tentang
etika
yang dapat diselenggarakan. Keenam, kemampuan memberi kepemirnpinan pada profesi sendiri. Ketujuh, asosiasi dari anggota-100
anggota
profesi yang medadi
suatu kelompok yang akrab dengan kualitas komunikasi yangtinggi
antaranggota.Kedelapan, pengakuan sebagai profesi.
Kesembilan, perhatian
yang profesional terhadap penggunaan yang beftanggungjawab dari
pekerjaanprofesi. Kesepuluh,
hubungan erat denganprofesi lain (Budi
Santoso, t9e2).Untuk
melaksanakan profesi secarabaik, dituntut
moralitas yang tinggi dari pelakunya. Menurut Magnii Suseno, (1991: 75) tigaciri
moralitas yangtinggi itu
yakni: Pertama, beraniberbuat dengan bertekad
untukbertindak sesuai dengan
tuntutan profesi. Kedua, sadar akan kewajiban.Ketiga, memiliki idealisme yang tinggi.
Untuk menegakkan
etika, setiap profesimemiliki
prinsip-prinsip yang wajib ditegakkan. Prinsip-prinsip itu umumnya dicantumkan dalam kodeetik profesi yang
bersangkutan. Di Indonesia,kode etik suatu
profesibiasanya disusun oleh
wakil-wakil yang duduk dalam asosiasi profesi itusendiri. Untuk profesi yang
umum, paling tidak ada dua prinsip yang wajib ditegakan yaitu: Pertama, prinsip agarmenjalankan profesinya
secara bertanggungjawab. Kedua,
hormatterhadap hak-hak orang lain.
Kode etik tersebut harus benar- benar ditegakkan, karena merupakan
kontrol
pelaksanaannilai-nilai
yang dimuatdalam kode etik itu
sendiri.Tujuan dari hal ini adalah
untukmembuat nilai-nilai luhur
profesi, benar-benardipatuhi dan
diterapkan.Harus ada proses kontekstualisasi kode eteik dengan dinamika sosial.
Kode etik adalah sistem norma,
nilai dan aturan
profesiorral tertulisyang secara tegas menyatakan apayang benar dan
baik dan
apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.Kode
etik
menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apayang
harus dilakukandan
apa yang harus dihindari.Tujuan kode etik
agarprofesional memberikan
jasa
sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanyakode etik
akanmelindungi perbuatan yang
tidakprofesional. Ketaatan
tenagaprofesional terhadap kode
etik merupakanketaatan naluriah
yang telah bersatu dengan pikiran,jiwa
danperilaku tenaga profesional.
Jadi ketaatanitu
terbentukdari
masing- masing orang bukan karena paksaan.Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.
Sebagai
suatu profesi,
ilmukedokteran diharapkan
dapat menghasilkan dokter yang menguasaiilmu teori dan praktik
kedokteran beserta perilaku dan etika yang muliapula. Dengan adanya hal
tersebut diharapkankelak para calon
dokterakan menjadi dokter yang
beretika mulia, bertanggungjawab dan taat pada hukum yang berlaku.Dengan demikian
etika kedokterandapat dialtikan
sebagaikewajiban berdasarkan akhlak/moial yang menentukan praktek kedokteran.
Dewasa ini etka kedokteran merupakan
masalah penting
menyangkut keprihatinan yang berkembang dalammasyarakat. Masyarakat
mempertanyakan kepada siapa mereke meminta pertanggungf awaban pelayanan kesehatan.
Untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode
Etik
Kedokteran. Bila seorangdokter
dianggap melanggarkode etik
tersebut,maka dia
akandiperiksa oleh Majelis Kode
Etik Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilanKode etik
kedokteranIndonesia ditetapkan dalam Keputusan
Menteri
KesehatanNo
434lMen.Kes/SKDU1983
tentang Kode
etikKedokteran lndonesia. Kode
etik kedokteran menyangkut dua hal yangharus diperhatikan: Pertama,
etik jabatan kedokteranyaitu
menyangkutmasalah yang berkaitan dengan sikap dokter, terhadap teman sejawat, para
pembantunya, masyarakat,
danpemerintah. Kedua, etik
asuhankedokteran merupakan etik kedokteran untuk pedoman kehidupan sehari-hari yaitu mengenai sikap tindakan seorang dokter terhadap penderita yang menjadi tanggung jawabnya.
Suatu tindakan medik seorang dokter sesuai dengan standar profesi kedokteran,
jika
dilakukan secara teliti sesuai ukuran medik, sebagai seorang dokter yang memiliki kemampuan rata-rata dibanding
dengandokter
darikategori medik yang
sama dengansarana upaya yang
memenuhiperbandingan
yang
waJar(proporsional) dibanding dengan tujuan
konkrit tindalcan medik
tersebut (Christiawan, 2003: 17).Adapun yang
dimaksudkan dengan standar profesi ialah pedomanatau cata yang baku yang
harusdipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan tindakan medik rnenurut ukuran tertentu yang didasarkan pada ilmu dan pengalarnan. Tidaklah rnudah
untuk
rnenentukan ukuran rnengenai standar profesi.Seorang dokter
yangmenyimpang dari standar
profesi kedokteran,jika dapat
dibuktikanbahwa dokter itu telah
melakukansebagai berikut: Pertama,
telahmenyimpang dari standar
profesi kedokteran. Kedua, memenuhi unsur culpa lata atau kelalaian berat. Ketiga, tindakanitu
memenuhiakibat
yang serius, fatal- maka dokter tersebut telah melakukan malpraktek dan melanggar Pasal359 dan 360 KUHP.Bagaimana
melaksanakannilai-nilai yang terkandung
dalamKode Etik Kedokteran
Indonesia(KEKI) dengan cara:
Pelaksanaanprofesi harus menghayati
serta mengamalkanisi KEKI,
maka dengan kepatuhandan
ketaatan menyangkut masalah pengetahuan, pengakuan dan penghargaan terl-radapisi KEKI,
salahsatu ..fuktor yang
mempengaruhi ketaatan seorang pengemban profesiditentukan oleh jangka
waktu penanamannilai-nilai KEKI,
yaitu panjang atau pendeknya jangka waktu dalam usaha-usaha dalam menanamkan itu dilakukan dan diharapkan memberi hasil, oleh karena ketaatan pada KEKI dikontrol atas dan oleh dirinya sendiri.Dalam
Pedoman PenegakkanDisiplin Kedokteran tahun
2008seorang
dokter dapat
dikategorikan melakukan bentuk pelanggaran disiplin kedokteran apabilatidak
memberikan penjelasanyang jujur, etis,
danmemadai (adequate
information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan praktik kedokteran.Kedokteran disebut
sebagaisuatu profesi yaitu suatu
pekerjaanyang
bersifat memberikan pelayananr02
dan
_yang
mengandungdua
unsuryakni: peftama, -
Menerapkan seperangkat pengetahuan yang tersusun secara sistematis terhadap problematis lerhadap problema_problema tertentu
Kedua,
problema_problematersebut mempunyai relevansi yang besar dalam hubungannya dengan
niLi_nilai
vansdrpandang pokok dalam masyarakai.
Menurut petunjuk
praktekKedokteran
{ang Baik
(DEPKES,2008)
komunikasiyang baik
antara dokter pasien terkait dengan hak untukmendapatkan informaii
meliputi:Pertama, Mendengarkan
t"fufrrn, menggali informasi, dan menghormati pandangansefta
kepercayaan pasienyang berkaitan
dengan keluhannya.Kedua,
Memberikan informasi V"rrg diminta atau yang diperlukan t"ntun!kondisi, diagnosis,
teripi
dan p.ognori!paslen, serta
rencana perawatannya dengan cara yangbijak dan
Oanasayang dimengerti pasien.
Termasuk informasi-tentang tujuan p"ngoUuf*, pilih_an
obat yang dibe;ika;,
";;;
pemberian serta pengaturan dosis obaq
dan kemungkinan
efek
samping oUuiIlng mungkin terjadi.
Ketiga, Memberikan informasi tentang pas[nserta tindakan kedokteran
yang dilakukan kepada keluarganya,r.i.lufi
mendapat persetujuan pasien. Keempat,
Ji\, . seorang pasien *.ngulu-i
KeJadran yang tidak diharapkan selama dalam perawatin dokter,
aokt", yar!
bersangkutan
atau
p"narggrr.lu*u6 pelayanan kedokteran 6lt<a-te4aai aisarana
pelayanan kesehatan) harusmenjelaskan keadaan
yang
terjadiakibat jangka pendek atau paijang "dan rencana tindakan kedokteran yurg uku, dilakukan. secara
jujur dan
lJngkapsefta memberikan empati.
Dalam setiap
tindakankedokteran
yang dilakukan, d"ki;;
harus
mendapat persetujuan pasien karena pada prinsipnyuyurg 6".h;k
memberika persetujuandin
p-enolakantindakan
medis
adalahpu.i"n
,unnbersangkutan. Untuk
itu aotte.
liu.uf melakukan pemeriksaan secara teliti,serta menyampaikan
."n"unu pemeriksaanlebih lanjut
termasukresiko yang mungkin ierjadi .""u*
JuJur,
transparandan
komunikatif.Dokter
.harus
yankin
bahwa pasi"nmengerti apa yang
disamiaikan sehingga pasiendalam
memberikan persetujuan tanpa adanya paksaan atau tekanan.Malpraktek Dokter
_ Malpraktik dalam
bahasaInggris adalah malpractice
yan;berpengeftian
yakni iuatu tind;k;;
hati-hati dari seseorang
dalammenjalankan profesinya, bahwa dalam ykySn dari tingkah laku yang ku.ang hati-hati
itu tidak kita tlmu"i
aalarihukum melainkan terletak
pad;lelentual
seoranghakim
atau;uri.
Bahwa timbulnya Malpraktik beniula
ketika
pada hubungan antara pasien dengan dokter,dalam
hubungan iniyang
memberikan dasar terdipatnya hak dan kewajiban antara kedua belahpihak. Dalam transaksi
terapeutikdokter harus menggunakan tepanaaian maupun keilmuan
yang
dimilikinya dalam melakukan perawatan seorang pasiendan
kewajiban pasien untuf membayar honorarium dan sebagainya, dengan adanya kelalaianaom"i*i6ui
hubungan
yang telah terjadi
Aapat menyebabkan kerugian pasien.Apa yang
dimaksud malpraktek secara umum kitadengan jumpai
dalam Pasal 11
UU
No.6 tahun 1963tentang Tenaga
Kesehatan, yaitu:Pertama, melalaikan kewajiban. Kedu4
melakukan sesuatu hal
yangseharusnya tidak boleh diperbuat oleh seseorang
tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupunmengingat sumpah
sebagai tenagakesehatan. Ketiga,
mengabaikan sesuatuyang
seharusnya dilakukanoleh tenaga
kesehatan. Keempat, melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.Masih belum cukup jelas
rumusan malpraktek tersebutdi
atas, karenaterlalu umum.
Pada hakekatnya rnalpraktek merupakan kegagalan dalam hal dokter menjalankan profesinya.
Tidak
setiapkegagalan rnerupakan
malpraktek,tetapi hanyalah
kegagalan sebagaiakibat
kesalahan dalam menjalankan profesi medik yang tidak sesuai denganstandar profesi medik.
Malpraktek mengandungdua
unsur pokok, yaitu bahwa dokter gagal dalam menjalankan kewajibannya,dan
bahwa kegagalan itu mengakibatkan luka atau kerugian.Malpraktek disebabkan karena
kurang
berhati-hatinyaatau
lalainyadokter
dalam menjalankan tugasnya.Tetapi tidak mustahil
disebabkankarena kurang
profesionalnya ataukurang cakapnya dokter
yangbersangkutan. Ini
menyebabkan pelayanan kesbhatanmenjadi
tidakbermutu. Tuntutan atau
gugatanberdasarkan
malpraktek tidak
laindisebabkan oleh tuntutan
akanpelayanan kesehatan yang bermutu.
Belum lama
berselang PNJakarta
Selatanjuga
mengabulkangugatan malpraktik
yangrnenyebabkan pasien meninggal dunia.
Hal ini menunjukan kepada kita semua
bahwa
semuatindakan dokter
atauRumah
Sakit yang tidak
didasarkanprinsip kehatihatian atau
tidak memperhatikan standar profesi dapat mengakibatkan kerugiaan kepada pihak pasien. Sementara pengetahuan pasienj,rga
semakintinggi
terhadap hak- haknyadalam
pelayanan kesehatan,tidak menutup kemingkinan timbulnya sengketa atau tuntutan hak.
Tanggung Jawab
Dokter Di
Bidang HukumSalah satu bagian
daripemeliharaan kesehatan
adalahpelayanan kesehatan.
Dalampelayanan kesehatan difokuskan pada pelayanan kesehatan
individu
dengan tentunyatidak
melupakan pelayanan kesehatan masyarakat.Hubungan antara pasien dan
dokter dalam bidang
perneliharaan kesehatanindividu
adalah hubungan yangunik,
sebab selalu menyangkut hubungan antara pasiendi
satu pihak yang dalam keadaan sakit dan awammengenai penyakit dengan
tenaga keseliatanyng
sehat dan pakar dalam bidangnya. Pada mulanya antara pasien dan dokter terbentuk hubungan medik, dalam hubungan medikini
kedudukanpasien dan dokter tidak
seimbang (Supriadi, 2A0l:26).Pada setiap hubungan antara
dokter dan
pasien,terjadi
interaksi yaitu hubungan timbal balik dan dalam interaksi sosialitu
terjadi kontak dan komunikasi antara pasien dan dokter.Dokter berperan sebagai penyembuh,
dan
pasien berposisi sebagai orangyang
rnembutuhkan penyembuhan.r04
bantuan
Hubungan
sosial dan
moral antara dokterdan
pasien dapat juga menimbulkan hubungan hukum yangselalu menimbulkan hak
dankewajiban. Hak dokter
menjadikewajiban pasien, dan hak
pasienmenjadi kewajiban dokter. Keadaan ini yang menyebabkan kedudukan dokter dan pasien pada kedudukan yang sama
dan
sederajat. Hubungan dokter danpasien adalah hubungan dalam jasa
pemberian pelayanan
kesehatan.Terdapat hubungan antara
subyekhukum dalam lingkungan
perdata.Layaknya hubungan pemberian jasa yang menjadi hak dan kewajiban yang timbal balik dari penerimajasa.
Hubungan hukum
antaradokter dan
pasien adalah hubungan perikatan atau perjanjian. Apapun dasar dari perikatan antara dokter dan pasien, selalu menimbulkan hak dan kewajibanyang sama, karena dokter
dalammelakukan pekerjaannya
selalu berlandaskan kepada apa yang dikenal sebagai standar profesi dokter, yaitu pedomandokter untuk
menjalankan profesional dengan baik.Pada hubungan hukum antara
dokter dan pasien, maka
hampir semuanya terbentuk perikatan ikhtiar,jarang sekali dokter
berjanji memberikan hasil tertentu, sebab setiaptindakan medik, sekecil
apapuntindakan medik itu selalu menimbulkan resiko, yang kadang-kadang tidk dapat diprediksi sedikitpun.
Kalau terjadi
perbuatanmelawan
hukum, dalam arti
doktermelakukan kesalahan/kelalaian, tetapi kesalahan/kelalaian tidak menimbulkan kerugian, maka dokter yang melakukan
kesalahan/kelalaian tidak
perlubertanggung
jawab secara
hukumkepada pasien, dalam
arti
tidak perlumembayar ganti kerugian
kepada pasien (Supriadi, 2001 : 33).Hukum
menentukan bahwaharus dibuktikan terlebih
dahulutindakan
kesalahan/kelalaian dokter ada atau tidak. Sementara yang dapat menentukanitu
hanyalah pengadilan, dalam hal hakim.Pada hakekatnya ukuran yang
dipakai untuk menentukan
ataumeminta tanggung jawab
hukum kepadadokter
adalah apabila telahterjadi
pelanggaran terhadap standar (ukuran) profesi dokter. Hukum positifbelum
menentukantentang
standarprofesi kesehatan. Hal
ini menyebabkandasar hukum
untuk menentukantenaga
kesehatan telahmelanggar hukum, adalah
doktrin hukum kesehatan.Seorang dokter
sebagaitenagan kesehatan ang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan standar profesi kedokteran dan
tidak
sesuai prosedurtindakan medik, dikatakan
telah melakukan kesalahan/kelalaian.Kesalahan/kelalaian
yang
dilakukanoleh
seorangdokter
sebagai tenaga kesehatan dapat dituntut secara pidana,kalau
memenuhi unsur-unsur pidan,juga
dapat digugatganti rugi
secara perdata dalamhal
pasien menderita kerugian.Dalam tindak pidana
medis pertanggungkawaban pidananya harusdapat dibuktikan tentang
adanyakesalahan profesional,
misalnya kesalahan diagnosa atau kesalahan cara pengobatan atau perawatan. Penjatuhansanksi dalam hukum pidana
dapat dilakukan apabila memenuhi beberapasyarat. Dalam praktek
pelaksanaanpelayanan kesehatan oleh
tenagakesehatan
maupun fasilitas
saranapelayanan kesehatan,
pertanggung jawaban pidananya dilakukan secaraperorangan, baik secara sendiri-sendiri, maupun secara bersama.
Kesalahan dalam tindak pidana medis pada umumnya
terjadi
karena kelalaian yang dilakukan oleh dokter.Dalam hal ini
dapatterjadi
karenadokter melakukan sesuatu
yangseharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang
seharusnyadilakukan. Dalam hukum
pidana,penentuan
atas
kesalahan seseorangdidasarkan pada hal-hal
berikut:Pertama, keadaan bathin
yangmelakukan, dalam
hal ini
disyaratkan bahwa disadari atautidak
perbuatan pelaku dilarangoleh
undang-undang.Kedua, adanya hubungan bathin antara
pelaku dengan perbuatan
yang dilakukan.Ukuran kesalahan
dalam pelaksanaantugas profesi
dokterberupa kelalian dalam hukum pidana adalah kelalaian besar bukan kelalaian
kecil.
Penentuantentang ada
atau tidaknya kelalaian dalam pelaksanaan pelayanan medis harus dilihat dari luaryakni
bagaimana seharusnya dokter melakukantindakan medis
denganukuran sikap dan tindakan
yangdilakukan oleh dokter dalam situasi dan
kondisi yang sama serta
dengankemampuan
qedis dan
kecermatan yang sama. Penentuan secara normatif tentangada tidaknya
kelalaian atas tindakan medis yang dilakukan oleh dokter harus ditinjau secara cermat dan diteliti kasus per kasus.Sementara prinsip yang dianut dalam hukum perdata sebagai hukum
privat adalah barang
siapamenimbulkan kerugian pada orang lain
harus memberikan ganti rugi.
Hal
inidapat dilihat dalam
perjanjian terapeutik, timbulnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien menurutGuwandi (20A4:
55)adalah sebagaiberikut: Pertama,
berdasarkan perjanjian (ius contractu),dalam hal ini perjanjian terapeutik dilakukan secara sukarela berdasarkan kehendak bebas antara dokter dengan pasien. Kedua, berdasarkanhukum (itts
delicto), prinsip yang dianut adalah barang siapa menimbulkan kerugian pada orarrg lain harus memberikan ganti kerugian yang ditimbulkan tersebut.Menurut van der
M,jnsebagaimana
dikutip
Guwandi (2004:51) ada tiga unsur dalam pertanggung
jawaban secara perdata,
yakni:Pertama, adanya kelalaian yang dapat
dipersalahkan. Kedua,
adanyakerugian. Ketiga,
adanya hubungan kausal.Pada umumnya ada dua bentuk pertanggungjawaban dokter
di
bidanghukum perdata, yaitu
pertanggungiawaban
atas
kerugianyang
disebabkan karena wanprestasi(yaitu perbuatan tidak
memenuhiprestasi atau memenuhi prestasi secara
tidak baik) dan,
Kedua,pertanggungjawaban disebabkan oleh perbuatan melanggar
hukum
yaitu perbuatanyang
bertentangan dengan kewajiban profesi.Menurut Soerjono
Soekanto sebagaimana dikutip oleh Safitri (2005:74), unsur-unsur melawan hukum dari
perbuatan melawan liukum jika dihubungkan dengan
pelaksanaanperjanjian terapeutik
antara dokter dengan pasien sesuai dengan Pasal1365 KUHPerdata acialah
sebagaiberikut:
Pertama,apakah
perlvatan 106yang diberikan oleh dokter
cukup layak. Dalam hal ini standar perawatanyang diberikan oleh
pelaksanaan kesehatan dinilai apakah sesuai denganyang diharapkan. Kedua,
apakah terdapat pelanggaran kewajiban. Untuk membuktikan telah terjadi pelanggarantgfadap
standar perawatan yang ielahdiberikan kepada seorang
pasien,diperlukan kesaksian ahli dari seorang 9o_kbl yang mengerti. Ketiga, apakaf,
kelalaian
itu
benar-benar merupakan penyebab cedera. Keempat, adanya kerugian. Bila dapat dibuktikan bahwa kelalaian merupakan penyebab cedera, maka pasien berhak mendapatkan ganti rugi.Dalam hukum perdata dokter
juga
dapat mempertanggungiawabkan atas perbuatanyang
dilakukan olehorang lain yang posisinya
sebagai bawahannya.Hal ini
sesuai deng-anyang diatur Pasal 1367 ayat
(3)KU[IPerdata yang
menyatakan majikan-majikandan mereka
yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusanmereka
bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulka;oleh
pelayan-pelayanatau
bawahan_bawahan
mereka dalam
melakukantahun 1999 tentang
perlindungan Konsumen.Jika dihubungkan
dengan proses produksidi
dunia usaha, maka hubungan antara dokter dengan pasien merupakan hubungan antara produsen dan konsumen. Mengingatsifat
khas dalam dalam perjanjian terapeutik yaitu bergerak dalam bidang pemberianjasa pelayanan kesehatan yangtidak
pastihasilnya, maka sebagai
konsumenpenerima
jasa
pelayanan kesehatan,pasien berhak untuk menuntut dokter atas kerugian yang ditimbulkan akibat kesalahan yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
konsumen.
UU
perlindunganpekerjaan
di
mana orang-orang ini dipakainya.Dalam
bidang
hukumPada akhimya tanggung jawab
dokter dalam UU pra[t* -6okter
sendiri, dapat
dilihat
dalam ketentuan Pasal 64 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang menentukanapa.bila terjadi kesalahan
yang melibatkan pelayanan kesehatan oleii99k"i
maka pengaduan diajukan padaMajelis Kehormatan
DisiplinKedokteran Indonesia.
pengaduanberhubungan dengan kesalahan dalam pelaksanaan
tugas dokter
ditentukan dalam Pasal66
ayat(1) UU No
29 tahun 2004 yang menyatakan bahwa setiaporang yang
mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakandokter atau dokter gigi
dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secaratertulis
kepadafetya Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.Langkah yang dapat dilakukan
berhubungan dengan
kesalahan pelayanan kesehatanyang
dilakukanoleh dokter
terhadappasien
sesuai dengan UU Praktik Kedokteran adalah sebagaiberikut:
Pertama, pengaduanperlindungan konsumen,
tanggungjawab dokter, dapat
ainuUungtan dengankakekat
pasienyang
dupat diketegorikan sebagai pengguna jasa yang diberikan oleh tenaga kesehjtan.Selanjutnya dokter
dikategorikan sebagai pelaku usahadi
bidang jasa, yaitu jasa dalam pelayanan kesehatan.Hubungan antara konsumen dengan pelaku usaha diatur dalarn
UU N;
Sdapat dilakukan oleh setiap
orang,yaitu orang yang
secara langsungmengetahui atau
kepentingannyadirugikan
atas tindakandokter
atau doktergigi
yang menjalankan praktik kedokteran, termasuk korporasi yangdirugikan
kepentingannya. Kedua, pengaduanditujukan
kepada KetuaMajelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia secara terulis, namun apabilapihak
pengadu tidak dapat mengajukan pengaduan secaratertulis, maka pengaduan
dapatdilakukan secara lisan.
Ketiga, pengajuan pengaduan kepada Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran dapatdilakukan bersamaan
denganpenuntutan hukum secara
pidana maupundigugat
secara perdata ke pengadilan.Penutup
Pada dasarnya tanggung jawab dan etika profesi dokter sudah diatur
dalam peraturan
perundang-undang yang mengatur tentang kedokteran dan kode etik dari dokter itu sendiri. Dalamhal
etika, maka apa yang dilakukan oleh seorang dokter dalarn memberikan pelayanan kesehatan harus memperhatikan kodeetik dari
dokteritu
sendiri yang sesuai dengan standar profesi itu sendiri.Dalam
hal tanggungjawabdokter dalam hukum
pidanaberhubungan dengan
perbuatanmelawan hukum dalam bidang hukum pidana yang berupa kelalaian, menipu paslen,
kandungan/aborsi,
menggugurkan membocorkan
rahasia rnedis pasien, dan
lainsebagainya.
Sementara tanggungjarvab dokter dalam hukum
perdataberhubungan dengan
wanprestasil ingkarjanji
dan berhubungan dengan perbuatan melarvan hukumdi
bidang hukurn perdata sesuai dengan Pasal1365
KUHPerdata.Selain itu
adatanggungjawab
dokter
dalam bidang perlindungan konsumen dan tanggung jawab dokter menurut undang-undang praktik kedokteran itu sendiri.108
Daftar Pustaka
Amir,
Amir,
1997' Bun-ga Rampai Hukum Kesehatan.widya Medika. Jakarta Christiawan,Rio,
2003,Aipek nit r*
Kesehatan: "Oaiam
(Jpaya MedisTrasplantasi
organ
Tubuh, cetakan pertama. Universitas Atma Jaya^
Yogyakarta. yogyakartaGuwandi' J, 2004' uy?i Medik
(MedicatLaw). Barai penerbit
Fakurtas Kedokteran Universitas Indonesia. J akartaPoerbakwatja, Soegard4 19g4, Ens iklop
iii
Indones ia,Cunung Agung.safitri, Hariyani,
2005,sengke* liniit, Arternati-iun)niuroion
perserisihan Antara Dgkter Dengan pasien. Diadit Ueaia.J;karta
Santosos,
Budi,
Lgg2,tttibilVihr gtrs Dan
Kekuasaan {Jtopis. Kanisisus.Yogyakarta
Supriadi,
wila
chandrawira, 200r, Hukum Kedokteran cetakan pertama. Mandar- Maju. Bandung. r vr ra'r*' rYr.r[r4r
Suseno, Frans
Magnis, lggt, ttrka
Dasar, Masarah-Masarahpokok
Firsafat Moral, Edisi kedua, Cetakan Keempat. Ku, i.i;;;
yJryakartaUndang-Undang Nomor 23 tahun 1992 teniang Kesehatan
undang-Undang Nomor g tahun 1999 tentang perrindungan Konsumen undang-undang Nomor 29 tahun2004 teitang praktik Kedokteran