• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI BEHAVIORISME (Theory of Behaviorism)

N/A
N/A
Angga Pratiwi

Academic year: 2023

Membagikan "TEORI BEHAVIORISME (Theory of Behaviorism)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Menurut pendekatan behavioris, belajar dipahami sebagai proses jangka panjang yang mengubah perilaku yang diamati sebagai hasil pengalaman dengan lingkungan. Teori ini lebih menyukai pengukuran karena pengukuran penting dalam menentukan terjadi atau tidaknya perubahan perilaku. Dengan demikian, perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari kegiatan belajar dapat bersifat konkrit yaitu dapat diamati, atau non konkrit yaitu tidak dapat diamati.

Meskipun behaviorisme mendukung pengukuran, ia tidak dapat menjelaskan bagaimana mengukur perilaku yang tidak dapat diamati. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku dengan baik, seseorang harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan stimulus yang lain, serta memahami konsep-konsep yang dapat timbul dan berbagai akibat yang dapat timbul akibat respon tersebut. Penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan pengulangan suatu perilaku, sedangkan penguatan negatif dapat menyebabkan perilaku tersebut berkurang atau hilang.

Perilaku yang diinginkan guru diberi imbalan, dan sebaiknya imbalan diberikan dengan menggunakan jadwal penguatan rasio variabel.

Edwin Ray Guthrie (1886 – 1959)

Beberapa kesalahan dalam menerapkan teori Skinner antara lain penggunaan hukuman sebagai cara untuk mendeskripsikan siswa. Menurut Skinner, hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri akibat perbuatannya, misalnya anak harus mengalami sendiri kesalahannya dan merasakan akibatnya. kesalahan. Penggunaan hukuman verbal dan fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubit, bullying ternyata membawa dampak buruk bagi siswa. Sebaliknya setiap anak mendapat penguatan berdasarkan kemampuan yang ditunjukkannya, sehingga dalam satu kelas terdapat banyak pembedaan berdasarkan kinerja yang ditunjukkan siswanya; misalnya: hadiah dalam bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, tari atau olah raga.

Penguatan hanya melindungi hasil pembelajaran baru agar tidak hilang dengan mencegah diperolehnya respons baru. Hubungan stimulus dan respon bersifat sementara, karena dalam kegiatan belajar siswa harus menerima stimulus sesering mungkin agar hubungan stimulus dan respon tersebut semakin kuat dan permanen.

John Watson (1878-1958)

Clark L. Hull (1884-1952)

Albert Bandura (1925)

Teori ini terdiri dari beberapa postulat yang menjelaskan pemikirannya tentang aktivitas otak, penguatan, pembiasaan, respon yang mungkin terjadi, dan sebagainya (Lundin, 1991). Dalam proses pemodelan, konsep penguatan yang dikenal adalah vicariousreinforcement, yaitu penguatan yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement, individu dapat menerima penguatan dari dalam dirinya, tanpa selalu memerlukan pihak luar untuk memberikan penguatan.

Prinsip-Prinsip Belajar Behaviorisme

15 karakteristik pengamat; 2) proses penyimpanan atau memori, termasuk kode-kode pengkodean simbolis; 3) reproduksi motorik, meliputi kemampuan fisik, kemampuan meniru, ketepatan reaksi; 4) motivasi, meliputi dorongan dari luar dan harga diri (Kusmintardjo dan Mantja, 2011). 16 Akibat menyenangkan yang memperkuat perilaku disebut penguatan, sedangkan akibat tidak menyenangkan yang melemahkan perilaku disebut hukuman. Penguatan sebaiknya diberikan segera setelah perilaku terjadi, karena akan menimbulkan perubahan perilaku yang jauh lebih baik dibandingkan dengan memberikan penguatan dalam waktu lama.

Analisis Tentang Teori Behavioristik

Kepunahan akan terjadi jika respon yang telah terbentuk tidak diperkuat lagi dalam jangka waktu tertentu. 17 Para behavioris menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dimana penguatan dan hukuman menjadi rangsangan yang mendorong siswa untuk berperilaku. Teori behavioris mendapat banyak kritik karena sering gagal menjelaskan situasi pembelajaran yang kompleks karena banyak variabel atau hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau pembelajaran dapat direduksi menjadi hubungan stimulus-respons belaka.

Pandangan behavioris juga tidak mampu menjelaskan variasi tingkat emosi siswa, meskipun mereka mempunyai pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang relatif sama dalam penguatan ternyata berperilaku berbeda terhadap suatu pelajaran dan mempunyai tingkat kesulitan yang sangat berbeda dalam memilih tugas. Teori perilaku juga cenderung menjadikan siswa berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif.

Pandangan teori ini adalah bahwa belajar adalah suatu proses pembentukan atau pembentukan, yaitu membawa siswa kepada atau mencapai tujuan tertentu, sehingga membebaskan siswa untuk berkreasi dan imajinatif. Skinner dan tokoh lain yang mendukung teori behavioris tidak menganjurkan penggunaan hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Hukuman yang mendorong terpidana mencari cara lain (walaupun cara tersebut salah dan buruk) untuk menghindari hukuman.

Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong terpidana untuk melakukan hal lain yang terkadang lebih buruk dari kesalahan yang dilakukannya. Bedanya, hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang dihasilkan berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguatan negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi lebih kuat. Namun bila sesuatu yang tidak disukai siswa (sehingga ia membuat kesalahan) dikurangi (bukannya ditambah) dan pengurangan tersebut mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka hal ini disebut penguatan negatif.

Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa

Beberapa program pembelajaran ada yang menggunakan sistem stimulus dan respon, yang diwujudkan dalam program pembelajaran yang disertai dengan perangkat penguatan. Teori behavioris dengan model hubungan stimulus-responnya menempatkan manusia pembelajar sebagai individu yang pasif. Konsep-konsep seperti hubungan respon stimulus, individu atau siswa yang pasif, perilaku sebagai hasil yang terlihat, pembentukan perilaku (shaping) dengan penataan kondisi yang ketat, penguatan dan hukuman, semuanya merupakan elemen yang sangat penting dalam teori perilaku.

Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran bergantung pada beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran dirancang dan didasarkan pada pandangan teori perilaku bahwa pengetahuan bersifat objektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan tersusun rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan pengajaran adalah transfer pengetahuan (transmisi pengetahuan) kepada orang yang belajar atau siswa.

Begitu pula dalam proses belajar mengajar, siswa dipandang sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, pendidik mengembangkan kurikulum terstruktur dengan menggunakan standar tertentu dalam proses pembelajaran yang ingin dicapai oleh siswa. Begitu pula pembelajaran siswa dalam proses evaluasi hanya diukur pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati, sehingga hal-hal yang tidak dapat diamati kurang dapat diakses dalam proses evaluasi.

Guru yang menggunakan paradigma behavioris akan menyiapkan bahan pembelajaran yang sudah jadi agar tujuan pembelajaran yang dikuasai siswa tersampaikan secara utuh oleh guru. Implikasi teori behaviorisme dalam proses pembelajaran diyakini tidak memberikan ruang bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimen, dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Akibatnya siswa kurang mampu berkembang sesuai potensinya karena teori behavioral berpendapat bahwa karena pengetahuan tersusun rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus menghadapi aturan-aturan yang jelas.

Pendekatan Behavioristik dalam Perumusan Kebijakan Pendidikan

Kebiasaan dan kedisiplinan sangat penting dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran lebih berkaitan dengan penerapan kedisiplinan. Kegagalan atau ketidakmampuan menambah pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang harus diberi hukuman, dan keberhasilan atau kemampuan belajar dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang patut diberi penghargaan. Siswa atau peserta didik merupakan objek yang bertingkah laku menurut aturan, sehingga penguasaan belajar harus dijaga oleh suatu sistem yang berada di luar diri siswa (Degeng, 2006).

Kesimpulan mengenai kekurangan metode ini secara umum adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru hanya bersifat mekanistik dan berorientasi pada hasil. 22 Pendidikan akan tercapai apabila pendidik dan orang terpelajar memahami teori pendidikan, tentunya teori-teori yang digunakan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan akan saling melengkapi, sehingga dapat menggunakan teori tersebut sesuai dengan kebutuhan saat itu. Pengaruh berbagai teori pendidikan dalam menentukan kebijakan tidak dapat dipungkiri, termasuk pengaruh teori behavioris dalam menentukan kebijakan pendidikan di Indonesia.

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berperan dalam pengembangan kemampuan dan pembentukan karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat guna mencerdaskan kehidupan bangsa.” cerdas, diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.” Standar Sarana dan Prasarana, Pasal 45 ayat 1, bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi kebutuhan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, intelektual, sosial, emosional, dan psikologis peserta didik.” 23 2. Proses pembelajaran Behavioris mengutamakan bagaimana memberikan stimulus yang tepat dan membentuk kebiasaan melalui proses latihan dan pengulangan sehingga menghasilkan respon yang diharapkan.

Proses pencarian stimulus yang tepat ini dituangkan secara jelas dalam suatu kebijakan yang disebut kurikulum. Berdasarkan program ini, siswa melakukan berbagai jenis kegiatan belajar untuk mendorong perkembangan dan pertumbuhan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

Standar Proses

  • Pengembangan Perilaku Perspektif Teori Belajar Behavioristik 1. Prosedur-prosedur pengembangan tingkah laku baru
    • Prosedur-prosedur Pengendalian atau Perbaikan Tingkah Laku

27 Selain menggunakan penguatan untuk memperkuat perilaku, ada dua metode penting lainnya untuk mengembangkan pola perilaku baru, yaitu pembentukan dan pemodelan. Sebagian besar dari apa yang diajarkan di sekolah terdiri dari rangkaian perilaku yang kompleks, bukan sekedar 'respon sederhana'. Perilaku kompleks ini dapat dipelajari melalui proses "pembentukan" atau "perkiraan berurutan" (memperkuat komponen respons akhir dalam upaya memandu subjek menuju respons akhir tersebut), beberapa perilaku yang mendekati respons terampil.

Hasil dari lima komponen perbaikan perilaku menunjukkan bahwa kehadiran di sekolah meningkat setelah beberapa bulan. Perilaku manusia biasanya dipelajari melalui keteladanan atau peniruan, oleh karena itu disebut juga pembelajaran dengan pengajaran langsung. Misalnya sekelompok siswa menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan, seperti menjambak rambut, mengabaikan perintah guru, berkelahi, dan berjalan-jalan di kelas.

Setelah peraturan kelas diterapkan kepada siswa, guru melupakan atau mengabaikan perilaku mengganggu siswa tersebut. Seiring waktu, penguatan sosial untuk perilaku yang pantas akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Tentu saja ada jenis perilaku yang tidak bisa diabaikan oleh guru, terutama perilaku yang menyinggung perasaan siswa.

Jika siswa memperhatikan sana-sini maka perubahan interaksi guru-siswa akan menghentikan perilaku siswa tersebut. Jika perilaku yang diulang berbeda dengan perilaku yang tidak diinginkan, maka satiation tidak tepat. Yang tepat adalah dengan menerapkan metode disiplin seperti menulis 100 kali.. 30 untuk memperkuat perilaku yang sesuai untuk menggantikan perilaku yang tidak diinginkan.

Hukuman dapat mengatasi perilaku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, sehingga harus dibarengi dengan penguatan. Behaviorisme merupakan ideologi yang menekankan perubahan perilaku berdasarkan prinsip stimulus dan respon.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berwujud kata, frase, ungkapan, dan kalimat yang mencerminkan perilaku tokoh utama, stimulus,

Respon konsumen merupakan bagian dari pengertian perilaku atau..

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non

Gambar diatas menunjukkan manusia sebagai suatu sistem terbuka, yang terdiri dari input berupa stimulus dan tingkatan adaptasi, output berupa respon perilaku yang dapat menyediakan

Sedangkan merokok secara mandiri yang dilakukan perilaku terbuka adalah respon terhadap stimulus oleh mantan individu pencandu rokok, tersebut sudah jelas dalam bentuk

Berbeda dengan pandangan kaum behavioris adalah pandangan dari aliran kognitif, yaitu yang memandang perilaku individu merupakan respon dari stimulus, namun dalam diri individu itu

Pembiasaan mengacu pada proses dimana perilaku individu atau respon terhadap stimulus menjadi otomatis dari waktu ke waktu sebagai akibat dari paparan kegiatan yang dilakukan secara

Dua perspektif dalam memaknai perilaku atau behavior yaitu, perspektif yang pertama adalah keseluruhan bentuk respon individu terhadap stimulus lingkungan terdiri atas overt behavior