TUGAS TUTORIAL I
No Soal Skor
1. Teori belajar dapat dikatakan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Anda telah mempelajari dan
memperaktekkan teori belajar Piaget, Bruner, Gagne dan Ausabel. Apa perbedaan yang menyolok antara teori belajar Piaget dengan Bruner tuliskan dan jelaskan !
20
2. Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran. Ada sejumlah pendekatan yang bisa digunakan guru, bedakanlah antara Pendekatan Inquiri dengan
Pendekatan Terpadu !
20
3. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktifitas dan rasa ingin tahu peserta didik. Di dalam pembelajaran IPA banyak metode-metode yang digunakan, salah satu diantaranya adalah metode
eksperimen. Sebagai guru bagaimana Anda mengaplikasikan metode eksperimen IPA SD kelas V
dengan Pokok bahasan: Ekosistem yang Harmonis
20
4. Metode pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan rasa ingin tahu peserta didik. Di dalam
pembelajaran IPA banyak metode-metode yang digunakan.
Bila diberi materi Pelajaran Rangka, Sendi, dan Otot: Aktor Dibalik Bentuk Tubuh Kita", pilihlah 3 metode pembelajaran yang Anda ketahui yang cocok untuk materi tersebut dan Uraikanlah !
20
5. Model pembelajaran dapat digunakan untuk memilih dan menentukan strategi, metode, keterampilan mengajar, dan aktivitas siswa dalam penekanan proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, buatlah suatu diagram model pembelajaran IPA SD dan uraikanlah dengan lengkap!
20
Nama : Fika Tania Wijaya NIM : 857193286
JAWABAN
1. A. Teori Piaget:
Dikembangkan oleh Jean Piaget, teori ini berfokus pada tahap-tahap perkembangan kognitif anak-anak.
Piaget menyatakan bahwa anak-anak melewati serangkaian tahapan perkembangan yang terorganisir secara hierarkis, dari tahap sensorimotor hingga tahap operasional formal.
Teori Piaget menekankan peran aktif anak dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan.
B. Teori Bruner:
Terkait dengan karya Jerome Bruner, teori ini menekankan peran aktif individu dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan interaksi sosial.
Bruner menekankan pentingnya struktur naratif dalam pembelajaran dan konsep "scaffolding"
(tangga) yang melibatkan bantuan guru dan teman sebaya untuk memperluas pemahaman individu.
C. Teori Gagne:
Dikembangkan oleh Robert Gagne, teori ini berfokus pada proses pembelajaran yang terstruktur dan sistematis.
Gagne mengidentifikasi serangkaian kondisi pembelajaran yang perlu dipenuhi untuk
memfasilitasi pembentukan keterampilan dan pengetahuan, termasuk stimulasi, pengorganisasian informasi, dan umpan balik.
D. Teori Ausubel:
Dikembangkan oleh David Ausubel, teori ini menyoroti pentingnya struktur pengetahuan yang ada dalam memfasilitasi pembelajaran baru.
Ausubel menyatakan bahwa pembelajaran yang berarti terjadi ketika materi baru dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognitif individu, melalui konsep "pemetaan konsep" (concept mapping) dan pengorganisasian informasi.
Keempat teori ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana individu belajar, dan sering digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi pengajaran yang efektif dalam konteks pendidikan formal dan informal. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dari teori Piaget dan Burner diatas memiliki perbedaan yaitu :
NO KATEGORI TEORI PIAGET TEORI BURNER
1 Pengembangan & Kesiapan Kognitif
Bersifat Universal (tahap sensorimotor, praoperasional, konkret operasional, dan formal operasional)
Materi harus disajikan dalam cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak
2 Konsep Pembelajaran Mendukung pembelajaran
discovery, di mana anak-anak aktif
Pembelajaran di terima atau disajikan ada saat-saat di
menemukan konsep-konsep baru melalui interaksi langsung dengan lingkungan mereka.
mana konsep-konsep kompleks harus diajarkan secara langsung kepada anak-anak oleh guru, terutama jika konsep tersebut sulit untuk ditemukan melalui eksplorasi sendiri.
3 Kerangka Kerja Pendidikan Konstruktivisme, yaitu proses di mana anak-anak membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi aktif dengan lingkungan mereka.
Konstruktivisme sosial, yang menekankan peran interaksi sosial dan budaya dalam proses pembelajaran 4. Fokus Tahapan Berfokus pada tahap-tahap
perkembangan kognitif, dengan keyakinan bahwa anak-anak melewati tahap-tahap ini dalam urutan yang sama dan pada usia yang relatif serupa.
Menekankan pada struktur naratif dalam pembelajaran, yaitu bagaimana informasi disajikan dan
diorganisasikan agar lebih mudah dipahami oleh anak- anak.
5. Peran Guru Peran guru lebih sebagai fasilitator yang membantu anak-anak dalam mengeksplorasi dan
mengembangkan pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan.
Peran guru sebagai penyampai informasi, pemfasilitasi diskusi, dan pengatur lingkungan pembelajaran sehingga sesuai dengan kemampuan kognitif anak.
2. Perbedaan antara Pendekatan Inquiri dan Pendekatan Terpadu
NO KATEGORI PENDEKATAN INQUIRI PENDEKATAN TERPADU
1. Fokus Pembelajaran Siswa didorong untuk bertanya, menyelidiki, dan mencari jawaban sendiri terhadap pertanyaan- pertanyaan yang mereka ajukan.
Menekankan pada integrasi berbagai mata pelajaran atau topik ke dalam satu unit pembelajaran atau proyek.
2. Tujuan Pembelajaran Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan penyelidikan, dan keingintahuan siswa.
Memperkuat pemahaman holistik siswa tentang berbagai aspek pengetahuan dan memperlihatkan
hubungan antara berbagai mata pelajaran.
3. Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA di SD kelas V dengan pokok bahasan
"Ekosistem yang Harmonis" bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1. Pengenalan Konsep: Memperkenalkan konsep ekosistem yang harmonis kepada siswa. Jelaskan mengenai hubungan antara berbagai komponen dalam ekosistem dan pentingnya keseimbangan dalam menjaga ekosistem tersebut.
2. Penjelasan Prosedur Eksperimen : Jelaskan kepada siswa tentang eksperimen yang akan dilakukan dan tujuan dari eksperimen tersebut.
3. Pengamatan Awal: Siswa mengamati dan mencatat kondisi ekosistem di sekitar sekolah atau lingkungan mereka sebelum melakukan eksperimen.
4. Pelaksanaan Eksperimen: Dorong siswa untuk melaksanakan eksperimen sesuai dengan desain yang telah mereka buat. Pastikan mereka mengikuti prosedur dengan benar dan mencatat hasil observasi dengan teliti.
5.Analisis Hasil: Setelah eksperimen selesai, ajak siswa untuk menganalisis hasil yang mereka peroleh.
Diskusikan bersama tentang perubahan apa yang terjadi pada ekosistem dan apa implikasinya terhadap keseimbangan ekosistem.
3. Sifat Pembelajaran Bersifat lebih eksploratif dan penemuan, dengan siswa memainkan peran aktif dalam proses pembelajaran mereka sendiri
Bersifat lebih terorganisir, dengan guru memimpin integrasi berbagai mata pelajaran dalam satu konteks pembelajaran yang koheren.
4. Keterlibatan Siswa Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mereka memiliki kontrol atas pembelajaran mereka sendiri
Siswa juga tetap terlibat dalam proses pembelajaran, tetapi fokusnya lebih pada pemahaman bagaimana berbagai topik atau konsep saling terkait dalam konteks integrasi mata pelajaran.
5. Peran Guru Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing dalam proses pembelajaran inquiri.
Guru memiliki peran yang lebih proaktif dalam pendekatan terpadu, merencanakan dan
mengorganisir pembelajaran lintas mata pelajaran serta menemukan koneksi antara berbagai topik.
6. Refleksi: Selanjutnya, ajak siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran yang telah mereka lakukan.
Mintalah mereka untuk memikirkan hal-hal yang mereka pelajari selama eksperimen dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
7. Tindak Lanjut : Berikan tindak lanjut berupa penugasan atau aktivitas tambahan yang relevan dengan materi yang telah dipelajari. Hal ini dapat membantu memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep ekosistem yang harmonis.
4.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning):
Uraian: Metode ini melibatkan siswa dalam proyek atau tugas yang menuntut mereka untuk menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari dalam konteks nyata. Misalnya, siswa dapat diminta untuk merancang model rangka manusia, meneliti berbagai jenis sendi, atau membuat presentasi tentang peran otot dalam gerakan tubuh.
Manfaat: Metode ini mendorong siswa untuk menjadi aktif dalam pembelajaran, karena mereka harus terlibat langsung dalam proses mencari informasi, berpikir kritis, dan berkolaborasi dengan teman-teman mereka. Hal ini juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu mereka karena mereka harus menemukan jawaban atas pertanyaan yang mereka miliki selama proses pembelajaran.
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning):
Uraian: Metode ini melibatkan kerja sama antara siswa dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas atau proyek bersama. Misalnya, siswa dapat diberi tugas untuk memecahkan teka-teki atau permainan yang
berkaitan dengan materi "Rangka, Sendi, dan Otot".
Manfaat: Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keterlibatan siswa karena mereka merasa lebih terlibat dalam pembelajaran ketika mereka bekerja sama dengan teman-teman mereka. Hal ini juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu mereka karena mereka dapat saling bertukar informasi dan ide-ide dalam kelompok.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning):
Uraian: Metode ini melibatkan siswa dalam pemecahan masalah nyata yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Misalnya, siswa dapat diberi skenario di mana mereka harus mencari tahu bagaimana cedera pada sendi atau otot dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak.
Manfaat: Pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis karena mereka harus menemukan solusi untuk masalah yang diberikan. Hal ini juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa karena mereka harus mencari tahu informasi yang relevan untuk memecahkan masalah yang diberikan.
5.Model Pembelajaran IPA SD:
Konteks Pembelajaran: Merupakan tahap awal di mana guru memperkenalkan konsep atau topik yang akan dipelajari kepada siswa. Konteks pembelajaran dapat diambil dari pengalaman siswa sehari-hari atau bisa juga melalui pendekatan menarik yang memancing minat siswa.
Tujuan Pembelajaran: Setelah memperkenalkan konteks pembelajaran, guru harus menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas dan terukur. Tujuan ini harus sesuai dengan standar kurikulum dan menggambarkan apa yang diharapkan siswa ketahui, pahami, dan mampu lakukan setelah pembelajaran selesai.
Strategi Pembelajaran: Pada tahap ini, guru memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Strategi pembelajaran bisa berupa ceramah, diskusi, demonstrasi, eksperimen, atau kegiatan praktikum, tergantung pada kompleksitas materi dan kebutuhan siswa.
Metode Pembelajaran: Metode pembelajaran yang dipilih harus menggambarkan bagaimana guru akan mengatur dan menyampaikan materi kepada siswa. Metode ini bisa berupa ceramah, tanya jawab, eksperimen, simulasi, penugasan proyek, atau metode pembelajaran aktif lainnya.
Keterampilan Mengajar: Bagian ini menyoroti keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam
menjalankan proses pembelajaran. Keterampilan ini termasuk kemampuan menjelaskan konsep dengan jelas, memfasilitasi diskusi, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan mengelola kelas dengan efektif.
Aktivitas Siswa: Fokus dari model pembelajaran adalah pada aktivitas siswa. Aktivitas siswa mencakup berbagai kegiatan seperti observasi, eksperimen, diskusi kelompok, penelitian mandiri, presentasi, atau proyek kolaboratif. Aktivitas ini dirancang untuk mengaktifkan siswa secara kognitif dan membantu mereka
membangun pemahaman yang mendalam tentang konsep IPA yang dipelajari.
Evaluasi Pembelajaran: Tahap terakhir adalah evaluasi pembelajaran, di mana guru menilai pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran. Evaluasi dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti tes tertulis, proyek, presentasi, atau observasi langsung. Hasil evaluasi ini akan membantu guru dalam mengevaluasi efektivitas pembelajaran dan membuat penyesuaian jika diperlukan.