HALFCLOSED TECHNIQUE CASTRATION
Pencabutan merupakan salah satu tindakan bedah yang paling umum dilakukan pada kuda. Kuda jantan biasanya dikastrasi pada usia 1–2 tahun sebelum munculnya perilaku jantan yang kuat. Terkadang, kastrasi ditunda hingga ciri-ciri kejantanan telah berkembang atau telah ditentukan bahwa kuda tidak cocok untuk pembiakan. Beberapa ahli bedah menyarankan bahwa, dibandingkan dengan kuda muda, cincin vagina pada kuda yang berusia ≥2 tahun lebih lebar, sehingga meningkatkan risiko eventrasi pasca operasi. Prosedur kastrasi pada kuda dapat dilakukan dengan dua cara, diantaranya kuda disedasi dan tetap berdiri, daerah skrotum dibius untuk mengurangi sensasi atau rasa sakit. Cara kedua yaitu kuda dibius dan ditempatkan dalam posisi dorsal (berbaring telentang) atau lateral (berbaring menyamping).
Prosedur Operasi
Menurut Kersjes et al. (1985), Proses kastrasi menggunakan metode ini melibatkan pemberian anestesi umum dengan posisi kuda yang terbaring di bagian dorso-lateral. Adapun prosedur dari kastrasi half-closed yaitu:
1. Salah satu tangan menarik testis dengan kuat, sehingga kulit skrotum juga ikut tertarik.
Dilakukan insisi sekitar 7-10 cm pada kulit dan tunica dartos di bagian belakang skrotum, sejajar dengan raphae median. Sebuah insisi kecil kemudian dibuat melalui tunica vaginalis, dan sudut-sudutnya ditarik menggunakan tissue forceps.
Gambar 1. Incise kulit hingga tunica vaginalis
2. Insisi selanjutnya diperlebar untuk memungkinkan keluar testis dan epididimis dari tunica vaginalis, setelah itu testis ditarik menggunakan forceps tenaculum. Ligamen skrotum kemudian dipotong dengan gunting, dan mesorchium dengan hati-hati dipisahkan dari tunica vaginalis, sementara corda spermatica diikat dengan benang absorbable se-dekat mungkin dari tempatnya.
Gambar 2. Ligase corda spermatica
3. Forceps peritoneum diterapkan pada corda spermatica sekitar 3 cm di bawah titik ligation, dan corda spermatica diputuskan di antara forceps dan ligatur.
Gambar 4
4. Luka sayatan kemudian disutur menggunakan tiga pola terpisah menggunakan benang sintetis yang dapat diserap: tunica vaginalis dan tunica dartos dijahit dengan pola continue, sementara kulit disutur menggunakan jahitan mattress yang terputus.
Gambar 5. Penjahitan Post Operasi
Kuda diberi makan 6 jam setelah operasi dan diinjeksikan penicillin sodium.
Phenylbutazone diberikan 2mg/kg BB secara oral 2 kali sehari selama 3 hari. Kondisi pasie di pantau setiap 2 jam selam 12 jam pertama setelah operasi. Kondisi umum dan suhu rektal diperiksa setiap hari, dan kuda-kuda diperiksa untuk memastikan tidak adanya hematoma atau seroma. Kuda dikatakan demam ketika suhu rektal di atas 38,4°C. Kuda yang tidak mengalami komplikasi dibolehkan pulang 1–4 hari setelah operasi. Kuda diistirahatkan selama satu minggu
di dalam kandang. Setelah 2 minggu, kuda-kuda diizinkan untuk kembali ke tingkat aktivitas normal mereka. Pemilik diminta untuk melaporkan komplikasi, seperti pembengkakan skrotum yang parah, dehisensi jahitan, kolik, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Kersjes, A. W., Németh, F., dan Rutgers, L. J. E. 1985. Atlas of large animal surgery. Baltimore, USA: Williams & Wilkins.
Kummer, M., Gygax, D., Jackson, M., Bettschart-Wolfensberger, R., dan Fürst, A. 2009. Results and complications of a novel technique for primary castration with an inguinal approach in horses. Equine Veterinary Journal. 41(6): 547–551.
Schumacher, J. 1996. Complications of castration. Equine Veterinary Education, 8(5), 254–259.