• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan dan Peluang

N/A
N/A
rahma sabrina 4320088

Academic year: 2024

Membagikan " Tantangan dan Peluang"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Semua makhluk hidup di muka bumi ini membutuhkan air guna keberlangsungan hidup.

Hampir setiap harinya makhluk hidup memerlukan air. Air sebagai sumber kebutuhan manusia, hewan, dan tumbuhan. Sebagai manusia, air biasa digunakan untuk berbagai macam keperluan hidup seperti mandi, minum, makan, hingga mencuci (Nuryani, 2019). Di samping itu, air juga dimanfaatkan sebagai penyedia bahan baku aktivitas irigasi tanaman, peternakan, perikanan, rumah tangga, perumahan, perkotaan, hingga perindustrian (Wata, 2020). Kebutuhan hidup akan air bersih memiliki peranan penting dalam mendukung perkembangan aktivitas masyarakat dan kesehatan lingkungan di suatu wilayah (Hidayat &

Syahbandar, 2020). Dalam hal ini, peran pemerintah untuk mengelola air bersih dapat dilakukan melalui kelembagaan formal maupun non formal (Juwono & Subagiyo, 2018).

Pada dasarnya penyediaan air bersih sudah seharusnya menjadi tanggungjawab pemerintah daerah melalui institusi seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) agar terpenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih (Susilorini, 2022).

Pemerintah terkait pengelolaan dan pendistribusian sumber daya air telah diatur dalam UU No 7 Th 2004 bahwa negara menanggung hak setiap orang untuk memperoleh air yang mencakup kualitas, kuantitas, dan kontinuitas dalam kebutuhan pokok sehari-hari guna terciptanya masyarakat yang sejahtera (RI, 2020). Pemerintah pusat memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada pemerintah daerah dalam mengelola dan mendistribusikan sumber daya alam, sebagaimana yang telah diatur dalam UU No 22 Th 1999 pasal 10 ayat 1 bahwa daerah memiliki wewenang dalam mengelola kekayaan alam lokal yang ada di kawasannya dan mengemban tanggungjawab dalam upaya pemeliharaan kelestarian lingkungan yang searah dengan regulasi perundang-undangan (DPR, 1999). Dalam menjalankan wewenang dan tanggungjawabnya, pemerintah daerah membentuk badan usaha yakni Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

PDAM sebagai salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang beroperasi dalam pendistribusian air bersih ke sejumlah permukiman masyarakat. Berdasarkan keputusan Menkes RI nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, menyatakan bahwa air bersih itu air yang digunakan untuk keperluan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diminum apabila dimasak dengan kualitas yang memenuhi standar persyaratan kesehatan air bersih

(2)

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku (Suryokusumo & Yatnawijaya, 2018).

Kinerja PDAM diawasi dan dimonitori oleh pemerintah daerah (Safitri, 2023).

Pemerintah daerah membentuk PDAM bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas air bersih yang layak seperti alokasi, eskalasi dalam pelayanan sarana dan prasarana, hingga pendistribusian air bersih. PDAM juga ikut serta dalam meningkatkan perekonomian daerah melalui membangun lapangan pekerjaan, serta memperoleh laba sebagaimana aspek penting dalam pembiyaan daerah. Selain itu, PDAM juga bertanggungjawab dalam hal memberikan kontribusi terhadap pelayanan masyarakat dan berkontribusi dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Setiawan, 2022).

Perumda Air Minum Tirto Panguripan merupakan salah satu bagian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bertugas sebagai penyedia dan pengelola kebutuhan air masyarakat di Kabupaten Kendal. Perumda Air Tirto Panguripan memiliki motto perusahaan “Air Langgeng, Pelanggan Seneng, PDAM Anteng”. Dalam hal ini, perusahaan mengharapkan dapat memberikan pelayanan distribusi dan pengelolaan air yang lancar membuat para pelanggan nyaman atas kinerja yang diberikan oleh perusahaan. Dengan begitu, perusahaan adem ayem dalam menjalankan tugasnya tanpa adanya keresahan akibat keluhan dair para pelanggan.

Adapun visi dari Perumda Air Tirto Panguripan yakni Menjadi PDAM yang Sehat, Profesional dan Memberikan Pelayanan Prima. Selain visi, misi dari Perumda Air Tirto Panguripan antara lain (1) Mengutamakan kepuasan pelanggan; (2) Meningkatkan profesionalisme manajemen; (3) Meningkatkan kinerja manajemen; (4) Menunjang pembangunan daerah; dan (5) menjaga kelestarian lingkungan. Dalam mencapai visi misi perusahaan, maka diperlukan strategi yang tepat sasaran dan efektif. Strategi yang dimiliki Perumda Air Tirto Panguripan yakni (1) Meningkatkan cakupan pelayanan; (2) Meningkatkan kontinuitas dan kuantitas sampai ke pelanggan; (3) Meningkatkan kualitas air;

(4) Menurunkan tingkat kebocoran; (5) Mencapai Full Cost Recovery (FCR); (6) Membuat pedoman penilaian kinerja; dan (7) Meningkatkan kualitas pegawai (Kendal, 2019).

Pada tahun 2021, Perumda Air Minum Tirto Panguripan ikut serta dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan telah memberikan pendapatan daerah atau PAD berupa kas daerah sejumlah Rp3,5 miliar. Kemudian di tahun 2022 terdapat peningkatan dalam penyerahan PAD sebesar Rp4,6 miliar kepada Pemerintah Kabupaten Kendal. Data kinerja laporan

(3)

keuangan Perumda Air Minum Tirto Panguripan tahun 2018-2020 menunjukkan hasil peningkatan yang positif. Namun, dibalik peningkatan kinerja keuangan yang positif masih adanya pengaduan pelanggan terkait kinerja PDAM yang buruk. Pengaduan tersebut terkait kualitas air yang kurang baik, aliran air yang tidak lancar, air keruh mengandung pasir, hingga air yang tiba-tiba mati terjadi setiap harinya. Tingginya tarif biaya tidak sesuai dengan kinerja yang diterima oleh pelanggan. Sebagai perusahaan daerah yang melayani masyarakat dalam kebutuhan air bersih, maka PDAM perlu melakukan upaya perbaikan guna meminimalisir keluhan dari masyarakat.

Perusahaan yang bergerak dalam sektor penyediaan air bersih bagi masyarakat, tentu akan dihadapkan pada berbagai tantangan dan permasalahan dalam menjalankan fungsinya seperti efisiensi operasional, pelayanan pelanggan, keuangan, dan pengelolaan sumber daya manusia. Untuk menghadapi tantangan tersebut, PDAM perlu memiliki alat pengukuran kinerja yang efektif guna mengidentifikasi keberhasilan dan kelemahan dalam operasionalnya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja PDAM adalah Balanced Scorecard (BSC). Pendekatan ini telah banyak digunakan di berbagai sektor bisnis dan publik, termasuk BUMD, untuk mengukur kinerja organisasi secara menyeluruh baik dari aspek keuangan maupun non-keuangan.

Menurut Prawirosentono (1999), terdapat hubungan yang solid antara kinerja individu dengan kinerja organisasi. Jika kinerja seorang karyawan baik, maka besar potensial kinerja organisasi juga baik. Kinerja karyawan akan baik apabila seorang karyawan memiliki value dan skill yang tinggi, mampu bekerja dengan baik, serta memiliki harapan masa depan yang lebih baik. Dengan begitu, maka perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik guna tercapainya tujuan atau target perusahaan. Kinerja orgnaisasi publik tidak cukup jika hanya dilihat dari internal saja seperti pencapaian target, tetapi juga alangkah baiknya juga dilihat dari sisi eksternalnya seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat (Tangkilisan, 2005).

Menurut Ulum (2009) dalam melakukan pengukuran kinerja, terdapat data yang digunakan meliputi data keuangan dan data non-keuangan. Data keuangan sebagai penilaian laporan kinerja keuangan yang diukur atas dasar biaya anggaran yang telah dibuat, dengan catatan sebagai hasil antara kinerja aktual dengan yang data yang diperhitungkan. Sedangkan

(4)

data non-keuangan dapat dijadikan sebagai parameter guna meningkatkan prinsip individu terhadap kualitas proses pengendalian manajemen.

Dalam upaya untuk mencapai pelayanan terbaiknya, perusahaan perlu suatu metode pengukuran kinerja yang dapat memberikan informasi secara obyektif dan menyeluruh.

Pengukuran keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan tidak hanya didasarkan pada kinerja keuangan saja melainkan juga mempertimbangkan dari segi non-keuangan. Adapun metode yang dapat digunakan perusahaan dalam pengukuran kinerja yang menyeimbangkan aspek keuangan dan non-keuangan dapat dilakukan melalui pendekatan Balanced Scorecard.

Dalam perspektif islam, seseorang dalam bekerja harus berpegang teguh pada dasar dan prinsip syariat islam. Dasar dan prinsip tersebut berupa menghindari hal-hal yang dapat merugikan orang lain, dengan melalui cara menjadi partner yang handal serta rival yang bermoral. Hal ini dapat dilakukan dengan memprioritaskan kaidah “Segala bahaya dan yang membahayakan itu hukumnya haram” agar terhindar dari pelanggaran dan penyimpangan hukum serta amoral. Dalam bekerja seorang muslim, harus menghias diri dengan akhlak terpuji seperti sikap jujur, amanah, menepati janji, menghindari sikap menipu, tidak melakukan pungli, menghindari sikap kolusi, menyuap, memanipulasi, ataupu jenis sikap lainnya yang merugikan orang lain (Umiyarzi, 2021).

Balanced Scorecard sebagai alat pengukuran kinerja perusahaan yang menggabungkan aspek good corporate governance dengan good performance management information untuk mengukur kinerja organisasi sektor publik, salah satunya PDAM. Hal ini dikarenakan Balanced Scorecard tidak hanya fokus pada aspek keuangan saja melainkan juga fokus terhadap aspek non-keuangan. Balanced Scorecard dinilai cocok dalam pengukuran kinerja yang lebih menyeluruh dan seimbang, yang meliputi (1) Perspektif keuangan, (2) Perspektif pelanggan, (3) Perspektif proses bisnis internal, dan (4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Haidiputri & Cahyanty, 2019).

Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa Balanced Scorecard hanya dapat diterapkan pada perusahaan yang berorientasi laba. Hal ini dikarenakan adanya perspektif keuangan di awal hubungan antar perspektif. Namun, dalam praktiknya Balanced Scorecard juga dapat diterapkan dalam institusi/perusahaan sektor publik dengan menyesuaikan beberapa hal.

Perspektif keuangan dalam perusahaan sektor publik masih tetap digunakan, tetapi bukan dengan tujuan guna mendapatkan profit yang banyak melainkan untuk menetapkan bahwa

(5)

perusahaan mempunyai landasan yang kokoh dan mampu beroperasi dalam jangka panjang.

Sehingga untuk mengukur kinerja keuangan pada perusahaan sektor publik dapat menggunakan rasio utang dan ekuitas (DER), transisi piutang, pemanfaatan asset, dan arus kas. Pelanggan dalam perusahaan sektor publik akan digantikan masyarakat sebagai konsumen layanan. Pengukuran perspektif pelanggan dapat menggunakan waktu standar yang dibutuhkan karyawan dalam menangani keluhan atau komplain pelanggan, jumlah kegagalan atau interupsi dalam layanan dan indeks kepuasan pelanggan. Proses bisnis internal dalam perusahaan publik dapat menggunakan indikator standar minimum kualitas layanan, efisiensi operasional kantor, atau hal lain yang berkaitan dengan kinerja pelayanan perusahaan. Sedangkan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menggunakan indikator yang sama dengan sektor bisnis (Saraswati et al., 2021).

Maka dari itu, dengan adanya pengukuran kinerja dengan pendekatan Balanced Scorecard diharapkan dapat menjadi pilihan yang tepat untuk melakukan pengukuran kinerja yang mencakup semua aspek baik dari aspek keuangan maupun non-keuangan. Melalui pendekatan Balanced Scorecard, PDAM diharapkan dapat memberikan perhatian khusus terhadap kualitas dan kuantitas kinerja non-keuangan yang meliputi kepuasan pelanggan, inovasi pelayanan yang unggul, proses bisnis internal yang efektif dan efisien serta berorientasikan pada pelanggan, intensitas sumber daya manusia, dapat diandalkan, hingga adanya motivasi. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul, “Pengaruh Balanced Scorecard Terhadap Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus Perumda Air Minum Tirto Panguripan Kabupaten Kendal)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerja Perumda Air Minum Tirto Panguripan Kabupaten Kendal dalam perspektif islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang serta permasalahan yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Balanced Scorecard

(6)

terhadap kinerja Perumda Air Minum Tirto Panguripan Kabupaten Kendal dalam perspektif islam.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian, maka hasil akhir penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang terkait, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi yang berhubungan dengan ilmu akuntansi, khususnya terkait dengan penerapan Balanced Scorecard dalam perspektif islam.

Sehingga diharapkan dapat memotivasi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahun memberikan pengalaman baru bagi peneliti dalam menerapkan ilmu khususnya dalam bidang menerapkan teori Balanced Scorecard.

b. Bagi PDAM

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi PDAM terkait penting Balanced Scorecard yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

c. Bagi Karyawan PDAM

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dan bahan evaluasi bagi karyawan PDAM untuk meningkatkan kinerja pelayanan.

E. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi

Menurut Dowling dan Pfeffer (1975) dalam Chariri dan Ghozali (2007), teori legitimasi berperan dalam menganalisis perilaku organisasi. Hal ini berlandaskan pada pandangan perusahaan yang berupaya untuk mewujudkan keseimbangan antara nilai

(7)

sosial yang tertuju dalam aktivitas kegiatannya dengan norma perilaku yang berada dalam sistem sosial masyarakat. Selama nilai kedua sistem tersebut seimbang, maka dapat dikatakan sebagai legitimasi perusahaan. Namun, jika terdapat ketidakseimbangan antara nilai kedua sistem tersebut, maka akan menjadi hambatan hingga ancaman bagi legitimasi perusahaan.

Menurut Guthrie dan Parker (1989) dan O’Dwyer (2002) dalam Chariri dan Ghozali (2007), menyatakan bahwa teori legitimasi berfokus pada interaksi antara perusahaan dengan masyarakat. Teori legitimasi berfokus pada interaksi yang saling menguntungkan antara perusahaan dan masyarakat. Dengan memperoleh legitimasi yang kuat, perusahaan dapat membangun kepercayaan dan hubungan jangka panjang dengan masyarakat, sehingga dapat berdampak positif terhadap kinerja perusahaan (Dura, 2022).

Dalam teori legitimasi yang dipaparkan oleh Gray, et al (1995), menyatakan bahwa teori legitimasi sebagai prosedur yang lebih mengamati masyarakat atau mengutamakan kepentingan sosial. Perusahaan fokus terhadap kegiatan yang ruang lingkup dan normanya berada pada lingkungan masyarakat, sehingga manajemen perlu memastikan bahwa kegiatannya mendapat tanggapan atau interaksi masyarakat. Dalam konteks interaksi antara perusahaan dengan masyarakat, teori legitimasi menekankan pentingnya komunikasi dan interaksi yang efektif antara perusahaan dan para pemangku kepentingan (stakeholder). Perusahaan harus mampu menjelaskan dan mengomunikasikan visi, misi, dan kinerja perusahaan kepada masyarakat secara transparan dan jujur. Hal ini mencakup komunikasi mengenai dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan bisnis, tanggung jawab sosial perusahaan, serta upaya perusahaan untuk menjaga kepentingan masyarakat (Abidin & Prabantarikso, 2021).

Dalam ajaran islam, teori ini dapat dikatakan bekaitan dengan hubungan antara keadilan dan amanat sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah Q.S An-Nisa ayat 58, yang artinya “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-sebaik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

Hal ini dapat diketahui bahwa Allah telah menekankan akan pentingnya menyampaikan sebuah amanat, mengingatkan bagi para pemimpin untuk berbuat adil dengan tidak

(8)

memandang status sosial dan tidak mengistimewakan secara khusus pada kasta tertentu.

Islam memandang bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama dihadapan Allah. Sehingga dapat dikatakan bahwa keadilan dan amanat itu memiliki kaitan yang erat dalam etika ekonomi islam (Mutmainah, 2021).

2. Teori Stakeholder

Dalam teori stakeholder perusahaan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya keterlibatan campur tangan dari banyak pihak. Teori stakeholder mendefinisikan bahwa perusahaan tidak hanya fokus pada kepentingan pribadi saja melainkan harus memberikan keuntungan ke banyak pihak (Werastuti et al., 2023). Stakeholder menurut Freeman dan Reed (1982), bahwa “Any identifiable group or individual who can affect the achievement of an organisation’s objectives, or is affected by the achievement of an organisation’s objectives”. Dalam hal ini, teori stakeholder memandang bahwa setiap pemangku kepentingan memiliki hak atas informasi terkait aktivitas perusahaan yang memiliki pengaruh terhadap banyak pihak.

Menurut Hadi (2009) stakeholder didefinisikan sebagai hubungan secara menyeluruh terhadap pihak yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan, baik yang bersifat dipengaruhi maupun yang bersifat mempengaruhi atau yang memiliki hubungan secara langsung maupun tidak langsung (Winarso & Prayitno, 2022). Tujuan utama dari teori stakeholder untuk mengakomodasi manajer perusahaan mengetahui kondisi lingkungan pemangku kepentingan serta melaksanakaan pengelolaan secara efektif pada interaksi lingkungan perusahaan dan para pemangku kepentingan. Teori stakeholder juga bertujuan untuk membantu manajer dalam meningkatkan aktivitas kinerja perusahaan dan meminimalisir terjadinya kerugian pada pemangku kepentingan (Ulum, 2017). Pemangku kepentingan dalam teori stakeholder meliputi pihak yang dipengaruhi atau mempengaruhi perusahaan diantaranya individu, entitas, atau komunitas yang memiliki hubungan dengan kegiatan perusahaan (Muluk et al., 2022).

Dapat dikatakan bahwa teori stakeholder merupakan kesinambungan aktivitas perusahaan yang tidak luput dari peran para pemangku kepentingan baik dari pihak internal maupun eksternal perusahaan dari berbagai latar belakang kepentingan yang berbeda dari setiap individu hingga golongan (Tenriwaru, 2021). Pihak internal meliputi tenaga kerja, manajer, dan pemegang saham. Sedangkan pihak eksternal meliputi

(9)

pelanggan, masyarakat, dan pemerintah (Wijaya & Santi, 2021). Peranan utama dari stakeholder terdapat pada pengambilan keputusan perusahaan dengan mempertimbangkan kebutuhan serta kepentingan dari seluruh pihak yang memiliki keterikatan dengan aktivitas perusahaan. Stakeholder dalam hal ini meliputi karyawan, pelanggan, manajer, pemegang saham, pemasok, kreditur, dan masyarakat (Meiden, 2023).

Menurut (Sudrajad dan Sodiq, 2016) teori ini sejalan dengan konsep teori kemaslahatan islam atau maqashid syariah melalui perwujudan keadilan keseimbangan masyarakat. Perwujudannya dapat berupa menghargai tujuan sosial, ikut berkontribusi dalam kesejahteraan sosial, serta ikut dalam mendukung keberlanjutan ekonomi yang sejahtera. Arti maslahah dalam islam sendiri ialah berkaitan dengan kepentingan publik tanpa mengkhususkan golongan tertentu. Hal ini berlandaskan pada lima pokok prinsip syariah yakni agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta (S. Wahyuni, 2020).

3. Kinerja

Menurut Simamora (1995) kinerja merupakan suatu peroleh akan projek tertentu yang menjadi cerminan langsung dari output yang dihasilkan. Menurut Bastian (2001) mendefinisikan kinerja sebagai suatu tingkat pencapaian atas pelaksanaan tugas seseorang dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mewujudkan sasaran, visi, misi, dan tujuan perusahaan. Menurut Paterson kinerja merupakan implementasi dari kompetensi seseorang untuk mencapai suatu keberhasilan tujuan perusahaan melalui penerapan tugas pekerjaan (Uno & Lamatenggo, 2022).

Menurut David Fitt kinerja merupakan potensial seseorang yang telah menjalankan bidang pekerjaannya dalam pelaksanaan rencana perusahaan, baik dalam mencapai target khusus mengenai peranan seseorang maupun dengan menunjukkan kapabilitas individu yang relevan bagi perusahaan. Menurut Harbani Pasolong konsep kinerja dibagi menjadi dua sisi yakni kinerja pegawai dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai merupakan performa hasil kerja seseorang dalam suatu organisasi. Sedangkan kinerja organisasi merupakan perpaduan atau kumpulan dari hasil kerja seseorang yang dicapai dalam suatu organisasi (Fauzi & A., 2020).

Kinerja merupakan singkatan dari “kinetika energi kerja”, yakni seseorang yang berperan sebagai sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, daya pikir,

(10)

pengetahuan, dan keterampilan. Jika hal itu dapat dijalankan dengan baik, maka akan menghasilkan output kerja yang baik juga. Jadi, kinerja dapat diartikan sebagai suatu proses yang dihasilkan oleh sumber daya manusia atas pekerjaan yang dilakukannya.

Komponen dari kinerja sendiri berupa fungsi, motivasi, interaksi, kemampuan, dan peluang yang dimiliki oleh seseorang secara optimal sehingga akan menghasilkan tujuan perusahaan yang efektif (Sukmara, 2023). Dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan sutau kegiatan mengenai keberhasilan seseorang dalam menjalankan tugasnya yang dapat ditakar melalui produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibiltas, dan akuntabilitas.

Dalam perspektif islam, kinerja didefinisikan sebagai bentuk perwujudan seorang pegawai dalam megemban tanggungjawab pekerjaannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah islam. Sebagaimana yang telah diajarkan dalam islam, bahwa dalam kehidupan seseorang dituntut untuk selalu bekerja dan tidak menyia-nyiakan waktu yang ada. Dalam kehidupan ini, manusia diciptakan untuk berkompetisi yang lebih baik dalam pekerjaannya, sehingga manusia harus pintar dalam mengatur dirinya untuk saling berinteraksi dengan harmonis.

Berdasarkan penjelasan diatas hal itu senada dengan firman Allah SWT, dalam QS Al-Mulk ayat 2 yang artinya, “Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. Ibn Kastsir menafsirkan kata “kamu yang lebih baik amalnya” yakni

“amalan sebagai amalan yang baik (ahsan) merupakan sebaik-baiknya amalan bukan sebanyak-banyaknya amalan. Hal itu dapat dikatakan bahwa amalan yang berkualitas lebih diutamakan daripada banyaknya amal. Dalam islam, sangat memperioritaskan kualitas dalam setiap keadaan. Maka dari itu, seorang muslim dituntut untuk terus meningkatkan kualitas hidupnya sehingga eksistensinya bermanfaat dan berharga tidak hanya kepada Allah SWT saja tetapi juga kepada sesamanya. Dalam kehidupan ini, tentunya seorang muslim diwajibkan untuk senantiasa beribadah, bekerja, berkarya, dan berinovasi (A. Wahyuni, 2022).

4. Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi dan Setiawan (2001) pengukuran kinerja merupakan penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan

(11)

patokan target dan kriteria yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja pada sebuah organisasi bertumpu pada kemampuan individu terkait pekerjaannya di dalam suatu perusahaan atau organisasi.

Menurut Effendi (2008) pengukuran kinerja merupakan metode evaluasi (assessment) kemajuan atas pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya yang meliputi informasi terkait efisiensi atas output yang dihasilkan, kualitas layanan yang telah diberikan, serta hasil-hasil dari program kegiatan. Dalam sektor publik, pengukuran kinerja digunakan untuk menentukan pencapaian hasil kinerja karyawan yang berkualitas dan mampu beroperasi dalam jangka panjang. Jadi, pengukuran kinerja dilakukan untuk mengukur kinerja suatu organisasi atas produktivitas, efektivitas, kualitas, dan ketepatan waktu.

Menurut Mahmudi (2010) pengukuran kinerja dapat dikatakan semacam prosedur penilaian amplifikasi pekerjaan terhadap tercapainya sasaran dan target yang telah direncanakan sebelumnya yang meliputi data dan arahan atas sumber daya yang tepat guna dalam memanifestasikan barang atau jasa, mutu dari barang atau jasa yang dihasilkan, komparasi antara hasil kinerja dengan target yang telah ditentukan, dan daya guna tindakan dalam mencapai target (Hartati, 2022). Pengukuran kinerja merupakan suatu mekanisme yang dilaksanakan oleh perusahaan guna mengevaluasi atau melangsungkan penilaian kinerja individu kepada setiap karyawannya. Pengukuran kinerja juga didefinisikan sebagai pelaksanaan evaluasi hasil kerja dari setiap individu karyawan secara terstruktur yang berkaitan dengan jabatan dan kemampuan yang dimilikinya untuk dikembangkan (Ismail, 2020).

Dalam ajaran islam, pengukuran kinerja merupakan sesuatu yang telah menjadi tolak ukur atau arahan untuk menilai kinerja seseorang baik secara duniawi maupun akhirat. Sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 105, yang artinya: “Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Indonesia & Perbankan, 2015). Allah Maha Mengetahui segala niat dan tujuan dari pekerjaan manusia, baik yang dilakukan secara rahasia ataupun yang dilakukan secara terang-terangan. Seseorang dalam bekerja akan diketahi

(12)

keikhlasannya. Tidak hanya itu saja, Allah Maha Adil akan memberikan balasan setiap amal perbuatan manusia. Perbuatan yang baik akan diberikan pahala sedangkan perbuatan yang buruk akan memperoleh siksa (Istighfarini, 2020).

5. Balanced Scorecard

Menurut Robert Kaplan dan David Norton (1996) Balanced Scorecard merupakan suatu teknik penilaian dan penanggulangan kinerja perusahaan secara cepat, tepat, dan komprehensif. Menurut Campbell dkk. (2002) Balanced Scorecard didefinisikan sebagai teknik pengukuran kinerja terkait alat pengendalian, analisis, dan revisi strategi perusahaan. Balanced Scorecard tidak hanya digunakan pada perusahaan bisnis atau sektor privat saja tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan pemerintahan atau sektor publik. Pada sektor publik Balanced Scorecard, diperuntukkan sebagai alat monitoring dan bahan evaluasi kinerja karyawan yang berlandaskan empat perspektif.

Balanced Scorecard tidak hanya fokus pada pengukuran kinerja manual publik yang berorientasi pada keuangan saja akan tetapi juga fokus pada aspek non-keuangan (Lerrick, 2022).

Balanced Scorecard merupakan suatu pendekatan baru dalam sistem pengukuran kinerja sebagai arahan bagi sejumlah indeks kemampuan yang disinambungkan pada visi, misi, dan strategi perusahaan dengan pengaplikasian empat perspektif diantaranya perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam hal ini terdapat keseimbangan antara perusahaan dengan pelanggan dalam menerjemahkan visi dan misi sebagai tujuan dan tolok ukurnya (Haryati, 2022). Balanced Scorecard dapat dikatakan semacam sarana kinerja perusahaan untuk menafsirkan visi dan strategi menjadi sebuah tindakan dengan mendayagunakan berbagai indikator keuangan dan non-keuangan yang terlibat dalam hubungan sebab-akibat. Dalam hal ini, Balanced Scorecard memiliki peranan sebagai penerjemah dan pengubah (converter) visi dan strategi perusahaan menjadi suatu tindakan dengan terus menerus memonitor dalam setiap prosesnya (Luis & Biromo, 2008). Balanced Scorecard merupakan suatu alat subtansial dalam pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan aspek keuangan dan aspek non-keuangan. Balanced Scorecard tidak hanya fokus pada aspek kuantitaif-keuangan saja melainkan juga fokus pada aspek kualitatif-nonkeuangan. Hal ini sesuai dengan kinerja perusahaan sektor publik yang

(13)

menempatkan laba tidak hanya untuk sebagai kinerja utama melainkan juga fokus terhadap pelayanan yang bersifat non-keuangan (Noor, 2022).

Dalam perspektif islam, pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard dapat dikaitkan dengan konsep amanah. Konsep tersebut berupa tindakan seseorang yang akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat. Dalam hal ini, setiap manusia harus bertanggungjawab kepada Allah dan juga orang lain akan setiap pekerjaan yang dilakukannya. Sistem ekonomi islam sendiri telah mengungkapkan bahwa dalam pengelolaan keuangan harus amanah dan transparansi sehingga pengelolaannya tersebut akan dianggap sebagai ibadah.

Setiap organisasi nirlaba dituntut untuk menegakkan keadilan dan transparansi dalam pengukuran kinerjanya, baik dalam pengelolaan keuangannya hingga sumber daya manusianya. Hal ini sejalan dengan prinsip utama dari manajemen islam, yang mana mentalitas dari seseorang harus akuntabel dan intergritas guna mencapai tujuan dari organisasi. Sehingga akan membantu organisasi dalam melaksanakan keputusan manajerialnya yang akan tersampaikan dengan baik. Dengan begitu, akan lebih mudah untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan akhirat, serta terhindarnya dari kerugian manfaat yang diperoleh masyarakat dengan menggunakan semangat tauhid (Burhanudin, 2023).

a. Perspektif Keuangan

Dalam islam, perspektif keuangan menekankan akan pentingnya melakukan praktik keuangan yang halal sesuai dengan prinsip syariah dan menghindari akan tindakan fraud sehingga dapat menghasilkan keuntungan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah SWT, QS Al-Furqon ayat 67, artinya “Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang- orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, diantara keduanya secara wajar”. Pada hal ini dapat dikatakan bahwa urgensinya, dalam pengelolaan kinerja baik kinerja keuangan maupun non keuangan hendaknya dilakukan secara efektif, efisien, dan proporsional. Sedangkan dalam QS. Al-Isra’ ayat 29-30, yang artinya “Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal. Sungguh, Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang

(14)

Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki); sungguh, Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat hamba-hamba-Nya”. Hal itu menerangkan bahwa pentingnya akan prinsip keseimbangan secara professional dan transparan dalam pengelolaan kinerja keuangan dan non keuangan sehingga dapat terciptanya suatu organisasi yang sejahtera.

b. Perpektif Pelanggan

Dalam islam, telah diajarkan bahwa servis pelayanan (jasa atau barang) terhadap pelanggan diwajibkan memiliki kualitas yang baik. Sebagaimana dalam firman Allah SWT, QS Al-Baqarah ayat 267, artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Jnaganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya, melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa petingnya etika saat melakukan interaksi atau komunikasi dengan orang lain guna meminimalisir terjadinya kesalahpahaman. Selain itu, kita perlu memberikan pelayanan terbaik kita kepada orang lain sehingga dapat terciptanya kenyamanan. Maka dari itu, saat hendak memberikan pelayanan kepada pelanggan, kita perlu memerhatikan berbagai aspek seperti aspek harga, keamanan, kenyamanan, dan ketepatan waktu. Dengan memberikan pelayanan yang sesuai dengan prinsip moral atau etika islam sehingga dapat memperoleh kinerja terbaiknya dan kepuasan pelanggan.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Islam telah mengajarkan berbagai pedoman mengenai proses berbisnis yang sesuai dengan syariah. Segala kegiatan bisnis yang berbentuk halal dan haram telah diatur dalam firman Allah SWT, QS Al-An’am ayat 152 yang artinya “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.

Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah.

Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu ingat”. Dalam hal ini, tentunya islam telah menegaskan bahwa dalam berbisnis harus disesuaikan dengan nilai batasan

(15)

norma yang ada di masyarakat seperti norma agama, sosial etika, dan lain sebagainya.

Saat melakukan kegiatan berbisnis hendaknya diselaraskan dengan prinsip-prinsip aturan syariah. Dengan begitu, ketika menjalankan kinerja perusahaan hendaknya dibarengi dengan semangat tauhid dan juga menjunjung tinggi etika bisnis islam sehingga dapat menciptakan efisisensi kinerjanya.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Dalam persepktif pembelajaran dan pertumbuhan, fokus terhadap inovasi dan pengembangan sumber daya manusia dengan meningkatkan moral dan spiritual pegawai atau karyawannya. Islam sendiri telah mengajarkan terkait kemampuan manusia dalam mengetahui nama, fungsi, dan karakteristik suatu benda juga kemampuan berbicaranya.

Hal ini dapat dikaitkan dengan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, yang mana Allah SWT dalam firman-Nya QS Al-Baqarah ayat 31-33, yang artinya “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman: “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika kamu benar!”. Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam!

Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, “Bukankah telah aku katakana kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?”. Hal ini berkaitan dengan fokus kinerja organisasi yang harus mampu mengubah atau memvariasikan kegiatan bisnisnya yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan. Tidak hanya itu, perusahaan juga harus mampu menjaga citranya dengan menjadikan kritik dan saran sebagai perbaikan guna menyongsong masa depan yang lebih baik (Nabilah & Abidin, 2022).

F. Telaah Pustaka

No. Nama, Tahun, Judul Penelitian

Hasil Penelitian Metode Penelitian

Perbedaan &

Persamaan

(16)

1. Gusma Dea Afifah dan Yuliarti, (2023)

“Pengukuran Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Gemilang Kabupaten Pasaman Barat Dengan Metode Balanced Scorecard

Penelitian ini

menghasilkan kinerja PDAM Tirta Gemilang Kabupaten Pasaman Barat dalam (1) perspektif keuangan memiliki kinerja yang rendah karena tidak mahir dalam

memperoleh laba bagi perusahaan (2)

perspektif pelanggan membuktikan kinerja yang baik terkait kualitas air dan kelugasan dalam mengungkapkan pengaduan. Sedangkan pada indikator lainnya, terlihat yang belum klimaks. (3) perspektif bisnis internal

menunjukkan kinerja yang baik dengan terciptanya inovasi layanan purna jual kepada pelanggan, dan (4) perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran

menghasilkan kinerja

Kualitatif Deskriptif

Perbedaan:

lokasi

penelitian dan jenis penelitian kualitatif Persamaan:

metode Balanced Scorecard

(17)

yang telah tercapai dengan maksimal.

2. Shinta Safitri, Dewi Prastiwi, dan Budhi Setianto, (2022)

“Analisis Kinerja Rumah Sakit Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Pada RSI Surabaya”

Hasil penelitian menunjukkan pada perspektif keuangan memperoleh hasil yang baik kecuali rasio likuiditas. Prespektif pelanggan juga menunjukkan hasil yang baik. Prespektif proses bisnis internal pun dikatakan baik semua terkecuali pada parameter BTO.

Prespektif

pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan hasil yang baik.

Kualitatif Deskriptif

Perbedaan:

objek penelitian, populasi, sumber data, dan jenis penelitian kualitatif Persamaan:

pendekatan Balanced Scorecard

3. Ni’maturrromah, Retno Murnisari, dan Sura

Klaudia, (2022)

Balanced Scorecard (BSC) Dalam

Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik Pada Kantor

Hasil penelitian ini dikatakan bahwa pada perspektif keuangan Pemerintah Desa Jimbe telah memadai.

Perspektif pelanggan indeks kepuasan masyarakat sudah memuaskan. Perspektif proses bisnis internal Desa Jimbe telah memadai sudah

Kuantitatif Deskriptif

Perbedaan:

objek penelitian, populasi, dan sumber data Persamaan:

pendekatan Balanced Scorecard

(18)

Desa di Blitar” berinovasi dalam aktivitas operasional yang berpedoman teknologi, sarana dan prasarana. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan indeks kepuasan perangkat telah memuaskan dengan adanya program pelatihan.

4. Andy Devi Aisyah Ansar, Haliah, dan Nirwana, (2022)

“Peran Penggunaan Balanced Scorecard Terhadap Pengukuran Kinerja Pada Sektor Publik”

Hasil dari penelitian ini menunjukkan Balanced Scorecard memiliki peranan sebagai petunjuk arahan kebijakan masa depan, mampu

menyeimbangkan visi, misi dan tujuan

organisasi dan alat yang mempunyai nilai keberhasilan yang tinggi dalam

meningkatkan kinerja organisasi maupun pengelolaan organisasi.

Tinjauan Literatur Sistematis

Perbedaan:

objek penelitian, populasi, sumber data, dan jenis penelitian tinjauan literatur sistematis Persamaan:

pendekatan Balanced Scorecard

5. Rifa’atul Maftuhah, (2021)

“Analisis Kinerja Bank

Hasil penelitian ini menunjukkan kinerja Bank Muamalat

Indonesia (BMI) sudah baik. Kinerja keuangan

Kuantitatif Deskriptif

Perbedaan:

objek penelitian Persamaan:

penelitian

(19)

Muamalat Indonesia (BMI) Surabaya Dengan Pendekatan Balance Scorecard

memperoleh hasil peningkatan dari tahun ke tahun, kinerja kepuasan pelanggan memperoleh nilai kepuasan yang baik.

Kinerja proses bisnis internal pada proses inovasi operasi, dan layanan memperoleh hasil yang baik. Pada kepuasan karyawan yang memperoleh nilai kepuasan yang baik.

kuantitatif, sumber data, teknik analisis, dan pendekatan Balanced Scorecard

6. Rifkhi Anugrah Husain dan Rahman Putra, (2021)

“Pengaruh Aspek Pengukuran Kinerja Dalam Balanced Scorecard Terhadap Daya Saing

Perusahaan PDAM Kota Makassar”

Penelitian ini

menunjukkan keempat perspektif pengukuran kinerja Balanced Scorecard berpengaruh positif signifikan terhadap daya saing perusahaan.

Kuantitatif Deskriptif

Perbedaan:

lokasi

penelitian dan jumlah sampel Persamaan:

penelitian kuantitatif, pendekatan Balanced Scorecard

7. Medinal, (2021)

“Analisis Pengukuran

Hasil penelitian ini menunjukkan secara keseluruhan penilaian

Kuantitatif Deskriptif

Perbedaan:

objek penelitian,

(20)

Kinerja Operasional Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang dengan

Pendekatan Balanced Scorecard

kinerja operasional di RSBT Pangkalpinang telah memuaskan dan mempunyai

pengukuran kinerja yang baik.

populasi, dan sumber data Persamaan:

pendekatan Balanced Scorecard

8. Mesra Berlyn Hakim, Ali Djamhuri, dan Bambang Hariadi, (2021)

“Aplikasi Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard Pada Rumah Sakit”

Hasil penelitian ini menunjukkan pada perspektif keuangan mempunyai kondisi keuangan yang memadai, searah dengan hasil perspektif pelanggan yang

menunjukkan baik berdasarkan pandangan sebagian besar

pelanggan yang menilai pelayanan rumah sakit yang cukup baik.

Kuantitatif Deskriptif

Perbedaan:

objek penelitian, populasi, dan sumber data Persamaan:

pendekatan Balanced Scorecard

9. Armasnyah Alipok,

Nilawaty Yusuf, dan Siti Pratiwi Husain, (2021)

“Analisis Kinerja Menggunakan Balanced

Hasil Penelitian menunjukan kinerja UMKM depot air minum di Kota Gorontalo pada perspektif keuangan dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan telah

Kuantitatif Deskriptif

Perbedaan:

objek penelitian, populasi, dan sumber data Persamaan:

pendekatan Balanced Scorecard

(21)

Scorecard” mencapai target minimum. Perspektif bisnis internal menunjukkan target yang tidak tercapai.

10. Baby Oktania Putri Kusnadi dan Yuliastuti Rahayu, (2021)

“Perspektif Balanced Scorecard Sebagai Pengukuran Kinerja Organisasi”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perspektif keuangan mengalami peningkatan. Pada perspektif pelanggan terdapat peningkatan setiap tahunnya. Pada perspektif proses bisnis internal memperoleh hasil bahwa sekolah telah melakukan inovasi dalam bidang kesiswaan, kurikulum, dan sarana prasarana.

Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran adanya penguatan akhlaq dan kenaikan kualitas kinerja pegawai sehingga terdapat kepuasan pegawai para gurunya.

Kualitatif Deskriptif

Perbedaan:

objek penelitian, populasi, sumber data, dan jenis penelitian kualitatif Persamaan:

pendekatan Balanced Scorecard

(22)

G. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disusun suatu kerangka konseptual sebagai berikut:

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dengan metode kuantitatif menekankan pada rumus-rumus tertentu yang digunakan sebagai pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan Balanced Scorecard pada Perumda Air Minum Tirto Panguripan Kabupaten Kendal. Pendekatan deskriptif kuantitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan, secara sistematis

Visi, Misi, dan Strategi

Perumda Air Minum Tirto Panguripan

Pengukuran Kinerja Pendekatan Balanced Scorecard

Perspektif Bisnis Internal:

1. Inovasi

2. Kinerja Pelayanan Karyawan

3. Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas Air

Perspektif Pertumbuhan dan

Pembelajaran:

1. Kepuasan Karyawan

2. Retensi Karyawan 3. Produktivitas

Karyawan Perspektif Pelanggan:

1. Retensi Pelanggan 2. Profitabilitas

Pelanggan 3. Kepuasan Pelanggan 4. Tingkat

Pemerolehan Pelanggan Perspektif

Keuangan:

1. Rasio Likuiditas 2. Rasio

Profitabilitas 3. Rasio Solvabilitas 4. Rasio Aktivitas

(23)

menggambarkan fakta dan hubungan antar fenomena yang telah diteliti. Penelitian ini tidak menggunakan hipotesis atau tidak menguji hipotesis melainkan dengan mendeskripsikan informasi yang didapat sesuai dengan variabel yang diteliti (Mardalis, 1990 dalam M Tanggung, 2006)

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada salah satu perusahaan milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang beroperasi di bidang pengelolaan dan pendistribusian air bersih untuk masyarakat Kabupaten Kendal. Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti adalah Perumda Air Minum Tirto Panguripan yang beralamatkan di Jalan Pemuda Nomor 62, Kebondalem, Langenharjo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah 51314.

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa karyawan dan pelanggan Perumda Air Minum Tirto Panguripan Kabupaten Kendal. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa perspektif dalam pendekatan Balance Scorecard, antara lain:

(1) Perspektif Keuangan, berupa Return on Invesment (ROI), Return on Equity (ROE), Profit Margin (PM), Operating Ratio (OR), Current Ratio (CR), Debt to Assets Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DER);

(2) Pespektif Pelanggan, berupa Retensi Pelanggan, Profitabilitas Pelanggan, Kepuasan Pelanggan, dan Pemerolehan Pelanggan;

(3) Perspektif Proses Bisnis Internal, berupa Inovasi, Kinerja Pelayanan Karyawan, dan Kulitas Kuantitas dan Kontinuitas Air;

(4) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran; berupa Kepuasan Karyawan, Retensi Karyawan, dan Produktivitas Karyawan.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 30 karyawan dan pelanggan. Data sekunder diperoleh melalui laporan keuangan (neraca dan laba rugi) tahun 2018-2020, laporan pengaduan pelanggan, data karyawan Perumda Air Minum Tirto Panguripan, dan data pendukung lainnya.

5. Variabel Operasional

Berikut variabel pengukuran kinerja Balanced Scorecard, diantaranya:

(24)

A. Perspektif Keuangan

1) Rasio Likuiditas; kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban yang harus dipenuhi, indikator yang digunakan berupa Current Ratio (CR)

2) Rasio Profitabilitas; kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, indikator yang digunakan berupa Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), Return on Invesment (ROI), dan Operating Ratio (OR)

3) Rasio Solvabilitas; kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utang jangka pendek dan jangka panjang menggunakan asset yang dimiliki, indikator yang digunakan berupa Debt to Assets Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DAR)

4) Rasio Aktivitas; kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki, indikator yang digunakan berupa Efektivitas Penagihan (EP)

B. Perspektif Pelanggan

1) Retensi Pelanggan; kemampuan perusahaan dalam menjaga relasi bisnis dengan pelanggan

2) Profitabilitas Pelanggan; kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan

3) Kepuasan Pelanggan; kamampuan perusahaan dalam keberhasilan memberikan jasa dan pelayanan yang berkualitas

4) Tingkat Pemerolehan Pelanggan; kemampuan perusahaan dalam keberhasilan menarik pelanggan baru

C. Pespektif Bisnis Internal

1) Inovasi; kemampuan perusahaan dalam meningkatkan keahlian karyawan

2) Kinerja Pelayanan Karyawan; kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan keluhan yang dilakukan oleh pelanggan

3) Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas Air; kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan air kepada pelanggan

D. Perspektif Pertumbuhan dan Prmbelajaran

1) Kepuasan Karyawan; kemampuan perusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan aman bagi karyawan

(25)

2) Retensi Karyawan; kemampuan perusahaan dalam menciptakan loyalitas karyawan

3) Produktivitas Karyawan; kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kinerja produktivitas karyawan

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Dokumentasi

Pengumpulan data dokumen atau keterangan yang relevan dengan penelitian berupa laporan keuangan (neraca dan laba rugi) tahun 2018 – 2020, data pelanggan, data karyawan, data pengaduan pelanggan, data produksi, data perusahaan yang mendukung penelitian ini.

b. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan sistematis secara langsung maupun tidak langsung terhadap lokasi penelitian.

c. Kuesioner

Pengumpulan data yang dilakukan dengan melalui angket daftar pertanya kepada reponden (karyawan dan pelanggan) dengan beberapa alternatif jawaban.

d. Studi Pustaka

Pengumpulan data berdasarkan sumber literatur terkait dengan pendekatan Balanced Scorecard.

7. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis data secara deskriptif. Analisis deskriptif menekankan pada rumus-rumus tertentu yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan pendekatan Balanced Scorecard. Rumus-rumus yang digunakan untuk mengukur kinerja masing-masing perspektif, diantaranya:

1. Kinerja Perspektif Keuangan

a. Return on Invesment (ROI) ¿Laba Bersih

Total Asset ×100 %

(26)

b. Return on Equity (ROE) ¿ Laba Bersih

Total Ekuitas×100 % c. Net Profit Margin (NPM) ¿ Laba Bersih

Total Pendapatan Usaha×100 % d. Operating Ratio (OR) ¿ Total Biaya Operasi

Pendapatan Operasi×100 % e. Current Ratio (CR) ¿ Total Aset

Total Utang Lancar ×100 % f. Debt to Assets Ratio ¿ TotalUtang

Total Aktiva×100 % g. Deb to Equity Ratio ¿ TotalUtang

Total Ekuitas×100 % 2. Kinerja Perspektif Pelanggan

a. Retensi Pelanggan ¿Jumlah Pelanggan Lama

Total Jumlah Pelanggan ×100 % b. Profitabilitas Pelanggan ¿ Laba Bersih

Pendapatan Bersih×100 % c. Kepuasan Pelanggan n= N

1+N . e2

d. Tingkat Pemerolehan Pelanggan ¿Jumlah Pelanggan Baru

Total Jumlah Pelanggan×100 % 3. Kinerja Perspektif Bisnis Internal

a. Inovasi ¿

Upaya Baru yang Dilakukan

Upaya Tahun Lalu ×100 %

b. Kinerja Pelayanan Karyawan ¿Jumlah Keluhan yang Ditangani

TotalJumlah Keluhan ×100 %

c. Kulitas Kuantitas dan Kontinuitas Air

¿

Air Didistribusikan

AirTerjual

Air Didistribusikan

4. Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan a. Kepuasan Karyawan n N

1+N . e2

b. Retensi Karyawan ¿Jumlah Karyawan yang Keluar

TotalJumlah Karyawan ×100 %

(27)

c. Produktivitas Karyawan ¿ Laba Bersih

Total Jumlah Karyawan×100 % I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan pada penelitian ini merujuk pada suatu perencanaan yang mencerminkan hal apa yang akan diteliti dan bagaimana penelitian dilakukan sesuai dengan pedoman penulisan skripsi yang telah diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN) K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan pada tahun 2023.

Dalam penelitian ini, terdapat berbagai tahapan yang harus ditempuh sesuai dengan pedoman tersebut, adalah sebagai berikut :

 BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan menyajikan uraian mengenai pentingnya penelitian yang dilakukan dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, pemecahan masalah, kebijaksanaan atau yang berkaitan dengan pembangunan. Selanjutnya, berisi rumusan masalah yang lebih spesifik mengenai permasalahan yang dijabarkan pada latar belakang. Selain itu berisi tujuan penelitian, untuk menjelaskan hal yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut. Terakhir, manfaat penelitian disampaikan sebagai harapan peneliti agar hasil penelitian dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

 BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai dasar teori, yang berisi penjelasan teori dari perspektif ilmu pengetahuan, telaah pustaka yang menggambarkan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebagai referensi dalam menyelesaikan rumusan masalah. Bab ini juga memuat kerangka berpikir dan hipotesis penelitian untuk memberikan jawaban awal atau perkiraan terhadap rumusan masalah.

 BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang tahapan pelaksanaan penelitian, yang meliputi jenis penelitian, pendekatan penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, sumber data, Teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(28)

Bab ini membahas mengenai hasil akhir dari penelitian yang diperoleh melalui pengujian-pengujian yang telah dijelaskan pada metode penelitian. Pada bab ini, akan dibahas mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

 BAB V SIMPULAN

Bab ini mencakup kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Selain itu, bab ini juga mencakup keterbatasan penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen ini membahas tentang pentingnya bersyukur dalam kehidupan

Dokumen ini membahas tantangan yang dihadapi orang asing saat belajar di Hungaria, termasuk perbedaan budaya, gaya hidup, dan

Dokumen ini membahas tentang masalah yang terkait dengan keberagaman di Indonesia, khususnya di antara suku, budaya, ras, agama, dan

Dokumen ini membahas tentang peran dan peran Database Administrator dalam manajemen basis data di

Dokumen ini membahas tentang peran gizi dalam kesehatan dan tantangan yang terkait dengannya di

Dokumen ini membahas tentang kepemimpinan dan peran pentingnya dalam

Dokumen ini membahas tentang pentingnya peran mahasiswa dalam melindungi

Dokumen ini membahas tentang peran masjid dalam kehidupan