• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Kebijakan Publik

N/A
N/A
Melinda A D

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen Kebijakan Publik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan komponen yang memiliki posisi penting dalam lingkup ilmu sosial terutama pada pelaksanaan politik dan pemerintahan. Berdasarkan tingkatannya sendiri kebijakan publik mempunyai sifat baik nasional maupun regional karena meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Pemerintah Daerah/Provinsi, Keputusan Gubernur, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, dan Keputusan Bupati/Walikota. Woll sebagaimana dikutip dalam Taufiqurokhman (2014:20) menerangkan apabila kebijakan publik merupakan aktivitas atau upaya pemerintah untuk memecahkan masalah yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Selain Woll, ada pendapat dari James E. Anderson sebagaimana dikutip pula dalam Taufiqurokhman (2014:20) mengatakan bahwa kebijakan merupakan serangkaian tindakan yang memiliki tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah yang sedang terjadi. Pendapat lain tentang definisi kebijakan publik dikemukakan oleh William Dunn yang mengatakan kebijakan publik merupakan pendekatan dalam pemecahan permasalahan-permasalahan sosial (Taufiqurokhman, 2014). Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian keputusan ataupun kebijaksanan yang diambil seorang atau sekelompok orang untuk mewujudkan tujuan- tujuan tertentu di dalam masyarakat.

James E. Anderson sebagaimana dikutip dalam Taufiqurokhman (2014: 21) menerangkan adanya pengkategorian dalam kebijakan publik yaitu sebagai berikut:

a). Kebijakan substantif dan kebijakan prosedural

Kebijakan substantif adalah kebijakan yang bersangkutan langsung dengan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, sedangkan kebijakan prosedural adalah cara bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan.

b). Kebijakan distributif dan kebijakan regulatori dan kebijakan redistributif.

Kebijakan distributif merupakan kebijakan yang berhubungan langsung dengan distribusi pelayanan atau manfaat pada masyarakat atau individu, sedangkan kebijakan regulatori merupakan kebijakan yang mengurusi hal berupa pembatasan ataupun pelarangan terhadap perilaku individu atau kelompok masyarakat. Kemudian untuk kebijakan redistributif merupakan kebijakan yang terkait dengan pengaturan alokasi kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat.

c). Kebijakan materal dan kebijakan simbolik

Kebijakan materal merupakan kebijakan yang memberi keuntungan sumber daya komplet pada kelompok sasaran, sedangkan kebijakan simbolis merupakan kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran.

d). Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum dan barang privat

(2)

Kebijakan barang umum (public goods) merupakan kebijakan yang mengatur pemberian barang atau pelayanan publik, sedangkan kebijakan barang privat (privat goods) adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.

Terdapat proses yang dilakukan dalam kebijakan publik guna melihat hasil atau dampak kebijakan. Williarn Dunn dikutip dalam Wiwit (2022: 8) menjelaskan terdapat lima tahapan dalam proses tersebut.

Gambar…

Sumber: https://www.dictio.id/t/bagaimanakah-proses-atau-tahapan-dalam-kebijakan- publik/8465/3

Berdasarkan bagan di atas ada lima tahap yang dijelaskan dalam perumusan kebijakan publik, yang pertama ada penyusunan agenda. Tahapan penyusunan agenda tersebut memuat beberapa aktivitas yang wajib dilaksanakan yaitu merumuskan masalah.

Perumusan masalah kebijakan merupakan kegiatan mengidentifikasi nilai yang belum dapat terpenuhi dalam kebijakan tersebut agar dapat diperbaiki dan dicapai dengan mewujudkannya menjadi tindakan publik. Ada empat komponen dalam kegiatan penyusunan agenda antara lain mencari masalah, mendefinisikan masalah, membuat spesifikasi masalah, dan yang terakhir adalah mengenali masalah.

Tahap kedua adalah formulasi kebijakan. Pada tahap ini ada langkah analisis yang dilakukan berupa prediksi masa depan kebijakan. Artinya bahwa prediksi atau forecasting adalah prosedur membuat informasi yang sebenarnya mengenai situasi sosial yang dapat

(3)

terjadi di masa mendatang sebagai akibat dipilihnya alternatif dengan dasar informasi yang telah ada terkait masalah kebijakan

Tahap ketiga yaitu adopsi kebijakan. Adopsi kebijakan merupakan tahapan alternatif yang diambil dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsesus antar direktur atau keputusan peradilan dalam pembuatan rekomendasi kebijakan. Rekomendasi kebijkan membantu dalam mengenali manfaat tidak langsung ataupun akibat ganda, mengestimasi tingkat resiko ataupun ketidakpastian, berperan dalam penentuan kriteria dalam pembuatan pilihan, serta sebagai penentu pertanggungjawaban administratif bagi implementasi kebijakan. Terdapat enam kriteria untuk ekomendasi kebijakan yaitu (1) efektivitas (2) efisiensi (3) kecukupan (4) pemerataan (5) responsibilitas (6) kelayakan.

Tahap keempat adalah implementasi kebijakan. Pada tahapan ini dilakukan analisis dengan cara monitoring atau pemantauan. Monitoring dapat memberikan informasi yang terkait dengan kebijakan tentang akibat dari kebijakan sebelumnya dengan cara menilai tingkat kepatuhan, melakukan identifikasi adanya hambatan dalam implementasi kebijakan, menentukan adanya akibat yang tidak diinginkan dari kebijakan dan program, serta menemukan pihak-pihak yang bertanggung jawab pada setiap tahapan kebijakan.

Tahap terakhir adalah evaluasi kebijakan, dan dalam tahap evaluasi ini menghasilkan informasi terkait adanya temuan berupa ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan dengan hasil yang diharapkan. Evaluasi tidak hanya menghasilkan sebuah simpulan tentang sejauh mana masalah dapat diselesaikan namun juga memberikan pernyataan sekaligus masukan terhadap nilai yang menjadi dasar dalam kebijakan, serta evaluasi dapat membantu dalam menyesuaikan serta merumuskan kembali masalah sebagai dasar untuk kebijakan baru yang akan datang.

Pada intinya tahap evaluasi turut berperan dalam pengambilan kebijakan pada tahap penilaian kebijakan terhadap proses pembuatan kebijakan. Berdasarkan tahapan kebijakan publik yang telah dijelaskan tersebut memberikan pengertian bahwa kebijakan publik adalah proses yang keberlangsungannya terjadi secara terus menerus. Pada saat kebijakan telah berada di tahap evaluasi kebijakan, maka proses tersebut akan kembali pada proses seperti awal lagi yaitu perumusan masalah dengan catatan apabila kebijakan tersebut tidak memberikan dampak yang diinginkan.

Monitoring dan Evaluasi Kebijakan 1.1 Monitoring

Monitoring atau pemantauan merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah implementasi program telah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan perencanaan ataupun sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Selain itu, dari adanya monitoring juga dapat diketahui apakah ada hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan program serta bagaimana para pelaksana program mengatasi hambatan yang ada. Melalui adanya monitoring maka organisasi dapat menentukan apakah sumber daya yang ada telah mencukupi dan telah digunakan dengan baik atau kurang, kemudian apakah kapasitas yang dimiliki mampu mencukupi kebutuhan, serta apakah semua pihak telah melakukan apa yang telah direncanakan. Monitoring perlu

(4)

dilakukan dalam kebijakan yang sedang diimplementasikan dengan maksud untuk mengetahui kesalahan awal dalam pelaksanaan kebijakan/program, sehingga dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan guna mengurangi risiko yang lebih besar di masa yang akan datang.

Program Beasiswa Pemuda Tangguh dalam realisasinya adalah program dari Pemerintah Daerah Kota Surabaya dalam pembiayaan perkuliahan bagi mahasiswa dari beberapa universitas negeri di kota Surabaya yang juga termasuk dari kalangan yang dinilai kurang mampu secara ekonomi. Sesuai dengan uraian di atas bahwa monitoring dilakukan ketika program sedang berjalan karena dengan begitu akan didapatkan sumber informasi yang akurat dalam implementasi program. Atas dasar itulah maka penelitian ini menggunakan model monitoring dalam kebijakan publik menurut William Dunn yang menyatakan bahwa monitoring sebagai aktivitas internal yang dilakukan secara berkelanjutan, sisi internalnya melalui kegiatan dan hasil dari suatu program yang nantinya akan dijadikan sebagai penentu atau sumber informasi apakah program tersebut yang telah diimplementasikan sesuai perencanaan.

Pada pelaksanaannya, monitoring membutuhkan data dan informasi terkait program yang sedang berjalan sebagai obyek monitoring. Ada beberapa metode yang digunakan dalam mengumpulkan data serta informasi yang dibutuhkan untuk melakukan monitoring, menurut buku Monitoring dan Evaluasi Kebijakan Publik (Margareth I.Rantung, 2022: 20). Metode yang dimaksud diantaranya sebagai berikut:

1. Metode Dokumentasi

Metode ini merupakan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan melalui laporan kegiatan rutinan berkala (mingguan/bulanan/dst) yang telah disepakati sesuai peraturan yang berlaku.

2. Metode Survei

Metode ini merupakan metode yang memiliki tujuan mengumpulkan data secara langsung dengan melibatkan kelompok sasaran pelaksanaan program.

3. Metode Observasi Lapangan

Metode ini merupakan metode berupa pengamatan secara langsung guna menghasilkan data yang empiris. Metode observasi lapangan juga dinilai lebih meyakinkan dalam penilaian dari kebijakan karena melihat secara langsung kondisi yang sedang terjadi.

4. Metode Wawancara

Metode ini merupakan metode yang membutuhkan pedoman dalam pelaksanaannya. Pedoman wawancara pada umumnya berupa daftar pertanyaan terkait implementasi kebijakan/program yang akan ditanyakan kepada kelompok sasaran, maka dari itu apabila menggunakan metode ini perlu untuk melakukan persiapan dalam penyusunan pedoman wawancara.

5. Metode Campuran

Metode ini merupakan campuran dari beberapa metode yang telah dituliskan di atas.

6. Metode Forum Group Discussion (FGD)

Metode ini merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan dan diskusi antara pelaksana kebijakan dengan kelompok sasaran

(5)

program berjalan. Dengan metode ini dipercaya dapat menggali informasi yang lebih valid karena dapat dilakukan pengecekan data dan informasi dari berbagai orang sehingga mendapatkan hasil yang bervariasi.

Monitoring memiliki peran penting dalam lingkup analisis kebijakan. Ketika informasi mengenai tindakan kebijakan ditransformasikan melalui monitoring menjadi informasi mengenai hasil kebijakan, kita mengalami situasi masalah. Situasi masalah (messes) adalah system yang saling bergantungan yang kemudian ditransformasikan melalui perumusan masalah kedalam suatu masalah kebijakan.

Kemudian, informasi mengenai hasil kebijakan ditransformasikan melalui evaluasi yang nantinya menjadi infromasi mengenai kinerja kebijakan. Fungsi monitoring dalam kebijakan publik menurut Dunn (Margareth I.Rantung, 2022: 42) setidaknya memiliki empat fungsi dalam menganalisis kebijakan, yaitu antara lain;

1. Kepatuhan atau Compliance, monitoring memiliki maksud dalam menentukan apa tindakan dari pelaksana program, staff serta aktor lainnya telah memenuhi standar serta prosedur yang telah disusun oleh legislator, instansi pemerintahan maupun lembaga terkait. Begitu pula dengan program Beasiswa Pemuda Tangguh, para aktor atau pelaksana kebijakan harus melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan berlaku dan penuh tanggung jawab.

2. Pemeriksaan atau Auditing, monitoring turut berperan dalam menentukan apa sumber daya serta pelayanan yang ditujukan untuk kelompok sasaran tertentu telah sampai kepada mereka. Sumber daya dan pelayanan dalam program Beasiswa Pemuda Tangguh adalah Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga Serta Pariwisata Kota Surabaya bidang kepemudaan sebagai pengelola, dan kelompok sasarannya adalah mahasiswa penerima beasiswa.

3. Akuntansi atau Accounting, monitoring menghasilkan informasi yang memiliki manfaat dalam mengetahui adanya perubahan sosial maupun ekonomi yang terjadi pasca pelaksanaan kebijakan atau program. Hasil dari program Beasiswa Pemuda Tangguh yang telah diberikan kepada mahasiswa penerima beasiswa dan kemudian mengalami perubahan yang nantinya dapat digunakan sebagai laporan pelaksaan program.

4. Eksplanasi atau Explanation, monitoring juga turut mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai penjelasan mengapa hasil kebijakan antara perencanaan dan pelaksanaan program bisa mengalami perbedaan. Hasil dari pelaksanaan monitoring program Beasiswa Pemuda Tangguh nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan keberhasilan maupun kegagalan program tersebut sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat, yang dalam hal ini disesuaikan dengan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 21 Tahun 2022.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat diketahui bahwa monitoring menjadi komponen penting dalam keberhasilan suatu program. Tujuan dilakukan monitoring adalah untuk mendapatkan umpan balik dari program yang sedang berjalan, sehingga dengan mengetahui apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program maka pelaksana juga dapat segera mempersiapkan apa yang dibutuhkan. Kebutuhan tersebut bisa berupa alat, waktu, biaya, serta jumlah personel.

Atas dasar hal yang telah dituliskan tersebut maka pada program Beasiswa Pemuda

(6)

Tangguh akan diketahui alat apa yang dibutuhkan dalam monitoring, estimasi waktu yang diperlukan, berapa besar biaya yang diperlukan, serta berapa personel yang dilibatkan dalam pelaksanaan monitoring.

1.2 Evaluasi Kebijakan

Kebijakan yang telah disusun sedemikian rupa guna mencapai tujuan yang dikehendaki, pada dasarnya seringkali tidak selalu dapat diwujudkan sesuai rencana.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hal itu dapat terjadi, seperti kurangnya antisipasi para pembuat kebijakan maupun perancang program, atau mungkin terganggunya implementasi akibat pengaruh lingkungan sekitar yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena pembuat kebijakan yaitu pemerintah selalu menghendaki tujuan kebijakan yang telah dibuat dapat mencapai tujuan, maka pembuat kebijakan memiliki kepentingan dalam memastikan proses implementasi berjalan dengan semestinya. Namun apabila ditemui kekurangan dalam pencapaian tujuan tentunya perumus kebijakan ingin mengetahui penyebab utamanya dengan maksud tidak ingin hal yang sama terulang di masa depan. Maka dari itu dilakukanlah evaluasi kebijakan sebagai upaya dalam mencapai kepentingan yang telah ditetapkan dalam kebijakan.

Evaluasi merupakan tahapan yang memiliki kaitan langsung dengan monitoring karena data yang dipergunakan dalam kegiatan evaluasi berasal dari hasil monitoring. Wayne Parsons menjabarkan bahwa evaluasi kebijakan merupakan penilaian terhadap suatu kinerja dalam kebijakan guna mengetahui keberhasilan maupun kegagalannya (Wiwit, 2020). Evaluasi kebijakan publik tidak hanya melihat hasil dan dampak tetapi juga melihat bagaimana proses kebijakan itu berjalan atau dilaksanakan dengan memperhatikan apakah tahapannya sesuai dengan petunjuk yang sudah ditetapkan.

Kedudukan evaluasi menurut Abdul Wahab dalam Margareth I.Rantung (2022: 42) memiliki empat kegunaan atau fungsi dalam pelaksanaannya, yaitu:

1. Evaluasi memiliki fungsi sebagai kemudi manajemen. Artinya bahwa hasil yang telah didapatkan dari evaluasi akan memberikan umpan balik yang dapat dipergunakan oleh pelaksana kebijakan untuk tetap mengendalikan program agar tujuan yang telah ditetapkan terlaksana. Selain itu, hasil evaluasi juga memiliki fungsi sebagai penyesuaian terhadap metode agar program yang dimaksud berjalan.

2. Evaluasi dapat menjadi fungsi kontrol serta inspeksi, artinya bahwa evaluasi digunakan untuk menyalurkan informasi kepada pimpinan dari para pelaksana kebijakan apakah program yang telah dilaksanakan telah berjalan dengan semestinya dan memiliki hasil yang sesuai dengan tujuan.

3. Evaluasi dapat dijadikan sebagai fungsi akuntabilitas karena dapat memberikan informasi sebagai penilaian apakah dana yang telah disediakan dalam pelaksanaan program digunakan secara benar demi tujuan yang telah ditetapkan.

(7)

4. Evaluasi berperan dalam fungsi kepenasihatan, artinya bahwa hasil evaluasi dapat dipergunakan dalam pencarian sumber dana agar program dapat terus berjalan di masa yang akan datang.

Selain bertujuan dalam memberikan penjelasan yang berhubungan dengan kebijakan, evaluasi juga dimaksudkan sebagai salah satu upaya dalam memberikan pilihan serta rekomendasi kepada pembuat serta pelaksana kebijakan terkait apa yang perlu dilakukan terhadap evaluasi kebijakan ataupun program yang dievaluasi.

Menurut pendapat Ripley yang dituliskan oleh Wibawa dalam Margareth I.Rantung (2022: 44), dalam hal evaluasi kebijakan memiliki empat fungsi yang diantaranya:

1. Eksplanasi. Evaluasi yang dilakukan dapat memberikan gambaran realitas program yang terlaksana di lapangan. Selain itu melalui evaluasi dapat diketahui terkait pola hubungan antar komponen dalam pelaksanaan program.

2. Kepatuhan. Adanya pelaksanaan evaluasi dapat difungsikan sebagai sarana dalam mengetahui apakah tindakan yang dilakukan oleh pelaku baik pelaksana kebijakan ataupun sasaran kebijakan telah sesuai dengan prosedur ataupun peraturan yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan program.

3. Auditing. Evaluasi ditujukan untuk mengetahui apakah ouput telah diterima dengan baik oleh sasaran kebijakan yang kriterianya telah dituliskan dalam kebijakan. Evaluasi dalam fungsi ini juga dimaksudkan untuk memastikan apakah ditemui adanya penyimpangan yang terjadi.

1.3 Tahapan Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi adalah dua kegiatan pencatatan pelaksanaan program yang dilakukan dengan terencana dan berkelanjutan guna mendapatkan informasi terkait keberhasilan suatu program. Bedanya, monitoring lebih menekankan pada kesesuaian upaya penjaminan program antara yang sudah dilaksanakan maupun yang direncanakan, sedangkan evaluasi menekankan pada pengukuran perbedaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat sebelum dan sesudah mengikuti program serta efisiensi dan keefektifan yang dengan kata lain apakah dana yang dianggarkan sesuai kebijakan berjalan seimbang dengan hasil yang dicapai dalam penyelenggaraan program. Monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaannya memiliki tiga tahapan dasar (Wiwit, 2022: 17) yang diantaranya

1. Tahapan awal berupa dimulainya evaluasi dengan menentukan jenis dan fokus kegiatan yang akan dievaluasi. Setelah dilakukan penentuan tersebut maka petugas kegiatan monev yang tentunya juga merupakan bagian dari pelaksana kebijakan akan mulai melakukan evaluasi dari tingkat data dukung dan kesesuaian.

(8)

2. Tahapan tengah atau proses berupa pelaksanaan kegiatan monev program.

Proses ini dilakukan dengan cara melakukan penilaian dengan obyek penilaian diantaranya tujuan program, isi program, strategi program serta masukan yang ditetapkan.

3. Tahapan akhir. Pada tahapan ini akhir dilakukan penyusunan laporan, guna mengetahui sampai mana keberhasilan dari program yang berjalan beserta hambatan yang ditemui selama program tersebut dijalankan. Tahapan akhir ini biasanya dikuatkan dengan bukti berupa dokumentasi kegiatan.

Selain pendapat di atas, menurut Ifad (dalam Wiwit, 2022: 19) apabila dituliskan maka tahapan melakukan monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan monitoring dan evaluasi dengan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan, artinya mengembangkan sistem monev ini harus disesuaikan dengan tujuan/pencapaian yang dikehendaki sesuai kebijakan, serta mekanisme pelaksanaan program yang telah ditetapkan.

2. Manajemen informasi, artinya bahwa pada tahap ini mulai dilakukan pengumpulan informasi terkait pelaksanaan program. Setelah data berhasil didapatkan, langkah selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan operasional yang maknanya adalah bagaimana pelaksanaan program secara langsung di lapangan.

3. Masukan, artinya dari dilakukannya pengumpulan informasi didapatkan umpan balik baik berupa data ataupun pendapat dari sasaran program yang harus diperhatikan. Data yang berhasil dihimpun tersebut selanjutnya dianalisa oleh pelaksana kebijakan agar hasilnya sesegera mungkin dapat dijadikan bahan perbaikan program.

4. Melaporkan hasil kegiatan monev, artinya bahwa hasil yang telah didapat dan dianalisa selanjutnya akan disusun menjadi sebuah laporan guna dilaporkan kepada pemangku kepentingan yang dalam hal ini adalah pembuat kebijakan. Dari monev tersebut memiliki harapan bahwa hasil yang telah dilaporkan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai masukan serta bahan perbaikan pada tahap selanjutnya pada pelaksanaan program baik di masa kini maupun di masa yang akan datang.

Penjelasan mengenai tahapan monitoring dan evaluasi yang telah diuraikan tersebut pada dasarnya untuk memberikan gambaran serta pemahaman dalam rangka pengawasan pada pelaksanaan kegiatan program.

Selain itu penjelasan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengetahui sejauh mana program tercapai, mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung serta memberikan rekomendasi agar program dapat berjalan lebih baik sehingga mendapatkan data atau informasi mengenai Program Beasiswa Pemuda Tangguh sebagai program bantuan perkuliahan bagi mahasiswa di Kota Surabaya sesuai dengan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 21.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyusun Rancangan Renstra-KL yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan pokok sesuai dengan tugas dan

Pelaksana kebijakan belum memahami sepenuhnya kebijakan ini karena dari hasil penelitian tidak menunjukkan sikap bahwa pelaksana memahami substansi dari kebijakan,

Pelaksana kebijakan mengetahui dengan jelas informasi mengenai program inklusi dan bagaimana menjalankannya Informasi dalam proses komunikasi dinilai sangat baik jika

Strategi Arah Kebijakan Program Prioritas Pelaksana SKPD Mendorong pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah secara konsisten · Pengembangan sistem informasi berbasis spasial ·

H.. KEBIJAKAN MUTU AKADEMIK 3.1. Rincian Kebijakan Mutu ... Pihak Yang Terkena Kebijakan ... Model Manajemen Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal ... Siklus

Pelaksana kebijakan belum memahami sepenuhnya kebijakan ini karena dari hasil penelitian tidak menunjukkan sikap bahwa pelaksana memahami substansi dari kebijakan,

Analisis evaluasi kebijakan sering juga disebut analisis dampak kebijakan, yang mengkaji akibat- akibat implementasi suatu kebijkan membahas. “hubungan di antara cara yang

(1) Sub Bagian Komunikasi Pimpinan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi, pemantauan dan evaluasi program