BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 3
Nama Mahasiswa : Erna Tri Kurnia Kusuma Ningrum
Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044202273
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4306/Metode Penelitian Hukum
Kode/Nama UT Daerah : 44 / Surakarta
Masa Ujian : 2024/2025 Ganjil (2024.2)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
1. Berdasarkan uraian di atas, coba saudara susun suatu penelitian hukum dengan menerapkan bahanbahan hukum melalui internet. Boleh dalam tinjauan pustaka atau pembahasan, yang menggunakan sumber dari internet.
Jawaban :
Judul Penelitian : "Tanggung Jawab Platform Digital dalam Perlindungan Data Pribadi Konsumen Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi"
Pendahuluan
Perlindungan data pribadi konsumen menjadi isu penting di era digital, terutama dengan semakin banyaknya platform online yang mengumpulkan dan mengelola data pribadi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tanggung jawab hukum platform digital berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 (UU PDP) dan membandingkannya dengan praktik perlindungan data internasional.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana tanggung jawab platform digital dalam melindungi data pribadi berdasarkan UU PDP?
2. Apa saja tantangan implementasi UU PDP di Indonesia?
3. Bagaimana perbandingan UU PDP dengan General Data Protection Regulation (GDPR) Uni Eropa?
Tinjauan Pustaka 1. Regulasi Nasional
o Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi, yang diakses melalui situs resmi pemerintah Indonesia: Peraturan BPK untuk memahami pasal-pasal kunci, seperti Pasal 15 tentang hak subjek data dan Pasal 36 tentang kewajiban pengendali data.
2. Pendapat Pakar Nasional
o Artikel dari Indonesian Journal of Law and Technology, yang dapat diakses melalui Garuda Ristekdikti, membahas tantangan implementasi UU PDP di sektor e- commerce.
o Pandangan dari Dr. Eddy Santoso dalam artikel di situs Hukum Online mengenai dampak UU PDP terhadap pelaku usaha digital.
3. Kerangka Internasional
o General Data Protection Regulation (GDPR) Uni Eropa, teks lengkapnya diakses melalui EUR-Lex. Analisis difokuskan pada Pasal 5 (prinsip perlindungan data) dan Pasal 25 (data protection by design and by default).
o Artikel "Global Data Privacy Laws: 2022 Update" oleh Prof. Graham Greenleaf, diakses melalui SSRN, memberikan wawasan perbandingan regulasi perlindungan data global.
4. Pendapat Pakar Internasional
o ICO UK (Information Commissioner’s Office), diakses melalui ico.org.uk, menjelaskan penerapan data protection officer (DPO) sebagai bagian dari GDPR.
Pembahasan
A. Tanggung Jawab Platform Digital Berdasarkan UU PDP
Berdasarkan UU PDP, platform digital wajib menjaga kerahasiaan, integritas, dan keamanan data pribadi (Pasal 36 UU PDP). Studi kasus kebocoran data pengguna aplikasi platform X yang dilaporkan oleh Kominfo dapat diakses di laman resmi mereka:
Kominfo.
B. Tantangan Implementasi
• Artikel yang diterbitkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di situs resmi mereka (lipi.go.id) menyebutkan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat menjadi salah satu hambatan utama perlindungan data pribadi.
• Analisis dari jurnal Hukum dan Pembangunan yang tersedia di DOAJ mengungkapkan bahwa sanksi terhadap pelanggaran UU PDP belum sepenuhnya efektif.
C. Perbandingan dengan GDPR
• GDPR mewajibkan penunjukan data protection officer (DPO), sedangkan UU PDP belum secara eksplisit mengatur hal tersebut. Hal ini dijelaskan dalam artikel di situs ICO UK (ico.org.uk).
• Pandangan dari artikel "Comparative Analysis of Data Protection Laws in ASEAN"
di ResearchGate menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya seperti Singapura.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa UU PDP adalah langkah maju dalam perlindungan data pribadi di Indonesia. Namun, implementasinya masih menghadapi tantangan signifikan, terutama dalam pengawasan dan sanksi. Harmonisasi dengan standar internasional seperti GDPR dapat menjadi acuan untuk meningkatkan perlindungan data di Indonesia.
Saran
1. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan terhadap platform digital.
2. Edukasi dan kampanye tentang hak data pribadi kepada masyarakat perlu ditingkatkan.
3. Pelaku usaha disarankan mengadopsi prinsip privacy by design sesuai dengan standar GDPR.
2. Berdasarkan uraian di atas, coba saudara terapkan teori realisme hukum dalam penelitian suatu masalah/isu hukum.
Jawaban:
Berikut adalah penerapan teori realisme hukum yang diusung oleh Oliver Holmes dan Jerome Frank dalam penelitian suatu masalah hukum:
Judul Penelitian
"Peran Hakim dalam Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup: Perspektif Teori Realisme Hukum"
Pendahuluan
Sengketa lingkungan hidup sering kali melibatkan kompleksitas masalah yang tidak sepenuhnya dapat dijawab oleh aturan perundang-undangan. Dalam konteks ini, hakim memiliki kebebasan untuk menafsirkan hukum berdasarkan fakta riil di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan teori realisme hukum dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di Indonesia.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori realisme hukum relevan dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup?
2. Bagaimana peran hakim dalam menafsirkan hukum berdasarkan fakta-fakta sosial dalam kasus lingkungan hidup di Indonesia?
3. Apa implikasi penerapan teori realisme hukum terhadap pengembangan yurisprudensi di Indonesia?
Kerangka Teoritis: Realisme Hukum 1. Teori Oliver Wendell Holmes
Menurut Holmes, hukum adalah "prediksi tentang apa yang dilakukan pengadilan dalam kenyataan" (The Common Law, 1881). Hakim tidak semata-mata terikat pada teks undang-undang, tetapi harus mempertimbangkan fakta sosial, ekonomi, dan moral dalam masyarakat .
2. Teori Jerome Frank
Frank menekankan pentingnya subjektivitas hakim dalam memutuskan perkara.
Keputusan hukum tidak hanya dipengaruhi oleh peraturan tertulis, tetapi juga oleh persepsi pribadi hakim tentang keadilan .
Pembahasan
1. Relevansi Teori Realisme Hukum dalam Sengketa Lingkungan Hidup
Sengketa lingkungan sering kali melibatkan isu-isu yang tidak diatur secara eksplisit dalam undang-undang. Misalnya, dalam kasus pencemaran limbah yang merusak ekosistem lokal, hakim harus mempertimbangkan fakta-fakta ilmiah dan dampak sosial. Teori realisme hukum relevan karena:
• Hukum tidak dapat mencakup semua aspek kehidupan yang kompleks .
• Hakim dapat menggunakan kebebasan untuk menciptakan keputusan berbasis keadilan substantif, bukan hanya formalitas hukum .
2. Studi Kasus: Kasus PT Freeport Indonesia (2017)
Dalam perkara yang melibatkan PT Freeport terkait pencemaran sungai di Papua, Mahkamah Agung menggunakan analisis fakta sosial-ekologis. Hakim tidak hanya mendasarkan putusan pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tetapi juga mempertimbangkan:
• Laporan ilmiah dari ahli lingkungan.
• Dampak riil pencemaran terhadap masyarakat adat .
Hal ini mencerminkan pendekatan realisme hukum, di mana keputusan hakim didasarkan pada kenyataan hidup yang dihadapi masyarakat lokal.
3. Implikasi Penerapan Teori Realisme Hukum
• Pengembangan Yurisprudensi:
Pendekatan hakim yang fleksibel menciptakan preseden untuk kasus serupa di masa depan, misalnya pengakuan kerugian ekologis sebagai dasar kompensasi.
• Kepercayaan Publik:
Keputusan berbasis realisme hukum meningkatkan kepercayaan publik terhadap peradilan karena dianggap lebih adil dan relevan dengan konteks sosial.
Penerapan teori realisme hukum memungkinkan hakim untuk menciptakan keputusan yang lebih responsif terhadap kompleksitas kehidupan modern, khususnya dalam kasus sengketa lingkungan hidup. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat peran hakim tetapi juga memperkaya pengembangan hukum melalui yurisprudensi.
Pendekatan ini menunjukkan bahwa teori realisme hukum dapat diterapkan dalam penelitian hukum yang fokus pada isu-isu dengan kompleksitas tinggi, seperti sengketa lingkungan hidup. Hakim memiliki peran sentral dalam memastikan keputusan mencerminkan keadilan substantif berdasarkan kenyataan sosial.
Referensi
1. Holmes, Oliver Wendell. The Common Law. Boston: Little, Brown and Company, 1881.
2. Frank, Jerome. Law and the Modern Mind. New York: Transaction Publishers, 1930.
3. Llewellyn, Karl. "Some Realism About Realism." Harvard Law Review 44, no. 8 (1931):
1222–1264.
4. Mahkamah Agung Republik Indonesia. "Putusan No. 601 K/Pdt/2017." Diakses melalui Direktori Putusan MA.
5. Jurnal Hukum Lingkungan. "Analisis Yuridis Sengketa PT Freeport Indonesia." Diakses melalui Garuda Ristekdikti.
3. Berdasarkan uraian rencana penelitian di atas, maka dalam metode penelitian hukum dibutuhkan sumber-sumber penelitian yang akan dijadikan sumber untuk menganalisis masalah hukum terkait dengan masalah di atas. Coba saudara tentukan sumber-sumber penelitian hukum sesuai dengan masalah/isu hukum di atas .
Jawaban:
Dalam penelitian hukum terkait dengan "Penanganan Tindak Lanjut Temuan dan Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum dalam Mewujudkan Pemilu yang Berintegritas," terdapat beberapa jenis sumber penelitian hukum yang dapat digunakan untuk menganalisis masalah hukum tersebut. Berikut adalah sumber-sumber penelitian hukum yang relevan:
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber yang secara langsung berkaitan dengan objek penelitian dan mencakup norma hukum yang mengatur pelaksanaan Pemilu dan penanganan pelanggaran Pemilu.
a) Undang-Undang (UU)
• UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
UU ini mengatur seluruh aspek penyelenggaraan Pemilu, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi Pemilu. Hal ini sangat relevan dalam menelaah peraturan mengenai pelanggaran Pemilu, seperti keterlibatan ASN/TNI/Polri dalam kampanye, kampanye di luar jadwal, dan penggunaan fasilitas negara untuk kepentingan Pemilu.
• UU No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
Mengatur tentang Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan tugasnya dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya Pemilu, termasuk penanganan laporan dan temuan pelanggaran.
• UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Relevan untuk mengkaji pelanggaran yang melibatkan kepala desa yang menguntungkan peserta Pemilu.
• UU No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan atas UU No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Pemilu
Ini mengatur tentang ketentuan hukum yang terkait dengan tindak pidana Pemilu, termasuk prosedur penanganan pelanggaran.
b) Peraturan Bawaslu
Bawaslu mengeluarkan peraturan yang lebih teknis terkait pengawasan Pemilu, seperti Peraturan Bawaslu No. 8 Tahun 2018 tentang Penanganan Pelanggaran Pemilu yang
mengatur tata cara penanganan pelanggaran selama Pemilu berlangsung, mulai dari pelaporan hingga penindakan.
c) Putusan Pengadilan
Menelaah putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (inkrah) terkait dengan tindak pidana Pemilu, terutama yang berkaitan dengan pelanggaran yang melibatkan ASN, TNI/Polri, dan penggunaan fasilitas negara dalam kampanye.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder mencakup literatur yang memberikan penjelasan atau komentar terhadap norma hukum yang ada.
a) Doktrin atau Literatur Hukum
Buku-buku teks yang membahas mengenai hukum pemilu, penegakan hukum Pemilu, dan hukum acara pidana yang berkaitan dengan pelanggaran Pemilu.
• As’ad Ali, “Hukum Pemilu di Indonesia”
Buku ini memberikan pemahaman mendalam tentang sistem hukum Pemilu di Indonesia, baik dari perspektif substansi maupun prosedur penanganannya.
• Suteki, “Penyelenggaraan Pemilu yang Demokratis dan Berintegritas”
Buku ini membahas tentang pentingnya Pemilu yang bersih dan langkah-langkah untuk menegakkan integritas dalam proses pemilu.
b) Jurnal Hukum dan Artikel Akademik
Jurnal yang mengulas tentang pelaksanaan Pemilu dan tindak lanjut penanganan pelanggaran Pemilu:
• Jurnal Ilmu Hukum (JIH)
Artikel-artikel yang mengkaji terkait dengan peran Bawaslu dalam mengawasi Pemilu, serta teori dan praktik penegakan hukum Pemilu di Indonesia.
• Jurnal Hukum dan Pembangunan
Menganalisis isu-isu terkini dalam hukum Pemilu dan praktik penegakan hukum dalam sistem politik Indonesia.
c) Laporan Penelitian oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Pemantau Pemilu
Laporan penelitian yang disusun oleh lembaga seperti Pemantau Pemilu dan KPU (Komisi Pemilihan Umum), yang sering kali merilis temuan terkait pelanggaran Pemilu, termasuk keterlibatan aparat negara dalam kampanye dan penggunaan fasilitas negara.
• Laporan Temuan dan Rekomendasi oleh Lembaga Independen (misal, ICW atau Komite Pemantau Legislatif) terkait dengan temuan pelanggaran dan rekomendasi hukum untuk Pemilu yang lebih bersih.
3. Sumber Tersier
Sumber tersier mencakup bahan-bahan yang memberikan gambaran atau informasi tambahan yang dapat mendukung pemahaman terhadap objek penelitian, seperti ensiklopedia hukum, kamus hukum, dan indeks hukum.
• Ensiklopedia Hukum
Memberikan penjelasan mengenai teori dan konsep hukum yang dapat mendukung analisis terhadap masalah pelanggaran Pemilu.
• Kamus Hukum
Dapat membantu menjelaskan istilah-istilah teknis yang digunakan dalam peraturan pemilu dan pelanggaran pidana.
4. Sumber Empiris
Data yang diperoleh melalui observasi langsung atau wawancara dengan pihak-pihak terkait,
seperti:
• Wawancara dengan Praktisi Hukum dan Pengawas Pemilu
Untuk mendapatkan wawasan mengenai prosedur penanganan pelanggaran Pemilu secara praktis, serta kendala yang dihadapi Bawaslu dalam penegakan hukum Pemilu.
• Studi Kasus Kasus Pelanggaran Pemilu
Melakukan studi kasus terhadap beberapa pelanggaran Pemilu yang sudah diputuskan di pengadilan dan bagaimana implementasi penegakan hukum tersebut berjalan.
Dengan menggabungkan sumber-sumber hukum primer, sekunder, tersier, dan empiris ini, penelitian hukum mengenai penanganan pelanggaran Pemilu dapat dianalisis secara komprehensif untuk memberikan rekomendasi dalam mewujudkan Pemilu yang lebih berintegritas di masa depan.
Referensi:
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.
2. Peraturan Bawaslu No. 8 Tahun 2018 tentang Penanganan Pelanggaran Pemilu.
3. As'ad Ali, "Hukum Pemilu di Indonesia".
4. Suteki, "Penyelenggaraan Pemilu yang Demokratis dan Berintegritas".
5. Jurnal Ilmu Hukum (JIH), Jurnal Hukum dan Pembangunan, serta jurnal lainnya yang relevan.
6. Laporan Penelitian oleh LSM dan organisasi pemantau pemilu.