• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Eksperimen Berbantuan Media Benda Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Mangunsari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Eksperimen Berbantuan Media Benda Konkret untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri 1 Mangunsari Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Semester 2 Tahun Pe"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 2. 1.1 Pengertian Metode Pembelajaran

Pendidikan diera globalisasi memegang peranan penting dalam

mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut bisa tercapai

bila peserta didik dapat menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya dengan

hasil belajar yang baik. Salah satu faktor yang ada di luar peserta didik adalah

guru profesional yang mampu mengelola pembelajaran dengan metode-metode

yang tepat, yang memberi kemudahan bagi peserta didik untuk mempelajari

materi pelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.

Metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos. kata “meta” dan

hodos”. Meta berarti melalui, sedang hodos berarti jalan. Sehingga, metode berarti jalan yang harus dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu atau prosedur

(Nasution, 1995:2). Menurut para ahli pendidikan, misalnya Kusumah (2009),

mengartikan metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagai upaya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan Winkel, menyebut metode dengan

istilah prosedur didaktik.

Pembelajaran menurut Usman (2000:4), merupakan suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa, atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif, untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses pembelajaran merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang

terdapat dalam pembelajaran, yang satu sama lain saling berhubugan dalam

sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Menurut Sudjana (2005:30), yang

termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode, alat, serta

(2)

Karena suatu metode akan mendatangkan hasil, baik dalam waktu dekat maupun

dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut

dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau

strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2.1.2 Pengertian Metode Pembelajaran Eksperimen

Menurut Roestiyah (2001:80), metode eksperimen adalah suatu cara

mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,

mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil

pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan

teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri

berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan

percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.

Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang

sedang dipelajarinya.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian

pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu

yang dipelajari. Sementara itu, menurut pendapat Schoenherr (1996) yang dikutip

oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk

pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi

belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara

optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam

struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode

mengajar yang sangat efektif dalam menolong siswa-siswi mencari jawaban atas

pertanyaan, karena siswa mengalami atau melakukan sendiri dengan mengikuti

suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis membuktikan dan menarik

(3)

2.1.3 Tujuan Metode Pembelajaran Eksperimen

Menurut Mujiono dan Dimyati (1991:77) pemakaian metode eksperimen

dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan untuk:

a. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari berbagai fakta, informasi, atau

data yang berhasil dikumpulkan melalui pengamatan terhadap proses

eksperimen.

b. Mengajar bagaimana menarik kesimpulan dari fakta yang terdapat pada hasil

eksperimen, melalui eksperimen yang sama.

c. Melatih siswa merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan

percobaan.

d. Melatih siswa menggunakan logika induktif untuk menarik kesimpulan dari

fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan.

2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Eksperimen

Menurut Hamid (2011:212) terdapat kelebihan dan kelemahan dari metode

eksperimen yang digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar. Kelebihan metode

eksperimen yaitu:

a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya akan kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaanya sendiri dari pada hanya menerima kata

dari guru atau buku.

b. Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi

(menjelajahi) ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang

ilmuan.

c. Dengan metode ini, akan terbina manusia yang dapat membawa

terobosan-terobosan baru, dengan penemuan yang didapatinya dari hasil percobaan, yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Sedangkan kelemahan metode eksperimen yaitu:

a. Tidak cukupnya alat-alat atau sarana untuk bereksperimen, sehingga tidak

setiap siswa berkesempatan untuk mengadakan eksperimen.

b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, maka siswa harus

(4)

c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

2.1.5 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Eksperimen

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82)

meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

a. Percobaan awal

Pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan

guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari.

b. Pengamatan

Merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan

untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

c. Hipotesis awal

Siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil

pengamatannya.

d. Verifikasi

Kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah

dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan

merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat

dilaporkan hasilnya.

e. Aplikasi konsep

Setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan

dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah

dipelajari.

f. Evaluasi

Merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep. Penerapan pembelajaran

dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep.

Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara

lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa

memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh,

(5)

2.1.6 Pengertian Media Benda Konkret

Penerapan pembelajaran pada penelitian ini adalah metode eksperimen

berbantuan media benda konkret. Sehingga dalam pembelajaran ini dibutuhkan

media sebagai perantara untuk menjelaskan suatu materi. Terkait dengan

pembelajaran, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan

pendidikan.

Menurut Ibrahim dan Syahodih (1992:3) mengatakan bahwa: “media benda konkret termasuk media atau sumber belajar yang secara spesifik

dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk mempermudah radar belajar yang formal dan direncanakan”. Sedangkan Sumantri dan Permana (1999:202) menyatakan bahwa “media benda konkret merupakan benda yang sebenarnya membantu pengalaman nyata peserta didik dan menarik minat dan semangat belajar siswa”.

Media benda konkret memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

tersebut antara lain dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada

peserta didik, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari

situasi yang nyata, dan dapat melatih keterampilan siswa menggunakan alat indera

(Rusyan, 1993:199).

Selain memiliki kelebihan, media benda konkret juga memiliki kelemahan.

Kelemahan media benda konkret diantaranya, yaitu membawa siswa ke berbagai

tempat di luar sekolah yang terkadang memiliki resiko dalam bentuk kecelakaan

atau sejenisnya, biaya yang diperlukan untuk mengadakan berbagai obyek nyata

tidak sedikit dan memiliki kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya, dan

tidak selalu memberikan gambaran obyek yang seharusnya (Ibrahim dan

Syahodih, 1993:82). Kelemahan-kelemahan yang diuraikan tersebut hendaknya

dapat diatasi dengan cara menggunakan media benda asli yang ada di sekitar

lokasi sekolah yang disesuaikan dengan materi pembelajaran dan dapat dijadikan

(6)

Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa penggunaan media benda

konkret dapat membantu untuk memperjelas materi pembelajaran yang

disampaikan, merangsang peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

sama, dan dapat menarik minat peserta didik untuk belajar. Sehingga dengan

penggunaan media tersebut peserta didik menjadi lebih giat belajar dan

mempunyai pengalaman serta persepsi yang sama tentang konsep yang dipelajari.

2.1.7 Pengertian Belajar

Banyak definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah Skinner

(dalam Barlow, 1985), mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau

penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Adapun Hilgard dan

Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan bahwa

belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu

situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam

situasi itu, dimana perubhan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat

seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya). Sementara itu

Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu (2004), mengartikan belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Dari pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya interaksi dengan lingkungan di

sekitarnya. Jika dikaitkan dengan belajar di sekolah dasar maka belajar merupakan

interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

lingkungan yang ada di sekitar sekolah ataupun dengan lingkungan keluarga.

Disini peran keluarga merupakan peran penting dalam menentukan hasil belajar

siswa karena setelah siswa selesai belajar di sekolah, keluarga berperan dalam

mengawasi anaknya jika pengawasan ini dapat dilakukan secara maksimal maka

(7)

2.1.8 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Sudjana (2005:22) adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Sadiman

(2009), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar

setelah mengalami aktivitas belajar. Bloom dan kawan-kawan tergolong pelopor

yang mengkategorikan jenis perilaku hasil belajar. Penggolongan terdiri dari tiga

ranah, yaitu: (1) ranah kognitif (Bloom dkk) yang mencakup enam jenis atai

tindakan perilaku, (2) ranah afektif (Krathwohl, Bloom dkk) yang mencakup lima

jenis perilaku, dan (3) ranah psikomotorik (Simpson) yang terdiri dari tujuh

perilaku atau kemampuan psikomotorik.

Ranah kognitif menurut Bloom dalam Samino dan Marsudi (2012:49)

adalah segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah

kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk

didalamnya menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan

kemampuan mengevalusi. Berikut ini enam jenis perilaku dalam ranah kognitif

menurut Bloom:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari

dan tersimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal

yang dipelajari.

c. Aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan kriteria tertentu.

Menurut Sudjana (2005:29) ranah afektif adalah ranah yang berkaitan

dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,

minat, motivasi, aktivitas, sikap, emosi, dan nilai. Kratwohl & Bloom dalam

(8)

a. Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan

memeperhatikan hal tersebut.

b. Partisipasi, yang mencakuo kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Penilaian, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan

menentukan sikap.

d. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu sistem nilai

sebagai pedoman dan pegangan hidup.

e. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan

membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

Ranah psikomotor menurut Putra (2013: 287) adalah ranah yang berkaitan

dengan ketrampilan skill atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima

pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor (Simpson) terdiri dari tujuh jenis

perilaku dalam Samino dan Marsudi (2012:52), sebagai berikut:

a. Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan

(mendiskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan

yang khas tersebut.

b. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri Dallam keadaan

dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.

c. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai

contoh, atau gerakan peniruan.

d. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan- gerakan

tanpa contoh.

e. Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau

ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien, dan tepat.

f. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan

perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan pernyataan khusus yang

berlaku.

g. Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru

(9)

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan

beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Arizal, 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Cahaya Dan

Sifat-sifatnya melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri 3

Grabagan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun

Pelajaran 2011/ 2012.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa,

terlihat pada perbandingan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan

siklus II dimana siswa mengalami peningkatan hasil belajar dari kondisi awal/

pra siklus rata-rata nilai sebanyak 60.53 dan 12 siswa yang tuntas belajar

dengan persentase 40% setelah siklus I dilakukan rata-rata nilai menjadi 68.13

dan 18 siswa tuntas belajar dengan persentase 60%, sedangkan setelah

dilakukan siklus II rata-rata nilai menjadi 82.83 dan 28 siswa tuntas belajar

dengan persentase 93.3%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan metode

eksperimen dan alat peraga sifat-sifat cahaya dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dalam materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SD SD Negeri 3

Grabagan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan.

b. Atmaja, 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode

Eksperimen Pada Siswa Kelas V SD Cokrowati Kecamatan Todanan

Kabupaten Blora Semester II Tahun Ajaran 2011/ 2012.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada pra siklus menunjukkan

dari 30 siswa diketahui terdapat 13 siswa yang mencapai KKM 60 dengan

persentase 43% dan 17 siswa belum tuntas dalam belajarnya dengan persentase

57% dan nilai rata-rata 58. Dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran

melalui siklus I menunjukkan dari 30 siswa diketahui terdapat 21 siswa yang

mencapai KKM 60 dengan persentase 70% dan 9 siswa belum tuntas dalam

belajarnya dengan persentase 30% dan nilai rata-rata 65, pada siklus II

(10)

60 dengan persentase 93% dan 2 siswa belum tuntas dalam belajarnya dengan

persentase 7% dan nilai rata-rata 84. Dari data tersebut maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa melalui metode eksperimen penguasaan siswa pada mata

pelajaran IPA pokok bahasan cahaya dan sifat-sifatnya di Kelas V SD

Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora Semester II Tahun Ajaran

2011/ 2012 dapat ditingkatkan.

c. Wirastho, 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan

Sifat-sifat Cahaya Melalui Metode Eksperimen pada Siswa Kelas V SD Negeri

Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran

2011/ 2012.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan

menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri Sumogawe 04

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang tahun Pelajaran 2011/ 2012. Pada

pra siklus siswa yang belum tuntas mencapai sebanyak 11 siswa dengan

persentase 57,89 % dan siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa dengan persentase

42,11 %. Pada pelaksanaan siklus I siswa yang belum tuntas sebanyak 7 siswa

dengan persentase 36,84 % dan siswa yang sudah tuntas sebanyak 12 siswa

dengan persentase 63,16 %. Pada pelaksanaan siklus II jumlah siswa yang

sudah tuntas sebanyak 19 siswa dengan persentase 100 %.

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan metode konseptual bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Faktor tersebut digunakan terhadap hasil belajar anak karena

metode pembelajaran sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen berbantuan alat

peraga sifat-sifat cahaya. Berikut bagan kerangka pikir penerapan metode

eksperimen berbantuan media benda konkret untuk meningkatkan hasil belajar

(11)

Gambar 2.1

Bagan Penerapan Metode Eksperimen Berbantuan Media Benda Konkret

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir diatas maka dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut:

a. Penerapan metode eksperimen berbantuan media benda konkret dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 1 Mangunsari

semester 2 tahun 2014/ 2015.

b. Penerapan metode eksperimen berbantuan media konkret dapat dilakukan

dengan langkah: siswa melakukan percobaan awal, kemudian siswa melakukan

pengamatan, merumuskan hipotesis awal, lalu verifikasi, aplikasi konsep, dan

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Penerapan Metode Eksperimen Berbantuan Media Benda Konkret

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Aliran bit dan rekonstruksi sinyal ucapan menghasilkan sinyal rekonstruksi yang paling buruk pada kondisi kanal AWGN dengan SNR = 10 dB (plot hasil rekonstruksi

Metode kuantitatif yang digunakan diantaranya adalah analisis frekuensi dan deskriptif untuk mengetahui potensi agribisnis perikanan di kawasan pesisir, analisis

Dengan menggunakan akses internet melalui Ponsel maka informasi akan didapatkan dimana saja tidak mengenal waktu dan tempat dan tentunya informasi akan sampai dengan cepat. Untuk

[r]

Masalah yang timbul seperti tidak memilikinya database yang ditujukan untuk kerapihan data, penginputan data yang masih menggunakan manual sehingga pencatatan akan lebih lama.

Kesalahan Leksiko-Semantik Dina Karangan Narasi Siswa Kelas VII- C SMP Laboraturium Percontohan UPI Taun Ajaran 2013-2014.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian lanjutan tersebut juga bermanfaat untuk mengetahui apakah pola ketergantungan untuk semua larutan asam berbentuk sama dengan pola ketergantungan pada larutan