• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Kelompok 6

N/A
N/A
Adila Nurhaliza (Dila)

Academic year: 2025

Membagikan "Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Kelompok 6"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI KOMISI YUDISIAL

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Tanggung jawab Profesi Hukum

Dosen Pengampu: Nurfaradilla Ananda, S.H., M.H

Disusun Oleh:

Adila Nurhaliza (2221609049) Ahmad Rodiani (2221609055)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA 2024

(2)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Karena dengan Rahmat dan Ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum” Tidak lupa Shalawat serta salam, kami sampaikan kepada baginda Besar Nabi Muhammmad Saw., beserta keluarga, sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.

Kami selaku penulis dalam pembuatan makalah ini, menyadari betul bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami memohon dengan ikhlas kepada pembaca makalah ini untuk berkenan memberikan kritik dan saran guna membangun demi kesempurnaan makalah yang lebih baik.

Akhir kata, kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Etika Politik dalam Islam yakni, Ibu Nurfaradilla Ananda, S.H., M.H dan juga kepada segenap teman-teman yang turut serta memberikan bantuan, dukungan dan semangat kepada kami. Dan kami harapkan semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin.

Samarinda, 21 Oktober 2024

Penulis

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang memegang peran strategis dalam menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim di Indonesia. Berdasarkan amanat konstitusi, Komisi Yudisial memiliki tugas penting dalam memastikan agar lembaga peradilan bekerja dengan profesional, berintegritas, dan bebas dari campur tangan pihak-pihak yang dapat merusak proses peradilan yang adil. Salah satu pilar utama dalam tugas ini adalah penegakan **etika dan tanggung jawab profesi** bagi para hakim.

Peran Komisi Yudisial dalam mengawasi etika profesi hakim sangat penting karena hakim memiliki tanggung jawab besar dalam menegakkan keadilan. Setiap keputusan yang mereka buat tidak hanya berdampak pada pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa hukum, tetapi juga terhadap legitimasi sistem hukum secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan standar etika yang tinggi dan pemahaman mendalam tentang tanggung jawab profesi agar hakim dapat menjalankan tugasnya secara objektif, transparan, dan tidak memihak.

Meski begitu, dalam praktiknya, sering kali terdapat tantangan dalam memastikan bahwa standar etika ini ditegakkan dengan konsisten. Kasus-kasus pelanggaran etika oleh hakim, baik yang terkait dengan integritas, konflik kepentingan, maupun penyalahgunaan wewenang, terus menjadi sorotan. Di sinilah Komisi Yudisial memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan yang ketat, memberikan sanksi yang tepat, dan memastikan bahwa para hakim yang melanggar etika bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Latar belakang inilah yang menjadi dasar pentingnya penelitian atau kajian lebih lanjut mengenai **etika dan tanggung jawab profesi Komisi Yudisial**. Dengan memahami tantangan, kendala, serta solusi yang mungkin, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai bagaimana Komisi Yudisial dapat

(4)

menjalankan fungsinya secara lebih efektif dalam menjaga integritas lembaga peradilan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan etika profesional dalam menjalankan tugas dan wewenang Komisi Yudisial?

2. Apa saja bentuk tanggung jawab profesi Komisi Yudisial dalam menjaga integritas dan independensi hakim di Indonesia?

3. Apa kendala yang dihadapi oleh Komisi Yudisial dalam menegakkan standar etika dan tanggung jawab profesi di lingkungan peradilan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui penerapan etika professional dalam menjalankan tugas dan wewenang Komisi Yudisial.

2. Untuk Mengetahui bentuk tanggung jawab profesi Komisi Yudisial dalam menjaga integritas dan independensi hakim di Indonesia.

3. Untuk Mengetahui kendala yang dihadapi oleh Komisi Yudisial dalam menegakkan standar etika dan tanggung jawab profesi di lingkungan peradilan.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Penerapan etika profesional dalam menjalankan tugas dan wewenang Komisi Yudisial

Etika profesional adalah seperangkat prinsip moral dan standar perilaku yang wajib dipatuhi oleh individu dalam menjalankan profesinya. Dalam konteks Komisi Yudisial, etika profesional meliputi integritas, kejujuran, akuntabilitas, dan keadilan. Prinsip-prinsip ini menjadi panduan dalam menjalankan tugas dan wewenang untuk memastikan bahwa proses pengawasan terhadap hakim berlangsung secara transparan, objektif, dan adil.1 a. Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial

Berdasarkan Pasal 24B Undang-Undang Dasar 1945, Komisi Yudisial memiliki beberapa tugas pokok, yaitu:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

3. Melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim, khususnya terkait dengan etika dan integritas profesi.

Komisi Yudisial bertanggung jawab untuk memastikan bahwa hakim menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan dan menjaga kemandirian serta profesionalisme hakim dalam sistem peradilan di Indonesia.2

b. Penerapan Etika Profesional dalam Komisi Yudisial

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Komisi Yudisial harus mematuhi etika profesional yang meliputi beberapa aspek berikut:

1. Kemandirian: Komisi Yudisial harus bekerja secara independen, tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Hal ini penting untuk menjaga obyektivitas dalam melakukan pengawasan terhadap perilaku hakim.

1 A. Mukti Arto, Etika Hakim dan Tanggung Jawab Profesi dalam Sistem Peradilan Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2016.

2 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

(6)

2. Transparansi dan Akuntabilitas: Setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh Komisi Yudisial, baik dalam hal pengusulan pengangkatan hakim agung maupun pengawasan etika hakim, harus dilakukan dengan transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Pelaporan hasil kerja dan keputusan juga harus mudah diakses oleh masyarakat agar tercipta kepercayaan publik.

3. Integritas: Komisioner Komisi Yudisial dituntut untuk memiliki integritas tinggi.

Mereka harus menjaga diri dari konflik kepentingan, suap, atau pengaruh dari pihak luar yang dapat mencederai independensi dan integritas lembaga. Hal ini penting untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil benar-benar didasarkan pada prinsip keadilan dan kebenaran.

4. Keberanian dalam Penegakan Etika: Dalam beberapa kasus, pelanggaran etika yang dilakukan oleh hakim sering kali melibatkan kekuatan politik atau ekonomi yang kuat. Komisi Yudisial harus memiliki keberanian dalam menindak pelanggaran tersebut, meskipun ada tekanan dari pihak-pihak tertentu yang berkepentingan.3 B. Bentuk tanggung jawab profesi Komisi Yudisial dalam menjaga integritas dan

independensi hakim di Indonesia

Komisi Yudisial (KY) memiliki peran yang sangat penting dalam sistem peradilan Indonesia. Tanggung jawabnya meliputi pengawasan dan penegakan kode etik serta perilaku hakim untuk memastikan bahwa mereka menjalankan tugasnya secara adil, independen, dan berintegritas. 4Dalam konteks ini, penting untuk memahami berbagai bentuk tanggung jawab profesi Komisi Yudisial dalam menjaga integritas dan independensi hakim.

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial, tugas utama KY meliputi:

3 Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2010

4 A. Mukti Arto, Etika Hakim dan Tanggung Jawab Profesi dalam Sistem Peradilan Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2016.

(7)

1. Pengawasan Perilaku Hakim: KY bertugas untuk mengawasi dan mengevaluasi perilaku hakim dalam melaksanakan tugasnya, dengan tujuan untuk menjaga agar hakim tidak terlibat dalam praktik-praktik yang melanggar etika.

2. Pengusulan Pengangkatan Hakim Agung: KY berwenang untuk memberikan pertimbangan dan usulan kepada Dewan Perwakilan Rakyat mengenai pengangkatan hakim agung.

3. Pemberian Sanksi: Komisi Yudisial berwenang untuk memberikan rekomendasi sanksi terhadap hakim yang terbukti melakukan pelanggaran etika dan integritas.

Komisi Yudisial memiliki beberapa bentuk tanggung jawab profesi dalam menjaga integritas dan independensi hakim, antara lain:

1. Penegakan Kode Etik: KY bertanggung jawab untuk menyusun, mengawasi, dan menegakkan kode etik bagi hakim. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh oleh hakim dalam menjalankan tugasnya, seperti kejujuran, keterbukaan, dan akuntabilitas. Dengan penegakan kode etik yang ketat, diharapkan hakim dapat menjalankan tugasnya dengan integritas yang tinggi.

2. Pelaporan dan Transparansi: Komisi Yudisial diharapkan untuk menyampaikan laporan berkala mengenai kinerja pengawasan yang dilakukan. Transparansi ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan, tetapi juga menjadi bentuk akuntabilitas KY dalam menjalankan tugasnya. Publikasi laporan hasil pengawasan dapat memberikan informasi yang jelas tentang perilaku hakim dan langkah-langkah yang diambil untuk menegakkan etika.

3. Pendidikan dan Pelatihan: KY juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pelatihan bagi hakim mengenai etika profesi. Melalui program-program ini, hakim dapat memahami pentingnya menjaga integritas dan independensi dalam menjalankan tugas mereka. Pelatihan yang baik dapat membantu hakim untuk lebih siap menghadapi tantangan yang mungkin muncul dalam praktik peradilan.

4. Penanganan Pengaduan Masyarakat: Komisi Yudisial menerima pengaduan dari masyarakat terkait perilaku hakim. Tanggung jawab KY adalah menangani pengaduan tersebut dengan serius, melakukan penyelidikan, dan memberikan rekomendasi sanksi

(8)

yang sesuai jika diperlukan. Proses penanganan pengaduan ini penting untuk menjaga kepercayaan publik dan memastikan bahwa hakim bertindak sesuai dengan etika.

5. Meningkatkan Kerjasama dengan Lembaga Lain: Komisi Yudisial perlu menjalin kerjasama yang baik dengan lembaga-lembaga lain, seperti Mahkamah Agung, untuk menciptakan sistem pengawasan yang efektif. Kolaborasi ini dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan integritas dan independensi hakim, serta mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang.5

C. Kendala yang dihadapi oleh Komisi Yudisial dalam menegakkan standar etika dan tanggung jawab profesi di lingkungan peradilan

Komisi Yudisial (KY) di Indonesia memiliki peran penting dalam menegakkan standar etika dan tanggung jawab profesi di lingkungan peradilan. Namun, dalam menjalankan fungsinya, KY menghadapi berbagai kendala yang menghambat efektivitas pengawasan dan penegakan kode etik hakim.

1. Kendala Kewenangan

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh KY adalah kekosongan hukum yang berkaitan dengan batasan antara domain teknis yudisial dan perilaku hakim. Hal ini menciptakan ketidakjelasan mengenai kewenangan KY dalam mengawasi perilaku hakim. Misalnya, dalam beberapa kasus, terdapat perbedaan pandangan antara KY dan Mahkamah Agung (MA) mengenai ruang lingkup pengawasan. Ketidakpastian ini dapat mengakibatkan kebingungan dalam penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH).

Resistensi dari MA juga menjadi masalah signifikan. KY sering kali mengalami hambatan dalam menjalankan fungsi pengawasannya, terutama ketika harus mengawasi hakim-hakim yang berada di bawah naungan MA. Hal ini menciptakan kesulitan dalam menegakkan standar etika secara konsisten.

2. Kendala Kelembagaan

5 M. A. Fauzi, “Peran Komisi Yudisial dalam Penegakan Etika Hakim”, Jurnal Hukum & Pembangunan, Vol. 44, No. 3, 2014, hal. 421-438.

(9)

Dari segi kelembagaan, struktur organisasi KY tidak selalu ideal untuk mendukung tugas pengawasan. Proporsionalitas antara jumlah pengawas dan jumlah hakim yang diawasi sering kali tidak seimbang. Dengan sumber daya manusia yang terbatas di Biro Pengawasan Perilaku Hakim, KY kesulitan untuk melakukan pengawasan secara menyeluruh.

Keterbatasan anggaran juga menjadi kendala signifikan. Anggaran yang terbatas berdampak pada kemampuan KY untuk melaksanakan tugasnya secara efektif, termasuk dalam hal pelatihan, sosialisasi kode etik, dan penyelidikan terhadap laporan pelanggaran. Selain itu, kekurangan kantor penghubung di berbagai provinsi menghambat akses masyarakat untuk melaporkan dugaan pelanggaran oleh hakim.

3. Kendala Pelaksanaan Pengawasan

Dalam hal pelaksanaan pengawasan, proses pemeriksaan terhadap laporan masyarakat sering kali tidak berjalan dengan baik. Penanganan laporan bisa menjadi lambat dan tidak efisien, sehingga masyarakat merasa frustrasi ketika melaporkan dugaan pelanggaran. Proses ini memerlukan waktu yang cukup lama, dan sering kali hasilnya tidak transparan bagi pelapor.

Masalah lain yang muncul adalah pelanggaran kerahasiaan dalam proses pengaduan. Terdapat kasus di mana informasi mengenai aduan masyarakat dibocorkan sebelum investigasi selesai dilakukan. Hal ini dapat merusak reputasi hakim yang terlibat dan menciptakan suasana ketidakpercayaan terhadap proses pengawasan.

Kurangnya kesamaan persepsi mengenai norma-norma hukum antara KY dan MA juga menjadi kendala. Ketidakcocokan ini menyebabkan kebingungan dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena masing-masing lembaga memiliki interpretasi berbeda mengenai kode etik yang berlaku.6

6 Laili, U. (2017). Peran Komisi Yudisial Dalam Pengawasan Pelanggaran Kode Etik Dan Pedoman Perilaku Hakim. LEGALITAS: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 2(1), 16-33.

(10)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Viera Handayani: Etika bisnis dan tanggung jawab sosial pada PT... Viera Handayani: Etika bisnis dan tanggung jawab sosial

mempengaruhi kinerja auditor adalah pengalaman, otonomi, dan etika profesi serta penelitian Kalbers dan Cenker (2008) yang menyatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab

Sebagai contoh adalah tanggung jawab sosial perusahaan, dari tingkat internasional, kita dapat berdebat secara deduktif berdebat kembali ke etika eksekutif

2. Etika moral berkenaan dg. kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yg disebut moral... •Contoh :- berkata

Fungsi tanggung jawab etika dalam dunia profesional fungsi etika adalah sebagai pelengkap.Sebagai contoh dibidang hukum, apabila ketrampilan di bidang hukum

Pada hasil uji hipotesis 1 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap mahasiswa yang belum dengan mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah etika profesi akuntansi pada

BIDANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL • Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Polusi udara, polusi air, polusi tanah, pembuangan limbah beracun, daur ulang • Tanggung Jawab Terhadap Pelanggan

Dalam hal etika, maka apa yang dilakukan oleh seorang dokter dalarn memberikan pelayanan kesehatan harus memperhatikan kode etik dari dokter itu sendiri yang sesuai dengan standar