TUGAS TUTORIAL I
No Soal Skor
1. Teori belajar dapat dikatakan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Anda telah mempelajari dan
memperaktekkan teori belajar Piaget, Bruner, Gagne dan Ausabel. Apa perbedaan yang menyolok antara teori belajar Piaget dengan Bruner tuliskan dan jelaskan !
20
2. Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan
pengajaran. Ada sejumlah pendekatan yang bisa digunakan guru, bedakanlah antara Pendekatan Inquiri dengan
Pendekatan Terpadu !
20
3. Metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktifitas dan rasa ingin tahu peserta didik. Di dalam pembelajaran IPA banyak metode-metode yang digunakan, salah satu diantaranya adalah metode
eksperimen. Sebagai guru bagaimana Anda mengaplikasikan metode eksperimen IPA SD kelas V
dengan Pokok bahasan: Ekosistem yang Harmonis
20
4. Metode pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan rasa ingin tahu peserta didik. Di dalam
pembelajaran IPA banyak metode-metode yang digunakan.
Bila diberi materi Pelajaran Rangka, Sendi, dan Otot: Aktor Dibalik Bentuk Tubuh Kita", pilihlah 3 metode pembelajaran yang Anda ketahui yang cocok untuk materi tersebut dan Uraikanlah !
20
5. Model pembelajaran dapat digunakan untuk memilih dan menentukan strategi, metode, keterampilan mengajar, dan aktivitas siswa dalam penekanan proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik, buatlah suatu diagram model pembelajaran IPA SD dan uraikanlah dengan lengkap!
20
Jawab !
1. perbedaan yang menyolok antara teori belajar Piaget dengan Bruner yaitu :
Perbedaan yang mencolok antara teori belajar Piaget dan Bruner mencakup beberapa aspek utama:
1. Pendekatan Kognitif vs. Pendekatan Konstruktivis: Piaget dikenal karena pendekatannya yang sangat kognitif terhadap perkembangan anak, di mana ia menekankan tahapan-tahapan perkembangan kognitif yang universal. Di sisi lain, Bruner menekankan pendekatan konstruktivis, di mana ia menyoroti peran aktif individu dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan.
2. Fokus pada Tahapan vs. Fokus pada Konteks: Piaget mengemukakan bahwa anak-anak melewati serangkaian tahapan perkembangan kognitif yang universal, seperti tahap sensorimotor, prapertanian, konkret operasional, dan formal operasional. Sementara itu, Bruner menekankan pentingnya konteks dalam pembelajaran. Menurutnya, pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks individu, bukan hanya berdasarkan pada tahapan-tahapan tertentu.
3. Pemahaman tentang Proses Belajar: Piaget menekankan bahwa anak-anak aktif membangun pengetahuan mereka sendiri melalui proses asimilasi dan akomodasi. Sementara itu, Bruner menyoroti peran penting pengorganisasian informasi oleh individu dan pentingnya struktur bantuan dari pihak luar, yang ia sebut sebagai "scaffolding" atau perancah, dalam proses pembelajaran.
4. Peran Pengajar: Piaget melihat peran pengajar sebagai fasilitator yang membantu anak- anak untuk mengeksplorasi dan menemukan pengetahuan mereka sendiri. Di sisi lain, Bruner menyoroti peran aktif pengajar dalam membantu siswa untuk memahami dan mengorganisasi informasi dengan cara yang efektif.
5. Pembelajaran dari Pengalaman Konkret vs. Pembelajaran dari Representasi Simbolik:
Piaget cenderung menekankan pentingnya pengalaman langsung dengan dunia fisik untuk membangun pengetahuan. Sementara itu, Bruner menekankan pentingnya penggunaan representasi simbolik, seperti bahasa, gambar, atau simbol lainnya, dalam memfasilitasi pembelajaran.
2. Perbedaan pendekatan Inquiri dengan pendekatan terpadu yaitu :
1. Pendekatan Inquiry (Penyelidikan):
 Fokus Utama: Pendekatan Inquiry menempatkan penekanan pada proses penyelidikan, di mana siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan, menyelidiki masalah, dan menemukan jawaban sendiri melalui eksperimen, observasi, dan refleksi.
 Peran Siswa: Siswa memiliki peran yang aktif dalam pembelajaran, mereka terlibat dalam mengajukan pertanyaan, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan mereka sendiri.
 Tujuan: Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan penyelidikan, dan kemampuan berpikir ilmiah pada siswa.
2. Pendekatan Terpadu:
 Fokus Utama: Pendekatan Terpadu mencoba untuk mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu atau subjek ke dalam pembelajaran tunggal atau proyek yang koheren. Ini bertujuan untuk menunjukkan keterkaitan antara topik-topik yang berbeda dan mendorong pemahaman yang lebih holistik.
 Peran Siswa: Siswa tetap memiliki peran aktif, tetapi dalam konteks Pendekatan Terpadu, mereka mungkin terlibat dalam eksplorasi topik atau masalah yang melibatkan beberapa disiplin ilmu sekaligus.
 Tujuan: Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk membantu siswa memahami bagaimana informasi dan konsep dari berbagai disiplin ilmu saling terkait, dan bagaimana mereka dapat diterapkan dalam konteks kehidupan
3. Metode eksperimen adalah cara yang bagus untuk mengajarkan konsep-konsep ilmiah kepada siswa, terutama di tingkat SD. Berikut adalah cara saya akan mengaplikasikan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA kelas V dengan pokok bahasan
"Ekosistem yang Harmonis":
1. Pendahuluan: Saya akan memulai dengan menjelaskan konsep ekosistem yang harmonis kepada siswa. Saya akan membicarakan bagaimana semua makhluk hidup dalam ekosistem saling bergantung satu sama lain dan bagaimana keberagaman spesies memungkinkan ekosistem untuk tetap seimbang.
2. Pemilihan Eksperimen: Saya akan memilih eksperimen yang sederhana tetapi efektif dalam memperlihatkan hubungan antara organisme dalam ekosistem. Misalnya, saya akan menggunakan sebuah model mini ekosistem dalam sebuah botol atau akuarium kecil.
3. Pelaksanaan Eksperimen: Saya akan membagi siswa menjadi kelompok kecil dan memberikan setiap kelompok sebuah mini ekosistem. Siswa akan diminta untuk mengamati komponen ekosistem mereka, seperti tanah, air, tanaman, dan mungkin beberapa organisme kecil seperti cacing tanah atau serangga.
4. Pengamatan dan Pertanyaan: Siswa akan diminta untuk mengamati perubahan yang terjadi dalam mini ekosistem mereka selama beberapa hari atau minggu. Saya akan mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka amati, seperti mengapa air menjadi keruh atau mengapa tanaman tertentu tumbuh lebih baik daripada yang lain.
5. Hipotesis dan Prediksi: Berdasarkan pengamatan mereka, saya akan membimbing siswa untuk merumuskan hipotesis tentang bagaimana hubungan antara organisme dalam ekosistem dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Mereka juga
akan membuat prediksi tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya dalam mini ekosistem mereka.
6. Eksperimen dan Pengamatan Lanjutan: Siswa akan melakukan beberapa percobaan kecil, seperti menambahkan atau mengurangi jumlah air atau makanan untuk organisme dalam mini ekosistem mereka, dan mengamati bagaimana hal itu memengaruhi ekosistem secara keseluruhan.
7. Analisis dan Kesimpulan: Setelah eksperimen selesai, siswa akan menganalisis data mereka dan mengambil kesimpulan tentang bagaimana interaksi antara organisme dalam ekosistem dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem. Saya akan mendorong mereka untuk memikirkan cara-cara untuk menjaga ekosistem tetap seimbang dan harmonis.
8. Refleksi: Akhirnya, saya akan meminta siswa untuk merefleksikan apa yang mereka pelajari dari eksperimen tersebut dan bagaimana konsep-konsep yang mereka pelajari dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga lingkungan tetap seimbang dan harmonis.
Dengan menggunakan metode eksperimen, siswa tidak hanya belajar tentang konsep ilmiah, tetapi juga mengembangkan keterampilan pengamatan, pemecahan masalah, dan pemikiran kritis yang penting dalam ilmu pengetahuan.
4. Untuk materi "Pelajaran Rangka, Sendi, dan Otot: Aktor Dibalik Bentuk Tubuh Kita", berikut adalah tiga metode pembelajaran yang bisa diterapkan:
1. Demonstrasi dan Praktik Langsung: Siswa akan lebih memahami konsep-konsep anatomi tubuh manusia dengan melihat langsung dan berpartisipasi dalam demonstrasi serta praktik langsung. Kita dapat menggunakan model-model anatomi manusia yang mudah dipahami, baik dalam bentuk gambar, replika, atau bahkan peragaan langsung pada tubuh manusia.
Siswa dapat diperlihatkan bagian-bagian tubuh, seperti tulang, sendi, dan otot, serta cara kerjanya melalui gerakan-gerakan sederhana. Setelah itu, siswa bisa diminta untuk melakukan praktik langsung dengan memperagakan gerakan-gerakan tersebut, atau melakukan aktivitas fisik yang melibatkan gerakan otot dan sendi tertentu.
2. Permainan Peran (Role-Playing): Metode ini melibatkan peran aktif siswa dalam situasi- situasi tertentu yang melibatkan rangka, sendi, dan otot.Kita dapat membuat skenario permainan peran yang melibatkan situasi-situasi sehari-hari di mana tubuh manusia terlibat, misalnya, bagaimana tubuh bereaksi saat berjalan, berlari, atau mengangkat beban. Siswa akan memainkan peran berbagai bagian tubuh, seperti tulang, sendi, dan otot, serta memahami peran dan fungsi masing-masing bagian dalam situasi tersebut. Permainan peran ini tidak hanya membuat pembelajaran menjadi lebih interaktif dan menyenangkan, tetapi juga membantu siswa memahami konsep-konsep anatomi tubuh secara lebih mendalam.
3. Pembelajaran Berbasis Proyek: Metode ini melibatkan siswa dalam proyek-proyek pembelajaran yang memerlukan pemecahan masalah dan penerapan konsep-konsep anatomi
tubuh manusia dalam situasi nyata. Misalnya, siswa dapat diminta untuk merancang model tubuh manusia yang lengkap dengan tulang, sendi, dan otot menggunakan bahan-bahan sederhana seperti kertas, lem, dan balok kayu. Mereka juga dapat membuat presentasi atau poster yang menjelaskan fungsi dan interaksi antara bagian-bagian tubuh tersebut.
Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan kolaboratif, sambil mengembangkan keterampilan kritis seperti pemecahan masalah, analisis, dan komunikasi
5. Diagram model pembelajaran IPA SD adalah sebagai berikut :
Metode belajar dalam pembelajaran IPA kelas II.
Aspek : Benda dan sifatnya
Subaspek : Perbedaan benda padat dan sifatnya
1. Metode belajar yang digunakan
Metode yag digunakan adalah metode studi lapangan. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif. Secara teknis pembelajaran dalam metode ini meliputi 3 fase. Fase perencanaan permulaan, fase pengerjaan dan fase kulminasi.
2. Prose pembelajaran
Pada fase perencanaan (1) kita membagi anak menjadi beberapa kelompok, memberi tugas sesui dengan masalah yang akan dibahas dan memberi arahan mengenai sumber/tempat dimana masalah itu harus teliti/ diamati. Tugas / masalah yang mungkin diberikan kepada siswa untuk subaspek diatas diantaranya :
a. Menunjukan beragam jenis benda padat dan benda cair yang ada di sekitar, b. Membedakan ciri benda padat dan benda cair
c. Mengelompokan benda padat dan benda cair beserta contohnya.
Setelah studi lapangan selesai kita harus mengumpulkan hasil pengalaman siswa, mendiskusikannya secara klasikal dan mengevaluasi dengan tes atau Tanya jawab.
3. Evaluasi terhadap metode yang digunakan untuk mengukur metode yang digunakan kita menilai sukses jika :
a. Siswa dapat melakukan prosedur/eksperimen/pengamatan dengan benar,
b. Melalui eksperimen/pengamatan lapangan siswa dapat menunjukan beragam jenis benda padat dan benda cair yang ada disekitar.