789
NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
available online http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index
TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP WANPRESTARI DALAM PENYEDIAAN LAYANAN JARINGAN INTERNET KEPADA KONSUMEN
1Yedy Nurdiansyah, Grasia Kurniati, Rani Apriani, Devi Siti Hamzah Fakultas Hukum Universitas Singaperbangsa Karawang
Abstrak
Telekomunikasi dalam era globalisasi saat ini berperan strategis dan penting untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat, terutama dalam bidang internet. Internet sebagai contohnya sudah merupakakn sebagai kebutuhan pokok untuk masyarakat sekarang ini. Hal ini dikarenakan bahwa internet ini dapat menyediakan layanan pengiriman surat, berbelannja, mendengarkan musik hingga pengiklanan suatu produk tertentu, keseluruhannya tersebut dapat dilangsungkan dengan melalui layanan internet. Agar dapat menyelenggarakan telekomunikasi ini, tentunya dibutuhkan badan pengelola yang fungsinya ialah menyediakan layanan initernet, hal ini seperti yang dilaksanakan PT. Plaza Telkom yang bergerak di bidang pelayanan jasa sambungan telekomunikasi. Tujuan penelitian ini untuk memahami Tanggungjawab PT. Plaza Telkom terhadap wanprestari dala penyediaan layanan jaringan internet kepada konsumen.
Penelitian ini menerapkan metode penelitian yuridis normatif yaitu dengan mengkaji permasalahan hukum melalui bahan pustaka yang mencakup peraturan perundang-undangan diantaranya Undang-Undang Nomor 8 Tahun ,1999 Tentang Perlidnungan Konsumen, hasil penelitian ilmiah, buku, jurnal atau artikel yang berkaitan dengan penelitian ini dan internet.
Tanggung jawab PT. Plaza Telkom terhadap wanprestasi dalam penyediaan layanan jaringan internet kepada konsumen yaitu; pertanggungajwaban perdata dan pidana.
Kata Kunci: Wanprestasi, Layanan Internet, Pertanggung jawaban.
PENDAHULUAN
Penggunaan jasa telekomunikasi baik untuk kegiatan bisnis maupun untuk kegiatan sehari-hari sudah
*Correspondence Address : [email protected], [email protected] DOI : 10.31604/jips.v10i2.2023.789-795
© 2023UM-Tapsel Press
merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Penggunaan jaringan dan jasa telekomunikasi ini berhubungan erat dengan pihak penyelenggara komunikasi, dalam hal ini
790 ialah jasa telekomunikasi dan juga penyedia jaringan. Layanan jaringan dan jasa telekomunikasi ini kian beragam dan semakin kompleks serta melibatkan banyak pihak di dalam penyediaan jaringan telekomunikasi sebelum jaringan serta layanan jasa tersebut para pengguna gunakan. Adanya kerusakan atau gangguan dalam jaringan yang disebabkan oleh beberapa hal, dapat menimbulkan kerugian bagi konsumen yang menggunakannya.
Hampir seluruh masyarakat Indonesia merupakan konsumen dari layanan internet. Menurut Inosentius Samsul, konsumen adalah pengguna atau pemakai suatu produk, baik sebagai pembeli maupun diperoleh melalui cara lain, seperti pemberian, hadiah,dan undangan.2 Pengertian lain mengenai konsumen dapat dilihat dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 1 angka (2) tentang Perlindungan Konsumen :
“konsumen adalah setiap orang pemakai barang serta layanan jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan”.
Ditandatanganinya kontrak oleh konsumen Indihome menyebabkan perjanjian tersebut menjadi sah, dan berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak, baik PT. Telkom sebagai pelaku usaha dan konsumen Indihome itu sendiri.
Menurut Janus Sidabalok, pelaku usaha tidak hanya pembuat/pabrik saja tetapi juga yang terkait dalam peredaran produknya hingga sampai ketangan konsumen serta harus bertanggung jawab atas akibat-akibat negatif maupun kerugian yang dialami oleh konsumen
2 Zulham, “Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Kencana, 2016), hlm. 16. Sebagaimana dikutip dari Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung
yang timbul akibat usahanya.3 Pelaksanaan suatu perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak tidak senantiasa selaras dengan yang diharapkannya. Salah satu pemenuhan prestasi hubungan perjanjian antara PT.
Plaza Telkom dengan pelanggan adalah, pelanggan membayarkan untuk biaya langganan dengan berlandaskan terhadap jumlah biaya yang dikenakannya serta dalam batasan waktu pengenaannya, dan sebaliknya bagi pihak perusahaan salah satunya ialah untuk selalu memberikan pelayanan yang maksimal bagi setiap pelanggan, dengan sigap dan cepat mengatasi segala keluhan dari pelanggan. Kenyataannya, PT. Plaza Telkom melakukan tindakan wanprestasi dimana masih banyak pihak konsumen yang tidak terpenuhi haknya, salah satunya apabila terjadinya gangguan jaringan internet.
Salah satu contoh seperti yang dialami salah satu pelanggan yang mengeluhkan terjadi kerusakan pada jaringan IndiHome yang dipasang di rumah, mengacu pada uraian keterangan ini, dia telah mengadukannya kepada pihak IndiHome serta kemudian mendapatkan suatu keterangan bahwasannya pihak IndiHome ini nantinya akan melaksanakan perbaikan ketika mengunjungi rumah pengguna untuk waktu yang paling lama ialah selama lima hari. Akan tetapi dalam kurun waktu 2 minggu pihak IndiHome tidak kunjung memperbaiki jaringan yang rusak dirumahnya. Oleh karena itu, pelanggan tersebut mendatangi pusat pelayanan IndiHome di Plaza Telkom.
Selain itu kasus lainnya pada Minggu 19 September 2021, pelanggan layanan internet Indonesia Digital Home
Jawab Mutlak”, (Jakarta: Universitas Indonesia, 2004), hlm. 34.
3 Janus Sidabalok, “Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, hlm. 13-14
791 (IndiHome) berbondong-bondong melayangkan keluhan di media sosial akibat jaringan internet yang mendadak tidak bisa diakses selama tiga hari.
Gangguan internet IndiHome terjadi hampir merata di seluruh Indonesia.
Masalah tersebut menyebabkan layanan internet di sejumlah titik di wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Pulau Natuna, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua menjadi terganggu. Gangguan disebabkan karena adanya masalah pada kabel bawah laut Jasuka (Jawa Sumatera Kalimantan), tepatnya di ruas Batam- Pontianak. Kerusakan pada jaringan kabel bawah laut tersebut tak hanya membuat kapasitas jaringan IndiHome down, namun juga ikut berdampak pada jaringan internet pada operator Telkomsel.
METODE PENELITIAN
Menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang sering juga disebut sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu merupakan suatu penelitian yang mengacu pada analisis hukum baik dalam arti law as it is written in the book, maupun dalam arti law as it isdecided by judge through judicial process.4 Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian normatif yang beranjak dari adanya pelanggaran hak-hak konsumen dalam kegiatan penggunaan layanan jaringan internet akibat gangguan dari penyelenggara telekomunikasi.
Pendekatan dalam penelitian ini dimaksudkan agar bahan hukum yang ada menjadi dasar sudut pandang dan kerangka berpikir peneliti untuk melakukan analisis. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Perundang- Undangan (Statute Approach).
Pendekatan perundang-undangan melakukan pengkajian peraturan
4 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2006, hlm.
302
perundang-undangan yang berhubungan dengan sentral penelitian dalam hal ini dimaksudkan agar bahwa peneliti menggunakan peraturan perundang- undangan sebagai dasar awal melakukan analisis mengenai perindungan konsumen. Adapun peraturan perundang-undangan yang peneliti gunakan adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hukum mempunyai fungsi sebagai alat mengatur tata tertib hubungan masyarakat karena hukum mempunyai sifat dan watak yang mengatur tingkah laku manusia.5 Hukum didesain agar dapat menjaga serta memelihara, baik itu hak serta tanggung jawab, dalam hal ini yang berhubungan dnegan individu, kelompok masyarakat, ataupun suatu lembaga tertentu.6 Salah satu produk hukum yang ada di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Untuk keberlangsungan kehidupan kesehariannya, komunikasi ini ialah sebagai unsur yang memainkan peranan fundamental, terlebih untuk berkomonukasi dengan jarak jauh, yang
nantinya akan dapat
mengkomunikasikan antara satu pihak tertentu dengan pihak yang lainnya (telekomunikasi). Sarana telekomunikasi yang masyarakat marak gunakan ini ialah berupa Internet, hal ini dikarenakan bahwa internet ini ialah sebagai sarana telekomunikasi yang canggih dan juga cepat. Seperti masyarakat yang ada di Tanjung Balai Karimun yang memilih untuk berlangganan internet yang diperuntukkan untuk kebutuhan
5 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika,Jakarta, 2011, Cet, Ke-12, hlm. 54.
6 Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, CV.
Pustaka Setia, Bandung,1999, hlm. 12.
792 berbisnis dan juga berkomunikasi.
Karena telekomunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat yang wajib dipenuhi oleh pemerintah, khususnya perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dalam hal ini ialah PT. Telkom Indonesia, Tbk yang memiliki berbagai cabang yang menyebar di semua kota yang ada di Negara Indonesia, sebagai contohnya ialah PT.
Telkom daerah Tanjung Balai Karimun.
Pada Pasal 1 huruf (e) Undang- Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, pelanggan adalah perseorangan, badan hukum, instansi pemerintah yang menggunakan jaringan telekomunikasi serta layanan jasa telekomunikasi berdasarkan kontrak.
Menurut Subekti, Perjanjian adalah suatu peristiwa tertentu, yang mana seorang individu ini memberi janji kepada individu lainnya ataupun kedua orang tersebut saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.7 Sedangkan Pasal 3 ketentuan berlangganan telekomunikasi menyatakan bahwa pelanggan adalah badan hukum atau perseorangan yang telah menandatangani perikatan dengan PT.
Telkom untuk berlangganan dan bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari padanya.
Salah satu kewajiban penyelenggara telekomunikasi yang ada didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi adalah:
“Penyelenggara telekomunikasi wajib memberikan ganti rugi atas kesalahan dan/atau kelalaian penyelenggara telekomunikasi yang menimbulkan kerugian, dengan demikian beberapa pihak yang dirugikannya tersebut memiliki hak guna mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penyelenggara telekomunikasi kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat
7 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1990, hlm. 1
membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan atau kelalaiannya”.
Selain Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, pemerintah juga mengeluarkan Undang- undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen yang mengatur khusus dan terperinci mengenai hak dan kewajiban pelaku usaha serta hak dan kewajiban konsumen.
Dalam peraturan perundang- undangan, perbuatan yang mengakibatkan suatu kerugian terhadap konsumen yang dalam hal ini adalah pelanggan yaitu wanprestasi dan pelanggan dapat melakukan tuntutan berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 8 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) mengenai hal- hal yang dilarang bagi pelaku usaha dalam hal ini adalah PT. Telkom.
Jika dilihat pada Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) mengenai hak dan kewajiban konsumen pada Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, pihak PT.
Telkom tidak memberikan kenyamanan ataupun informasi mengenai gangguan pada jaringan internet. Selama ini dari banyaknya kasus kerugian yang dialami oleh pelanggan pihak PT. Telkom hanya menyampaikan permintaan maaf dan segera memperbaiki jaringan yang rusak tersebut. Padahal, PT. Telkom menyimpan semua data pelanggan sehingga mudah bagi PT. Telkom untuk menyampaikan informasi mengenai gangguan jaringan yang akan terjadi tersebut. secara tidak langsung, PT.
Telkom mengabaikan point pada Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Selain itu PT. Telkom mengabaikan Pasal 4 secara khusus mengenai hak dan kewajiban konsumen
793 pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Tidak hanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang mengatur secara khusus mengenai perlindungan konsumen, pemerintah juga mengeluarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 yang secara khusus mengatur mengenai Telekomunikasi pada Pasal 15 ayat (1) yang menyatakan bahwa:
“Atas kesalahan dan/atau kelalaian penyelenggara telekomunikasi yang menimbulkan kerugian, maka pihak-pihak yang dirugikan berhak mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penyelenggara telekomunikasi”
Kemudian pada Pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa:
“Penyelenggara telekomunikasi wajib memberikan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan atau kelalaiannya.”
Hak atas informasi yang benar jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang serta layanan jasa maupun hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang serta layanan jasa yang digunakan sangatlah penting. Disini konsumen dituntut agar memiliki keberanian dan kepekaan jika terjadi suatu hal tertentu yang dirasanya tidak jelas. Hak atas informasi yang jelas serta benar ini tujuannya ialah supaya para konsumen mendapatkaan gambaran yang benar tentang suatu produk serta layanan jasa, karena dengan informasi tersebut, konsumen dapat memilih produk serta layanan jasa yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya dan terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk atau pemilihan jasa.
Hak atas informasi ini penting bagi konsumen, Telkom selaku pelaku usaha diwajibkan untuk memberikan informasi yang jelas mengenai jasa yang
diperdagangkan kepada konsumennya, sehingga konsumen sendiri dapat mengetahui produk dari Telkomsecara jelas. Apabila konsumen mempunyai keluhan serta pendapatnya untuk kinerja kinerja maupun Telkom, konsumen berhak untuk melakukan complain ataupun memberikan saran kepada Telkom selaku pelaku usaha. Ini ialah sebagaimana termaktub pada Pasal 4 huruf d Undang-undang Perlindungan Konsumen, yang mana bahwa konsumen akan mempunyai hak agar keluhan serta pendapatnya didengarkan atas barang serta layanan jasa yang digunakannya.
Selain itu, pihak pelaku usaha harus menanggapi keluhan yang konsumen berikan padanya. Salah satu kewajiban Telkom ini ialah menyediakan informasi berkenaan dengan pemutusan teleponnya tersebut jika konsumen ingin berhenti berlanggana internet dan perubahannya. Di sini Telkom wajib menyampaikan informasi tersebut dengan jelas, ini dimaksudkan supaya konsumen di kemudian hari tidak dirugikan. Penyampaian informasi yang tidak benar melalui brosur tersebut merupakan bentuk wanprestasi karena brosur tersebut dianggap sebagai penawaran dan janji-janji yang bersifat perjanjian.
Pertanggungjawaban PT. Plaza Telkom selaku pelalu usaha atas tindakan wanprestasi dalam memberi layanan intenet kepada konsumen berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen baik secara perdata maupun pidana diantaranya :
1. Pertanggungjawaban Perdata Pasal 19 UUPK (Pasal 19 ayat (1) UUPK) menyatakan, “pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang serta layanan jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”.
Ganti rugi tersebut dapat berupa : a. pengembalian uang atau
794 b. penggantian barang serta
layanan jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
c. perawatan kesehatan dan/atau
d. pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku (Pasal 19 ayat (2) UUPK ).
Selain UUPK, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi juga mengatur mengenai Telekomunikasi pada Pasal 15 ayat (1) yang menyatakan bahwa:
dengan kelalaian dan atau kesalahan
dalam menyelenggarakan
telekomunikasi yang dapat menyebabkan kerugian, dengan ini beberapa pihak yang dirugikan tersebut memiliki hak guna menuntut untuk ganti rugi pada pihak penyelenggara telekomunikasi tersebut, Kemudian pada Pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa:
“Penyelenggara telekomunikasi wajib memberikan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan atau kelalaiannya”.
2. Pertanggungjawaban Pidana Terkait apakah ada sanksi ataupun hukuman untuk para pelaku usaha ini sebagaimana termaktub pada Pasal 62 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 mengenai Perlindungan Konsumen:
a. “Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9,Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e,ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
ataupidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”.
b. “Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12,Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f di pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp
500.000.000,00(lima ratus juta rupiah)”.
Dikaitkan dengan Pasal 62 angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsuemn, dengan demikian, para
pelaku usaha dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum terhadap tindakan wanprestasi yang dilakukannya kepada pihak konsumen.
Di dalam Pasal 8 ayat 1 (d) Undang- undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa pelaku usaha dilarang
memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang serta layanan jasa yang tidak sama dengan keadaan, keistimewaan, jaminan ataupun kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang serta layanan jasa tersebut.
SIMPULAN
Tanggung jawab PT. Plaza Telkom terhadap wanprestasi dalam penyediaan layanan jaringan internet kepada konsumen dapat berupa; (a) pertanggungjawaban perdata bahwa PT.Plaza Telkom sebagai pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang serta layanan jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan, (b) pertanggungjawaban pidana bahwa PT.Plaza Telkom sebagai pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana
795 dimaksud dalam “Pasal 8, Pasal 9,Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e,ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun ataupidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah)”.
DAFTAR PUSTAKA
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014,
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2006,
Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, CV. Pustaka Setia, Bandung,1999
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika,Jakarta, 2011, Cet, Ke-12.
Subekti, Hukum Perjanjian, PT.
Intermasa, Jakarta, 1990.
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Kencana, 2016), hlm. 16.
Sebagaimana dikutip dari Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, (Jakarta:
Universitas Indonesia, 2004).