JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS
TARI MERAK MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB
Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa
Oleh:
ERNI RELA WATI NIM: 14010044008
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA
2018
TARI MERAK MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB
Erni Rela Wati dan Wiwik Widajati
(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya) [email protected]
Abstract:
The gross motoric ability of mentally retardation children did not develop well yet so that it needed to be trained. Therefore, the gross motoric ability of mentally retardation children needed to be optimized through peacock dance modification. The purpose of this research was to test the influence of peacock dance modification toward gross motoric ability of mild mentally retardation children in SDLB-C AKW II Surabaya.
The research approach used was quantitative approach with pre experimental design kind and the arrangement was one group pre test – post test design. The statistic technique used in data analysis was Wilcoxon matched pairs test. The technique of data collection was in the form of behavior test and observation. The research result indicated that Zh = 2,20 was greater than critic value 5% Zt = 1,96 which could be interpreted that there was influence of peacock dance modification toward the gross motoric ability of mild mentally retardation children in SDLB-C AKW II Surabaya.
Keywords: Peacock dance modification, gross motoric, mentally retardation Pendahuluan
Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan antar anggota tubuh, baik sebagian atau seluruh anggota tubuh. Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki dan seluruh anggota tubuh lainnya. Gerakan ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi, berbagai gerakan motorik kasar yang dicapai anak sangat berguna bagi kehidupannya kelak, contohnya:
berjalan, berlari, melompat dan sebagainya.
Otot, saraf dan otak merupakan tiga unsur yang menentukan perkembangan motorik. Ketiga unsur ini menjalankan masing-masing peranannya secara interaktif positif, artinya unsur yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan saling melengkapi untuk mencapai suatu kondisi motorik yang lebih baik atau sempurna. Sunardi & Sunaryo (2007:114) mengemukakan bahwa melalui
keterampilan motorik kasar
memungkinkan anak dapat
mengeksplorasi lingkungannya dengan lebih luas, sehingga memperoleh kesempatan belajar yang lebih baik.
Dunia psikologis anak terbagi menjadi dua kategori, yaitu anak normal dan anak abnormal atau anak berkebutuhan khusus. Anak normal adalah anak yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki hambatan dalam
perkembangannya dan membutuhkan bantuan orang lain untuk kehidupannya sehari-hari. Anak berkebutuhan khusus salah satunya adalah anak tunagrahita ringan. Menurut Somantri (2012:10) tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata.
Tunagrahita dalam bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective dan lain-lain. Beberapa istilah tersebut
memiliki arti yang sama dimana menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami hambatan dalam kecerdasan, kemampuannya berada di bawah rata-rata anak normal seusianya. Yang dimaksud di bawah rata-rata adalah jika perkembangan umur kecerdasan (Mental Age/MA) anak di bawah pertumbuhan usianya (Chronological Age/CA). Chronological Age (CA) adalah umur kelahiran yaitu usia yang dihitung sejak anak lahir. Mental Age (MA) adalah perkembangan kecerdasan dalam hal rata- rata penampilan anak pada usia tertentu.
Sebagai contoh, seorang anak yang berusia enam tahun akan mempunyai kemampuan yang sama dengan kemampuan anak usia enam tahun pada umumnya. Maksudnya, anak yang berumur enam tahun akan memiliki MA enam tahun. Jika seorang anak memiliki MA lebih tinggi dari umurnya (CA), maka anak tersebut memiliki kemampuan mental (kecerdasan) di atas rata-rata. Sebaliknya, jika MA anak lebih rendah dari umurnya maka anak tersebut memiliki kemampuan kecerdasan di bawah rata-rata. Anak tunagrahita selalu memiliki MA yang lebih rendah daripada CA. Anak dikatakan mengalami gangguan tunagrahita bukan hanya karena memiliki kecerdasan di bawah rata-rata saja, akan tetapi juga mengalami hambatan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan. Anak normal usia enam tahun sudah mampu berlari, melompat, naik turun tangga secara mandiri dan sebagainya, sedangkan pada anak tunagrahita ringan usia enam tahun belum mampu melakukannya. Perkembangan anak tunagrahita ringan lebih lambat dari pada anak normal, sehingga perlu dilatih untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya.
Sunardi & Sunaryo, (2007:122) menyatakan bahwa anak tunagrahita umumnya memiliki kecakapan motorik
yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok anak normal seusianya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini ditunjukkan dengan kekurangmampuan dalam aktivitas motorik untuk tugas-tugas yang memerlukan ketepatan gerakan, belajar keterampilan manual, serta dalam melakukan reaksi gerak yang memerlukan koordinasi motorik dan keterampilan gerak yang lebih kompleks. Sering kali ditemui bahwa pada anak tunagrahita mengalami gangguan dalam motorik kasar, seperti ketika berjalan, melompat, berlari dan gerak lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwa permasalahan anak tunagrahita ringan salah satunya adalah motorik kasar yang belum berkembang dengan baik.
Menurut Hurlock (2015:154) IQ pada anak mempengaruhi laju perkembangan motoriknya, semakin tinggi IQ anak maka semakin cepat laju perkembangan motoriknya berbeda dengan IQ anak normal atau yang berada di bawah IQ anak normal. Fallen & Umansky (dalam Sunardi
& Sunaryo, 2007:122) menyatakan bahwa semakin berat ketunagrahitaan anak semakin berat defisiensi keterampilan motoriknya. Perkembangan motorik kasar menentukan kemampuan anak dalam melakukan berbagai kegiatan fisik.
Perkembangan motorik kasar anak tunagrahita ringan perlu adanya bimbingan dari para pendidik di lembaga pendidikan usia dini dan pendidikan dasar.
Perkembangan motorik kasar pada anak berpengaruh pada perkembangan perilaku, sosial, kognitif dan hal lain yang terkait.
Berdasarkan observasi di SDLB-C AKW II Surabaya menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan belum berkembang dengan baik sesuai dengan anak normal seusianya. Sebagian dari mereka kemampuan motorik kasarnya sudah berkembang dengan baik. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 Pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus”. Sejalan dengan hal tersebut, Sistem Pendidikan Nasinal Pasal 32 menyebutkan tentang
“Pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.
Oleh karena itu perlu adanya bimbingan dari para pendidik usia dini dan pendidikan dasar agar kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan dapat berkembang dengan baik supaya mereka dapat melakukan berbagai kegiatan fisik seperti anak normal seusianya.
Pembelajaran anak tunagrahita ringan merupakan kegiatan yang diberikan oleh pendidik kepada anak melalui permainan yang menyenangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan serta karakteristik anak. Anak tunagrahita ringan di jenjang sekolah dasar perkembangan usia mentalnya hampir sama atau setara dengan anak usia dini. Anak usia dini sangat senang akan kegiatan yang melibatkan aktivitas otot-otot dalam tubuh untuk bergerak sesuai irama dalam seni, sama halnya dengan anak tunagrahita ringan juga senang dengan kegiatan yang melibatkan aktivitas otot-otot dalam tubuh untuk bergerak sesuai dengan irama dalam seni.
Masa anak-anak adalah masa dimana mereka untuk bermain, sehingga kegiatan kesenian untuk anak-anak yaitu dengan menggunakan bentuk kesenian dengan nuansa bermain. Kegiatan tersebut berkaitan dengan pendidikan seni, guna untuk melatih keterampilan anak dalam bidang musik, kriya, tari dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan dapat dilakukan melalui pembelajaran tari merak modifikasi.
Menurut Suryodiningrat (dalam Setyowati, 2016:1) tari adalah suatu gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik dan memiliki maksud tertentu. Kegiatan tari memiliki beberapa peran dalam kehidupan,
salah satunya adalah untuk mengungkapkan ekspresi jiwa manusia dan sebagai perayaan upacara, misalnya perayaan upacara adat. Peranan itu sangat penting dalam kehidupan. Murgiyanto (dalam Setyowati, 2016:11) menjelaskan bahwa pelajaran tari harus merangsang karsa anak, melatih daya ekspresi anak dan dapat mengembangkan kepribadiannya.
Beberapa manfaat yang dapat diberikan untuk anak tunagrahita ringan melalui kegiatan menari yang khususnya pada tari pendidikan yaitu untuk melatih kemampuan motorik, melatih daya imajinasi, percaya diri, kerjasama, kesenangan dan sebagainya. Menurut Setyowati (2016:11) manfaat tari pendidikan yaitu untuk menumbuhkan sifat-sifat yang terpuji, aktif, sikap sadar, ekspresif, imajinatif, estetis dan apresiatif, sehingga dengan pembelajaran tari pada anak tunagrahita ringan dapat meningkatkan kemampuan motorik kasarnya karena seluruh bagian tubuh akan bergerak ketika menari.
Tari merak modifikasi yang dikategorikan sebagai tari pendidikan merupakan suatu pembelajaran seni tari anak tunagrahita ringan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan pada aspek kepala menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping. Melalui kegiatan tari maka anak tunagrahita ringan akan terlatih melalui gerakan sederhana. Gerakan tari merak modifikasi ini akan disesuaikan dengan tahapan perkembangan motorik kasar anak tunagrahita ringan. Selain itu gerakan tari merak modifikasi dikategorikan dalam tahapan meniru dengan gerakan sederhana, praktis dan dinamis. Tari merak modifikasi ini sudah memperhatikan unsur-unsur keindahan tari seperti halnya wiraga, wirama dan wirasa.
Tari merak pada awalnya diangkat ke pentas oleh seorang seniman Sunda yang bernama Raden Tjeje Soemantri. Tari merak merupakan tari kreasi yang
menggambarkan kehidupan seekor burung merak. Tata cara dan gerakannya diambil dari tingkah laku burung merak, gerakan burung merak yang memperlihatkan keindahan bulu ekornya pada saat ingin menarik perhatian lawan jenisnya. Gerakan tari merak yang indah dan mempesona membuat suasana penuh keceriaan dan keistimewaan tersendiri. Peneliti merubah gerak dan musik pengiringnya menjadi sebuah pembelajaran tari merak modifikasi yang disesuaikan dengan materi tari anak tunagrahita ringan untuk sebuah treatment.
Perubahannya terletak pada gerak yang disederhanakan dan musik pengiringnya dengan durasi diperlambat atau dikurangi, sehingga dapat diterima anak tunagrahita ringan. Tari merak modifikasi yang dirancang oleh peneliti memiliki keunggulan diantaranya adalah untuk melatih keterampilan motorik kasar anak tunagrahita ringan, melatih daya ekspresi anak tunagrahita ringan, melatih anak tunagrahita ringan untuk menghargai karya seni, melatih anak tunagrahita ringan supaya percaya diri dan aktif dalam lingkungan.
Penelitian menggunakan tari merak modifikasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar berkaitan dengan penelitian terdahulu yang relevan dan dijadikan dasar pada penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Margaretha (2012) tentang pengaruh tari golek modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak kelompok B di TK Bimasakti Surabaya. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada pengaruh terhadap kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Bimasakti Surabaya dengan menggunakan tari golek modifikasi.
Penelitian lain yang juga berkaitan dan dijadikan dasar pada penelitian ini adalah penelitian Novitasari (2015) tentang pembelajaran tari merak sebagai upaya pelestarian tari tradisi di sanggar Ngudi Laras desa Karangmoncol kecamatan Randudongkal kabupaten Pemalang. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tari
merak digunakan sebagai materi pembelajaran untuk pelestarian tari tradisi.
Penelitian Margaretha adalah penelitian kuantitatif dengan variabel terikat yang sama, sedangkan penelitian Novitasari adalah penelitian kualitatif dengan variabel bebas yang sama.
Penelitian oleh Margaretha (2012) dengan judul pengaruh tari golek modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak kelompok B di TK Bimasakti Surabaya memiliki kaitan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut memiliki variabel terikat yang sama yaitu motorik kasar.
Penelitian tersebut merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian ini karena meneliti hal yang sama yaitu tari modifikasi untuk meningkatkan motorik kasar anak.
Penelitian oleh Novitasari (2015) dengan judul pembelajaran tari merak sebagai upaya pelestarian tari tradisi di sanggar Ngudi Laras desa Karangmoncol kecamatan Randudongkal kabupaten Pemalang memiliki kaitan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut memiliki variabel bebas yang sama yaitu tari merak.
Penelitian tersebut merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian ini karena meneliti hal yang sama yaitu tari merak.
Penelitian tersebut tari merak untuk pembelajaran anak normal di sanggar Ngudi Laras, sedangkan penelitian ini tari merak modifikasi untuk pembelajaran anak tunagrahita.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang pengaruh tari merak modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan di SDLB-C AKW II Surabaya. Mengingat kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan di SDLB-C AKW II Surabaya masih kurang, harapan dari peneliti adalah penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan di SDLB-C AKW II Surabaya.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran aktual pengaruh tari merak modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan di SDLB- C AKW II Surabaya.
Metode
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group pretest- posttest design. Hal ini dikarenakan adanya pre-test/observasi awal sebelum pemberian perlakuan, kemudian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan antara keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan (Sugiyono, 2014:74). Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:
Keterangan:
= Nilai pre-testi (sebelum diberi diklat) Nilai post-testi (sesudah diberi diklat) = treatment atau pemberian perlakuan Penjelasan:
: pre-test atau observasi awal kemampuan gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping sebelum diberi perlakuan dengan tari merak modifikasi.
: pemberian perlakuan (treatment) dengan tari merak modifikasi.
: nilai post-test atau observasi akhir kemampuan gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping setelah diberi perlakuan dengan tari merak modifikasi.
- : pengaruh tari merak modifikasi terhadap kemampuan gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDLB-C AKW II Surabaya.
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah 6 anak tunagrahita ringan SDLB-C AKW II Surabaya.
D. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel
a. Variabel Bebas (independent variable) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014:39). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah tari merak modifikasi. Tari merak modifikasi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan anak secara langsung untuk mendapatkan pengalaman melalui gerak dasar tari untuk mengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Tari merak modifikasi yang dimaksud adalah gerakan tari yang lebih disederhanakan supaya anak tunagrahita ringan dapat menirukan atau melakukan gerakan tari tersebut.
b. Variabel Terikat (dependent variable) Variabel terikat disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014:39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan. Kemampuan motorik kasar yang dimaksud adalah gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping. Variabel
terikat ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya akibat yang ditimbulkan dari adanya variabel bebas.
2. Definisi Operasional a. Tari merak modifikasi
Tari merak modifikasi merupakan variabel x pada penelitian ini, dimana bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita dalam gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping dengan gerakan yang terkoordinasi antara mata, kepala, tangan dan kaki. Tari merak modifikasi adalah tari yang menggambarkan tingkah laku seekor burung merak dalam menunjukkan bulu indahnya untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Tari merak memiliki ragam gerak yang lumayan banyak dan terlalu rumit untuk diajarkan kepada anak tunagrahita serta iringan tari yang terlalu cepat tidak sesuai untuk anak, sehingga peneliti merubah sesuai dengan syarat materi tari pada anak tunagrahita ringan. Ragam tari merak modifikasi disesuaikan dengan syarat materi anak tunagrahita ringan yaitu sederhana, praktis dan dinamis.
Kemudian langkah-langkah kegiatan tari merak modifikasi yaitu guru mengajak anak tunagrahita berbincang-bincang tentang aktivitas bermain yang dilakukan sehari-hari selama beberapa menit. Anak tunagrahita diajak berdiri untuk melakukan gerak pemanasan selama lima menit sebelum menari. Guru memberikan contoh gerak tari merak ragam satu, kemudian anak tunagrahita menirukan gerakan tersebut tanpa musik, setelah anak tunagrahita mulai paham dengan
gerakannya maka guru mengajak anak tunagrahita melakukan gerak tari menggunakan musik. Gerakan diulangi dua kali dalam satu pertemuan, kemudian guru mengajak anak tunagrahita gerakan pendinginan untuk mengembalikan emosi anak tunagrahita. Anak diajak berbincang-bincang kembali, setelah itu ragam gerak selanjutnya dilakukan pada pertemuan berikutnya dengan cara yang sama pada pertemuan awal sampai akhir. Setiap pertemuan anak tunagrahita diajarkan satu ragam gerak tari, kemudian untuk pertemuan selanjutnya mengulangi ragam gerak yang telah diajarkan dan diberikan satu ragam gerak lagi hingga semua ragam gerak tari yang berjumlah 8 dapat dipraktekkan oleh anak tunagrahita.
b. Kemampuan motorik kasar
Kemampuan motorik kasar yang dimaksud dalam variabel ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki anak dalam pengembangan fisik motoriknya. Pengembangan kemampuan motorik kasar yang difokuskan pada aspek gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping, bertujuan untuk penguasaan gerak koordinasi yang tepat dalam berjalan. Anak diharapkan mampu melakukan gerakan yang terkoordinasi antara kepala, tangan, pinggul dan kaki. Kemudian pengembangan motorik kasar ini bertujuan untuk menjadikan anak yang terampil menguasai keterampilan motoriknya, serta lebih mandiri dan percaya diri saat bergerak. Kemampuan bergerak saat berjalan yang dimaksud adalah anak mampu gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping dengan
seimbang tanpa dibantu oleh orang lain baik orang tua, guru maupun temannya.
c. Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita ringan usia 6- 10 tahun di SDLB-C AKW II Surabaya berjumlah 6 anak. Karakteristik umum anak tunagrahita ringan tersebut yaitu mempunyai hambatan pada kemampuan motorik kasar pada aspek gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tes perbuatan dan lembar observasi kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan dalam hal gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping.
F. Tehnik Pengumpulan Data 1. Tes
2. Observasi 3. Dokumentasi G. Tehnik Analisis Data
Sugiyono (2015:207) menjelaskan bahwa teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Statistik inferensial meliputi statistik parametrik dan statistik non parametrik.
Dalam penelitian ini digunakan data statistik non parametrik yaitu pengujian statistik yang dilakukan karena salah satu asumsi normalitas tak dapat dipenuhi.
Jumlah subyek yang kecil, yaitu subyek yang diteliti kurang dari 30, data yang dianalisis berupa data ordinal atau berjenjang dengan menggunakan rumus
Wilcoxon. Wilcoxon (Wilcoxon match pairs test) digunakan untuk menguji hipotesis dua sampel yang berpasangan bila datanya berbentuk ordinal atau berjenjang (Sugiyono, 2015:134).
Menggunakan uji jenjang bertanda Wilcoxon (tabel penolong) ini dikarenakan untuk memudahkan peneliti mencari perbedaan kemampuan anak tunagrahita ringan di SDLB-C AKW II Surabaya dalam kemampuan motorik kasar sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan pembelajaran tari merak modifikasi, sehingga rumus yang digunakan adalah rumus Wilcoxon Match Pairst Test.
Z = Keterangan:
Z : Nilai hasil pengujian statistik Wilcoxonmatch pairs test
T :Jumlah jenjang/ rangking yang kecil X :Hasil pengamatan langsung yakni jumlah tanda (+) p (0,5) µT : Mean (nilai rata-rata) = n (n+1)
4
T :Standar deviasi = √ n (n+1) (2n+1) 24 P : Probabilitas untuk memperoleh tanda
(+) atau (-) = 0,5 karena nilai kritis 5%
n : Jumlah sampel
Hasil Dan Pembahasan A. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan di SDLB-C AKW II Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 12 Maret sampai 29 Maret 2018. Subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita ringan kelas 1 berjumlah 6 anak yang memerlukan pengembangan dalam kemampuan motorik kasar terutama dalam gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran tari merak modifikasi
terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan. Adapun uraian data hasil nilai pre-test /observasi awal kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan sebelum diberikan perlakuan melalui tari merak modifikasi dan hasil nilai post- test/observasi akhir kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut:
1. Hasil pre-test/observasi awal kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan.
Hasil nilai pre-test/observasi awal kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan sebelum diberikan perlakuan melalui tari merak modifikasi. Pre-test/observasi awal bertujuan untuk menilai kemampuan awal anak tunagrahita ringan. Pre-test/observasi awal diberikan pada anak tunagrahita ringan sebanyak satu kali yang dilaksanakan tanggal 12 Maret 2018.
Pre-test/observasi awal anak tunagrahita ringan dilakukan satu persatu untuk menilai kemampuan awal motorik kasar sebelum diberikan perlakuan. Pre- test/observasi awal dilakukan di ruang kelas. Pada pre-test/observasi awal anak tunagrahita akan diminta untuk melakukan beberapa gerakan motorik kasar sesuai dengan perintah. Data hasil pre- test/observasi awal telah direkapitulasi dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Pre-Test /observasi awal Kemampuan Motorik Kasar Anak
Tunagrahita Ringan
N o
Na ma
Aspek Kemampuan Motorik Kasar Jum
lah Nilai A B C D E
1. RP 1 1 1 1 1 5 25
2. EK 1 1 1 1 2 6 30
3. FF 2 2 1 1 2 8 40
4. FB 2 2 2 2 2 10 50
5. GD 2 1 1 1 1 6 30
6. MK 2 2 2 1 2 9 45
Nilai Rata-rata 36,67
Berdasarkan data hasil pre- test/observasi awal yang tertera dalam tabel di atas menunjukkan nilai rata- rata hasil pre-test/observasi awal kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan adalah 36,67. Nilai rata-rata hasil pre-test/observasi awal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunagrahita masih kurang. Menurut Arikunto (2010:245) tentang skala adalah sebagai berikut nilai 80-100 masuk dalam kategori baik sekali, 66-79 masuk kategori baik, 56-65 masuk dalam kategori cukup, 40-55 masuk kategori kurang, dan 30-39 masuk kategori gagal. Nilai rata-rata pre- test/observasi awal menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan adalah 36,67 yang termasuk dalam kategori gagal, sehingga dikatakan bahwa anak tunagrahita ringan di SDLB-C AKW II Surabaya belum memiliki kemampuan motorik kasar yang baik.
2. Hasil post-test/observasi akhir kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan.
Hasil post-test/observasi akhir merupakan nilai kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan setelah diberikan perlakuan. Post-test/observasi akhir diberikan pada anak tunagrahita ringan sebanyak satu kali yang dilakukan tanggal 29 Maret 2018. Post- test/observasi akhir anak tunagrahita ringan dilakukan satu persatu untuk menilai kemampuan akhir motorik kasar setelah diberikan perlakuan. Post- test/observasi akhir dilakukan di ruang kelas. Pada post-test/observasi akhir anak tunagrahita akan diminta untuk melakukan beberapa gerakan motorik kasar sesuai dengan perintah. Data hasil post-test/observasi akhir telah direkapitulasi dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2
Hasil Post-Test/Observasi Akhir Kemampuan Motorik Kasar Anak
Tunagrahita Ringan
No Na ma
Aspek Kemampuan
Motorik Kasar Jum
lah Nilai A B C D E
1. RP 2 2 2 2 2 10 50 2. EK 2 2 2 2 3 11 55 3. FF 3 3 2 2 3 13 65 4. FB 3 3 3 3 3 15 75
5. GD 2 2 2 2 1 9 45
6. MK 3 3 3 3 3 15 75
Nilai Rata-rata 60,83
Berdasarkan data hasil post- test/observasi akhir yang terdapat dalam tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai rata-rata pre- test/observasi awal yaitu 36,67 dan meningkat pada post-test/observasi akhir menjadi 60,83. Hal tersebut diketahui berdasarkan pendapat Arikunto (2010:245) tentang skala penilaian adalah sebagai berikut nilai 80-100 masuk dalam kategori baik sekali, 66-79 masuk kategori baik, 56-65 masuk dalam kategori cukup, 40-55 masuk kategori kurang, dan 30-39 masuk kategori gagal.
Hasil post-test/observasi akhir kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan di SDLB-C AKW II Surabaya setelah diberikan perlakuan dengan tari merak modifikasi mengalami peningkatan. Hasil rata-rata nilai post- test/observasi akhir yang diperoleh dari 6 anak adalah 60,83 yaitu masuk dalam kategori cukup.
3. Rekapitulasi hasil pre-test/observasi awal dan post-test/observasi akhir kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan.
Rekapitulasi dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan antara tingkat kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan melalui tari merak modifikasi,
sehingga dapat diketahui ada atau tidak pengaruh tari merak modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan di SDLB-C AKW II Surabaya. Adapun hasil rekapitulasi pre- test/observasi awal dan post- test/observasi akhir kemampuan motorik kasar anak tunagrahita di SDLB-C AKW II Surabaya sebagai berikut:
Tabel 4.3
Rekapitulasi Hasil Pre-Test/Observasi Awal dan Post-Test/Observasi Akhir
Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan
Nama
Pre- test/Observasi
Awal
Post- Test/Observasi
Akhir Beda
RP 25 50 25
EK 30 55 25
FF 40 65 25
FB 50 75 25
GD 30 45 15
MK 45 75 30
Nilai Rata-
rata
36,67 60,83 -
Berdasarkan data dalam tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunagrahita mengalami peningkatan secara signifikan dari rata-rata pre-test/observasi awal 36,67 meningkat dengan hasil post- test/observasi akhir 60,83. Besar peningkatan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan dapat dilihat pada grafik 4.1. Adanya grafik tersebut ditujukan untuk menunjukkan perbedaan perkembangan kemampuan motorik kasar pada masing-masing anak.
0 20 40 60 80
RP EK FF FB GD MK
Pre-
Test/Observas i Awal (O1) Post-
Test/Observas i Akhir (O2) Beda (O2-O1)
Grafik 4.1 Rekapitulasi Hasil Pre- Test/Observasi Awal dan Post- Test/Observasi Akhir Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan
Berdasarkan pada grafik di atas mengenai pre-test/observasi awal dan post-test/observasi akhir kemampuan motorik kasar dengan tari merak modifikasi dapat diketahui bahwa kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan mengalami perubahan dan meningkat menjadi lebih baik. Grafik di atas menunjukkan FB dan MK mengalami peningkatan kemampuan motorik kasar paling tinggi dengan rata- rata nilai peningkatan yakni 75.
4. Hasil Analisis Data
Hasil analisis data digunakan peneliti untuk menjawab rumusan masalah dan alat penguji hipotesis yakni
“ada pengaruh tari merak modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan”. Berikut adalah tahap dalam analisis data:
a. Menyusun tabel analisis data yang digunakan untuk menyajikan nilai hasil pre-test/observasi awal ( ) dan post-test/observasi akhir ( ) dalam kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan dan untuk menentukan nilai T (jumlah jenjang/rangking terkecil).
Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Pre- Test/Observasi Awal dan Post- Test/Observasi Akhir Kemampuan
Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan
Na
ma
Beda
-
Tanda Jenjang Jenj
ang + -
RP 50 25 25 3,5 +3,5 0
EK 55 30 25 3,5 +3,5 0
FF 65 40 25 3,5 +3,5 0
FB 75 50 25 3,5 +3,5 0
GD 30 30 15 1 +1 0
MK 45 45 30 6 +6 0
Jumlah W=
21 T= 0
b. Hasil pre-test/observasi awal dan post- test/observasi akhir yang telah dianalisis dan merupakan data yang diperoleh dalam penelitian diolah kembali menggunakan teknik analisis data dengan tujuan untuk memperoleh kesimpulan data penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data dengan menggunakan rumus wilcoxon, dengan perhitungan sebagai berikut:
Z = =
Keterangan:
Z : Nilai hasil pengujian statistik Wilcoxon match pairs test
T : Jumlah jenjang/rangking yang terkecil
: Mean (nilai rata-rata) = : Simpangan baku (standar deviasi)
=
n : Jumlah sampel
p : Probabilitas untuk memperoleh tanda (+) dan (-) = 0,5 karena nilai krisis 5%
c. Perolehan data diolah sebagai berikut:
Diketahui: n = 6, maka µ = mean (nilai rata-rata) =
=
= = = 10,5
σ = simpangan baku
=
=
=
=
=
=
= 4, 76
Mean (µ ) = 10,5 dan simpangan baku (σ ) = 4,76. Jika dimasukkan kedalam rumus akan diperoleh hasil:
Z = =
=
= = 2,20
Berdasarkan analisis di atas maka hipotesis pada hasil perhitungan dengan nilai krisis 5%
dengan pengambilan keputusan menggunakan penguji dua pihak karena tujuan dalam penelitian ini untuk menguji ada atau tidak pengaruh antara variabel X dengan variabel Y, maka α 5%=1,96 dimana n=jumlah sampel yang berjumlah 6 anak adalah Ha
diterima jika Z hitung > Z tabel 1,96 dan Ho diterima apabila Z hitung ≤ Z
tabel 1,96. Berikut gambar
perbandingan kurva pengujian dua pihak dengan nilai tabel dan nilai hitung:
Menurut Sugiyono (2016:163), uji dua pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi
“tidak sama dengan” (Ho= Ha≠). Pada penelitian ini menggunkan pengujian dua pihak atau dua sisi dikarenakan menguji dua sisi yaitu Zh (nilai Z hitung) dan Zt (nilai Z tabel). Selain itu uji tanda pun juga menghasilkan tanda positif pada semua subjek dan tanpa ada tanda negatif.
5. Intepretasi Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa Zhitung (Zh)=2,20 (nilai (-) tidak diperhitungkan karena harga mutlak) lebih besar dari nilai Ztabel
(Zt) dengan nilai krisis 5% (untuk pengujian dua pihak)=1,96. Nilai Z yang diperoleh dalam hitungan (Zh) adalah 2,20 lebih besar daripada nilai krisis Ztabel
5% (Zt) yaitu 1,96 (Zh > Zt) maka Ho
ditolak dan Ha diterima, dengan demikian dapat diartikan bahwa ada pengaruh tari merak modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan.
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari merak modifikasi berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan kelas 1 sekolah dasar di SDLB-C AKW II Surabaya dalam aspek gerak kepala menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setelah memberikan perlakuan tari merak modifikasi diperoleh peningkatan nilai dari 36,67 menjadi 60,83. Sunardi &
Sunaryo (2007:114) mengemukakan bahwa melalui keterampilan motorik kasar memungkinkan anak dapat mengeksplorasi lingkungannya dengan lebih luas, sehingga memperoleh kesempatan belajar yang lebih baik.
Sunardi & Sunaryo, (2007:122) menyatakan bahwa anak tunagrahita umumnya memiliki kecakapan motorik yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok anak normal seusianya, baik
+1,96 +2,20 HoDiterim
a Ho Ditolak Ho
Ditolak
Ho Ditolak Ha Diterima
Grafik 4.2 Distribusi Normal
secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini ditunjukkan dengan kekurangmampuan dalam aktivitas motorik untuk tugas-tugas yang memerlukan ketepatan gerakan, belajar keterampilan manual, serta dalam melakukan reaksi gerak yang memerlukan koordinasi motorik dan keterampilan gerak yang lebih kompleks. Menurut Delphie (2012), anak tunagrahita pada umumnya mempunyai kelemahan pada segi keterampilan gerak, fisik yang kurang sehat, koordinasi gerak, kurangnya perasaan dirinya terhadap situasi dan keadaan sekelilingnya dan kurang keterampilan gross motor (motorik kasar) dan fine motor (motorik halus). Fallen & Umansky (dalam Sunardi &
Sunaryo, 2007:122) menyatakan bahwa semakin berat ketunagrahitaan anak semakin berat defisiensi keterampilan motoriknya. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa usia pada anak secara nyata berhubungan dengan penampilan anak dan semakin bertambah usia akan semakin meningkat keterampilan motoriknya.
Sementara kecepatan pertumbuhan anak tunagrahita lambat dibandingkan anak normal, sehingga semakin lambat pertumbuhannya akan semakin ketinggalan dibandingkan anak normal. Pada anak tunagrahita masalah keterampilan motorik memiliki potensi lebih tinggi untuk dikembangkan dibandingkan dengan kemampuan yang lainnya.
Tari merak modifikasi berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan dapat diketahui berdasarkan hasil penelitian sebelum diberikan perlakuan dengan tari merak modifikasi kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan memiliki rata-rata nilai 36,67 kemudian setelah diberikan perlakuan dengan tari merak modifikasi pada kemampuan motorik kasar nilai rata- rata meningkat menjadi 60,83. Kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan mengalami peningkatan sebanyak 24,16.
Hasil penelitian yang dilakukan berpengaruh terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan.
Kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan meningkat dikarenakan tari merak modifikasi dapat menstimulus kemampuan motorik kasar. Menurut Suryodiningrat (dalam Setyowati, 2016:1) tari adalah suatu gerakan dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik dan memiliki maksud tertentu. Murgiyanto (dalam Setyowati, 2016:11) menjelaskan bahwa pelajaran tari harus merangsang karsa anak, melatih daya ekspresi anak dan dapat mengembangkan kepribadiannya. Beberapa manfaat yang dapat diberikan untuk anak tunagrahita ringan melalui kegiatan menari yang khususnya pada tari pendidikan yaitu untuk melatih kemampuan motorik, melatih daya imajinasi, percaya diri, kerjasama, kesenangan dan sebagainya. Menurut Setyowati (2016:11) manfaat tari pendidikan yaitu untuk menumbuhkan sifat-sifat yang terpuji, aktif, sikap sadar, ekspresif, imajinatif, estetis dan apresiatif, sehingga dengan pembelajaran tari pada anak tunagrahita ringan dapat meningkatkan kemampuan motorik kasarnya karena seluruh bagian tubuh akan bergerak. Selain itu menurut Wibisono (2001:6) manfaat tari secara umum dapat mengekspresikan sebuah perasaan, membentuk kepribadian, dan dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar anak.
Penelitian ini berkaitan erat dengan penelitian oleh Margaretha (2012) tentang pengaruh tari golek modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak kelompok B di TK Bimasakti Surabaya. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada peningkatan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B di TK Bimasakti Surabaya dengan menggunakan tari golek modifikasi. Peningkatan kemampuan motorik kasar dapat dilihat dari perolehan rata-rata nilai sebelum pemberian perlakuan dengan tari golek modifikasi sebesar 4,81 termasuk dalam kategori mulai berkembang.
Hasil penelitian setelah pemberian perlakuan dengan tari golek modifikasi diperoleh rata-rata nilai sebesar 24,63
termasuk dalam kategori berkembang sesuai harapan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak meningkat setelah diberikan perlakuan dengan tari golek modifikasi.
Penelitian lain yang juga berkaitan dan dijadikan dasar pada penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2015) tentang pembelajaran tari merak sebagai upaya pelestarian tari tradisi di sanggar Ngudi Laras desa Karangmoncol kecamatan Randudongkal kabupaten Pemalang. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tari merak digunakan sebagai materi pembelajaran untuk pelestarian tari tradisi. Kegiatan pembelajaran tari merak di sanggar Ngudi Laras dilakukan dengan tiga tahap yaitu kegiatan awal pembelajaran tari merak, kegiatan inti pembelajaran tari merak, dan kegiatan akhir pembelajaran tari merak.
Upaya pelestarian tari tradisi yang dilakukan oleh sanggar Ngudi Laras adalah melalui kegiatan pembelajaran tari merak dan pementasan tari tradisi. Upaya pelestarian tari tradisi dengan mempertahankan dalam bentuk tari merak digunakan sebagai materi pembelajaran dan menyebarluaskan dalam bentuk pementasan baik pementasan intern maupun ekstern.
Tari merak modifikasi yang dikategorikan sebagai tari pendidikan merupakan suatu pembelajaran seni tari anak tunagrahita ringan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan pada aspek gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping. Gerakan tari merak modifikasi ini disesuaikan dengan tahapan perkembangan motorik kasar anak tunagrahita ringan. Selain itu gerakan tari merak modifikasi dikategorikan dalam tahapan meniru dengan gerakan sederhana, praktis dan dinamis. Tari merak modifikasi ini sudah memperhatikan unsur-unsur keindahan tari seperti halnya wiraga, wirama dan wirasa. Gerakan tari merak yang indah dan mempesona membuat
suasana penuh keceriaan dan keistimewaan tersendiri.
Implikasi tari merak modifikasi ini selain dapat melatih keterampilan motorik kasar anak tunagrahita ringan juga melatih daya ekspresi anak tunagrahita ringan, melatih anak tunagrahita ringan untuk menghargai karya seni, melatih anak tunagrahita ringan supaya percaya diri dan aktif dalam lingkungan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan beberapa teori yang menjawab rumusan masalah adakah pengaruh tari merak modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan? sesuai dengan hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan kelas 1 di SDLB-C AKW II Surabaya dapat dioptimalkan melalui tari merak modifikasi. Anak tunagrahita ringan lebih mudah untuk menirukan melalui pengalaman langsung dan konkret.
PENUTUP A. Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari merak modifikasi berpengaruh terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian sebelum diterapkan tari merak modifikasi diperoleh nilai rata-rata 36,67, kemudian setelah diterapkan tari merak modifikasi diperoleh nilai rata-rata 60,83.
Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Zhitung=2,20 lebih besar dari Ztabel=1,96 dengan nilai krisis 5% dengan n=6, berarti Zhitung=2,20 > Ztabel=1,96.
Berdasarkan hasil tersebut terbukti bahwa ada pengaruh tari merak modifikasi terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan di SDLB-C AKW II Surabaya.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa tari merak modifikasi dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Tari merak modifikasi dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan, maka guru dapat menciptakan kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan dengan menggunakan tarian sehingga anak tunagrahita ringan merasa tertarik dan tidak mudah bosan.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan pada aspek gerak kepala yang menoleh, tangan membentang, pinggul digoyang ke samping, berjalan jinjit dan melompat ke samping. Dengan demikian, guru sebaiknya senantiasa selalu memberikan latihan-latihan yang dapat membantu mengoptimalkan kemampuan motorik kasar anak tunagrahita ringan.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai salah satu referensi penelitian yang terkait dengan tari merak modifikasi serta dapat dikembangkan menjadi penelitian selanjutnya dengan aspek dan sampel penelitian yang lebih bervariasi dan luas.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani. (2015). Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Jembatan Buaya Pada Anak
Kelompok A.
(online),(http://repository.ump.ac.id/33 84/1/cover/_Rini%20Andriyani.pdf, diakses 13 Desember 2017).
Ardhiyanti, Putri. (2017). Pengaruh Metode Bercerita Bermedia Pop-up Book Terhadap Kemampuan Komunikasi Anak Autis di Sekolah Anak Berkebutuhan Khusus Cita Hati Bunda Sidoarjo. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Astati & Mulyati Lis. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. CV. Catur Karya Mandiri.
(online),
(http://www.infokmoe.id/2015/08/ciri- prinsip-khusus-pendidikan-anak.html, diakses 13 Desember 2017).
Beirne-Smith, Ittenbach & Patton. (2002). Mental Retardation, Sixth edition. New Jersey:
Merrill Prentice Hall.
Delphie, Bandi. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: PT. Refika Aditama.
Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:
Bumi Angkasa.
Hasanah. (2015). Penggunaan Gerakan Tari Kreasi Terhadap Perkembangan Gerak Dasar Anak.
(online),
(http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php /paud/article/view/8689, diakses 23 November 2017).
Hurlock, B. Elizabeth. (2014). Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, B. Elizabeth. (2015). Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Indardi, Nanang. (2015). “Pengulangan Teknik Permainan Kasti Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan”. Journal of Physical Education, Health and Sport. Vol. 2 (1): 45-48.
Kurniawati, Lilik. (2017). “Pengaruh Tari Kreasi Candik Ayu Modifikasi Terhadap Kemampuan Meloncat Anak Kelompok B”. Jurnal paud teratai. Vol. 06 (03): hal 2.
Margaretha, Dea. (2012). “Pengaruh Tari Golek Modifikasi Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok B”. Jurnal paud teratai. Vol. 05 (03): 164-167.
Murti, Afin. (2016). Ensiklopedia Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Redaksi Maxima.
Novitasari, Ayu. (2015). Pembelajaran Tari Merak Sebagai Upaya Pelestarian Tari Tradisi di Sanggar Ngudi laras Desa Karangmoncol Kecamatan Randudongkal Kabupaten
Pemalang. (online),
(http://lib.unnes.ac.id/21895, diakses 3 November 2017).
Nursalim, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan.
Surabaya: Unesa University Press.
Oedjoe & Bunga. (2016). “Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Sikodoka Bagi Anak Usia Dini Berlatar Belakang Tunagrahita”. Jurnal ilmiah visi pptk paudini. Vol. 11 (2): 73.
Pamadhi, Hadjar dkk. (2014). Pendidikan Seni di SD. Surabaya: Universitas Terbuka.
Permendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Ratnayanti. (2014). “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tari Kreasi Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Siswa Tunagrahita di Sekolah Dasar Luar Biasa”. Jurnal ortopedagogia. Vol. 1 (3): 238- 244.
Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Litera.
Saputri, Nina. (2011). Pembelajaran Tari untuk Penyandang Tunagrahita Ringan Pada
Kegiatan Ekstrakurikuler Tari di SLB C Widya Bhakti Semarang. (online), (http://lib.unnes.ac.id/1007, diakses 08 November 2017).
Setyowati, Sri. (2012). Pendidikan Seni Tari dan Koreografi untuk Anak Usia Dini. Surabaya:
Unesa University Press.
Somantri, Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujiono, Bambang, dkk. (2008). Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sunaryo & Sunardi. (2007). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas.
Tim Penyusun. (2014). Pedoman Penulisan Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Wulandari, Ninik. (2014). Peningkatan Kemampuan Motorik Gerak Tari Bagi Anak Tunalaras Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning di SLB E Prayuwana
Yogyakarta. (online),
(http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/1692 3, diakses 08 November 2017).