MAKALAH
APLIKASI PSIKOLOGI HUMANISTIK DALAM PRAKTIK TERAPI DAN KONSELING
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah: Psikologi Humanistik
Dosen Pengampu: Otih Jembarwati, S. Psi, MA.
Disusun oleh:
1. Embun Bunga Harum Cendana (2004046045) 2. M. Haidar farid Alfiyyan (2004046055)
PROGRAM STUDI TASAWUF & PSIKOTERAPI
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmhat dan karunia-Nya. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Aplikasi Psikologi humanistik dalam Praktik Terapi dan Konseling” dengan tepat waktu.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Khususnya kepada Ibu Otih Jembarwati, S. Psi, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Humanistik. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan penulis. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran senatiasa kami terima demi penyempurnaan makalah ini.
Jepara, 10 November 2021
Penyusun,
3
Daftar Isi
Kata Pengantar ...2
Daftar Isi ...3
BAB I PEMBUKAAN ...4
1. Latar Belakang ...4
2. Rumusan Masalah ...4
3. Tujuan Penulisan ...4
BAB II PEMBAHASAN ...5
1. Humanisme dan Multikultural ...5
2. Humanistik dalam riset Psikoterapi ...6
3. Humanitik Psychology dan Perspektif Behavioral Kontekstual ...9
BAB III PENUTUP ...12
1. Kesimpulan ...12
2. Saran ...12
Daftar Pustaka ...13
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikologi humanistik yang juga disebut psikologi kemanusiaan adalah pendekatan yang multifase terhadap tingkah laku dan pengalaman manusia yang perhatiannya terpusat pada keunikan dan aktualisasi diri. Psikologi Humanistik adalah salah satu aliran psikologi yang muncul sekitar tahun 1950an dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme dan berkembang pada abad pertengahan. Psikologi humanistik muncul sebagai reaksi terhadap aliran psikoanalisis dan behaviorisme dan akhirnya dipandang sebagai kekuatan ketiga dalam aliran psikologi.
Ciri utama dari psikologi humanistik yaitu psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan guna memahami sifat dan keadaan manusia. Psikologi humanistik juga menawarkan pengetahuan yang luas mengenai kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia. Selain itu, psikologi humanistik juga menawarkan metode yang lebih luas mengenai kaidah yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai humanisme dan multikultural?
2. Bagaimana penjelasan mengenai humanistik dalam riset psikoterapi?
3. Bagaimana penjelasan mengenai humanistik psychology dan perspektif kontekstual behavioral?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca dan penulis mengenai humanisme dan multikultural.
2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca dan penukis mengenai humanistik dalam riset psikoterapi.
3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca dan penulis mengenai humanistik psychology dan perspektif kontekstual behavioral.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Humanisme dan Multikultural
Teori humanistik adalah teori yang tujuannya memanusiakan manusia. Ini berarti bahwa perilaku setiap orang ditentukan oleh diri mereka sendiri dan oleh pemahaman mereka tentang lingkungan dan diri mereka sendiri. Seperti dalam model pendidikan humanistik, manusia dipandang sebagai manusia, terutama makhluk ciptaan Tuhan dengan kodrat tertentu.
Humanisme lahir dengan misi untuk menempatkan dan memandang manusia sebagai makhluk yang mandiri dan unik dengan berbagai potensi yang ada dalam dirinya dan melaluinya mereka dapat menentukan nasibnya sendiri. Menghargai setiap potensi atau kodrat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa bagi manusia untuk mengalami kodratnya yang sebenarnya sejak dilahirkan di muka bumi ini.
Nilai-nilai humanisme terkandung dalam Pendidikan Multikultural. Ibarat nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural yaitu humanisme. Pendidikan multikultural ini merupakan suatu proses pembelajaran yang berkesinambungan dan komprehensif menuju suatu pemahaman bahwa keberagaman adalah suatu keniscayaan yang harus diterima dan bersifat mutlak. Jadi setidaknya pendidikan multikulural dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan yang bertujuan untuk meningkatkan sesuatu yang memang sudah ada sejak awal atau sebelumnya. Oleh karena itu, pendidikan multikultural tidak mengenal batas atau sekat yang seringkali menjadi tembok penghalang terhadap interaksi sesama manusia.
2. Pendidikan multikultural juga mengembangkan potensi manusia, meliputi potensi intelektual, sosial, moral, ekonomi, religius, kesopanan dan budaya. Sebagai langkah awal adalah taat terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan, menghormati harkat dan martabat orang lain, menghargai orang-orang yang berbeda dalam hal tingkatan ekonomi, agama, aspirasi politik, atau tradisi dan budaya. Dalam hal ini nilai yang dapat terwakilkan berupa humanisme yang menjadi topik bahasan ini.
6 3. Dalam masyarakat ini pluralisme dan heterogenitas adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan. Dalam hal ini, pluralitas bukan hanya sekedar keragaman etnis dan suku, tetapi juga sebagai keragaman pemikiran, paradigma, pemahaman, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Akibatnya tidak semua kelompok diberikan kesempatan untuk mengklaim bahwa kelompoknya dijadikan panutan oleh pihak lain. Dengan begitu, upaya pemaksaan tersebut tidak sejalan dengan nafas dan nilai pendidikan multikultural.
4. Pendidikan yang menghargai dan menjunjung tinggi keberagaman suku, budaya, ras, etnis dan agama. Penghormatan dan penghargaan yang seperti ini adlah sikap yang sangat perlu untuk disosialisasikan. Sebab dengan adanya kemajuan teknologi telekomunikasi, informasi dan transportasi yang telah melampaui batas negara, sehingga tidak mungkin sebuah negara terasing dari pergaulan dunia. Dengan begitu, privilage dan privasi menjadi tidak relevan hanya dengan memperhatikan kelompok tertentu. Setiap manusia pasti memiliki dimensi humanitas yang mencakup tiga unsur yakni kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), dan konatif (kehendak karsa).
Berdasarkan penjelasan di atas pendidikan humanis lebih menekankan aspek kebebasan individu dipadukan dengan pendidikan agama agar peserta didik dapat membangun kehidupan sosial yang memiliki kebebasan, yakni dengan menempatkan individu yang rasional dalam kedudukan yang tinggi dan sebagai sumber nilai paling puncak tetapi tidak meninggalkan nilai- nilai keagamaan.
Dalam ajaran islam humanisme ditempatkan dalam posisi yang sangat tinggi. Penghargaan terhadap manusia dan kemanusiaan (humanisme) ditentukan langsung oleh Allah SWT. Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menjadikan manusia sebagai satu satunya makhluk yang dijadikan sebaik-baiknya dan ditempatkan dalam posisi paling istimewa diantara yang lain.
Maka dari itu, manusia wajib menempatkan martabat dan kemanusiaannya pada tempat yang sebaik-baiknya.
2.2 Humanistik dalam Riset Psikoterapi
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori konseling lainnya, seperti Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah meyakinkan dan menyadarkan konseling bahwa
7 ia masih ada di dunia ini dan hidupnya akan bermakna apabila ia bisa memaknainya. Dalam pendekatan humanistik terdapat beberapa teknik terapi. Teknik yang biasa digunakan diantaranya:
a. Person-Centered Therapy (Carl R. Rogers)
Terapi ini cocok untuk orang-orang dengan masalah psikologis yang mengalami ketidakbahagiaan dalam dirinya, biasanya mereka mengalami masalah emosional di dikehidupannya, sehingga mereka merasa menjadi orang yang tidak berfungsi sepenuhnya.
Terapi ini tidak memiliki metode atau teknik spesifik, sikap terapis dan kepercayaan antara terapis dan klien berperan penting dalam proses terapi. Terapis membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan untuk mengeksplor area kehidupannya yang didistorsinya. Terapis melihat klien sebagai narator yang aktif dalam membangun terapi secara interaktif dan sinergis untuk mendapatkan perubahan yang positif. Dalam terapi ini, umumnya terapis menggunakan teknik dasar yang mencakup aktif mendengarkan, merefleksikan perasaan atau pengalaman, menjelaskan, dan hadir bagi klien. Namun, tidak memasukkan pengetesan diagnostik, kasus sejarah, penafsiran, dan bertanya atau menggali informasi. Untuk terapis person centered, kualitas hubungan terapi jauh lebih penting dibanding teknik. Terapis harus membawa ke dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas berikut:
Menerima: Terapis menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya entah baik positif maupun negatif. Pasien diterima dan dihargai tanpa syarat. Dengan sikap ini terapis memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pasien untuk meningkatkan pemahaman dirinya guna mencapai perubahan yang positif.
Keselarasan: Terapis disebut selaras, dalam pengertian bahwa tidak ada pertentangan diantara apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan.
Pemahaman: Terapis mampu melihat pasien dengan cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan kognitif.
Mampu mengkomunikasikan sifat khas tersebut: Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, pemahaman dan keselarasan terhadap pasien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan terapis jelas bagi pasien.
Hubungan yang membawa akibat: Hubungan yang sifatnya mendukung (supportive relationship) yang aman dan bebas dari ancaman akan munculnya dari teknik-teknik diatas.
8 b. Gestalt Therapy (Fritz Perls)
Terapi Gestalt adalah terapi eksistensial yang menekankan kesadaran disini dan sekarang.
Konsep utamanya adalah untuk mencakup penerimaan tanggung jawab pribadi, hidup pada saat sekarang, penghindaran diri, pengalaman langsung, urusan yang tidak sesuai dan penembusan jalan buntu.
Sasaran utamanya adalah menantang klien untuk beralih dari dukungan lingkungan kepada dukungan diri sendiri. Dalam pendekatan ini, terapis membantu klien agar mengalami segenap perasaannya dan agar klien mampu membuat penafsiran sendiri. Serta terapis bisa lebih memusatkan perhatian terhadap tindakan klien.
Salah satu kelebihan dari terapi Gestalt adalah pengalaman masa lampau klien yang relevan dibawa ke masa sekarang, sehingga hasilnya jauh lebih baik dibanding dengan hanya membicarakan keterangan histiris dari klien secara abstrak. Tetapi, terapi Gestalt cenderung anti-intelektual dalam artian kurang mampu memperhitungkan faktor kognitif.
Unsur-unsur terapi a. Munculnya gangguan.
Pada model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep dari filsafat eksistensial yang menekankan kebebasan manusia untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihan mereka. Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita pada realitas eksistensial menjadi kebebasan, pilihan, tanggung jawab, serta merenungkan eksistensi yang memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan akan hadirnya ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan tiap-tiap individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada tahun 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.
b. Tujuan Terapi
- Membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan hidup mereka.
- Menyajikan kondisi guna memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
- Menghapus hambatan-hambatan aktualisasi potensi pribadi.
- Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan menentukan pilihan dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.
9 - Agar klien menyadari keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi serta menyadari bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak sesuai kemampuan yang dimiliki. Ada tiga karakteristik dari keberadaan otentik, pertama menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, kedua memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan ketiga memikul tanggung jawab untuk memilih.
c. Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikoterapi Humanistik mempunyai orientasi bersama yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Mengakui akan pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
- Sadar akan peran dan tanggung jawab terapis.
- Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
- Berorientasi pada pertumbuhan.
- Menekankan harus terlibatnya terapis dengan klien sebagai pribadi yang menyeluruh.
- Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir ada pada keputusan klien.
- Memandang terapis sebagai model, bisa secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
- Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagannya serta mengembangkan tujuan dan nilainya sendiri.
- Bekerja kearah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
2.3 Humanistik Psychology dan Perspektif Kontekstual Behavioral
Psikolog humanistik biasanya menahan diri dari menggunakan teknik yang mendorong studi objektif, seperti observasi non-peserta dan eksperimen ilmiah. Karena terapis humanistik cenderung percaya bahwa mereduksi sifat manusia menjadi sekadar angka merampas kekayaannya, mereka lebih cenderung menggunakan metode studi kualitatif, seperti wawancara tidak terstruktur dan observasi partisipan.
Wawancara tidak terstruktur memungkinkan terapis untuk mendapatkan akses ke pemikiran dan pengalaman individu tanpa mengarahkan sesi ke topik atau ide tertentu.
Observasi partisipan, yang mengharuskan terapis mengambil bagian dalam penelitian, memfasilitasi pembentukan hubungan pribadi dan memungkinkan terapis kesempatan untuk
10 mendapatkan umpan balik langsung dari orang dalam terapi. Bentuk pengumpulan data kualitatif lainnya meliputi analisis biografi, catatan harian, dan surat.
Psikologi humanistik mengintegrasikan beberapa teknik terapi, seperti terapi berpusat pada orang Carl Rogers, yang juga dikenal sebagai "terapi Rogerian." Humanisme menyarankan bahwa seseorang diciptakan dengan prioritas kebutuhan dan dorongan yang berbeda dan bahwa setiap orang harus bergantung pada rasa kebijaksanaan dan penyembuhan batin pribadi.
Psikolog yang mempraktikkan metode terapi ini mengambil pendekatan non-patologis, menargetkan sifat dan perilaku yang produktif, adaptif, dan bermanfaat dari individu dalam pengobatan.
Dua perspektif dalam memaknai perilaku atau behavior yaitu, perspektif yang pertama adalah keseluruhan bentuk respon individu terhadap stimulus (lingkungan) terdiri atas overt behavior (dapat dilihat atau diamati secara langsung, contohnya tersenyum, tertawa, menangis, dan lain sebagainya) dan covert behavior (tidak dapat dilihat atau diamati secara langsung, contohnya persepsi, ingatan, cemas, dan lain sebagainya), hubungannya dengan mental processes yakni dapat diketahui melalui manifestasi dalam bentuk overt behavior. Perspektif yang kedua adalah tindakan nyata individu yang bersifat teramati saja (observable).
Salah satu tokoh behaviorisme yaitu Burrhus Frederick Skinner (1904-1990). B. F. Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yang pertama perilaku alami (innate behavior), yang disebut juga sebagai respondent behavior yaitu perilaku yang timbul oleh stimulus yang jelas.
Perilaku yang kedua adalah operan (operant behavior), yaitu perilaku yang timbul oleh stimulus yang berupa penguatan, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
Perilaku operan belum tentu didahului stimulus dari luar. Dalam penelitiannya Skinner ada pada kondisioning operan. Menurut Skinner perilaku itu merupakan rangkaian dari perilaku- perilaku yang lebih kecil. Misalnya untuk datang ke sekolah tidak terlambat, maka rangakian perilakunya adalah bangun lebih pagi lalu mandi lebih pagi dan seterusnya. Karena itu untuk membentuk perilaku baru, perilaku tersebut perlu dianalisis menjadi perilaku-perilaku yang lebih kecil dan juga dianalisis mengenai reward, yang akhirnya reward hanya akan diberikan pada perilaku yang ingin dibentuk.
11 Misal saat akan membentuk perilaku tidak terlambat sekolah. Anak bangun lebih pagi, diberi hadiah atau reward. Apabila telah terbentuk perilaku bangun pagi, kemudian hadiah diberikan setelah mandi. Apabila mandi lebih pagi telah terbentuk, maka hadiah diberikan pada perilaku berikutnya yang akan dibentuk, kemudian seterusnya hingga pada akhirnya hadiah hanya diberikan apabila perilaku yang ingin dibentuk telah terbentuk. Ini disebut dengan metode Shaping dari Skinner.
12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori humanistik adalah teori yang tujuannya memanusiakan manusia. Ini berarti bahwa perilaku setiap orang ditentukan oleh diri mereka sendiri dan oleh pemahaman mereka tentang lingkungan dan diri mereka sendiri. Pendidikan multikultural ini merupakan suatu proses pembelajaran yang berkesinambungan dan komprehensif menuju suatu pemahaman bahwa keberagaman adalah suatu keniscayaan yang harus diterima dan bersifat mutlak. Jadi setidaknya pendidikan multikulural dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan.
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori konseling lainnya, seperti Gestalt dan Analisis Transaksional. Psikolog humanistik biasanya menahan diri dari menggunakan teknik yang mendorong studi objektif, seperti observasi non-peserta dan eksperimen ilmiah. Wawancara tidak terstruktur memungkinkan terapis untuk mendapatkan akses ke pemikiran dan pengalaman individu tanpa mengarahkan sesi ke topik atau ide tertentu.
Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yang pertama perilaku alami (innate behavior), yang disebut juga sebagai respondent behavior yaitu perilaku yang timbul oleh stimulus yang jelas. Perilaku yang kedua adalah operan (operant behavior), yaitu perilaku yang timbul oleh stimulus yang berupa penguatan, tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwasannya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik saran dan masukan dari para pembaca yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan untuk lebih baiknya makalah kami kedepannya.
13
Daftar Pustaka
https://core.ac.uk/download/pdf/289793069.pdf
https://inferensi.iainsalatiga.ac.id/index.php/inferensi/article/view/1038/709
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/KONSEPPENDIDIKANMULTIKULTUR AL.pdf
https://hestiwahyuningratna.wordpress.com/2016/06/18/psikoterapi-pendekatan-humanistik/
https://lnrdchrst.wordpress.com/2016/04/21/psikoterapi-m3-terapi-humanistik/
https://annisna.blogspot.com/2012/09/perspektif-behavioral.html
https://www.goodtherapy.org/learn-about-therapy/types/humanistic-psychology
http://ayurositanurawaliyah.blogspot.com/2016/06/psikoterapi-terapi-humanistik.html