• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resume Buku Etika Profesi Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Resume Buku Etika Profesi Hukum"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Perbuatan baik merupakan sifat dasar manusia. Hal tersebut diajarkan dalam agama manapun karena perbuatan baik akan dimintai pertanggungjawaban di dunia dan akhirat. Perintah untuk berbuat baik bagi manusia adalah perintah yang bersifat umum dan diujukan kepada setiap perilaku manusia.

Dalam hubungannya dengan pekerjaan maka setiap manusia diperintahkan untuk melakukan hal-hal yang dengan niat yang baik dalam pekerjaanya.Hasil pekerjaan yang dilakukan dengan proses yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik pula, sehingga akan terakumulasi jejak-jejak kebaikan yang membentuk karakter baik pada setiap manusia.

Untuk melakukan sesuatu yang baik bukanlah hal yang mudah karena dibutuhkan kesadaran yang sungguh-sungguh, tekad, dan kemauan yang kuat dari hati nurani dengan keyakinan akan suatu harapan yang besar akan meraih kebaikan itu dengan suatu kebaikan. Kebaikan adalah dasar dari segala sesuatu yang dipersepsikan dengan sifat perilaku manusia yang dipandang ideal, antara kejujuran dan keadilan.

Dalam kaitannya dengan filsafat,maka kebaikan sebagai akar fundamental dari segala perilaku manusia yang dapat diberikan penilaian kualitatif, biasa disebut dengan etika dan moral.

Etika adalah konsep tentang baik atau buruknya perilaku seseorang. Sedangkan moral adalah perilaku yang baik dan buruknya dari seseorang.Etika merupakan ide atau cita-cita tentang konsep kebaikan dari prilaku manusia. Sedangkan moral adalah penilaian dari pelaksanaan perilaku atau perbuatan manusia.

Etika dan moral meliputi aspek-aspek kehidupan manusia dalam arti yang luas, terutama dalam hubungan interaktif manusia dengan sesama manusia dalam lingkungan sosialnya, antara lain dalam kaitannya dengan hubungan pekerjaan dan profesi.

Salah satu aspek penting untuk disoroti adalah praktek etika dan moral dalam bidang keahliaan tertentu yang disebut dengan profesi.

Salah satu profesi yang membutuhkan keahlian khusus adalah profesi di bidang hukum seperti Notaris, Advokat, Jaksa Penuntut umum, Penyidik, dan lain-lain. Bagi profesional di bidang hukum, dalam menjalankan profesinya harus dilengkapai dengan ramb-rambu dalam arti luas dan rambu-rambu etik dan moral (kode etik profesi) sehingga profesional dalam melaksanakan profesi tersebut dapat bertanggung jawab secara hukum dan secara moral.

(2)

2

Tanggung jawab etik dan moral profesi lahir dengan adanya penyimpangan perilaku profesi dari rambu-rambu etik profesi yang telah ditetapkan dalam kode etik profesi, sehingga tanggung jawab profesi meliputi tanggung jawab moral etik profesi, yang akan berdampak pada aspek-aspek sosial di lingkungan profesi dan masyarakat.

(3)

3 BAB II

TENTANG ETIKA

Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang membahas tentang moralitas manusia (the philodophical study of morality). Moral dapat diartikan dengan sikap dan perilaku manusia. Dalam membahas tentang sikap perlu diperhatikan dua komponen yaitu:

1. Komponen Kognitif, yaitu pengetahuan tentang suatu objek.

2. Komponen afeksi yiatu hubungan emosi terhadap objek yang dirasakan sebagai sesuatu yang disukai atau sebaliknya.

Etika sebagai cabang ilmu filsafat secara normatif dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Etika umum yang membahas tentang prinsip dasar moral.

2. Etika Khusus yang menerapkan prinsip dasar moral pada masing-masing bidang kehidupan mansia.

Etika secara khusus ini dapat dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Etika individual.

2. Etika sosial

Etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan dengan etika umum. Sebaliknya etika umum akan kehilangan sifat terapannya apabila tidak ada etika khusus.Bagaimanapun manusia tidak dapat keluar dari dimensi pribadi dan sosial dalam setiap sikap dan perilakunya.1 Etika sosial sendiri terbagi menjadi banyak bidang mulai dari etika keluarga, etika politik, etika lingkungan, dan etika profesi.Etika profesi ini dapat dipecah lagi sesuai dengan bidang profesi tertentu.

Dengan demikian studi tentang etika adalah pemikiran kritis tentang moral dalam arti luas. Dalam hubungannya dengan etika profesi hukum, maka termasuk dalam bidang etika khusus yakni etika sosial.

Objek kajian dari etika adalah moralitas manusia . Moral sendiri merupakan salah satu norma sosial atau regulation of internal behavior. Jika moral merupakansuatu norma maka dipastikan moral mengandung nilai-nilai karena norma adalah konkretisasi dari nilai.2 Sehingga objek kajian dari etika adalah nila-nilai sebagai berikut :

1. Nilai Objektif dan Subjektif.

1 Sidharata, Moralitas Profesi Hukum, (Bandung: Aditama, 2006), hlm.17

(4)

4

Nilai objektif adalah kualitas yang diliaht berdasarkan kondisi sebenarnya, sedangkan nilai subjektif adalah kualitas yang dilihat dari individu, kelompok masyarakat, bangsa, atau universal atau dengan kata lain kualitas yang yang diperoleh dari penilaian subjek tertentu.

2. Nilai positif dan negatif.

Nilai positif adalah nilai yang bermanfaat bagi manusia, sedangkan nilai negatif adalah nilai keburukan atau ketidaksusilaan.

3. Nilai intrinsik dan ekstrinsik

Nilai ektrinsik adalah nilai susila yang dihubungkan dengan hal-hal diluar tindakan itu atau konsekuansi dari tindakan itu, sedangkan nilai intrinsik adalah nilai yang berdiri sendiri.

4. Nilai transenden dan imanen.

Nilai trensenden adalah nilai yang melampaui batas-batas pengalaman dan pengetahuan manusia.3 Sedangkan nilai imanen adalah nilai yang diperoleh dari pengetahuan inderawi.

5. Nilai dasar dan instrumental

Nilai dasar adalah nilai yang dipilih bagi landasan instrumental untuk mewujudkan kenyataan, sedangkan nilai instrumental adalah konkretisasi dari nilai dasar yang biasanya dituangkan dalam bentuk norma.

Berdasarkan kajian objek etika diatas, selanjutnya akan dibahas tentang fungsi dari etika. Fungsi etika pada dasarnya adalah untuk memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan atas situasi konkret yang dihadapi, mengatur koeksistensi terhadap orang lain, menjadikan manusia dengan berbagai macam jenis.

Fungsi tanggung jawab etika dalam dunia profesional fungsi etika adalah sebagai pelengkap.Sebagai contoh dibidang hukum, apabila ketrampilan di bidang hukum mengabaikan segi yang menyangkut tanggung jawab seseorang terhadap orang yang dipercayakan kepadanya dan profesinya pada umumnya, dan nilai-nilai dan ukurannya etika yang harus menjadi pedoman dalam menjalankan profesinya, maka hanya akan menghasilkan tukang-tukang yang terampil belaka di bidang hukum dan profesinya.4

Pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam mempelajari etika adalah sebagai berikut :

3 Sutan Takdir Alisjahbana, Sejarah Kebudayaan Indonesia dilihat dari Segi Nilai-Nilai, (Jakarta:Dian Rakyat,

1982), hlm.15

(5)

5

1. Sikap baik

Sikap baik adalah sikap yang dapat menerima semua orang secara spontan membantu kita tanpa rasa negatif atau curiga.

2. Keadilan

Adil pada hakikatnya berarti bahwa kita memberikan kepada siapa aja apa yang menjadi haknya.

3. Hormat

(6)

6 BAB III

TENTANG MORALITAS

Moralitas adalah kesuluruhan norma-norma, nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau sebuah masyarakat. Moralitas dapat bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Moralitas yang bersifat intrinsik adalah moralitas yang berasal dari diri manusia itu sendiri, sedangkan moralitas ekstrinsik adalah moralitas yang didasarkan pada peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah maupun larangan.

Hakikat moralitas sesungguhnya adalah kompleksitas moral dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.

Pemaknaan moral sebagai norma sesungguhnya bersifat internal pada manusia yang bersangkutan. Sehingga apabila kita memberikan penilaian terhadap seseorang maka ukuran (norma moral) tersebut datang dari kita, bukan dari orang yang bersangkutan. Itulah sebabnya mengapa penilaian tersebut pada hakikatnya bersifat subjektif.

Kualitas norma moral ditentukan oleh beberapa unsur pokok yaitu : 1. Kebebasan

Kebebasan adalah alternatif atau pilihan bagi manusia untuk bersikap dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang diyakininya

2. Tanggung jawab

Kebebasan memberikan pilihan bagi manusia untuk bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu manusia wajib bertanggung jawab atas pilihan yang dibuatnya. Pertimbangan-pertimbangan moral hanya mungkin ditujukan bagi orang yang dapat mau bertanggung jawab.

3. Suara hati

Suara hati atau hati nurani adalah pengetahuan intuitif tentang prinsip moral dan berasal dari Tuhan.

Terdapat tiga faktor penentu dalam moralitas yaitu : 1. Sasaran (tujuan akhir)

Sasaran adalah wujud dari perbuatan itu sendiri yaitu perbuatan yang dikehendaki secara bebas menurut aturan moral.

2. Motivasi

Motivasi adalah intensi personal yang diinginkan oleh pelaku perbuatan untuk mencapai sasaran yang dituju.

(7)

7

Lingkungan adalah segala sesuatu yang secara aksidental mengelilingi dan mewarnai perbuatan.

Moralitas adalah kualitas perbuatan manusia sehingga perbuatan itu disebut benar atau salah, baik atau jahat. Moralitas sendiri dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Moralitas Objektif sebagai Norma

Artinya moralitas terletak pada upaya untuk mempertahankan haknya sendiri. 2. Moralitas Subjektif sebagai Norma

Artinya perbuatan yang diwarnai dengan intensi tertentu. 3. Moralitas Intrinsik sebagai Norma

Artinya mewajibkan setiap orang untuk berbuat begitu tanpa harus dituntun atau diawasi hukum yang bersangkutan

4. Situasi tertentu sebagai Norma Moral

Situasi yang pada dasarnya melanggar norma namun dibenarkan karena hal tersebut didasari oleh maksud yang baik.

5. Moralitas yang ambigu

Artinya perbuatan yang dapat memberikan makna yang tidak jelas dan dapat menyesatkan.

6. Kepentingan Pribadi sebagai Norma Moral

Artinya dalam situasi tertentu seseorang dapat dibenarkan untuk bersikap egois atau mementingkan diri sendiri.

7. Rahasia Umum sebagai Norma Moral

Artinya norma moral yang baku dan berlaku umum tidak ada, semua yang terjadi dilakukan secara luwes dab disesuaikan dengan situasi kondisi masyarakat setempat. 8. Norma dalam Bio-Etika

Paham-paham tentang etika moralitas akan dipergunakan untuk mengevaluasi kerja manusia, terutama kerja yang didukung oleh keahlian khusus atau spesialisasi. Biasanya orang yang bekerja atas dasar spesialisasi adalah orang yang bekerja secara profesional.

Dalam prakteknya orang sering menyamakan antara moralitas dan keabsahan. Namun moralitas dan keabsahan merupakan dua hal yang berbeda. Moralitas adalah kesusaian perbauatan kita dengan norma atau hukum batiniah yang kita yakini dan apa yang kita pandang sebagai kewajiaban kita. Moralitas akan dicapai apabila manusia menaat hukum yang ada dan bukan karena takut melainkan karean hal tersebut adalah suatu kewajiban yang patut untuk

(8)

8

ditaati. Sedangkan legalitas atau keabsahan adalah kesesuaian dan ketidaksesuaian semata-mata suatu tinddakan dengan hukum atau norma lahiriah.

(9)

9 BAB IV

TENTANG PROFESI

Bekerja adalah bagian kodrati dan integral dari kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang itu mengahadapi kerja sebagai bagian dari kodratnya sendiri dan sekaligus bagian dari aktivitas hidupnya.

Thomas Aquinos menyatakan bahwa setiap wujud kerja mempunyai empau tujuan yaitu:5 1. Dengan bekerja, orang dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. 2. Dengan adanya lapangan pekerjaan, maka penagguran dapat dihapuskan/ dicegah. 3. Dengan surplus hasil kerjanya manusia dapat berbuat amal dengan sesama.

4. Dengan kerja, orang dapat mengkontrol atau mengendalikan gaya hidup.

Pekerjaan yang sifatnya menuntut pengetahuan yang tinggi, khusus dan latihan yang istimewa disebut dengan profesi. Profesi dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu:

1. Profesi pada umumnya

Prinsip dalam menjalankan profesi ini adalah bertanggung jawab dan menghormati hak-hak orang lain.

2. Profesi Luhur (officium nobile)

Prinsip yang digunakan adalah mendahulukan kepentingan orang yang dibantu dan mengabdi pada tuntutan luhur profesi.

Suatu pekerjaan dapat digolongkan sebagai sebuah profesi apabila mencerminkan hal-hal sebagai berikut :

1. Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character)

2. Diabadikan untuk kepentingan orang lain dan pelayanan kepada masyarakat. 3. Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada kenuntungan finansial.

4. Didukung oleh adanya organisasi profesi dan organisasi profesi tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang merupakan kode etik, serta bertanggung jawab dalam memajukan dan penyeberan profesi yang bersangkutan.

5. Ditentukan adanya standar kualifikasi profesi.

Di dalam profesi terdapat bidang-bidang yang bersifat dan dapat dijalankan oleh satu orang sekaligus, sebagai berikut :

1. Consulting Profession

(10)

10

Adalah profesi yang dalam menjalankan praktik profesinya didasarkan fee for service dan hubungan profesionalnya dengan klien bersifat personal atau individual.

2. Scholary Profession

Adalah profesi yang lebih banyak bekeja atas dasar gaji tetap.

Semakin sebuah pengetahuan yang dimiliki oleh seorang profesional mengarah pada kekhususan maka semakin tinggi ketrampilan orang tersebut dan sebaliknya semakin seseorang tidak mengetahui atau paham atas aspek teknis penerapan sebuah pengetahuan maka akan semakin besar kemungkinan penyelewengan untuk dilakukan. Sehingga diperlukan norma-norma bagi para profesional agar dalam menjalankan profesinya dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Apabila seorang profesional mengutamakan pengembangan sumber daya manusia dan kesejahtaraan sosial dan penuh dengan keralaan hati menerima dan mencoba hidup atas dasar moral maka ia akan mengutamakan pelayanan terhadap sesamanya.

Norma-norma moral dalam sebuah profesi tertentu dirumuskan dalam suatu bentuk kode etik. Kode etik profesi tertentu secara umum dituangkan dalam bentuk tertulis. Beberapa alasan yang mendasari dibuatnya kode etik secara tertulis yaitu :

1. Kode etik merupakan kontrol sosial. Kode etik memberikan semacam kriteria bagi calon anggota kelompok dan membantu mempertahankan pandangan para anggota lama terhadap prinsip profesional yang telah digariskan.

2. Kode etik profesi mencegaj pengawasan atau campur tangan yang dilakukan pemerintah atau masyarakat melalui beberapa agen atau pelaksananya.

3. Kode etik adalah penting untuk pengembangan patokan kehendak yang lebih tinggi karena pada dasarnya kode etik adalah suatu perilaku yang sudah dianggap benar serta berdasarkan metode prosedur yang benar pula.

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat dikatakan bahwa moral adalah term yang memiliki pengertian yang sangat luas sebab term ini meliputi antara lain bentuk aktivitas voluntaris manusia dimana memuat pertimbangan sah dan tidaknya atau benar salahnya tindakan tersebut.

Sedangkan hukum adalah perintah negara dimana perintah tersebut disebarluaskan melalui penetapan serta diberlakukan begi setiap orang di suatu wilayah tertentu.

Jika ketaatan terhadap hukum diartikan sebagai bagian dari perilaku moral maka dapat diartikan bahwa semua bentuk hukum dan pemberlakuannya menjadi hal yang termasuk pada bidang moral.

(11)

11

Etika profesi berbeda dengan ajaran moral umum dan hukum. Etika profesi menaruh perhatian pada cita-cita tambahan tertentu serta praktik-praktikyang berkembang diluar tanggung jawab dan hak previlage profesi seseorang. Etika profesi diterapkan pada kelompok fungsional tertentu dan merupakan pernyataan usaha pengarahan kesadaran moral para anggota profesi tentang persoalan-persoalan khusus yang dihadapinya. Kode etik mengkristalkan pandangan moral dan memberikan ketegasan perilaku yang sesuai dengan lapangan khusus.

(12)

12 BAB V

ETIKA PROFESI HUKUM

Profesi hukum adalah profesi yang melekat pada dan dilaksanakan oleh aparatur hukum dalam suatu pemerintahan suatu negara. Pengemban profesi hukum harus bekerja secara profesional dan fungsional, memiliki tingkat ketelitian, kehati-hatian, ketekunan. kritis, dan pengabdian yang tinggin karena mereka bertanggung jawab kepada diri sendiri dan sesama anggota masyarakat, bahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengemban profesi hukum bekerja sesuai dengan kode etik profesinya, apabila terjadi penyimpangan atau pelanggaran kode etik, mereka harus rela mempertanggungjawabkan akibatnya sesuai dengan tuntutan kode etik. Biasanya dalam organisasi profesi, ada dewan kehormatan yang akan mengoreksi pelanggaran kode etik.

Profesi hukum merupakan salah satu profesi yang menuntut pemenuhan nilai moral dari pengembannya. Nilai moral itu merupakan kekuatan yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur. Setiap profesional hukum dituntut agar memiliki nilai moral yang kuat. Franz Magnis Suseno mengemukakan lima kriteria nilai moral yang kuat yang mendasari kepribadian profesional hukum.

1. Kejujuran

Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari misi profesinya, sehingga akan menjadi munafik, licik dan penuh tipu daya. Sikap yang terdapat dalam kejujuran yaitu :

a. Sikap terbuka, berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan/keikhlasan melayani atau secara cuma-Cuma.

b. Sikap wajar. Ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak otoriter, tidak sok kuasa, tidak kasar, tidak menindas, tidak memeras.

2. Otentik

Otentik artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian yang sebenarnya. Otentiknya pribadi profesional hukum antara lain : a. Tidak menyalahgunakan wewenang.

b. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat (malkukan perbuatan tercela;

c. Mendahulukan kepentingan klien;

d. Berani berinsiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata menunggu atasan;

(13)

13 e. Tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.

3. Bertanggung Jawab

Dalam menjalankan tugasnya, profesioal hukum wajib bertanggung jawab, artinya: a. Kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk

lingkup profesinya ;

b. Bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-cuma (prodeo);

c. Kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewajibannya.

4. Kemandirian Moral

Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti pandangan moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan memebetuk penilaian dan mempunyai pendirian sendiri. mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak terpengaruhi oleh pertimbangan untung rugi (pamrih), penyesuaian diri dengan nilai kesusilaan dan agama.

5. Keberanian Moral

Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan kesediaan untuk menanggung resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain : a. Menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap, pungli;

b. Menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah. Dari hasil uraian diatas dapat kita rumuskan tentang pengertian etika profesi hukum sebagai berikut : Ilmu tentang kesusilaan, tentang apa yang baik dan apa yang buruk, yang patut dikerjakan seseorang dalam jabatannya sebagai pelaksana hukum dari hukum yang berlaku dalam suatu negara. sesuai dengan keperluan hukum bagi masyarakat Indonesi dewasa ini dikenal beberapa subyek hukum berpredikat profesi hukum yaitu : Polisi, Jaksa, Penasihat hukum (advokad, pengacara), Notaris, Jaksa, Polisi.

Seluruh sektor kehidupan, aktivitas, pola hidup, berpolitik baik dalam lingkup mikro maupun makro harus selalu berlandaskan nilai-nilai etika. Urgensi etika adalah, pertama, dengan dipakainya etika dalam seluruh sektor kehidupan manusia baik mikro maupun makro diharapakan dapat terwujud pengendalian, pengawasan dan penyesuaian sesuai dengan panduan etika yang wajib dipijaki, kedua, terjadinya tertib kehidupan bermasyarakat, ketiga, dapat ditegakan nilai-nilai dan advokasi kemanusiaan, kejujuran, keterbukaan dan keadilan, keempat, dapat ditegakkannya (keinginan) hidup manusia, kelima, dapat dihindarkan terjadinya free fight competition dan abus competition dan terakhir yang dapat ditambahkan

(14)

14 adalah penjagaan agar tetap berpegang teguh pada norma-norma moral yang berlaku dalam masyarakat sehingga tatanan kehidupan dapat berlangsung dengan baik.

Urgensi atau pentingnya ber'etika sejak jaman Aristoteles menjadi pembahasan utama dengan tulisannya yang berjudul " Ethika Nicomachela". Aristoteles berpendapat bahwa tata pegaulan dan penghargaan seorang manusia, yang tidak didasarkan oleh egoisme atau kepentingan individu, akan tetapi didasarkan pada hal-hal yang altruistik, yaitu memperhatikan orang lain. Pandangan aristoles ini jelas, bahwa urgensi etika berkaitan dengan kepedulian dan tuntutan memperhatikan orang lain. Dengan berpegang pada etika, kehidupan manusia manjadi jauh lebih bermakna, jauh dari keinginan untuk melakukan pengrusakan dan kekacauan-kekacauan.

Berlandaskan pada pengertian dan urgensi etika, maka dapat diperoleh suatu deskripsi umum, bahwa ada titik temu antara etika dan dengan hukum. Keduanya memiliki kesamaan substansial dan orientasi terhadap kepentingan dan tata kehidupan manusia. Dalam hal ini etika menekankan pembicaraannya pada konstitusi soal baik buruknya perilaku manusia. Perbuatan manusia dapat disebut baik, arif dan bijak bilamana ada ketentuan secara normatif yang merumuskan bahwa hal itu bertentangan dengan pesan-pesan etika. Begitupun seorang dapat disebut melanggar etika bilamana sebelumnya dalam kaidah-kaidah etika memeng menyebutkan demikian. Sementara keterkaitannya dengan hukum, Paul Scholten menyebutkan, baik hukum maupun etika kedua-duanya mengatur perbuatan-perbuatan manusia sebagai manusia sebagai manusia, yaitu ada aturan yang mengharuskan untuk diikuti, sedangkan di sisi lain ada aturan yang melarang seseorang menjalankan sesuatu kegiatan, misalnya yang merugikan dan melanggar hak-hak orang lain. Pendapat Scholten menunjukan bahwa titik temu antara etika dengan hukum terletak pada muatan substansinya yang mengatur tentang perilaku-perilaku manusia. apa yang dilakukan oleh manusia selalu mendapatkan koreksi dari ketentuan-ketentuan hukum dan etika yang menentukannya. ada keharusan, perintah dan larangan, serta sanksi-sanksi.

(15)

15 DAFTAR PUSTAKA

Franz Magnes Suseno, Etika Sosial, (Jakarta; Gramedia, 1991)

Hans Kelsen, The Pure Theory of Law,(California:Berkely University,1970) Sidharata, Moralitas Profesi Hukum, (Bandung: Aditama, 2006)

Sutan Takdir Alisjahbana, Sejarah Kebudayaan Indonesia dilihat dari Segi Nilai-Nilai, (Jakarta:Dian Rakyat, 1982)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu (1) mendiskripsikan penerapan model pembelajaran inkuiri pada pelajaran IPA materi perubahan lingkungan fisik kelas IV SDN Dadrejo 02 dan

Kegiatan bazar yang dilaksanakan pada saat kegiatan rangkaian Gebyar Jawa ini menjadi salah satu acara inti disamping kegiatan Pisowanan Ageng dan Festival

Observasi pada siklus II terhadap pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tindakan ini dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan langkah-langkah pembelajaran

Pada akhirnya kembali berunding dan menandatangani Joint Statement Between The Republic Of Indoensia And The Republic Of The Philippines Concerning The

Dilihat dari 8 kota IHK di Kalimantan yang menghitung inflasi pada Bulan Desember 2011 ini, secara berurutan inflasi terjadi di Kota Tarakan 1,53 persen; Pontianak 1,15

Saat ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka menyusun skripsi yang berjudul "Hubungan antara Adversity Quotient dengan Intensi Berwirausaha Menggunakan Media Instagram

enggunaan topi atau penutup kepala lainnya, dan ka%amata anti radiasi ultraviolet juga dianjurkan terutama pada pasien yang hidup di daerah tropis atau ultraviolet juga

Apabila kondisi lingkungan perairan tam- bak dilakukan secara terkontrol dengan kisar- an kualitas air yang optimal seperti pada pe- ngelolaan tambak teknologi intensif dapat