• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Belajar Thorndike, Pavlov, dan Skinner

N/A
N/A
Irdawati

Academic year: 2024

Membagikan "Teori Belajar Thorndike, Pavlov, dan Skinner"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI BELAJAR THORNDIKE, PAVLOP DAN SKINNER 1. Teori Belajar dan Aplikasi belajar Thorndike

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbantuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-

peristiwa yang disebut stimulus (S) dan respon (R).

Teori Thorndike disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.

a. Definisi Teori Belajar Menurut Thordike

Teori belajar Thorndike dikenal dengan “Connectionism” (Slavin, 2000). Hal ini terjadi karena menurut pandangan Thorndike bahwa belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Teori dari Thorndike dikenal pula dengan sebutan “Trial and error” dalam menilai respon-respon yang terdapat bagi stimulus tertentu.

b. Eksperimen – Eksperimen Thorndike

Pada mulanya, model eksperimen Thorndike yaitu dengan mempergunakan kucing sebagai subjek dalam eksperimennya Dengan konstruksi pintu kurungan yang dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu, maka pintu kurungan akan terbuka dan akhirnya kucing dapat keluar dan mancapai makanan ( daging ) yang ditempatkan di luar kurungan sebagai hadiah atau daya penarik bagi kucing yang lapar tersebut. Thordike menafsirkan bahwa “kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara membebaskan diri dari kurungan itu, tetapi dia belajar mencamkan ( mempertahankan ) respon – respon yang benar dan menghilangkan atau meninggalkan respon – respon yang salah.” Eksperimen Thorndike tersebut mempengaruhi pikirannya mengenai belajar pada taraf insansi ( human ).

c. Ciri – Ciri Belajar Menurut Thorndike

Adapun beberapa ciri – ciri belajat menurut Thorndike, antara lain : 1. Ada motif pendorong aktivitas

2. Ada berbagai respon terhadap sesuatu.

3. Ada aliminasi respon - respon yang gagal atau salah

4. Ada kemajuan reaksi – reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.

d. Hukum –Hukum Teori Belajar Thorndike

Thorndike mengemukakan bahwa asosiasi antara stimulus dan respons mengikuti hukum-hukum berikut:

Hukum kesiapan yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh perubahan tingkah laku maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.

Hukum Latihan Yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih(digunakan) maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

Hukum Akibat Yaitu hubungan stimulus respons cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

e. Penerapan Teori Belajar Thorndike

(2)

a. Guru harus tahu apa yang akan diajarkan, materi apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan, kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon. Oleh karena itu tujuan pedidikan harus dirumuskan dengan jelas.

b. Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik. Dan terbagi dalam unit-unit sedemikian rupa sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacaam-macam situasi.

c. Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus bertahap dari yang sederhana sampai yang kompleks.

d. Dalam belajar motivasi tidak begitu penting karena yang terpenting adalah adanya respon yang benar terhadap stimulus.

e. Peserta didik yang telah belajar dengan baik harus diberi hadiah dan bila belum baik harus segera diperbaiki.

f. Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan kehidupan dalam masyarakat.

g. Materi pelajaran harus bermanfaat bagi peserta didik untuk kehidupan anak kelak setelah keluar dari sekolah.

h.Pelajaran yang sulit, yang melebihi kemampuan anak tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.

f. Kelebihan Teori Belajar Thorndike

Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

2. Teori Belajar Pavlov dan Aplikasinya

a. Teori belajar Pavlov (Conditioning theory)

Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

b. Eksperimen – Eksperimen Pavlov

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing, sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah

(3)

saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.

Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.

c. Hukum-hukum belajar Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum

belajar, diantaranya :

1). Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka

refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

2). Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan

reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

d. Aplikasi teori Pavlov

Aplikasi teori Pavlov terhadap pembelajaran siswa yaitu : mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan bagian-bagian, mementingkan peranan reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon, mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya, mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan, hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

e. Kekurangan

Proses pembelajaran sangat tidak menyenangkan bagi siswa karena guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, Perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai belajar yang efektif. Guru tidak

memperhatikan individual-differences.

f. Kelebihan

Cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti : kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk- bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

3.Teori Belajar B.F Skinner dan Aplikasinya

a. Sejarah Munculnya Teori Kondisioning Operan B.F Skinner

Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Kajian Umum Teori B.F Skinner

(4)

Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan).

Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi- asumsi itu adalah sebagai berikut:

1. Belajar itu adalah tingkah laku.

2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.

3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.

4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:

- Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). -

Penguatan negatif, adalah

penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan).

Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf).

c. Prinsip Belajar Teori Belajar Skinner

Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:

- Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.

- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

- Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

- Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

- Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.

- Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya - Dalam pembelajaran, digunakan shaping.

d. Hukum-Hukum Teori Belajar Skinner

Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

b. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

e. Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran.

Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

- Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.

(5)

- Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.

- Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.

- Materi pelajaran digunakan sistem modul.

- Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.

- Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

- Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.

- Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.

- Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.

- Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)

- Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.

- Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.

- Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.

- Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.

- Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

f. Analisis Perilaku Terapan Dalam Pendidikan

Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu

1. Meningkatkan perilaku yang diinginkan.

2. Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping).

3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.

g. Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner Kelebihan

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

Kekurangan

Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar- mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.

Kelemahan Teori Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.

(6)

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar lainnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

(7)

Teori sistem ekologi Bronfenbrenner berpendapat bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh serangkaian sistem lingkungan yang saling berhubungan, mulai dari lingkungan sekitar (misalnya keluarga) hingga struktur masyarakat luas (misalnya budaya).

Sistem-sistem ini mencakup mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem, masing-masing mewakili tingkat pengaruh lingkungan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan perilaku individu.

Poin Penting

Teori sistem ekologi Bronfenbrenner memandang perkembangan anak sebagai sistem hubungan kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai tingkat lingkungan sekitar, mulai dari lingkungan keluarga dan sekolah hingga nilai-nilai budaya, hukum, dan adat istiadat yang luas.

Untuk mempelajari perkembangan anak, kita harus melihat anak dan lingkungan terdekatnya serta interaksi lingkungan yang lebih luas.

Bronfenbrenner membagi lingkungan manusia menjadi lima sistem berbeda:

mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.

Sistem mikro adalah tingkat yang paling berpengaruh dalam teori sistem ekologi. Ini adalah lingkungan yang paling dekat dengan perkembangan anak, seperti keluarga dan sekolah.

Teori sistem ekologi Bronfenbrenner mempunyai implikasi terhadap praktik pendidikan.

Teori Sistem Ekologi Bronfenbrenner – dikembangkan oleh SimplyPsychology

(8)

Lima Sistem EkologiBronfenbrenner (1977) mengemukakan bahwa lingkungan anak merupakan susunan struktur yang bersarang, yang masing-masing terkandung dalam struktur berikutnya. Dia mengaturnya berdasarkan seberapa besar dampaknya terhadap seorang anak. Dia menamai struktur-struktur ini mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem.Karena kelima sistem tersebut saling berkaitan, maka pengaruh suatu sistem terhadap perkembangan anak bergantung pada hubungannya dengan sistem lainnya.

1. Sistem Mikro

Mikrosistem merupakan teori Bronfenbrenner tingkat pertama dan merupakan hal-hal yang bersentuhan langsung dengan anak di lingkungan terdekatnya.

Ini mencakup hubungan dan lingkungan terdekat anak. Misalnya, orang tua, saudara kandung, teman sekelas, guru, dan tetangga seorang anak akan menjadi bagian dari sistem mikro mereka.

Hubungan dalam mikrosistem bersifat dua arah, artinya orang lain dapat mempengaruhi anak di lingkungannya dan mengubah keyakinan serta tindakan orang lain. Interaksi anak dengan orang- orang dan lingkungan tersebut secara langsung berdampak pada perkembangan.

Misalnya, orang tua yang suportif dan suka membacakan buku untuk anak mereka dan memberikan kegiatan pendidikan dapat secara positif mempengaruhi keterampilan kognitif dan bahasa. Atau anak-anak yang mempunyai teman yang menindas mereka di sekolah mungkin mengalami masalah harga diri. Anak bukan hanya penerima pasif namun juga kontributor aktif dalam interaksi dua arah ini.

2. Mesosistem

Mesosistem adalah tempat mikrosistem individu seseorang tidak berfungsi secara independen namun saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Mesosistem melibatkan interaksi antara mikrosistem yang berbeda dalam kehidupan anak. Misalnya, komunikasi terbuka antara orang tua dan guru anak memberikan konsistensi di kedua lingkungan.

Namun, konflik antar mikrosistem ini, seperti orang tua dan guru yang saling menyalahkan atas nilai buruk anak, menimbulkan ketegangan yang berdampak negatif pada anak.

Mesosistem juga dapat melibatkan interaksi antara teman sebaya dan keluarga. Jika teman seorang anak menggunakan narkoba, hal ini dapat memasukkan penggunaan narkoba ke dalam mikrosistem keluarga. Atau jika saudara kandung tidak akur, hal ini dapat berdampak pada hubungan teman sebaya.

(9)

3. Eksosistem

Eksosistem merupakan salah satu komponen teori sistem ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner pada tahun 1970-an.

Ini menggabungkan struktur sosial formal dan informal lainnya. Meski tidak berinteraksi langsung dengan anak, eksosistem tetap mempengaruhi mikrosistem.

Misalnya, pekerjaan dan jadwal kerja orang tua yang penuh tekanan memengaruhi ketersediaan, sumber daya, dan suasana hati mereka di rumah bersama anak mereka. Keputusan dewan sekolah setempat mengenai pendanaan dan program berdampak pada kualitas pendidikan yang diterima anak.

Bahkan pengaruh yang lebih luas seperti kebijakan pemerintah, media massa, dan sumber daya masyarakat membentuk sistem mikro anak.

Misalnya, pemotongan dana seni di sekolah dapat membatasi paparan anak terhadap musik dan pengayaan seni. Atau ikatan perpustakaan dapat meningkatkan sumber daya pendidikan di komunitas anak. Anak tidak berinteraksi secara langsung dengan struktur-struktur ini, namun mereka membentuk sistem mikronya.

4. Makrosistem

Makrosistem berfokus pada bagaimana unsur-unsur budaya mempengaruhi perkembangan anak, yang terdiri dari ideologi budaya, sikap, dan kondisi sosial di mana anak dibenamkan.

Sistem makro berbeda dari ekosistem sebelumnya karena tidak mengacu pada lingkungan spesifik dari satu anak yang sedang berkembang, namun pada masyarakat dan budaya yang sudah mapan di mana anak tersebut berkembang.

Keyakinan tentang peran gender, individualisme, struktur keluarga, dan isu-isu sosial membentuk norma-norma dan nilai-nilai yang meresap ke dalam sistem mikro anak. Misalnya, anak laki-laki yang dibesarkan dalam budaya patriarki mungkin disosialisasikan untuk mengambil peran maskulin yang mendominasi.

Status sosial ekonomi juga memberikan pengaruh pada tingkat makro – anak-anak dari keluarga kaya kemungkinan besar akan memiliki lebih banyak keuntungan pendidikan dibandingkan anak-anak yang dibesarkan dalam kemiskinan.

Bahkan dalam makrosistem yang sama, interpretasi terhadap norma berbeda-beda – tidak semua keluarga dari budaya yang sama memiliki nilai atau norma yang sama.

5. Kronosistem

(10)

Tingkat kelima dan terakhir dari teori sistem ekologi Bronfenbrenner dikenal sebagai kronosistem.

Kronosistem berkaitan dengan pergeseran dan transisi sepanjang masa hidup anak. Perubahan lingkungan ini dapat diprediksi, seperti mulai bersekolah, atau tidak dapat diprediksi, seperti perceraian orang tua atau pindah sekolah saat orang tua pindah kerja, yang dapat menimbulkan stres.

Peristiwa sejarah juga masuk dalam kronosistem, seperti bagaimana tumbuh dewasa pada masa resesi dapat membatasi sumber daya keluarga atau tumbuh pada masa perang versus masa damai juga termasuk dalam sistem ini.

Seiring bertambahnya usia anak dan memasuki lingkungan baru, perubahan fisik dan kognitif berinteraksi dengan perubahan ekspektasi sosial. Misalnya, tantangan masa pubertas dan transisi ke sekolah menengah berdampak pada harga diri dan kinerja akademis.

Penuaan itu sendiri berinteraksi dengan pergeseran ekspektasi sosial sepanjang umur dalam kronosistem.

Bagaimana anak-anak merespons transisi kehidupan yang diharapkan dan tidak terduga bergantung pada dukungan sistem ekologi mereka.

Model Bioekologi

Penting untuk dicatat bahwa Bronfenbrenner (1994) kemudian merevisi teorinya dan menamakannya 'model Bioekologi'.

Bronfenbrenner menjadi lebih peduli dengan proses perkembangan proksimal, yang berarti bentuk interaksi yang bertahan lama dan terus-menerus dalam lingkungan terdekat.

Fokusnya beralih dari pengaruh lingkungan ke proses perkembangan yang dialami individu dari waktu ke waktu.

'…perkembangan terjadi melalui proses interaksi timbal balik yang semakin kompleks antara organisme biopsikologis manusia yang aktif dan berkembang dengan orang-orang, objek, dan simbol-simbol di lingkungan eksternal terdekatnya.' (Bronfenbrenner, 1995).

Bronfenbrenner juga menyarankan bahwa untuk memahami dampak proses-proses proksimal ini terhadap pembangunan, kita harus fokus pada orang, konteks, dan hasil perkembangan, karena proses-proses ini bervariasi dan mempengaruhi orang secara berbeda (Bronfenbrenner & Evans, 2000).

Meskipun teori sistem ekologi awalnya menekankan peran sistem lingkungan, model bioekologi selanjutnya lebih berfokus pada interaksi tingkat mikro.

(11)

Pergeseran bioekologi menyoroti proses timbal balik antara individu yang berevolusi secara aktif dan lingkungan terdekatnya. Hal ini mewakili evolusi pemikiran Bronfenbrenner menuju pandangan proses perkembangan yang lebih dinamis.

Namun, model bioekologi masih mengakui sistem lingkungan yang lebih luas dari teori aslinya sebagai pengaruh kontekstual yang penting pada proses proksimal.

Fokus bioekologi pada interaksi manusia-lingkungan yang berkembang dibangun di atas landasan teori sistem ekologi sambil mengedepankan proses pembangunan.

Aplikasi Kelas

Teori Sistem Ekologi telah digunakan untuk menghubungkan teori psikologis dan pendidikan dengan kurikulum dan praktik pendidikan awal. Anak yang sedang berkembang adalah inti dari teori ini, dan semua yang terjadi di dalam dan di antara lima sistem ekologi dilakukan untuk memberi manfaat bagi anak di kelas.

Menurut teori tersebut, guru dan orang tua harus menjaga komunikasi yang baik satu sama lain dan bekerja sama untuk memberi manfaat bagi anak dan memperkuat pengembangan sistem ekologi dalam praktik pendidikan.

Guru juga harus memahami situasi yang mungkin dialami keluarga siswanya, termasuk faktor sosial dan ekonomi yang merupakan bagian dari berbagai sistem.

Menurut teori, jika orang tua dan guru memiliki hubungan yang baik, maka hal ini akan berdampak positif terhadap perkembangan anak.

Begitu pula anak harus aktif dalam belajar, baik secara akademis maupun sosial. Mereka harus berkolaborasi dengan teman sebayanya dan berpartisipasi dalam pengalaman pembelajaran yang bermakna untuk memungkinkan perkembangan positif (Evans, 2012).

Ada banyak penelitian yang menyelidiki pengaruh lingkungan sekolah terhadap siswa. Di bawah ini beberapa contohnya: Lippard, LA Paro, Rouse, dan Crosby (2017) melakukan penelitian untuk menguji teori Bronfenbrenner. Mereka menyelidiki hubungan guru-anak melalui laporan guru dan observasi kelas. Mereka menemukan bahwa hubungan-hubungan ini secara signifikan berkaitan dengan prestasi akademik anak-anak dan perilaku di kelas, menunjukkan bahwa hubungan-hubungan ini penting bagi perkembangan anak-anak dan mendukung Teori Sistem Ekologi.

Wilson dkk. (2002) menemukan bahwa menciptakan lingkungan sekolah yang positif melalui etos sekolah yang menghargai keberagaman berdampak positif pada hubungan siswa di sekolah. Memasukkan etos sekolah semacam ini akan mempengaruhi sistem ekologi anak yang sedang berkembang.

(12)

Langford dkk. (2014) menemukan bahwa pendekatan seluruh sekolah terhadap kurikulum kesehatan dapat meningkatkan prestasi pendidikan dan kesejahteraan siswa secara positif. Dengan demikian, perkembangan siswa dipengaruhi oleh mikrosistem.

Evaluasi Kritis Kekuatan

Model Bronfenbrenner dengan cepat menjadi sangat menarik dan diterima sebagai kerangka kerja yang berguna bagi para psikolog, sosiolog, dan guru yang mempelajari perkembangan anak.

Teori Sistem Ekologi memberikan pendekatan holistik yang inklusif terhadap semua sistem yang melibatkan anak-anak dan keluarga mereka, yang secara akurat mencerminkan sifat dinamis hubungan keluarga yang sebenarnya (Hayes & O'Toole, 2017).

Paat (2013) mempertimbangkan manfaat teori Bronfenbrenner dalam kaitannya dengan perkembangan anak imigran. Mereka berpendapat bahwa pengalaman anak-anak imigran di berbagai sistem ekologi kemungkinan besar dibentuk oleh perbedaan budaya mereka. Memahami ekologi anak-anak ini dapat membantu memperkuat pemberian layanan pekerjaan sosial bagi anak-anak ini.

Keterbatasan

Keterbatasan Teori Sistem Ekologi adalah terbatasnya penelitian yang meneliti mesosistem, terutama interaksi antara lingkungan sekitar dan keluarga anak (Leventhal & Brooks-Gunn, 2000). Oleh karena itu, sejauh mana sistem ini dapat mempengaruhi perkembangan anak masih belum jelas.

Keterbatasan lain dari teori Bronfenbrenner adalah sulitnya menguji teori tersebut secara empiris. Studi yang menyelidiki sistem ekologi dapat menentukan dampaknya, namun tidak dapat menentukan apakah sistem tersebut secara langsung menyebabkan dampak tersebut.

Lebih jauh lagi, teori ini dapat menimbulkan asumsi bahwa mereka yang tidak memiliki sistem ekologi yang kuat dan positif tidak akan mampu melakukan pembangunan. Meskipun hal ini mungkin benar dalam beberapa kasus, banyak orang masih dapat berkembang menjadi individu yang utuh tanpa pengaruh positif dari sistem ekologi mereka.

Misalnya saja, tidak benar jika dikatakan bahwa semua orang yang tumbuh di daerah miskin di dunia akan mengalami perkembangan yang negatif. Demikian pula, jika guru dan orang tua seorang anak tidak akur, beberapa anak mungkin tidak mengalami dampak negatif apa pun jika hal itu tidak menjadi perhatian mereka.

(13)

Akibatnya, masyarakat perlu menghindari membuat asumsi luas tentang individu yang menggunakan teori ini.

Seberapa Relevan Teori Bronfenbrenner Di Abad 21?

Dunia telah banyak berubah sejak teori ini diperkenalkan, jadi penting untuk mempertimbangkan apakah teori Bronfenbrenner masih relevan hingga saat ini.

Kelly dan Coughlan (2019) menggunakan analisis teori dasar konstruktivis untuk mengembangkan kerangka teoretis bagi pemulihan kesehatan mental remaja dan menemukan bahwa ada banyak kaitan dengan teori sistem ekologi Bronfenbrenner dalam teori terbaru mereka.

Teori mereka menyatakan bahwa komponen pemulihan kesehatan mental tertanam dalam 'konteks ekologis dari hubungan yang berpengaruh,' yang sesuai dengan teori Bronfenbrenner bahwa sistem ekologi anak muda, seperti teman sebaya, keluarga, dan sekolah, semuanya membantu kesehatan mental. perkembangan.

Kita juga harus mempertimbangkan apakah teori Bronfenbrenner cocok dengan kemajuan teknologi maju di abad ke-21. Bisa jadi sistem ekologi tersebut masih berlaku namun dapat berkembang seiring berjalannya waktu hingga mencakup perkembangan modern yang baru.

Eksosistem seorang anak, misalnya, dapat diperluas dengan mempertimbangkan pengaruh media sosial, video game, dan interaksi modern lainnya dalam sistem ekologi.

Teori neo-ekologi

Navarro & Tudge (2022) mengajukan teori neo-ekologi, yang merupakan adaptasi dari teori bioekologi. Di bawah ini adalah gagasan utama mereka untuk memperbarui teori Bronfenbrenner ke era teknologi:

1. Mikrosistem virtual harus ditambahkan sebagai jenis mikrosistem baru untuk memperhitungkan interaksi dan aktivitas online. Mikrosistem virtual memiliki fitur unik dibandingkan dengan mikrosistem fisik, seperti ketersediaan, publisitas, dan asinkronisitas.

2. Makrosistem (keyakinan budaya, nilai-nilai) mempunyai pengaruh penting, karena teknologi digital telah memungkinkan remaja untuk lebih berpartisipasi dalam menciptakan budaya dan norma remaja.

3. Proses proksimal, mesin pembangunan, kini dapat terjadi melalui interaksi kompleks baik dengan manusia maupun objek/simbol secara online. Jadi, proses proksimal dalam mikrosistem virtual perlu diperhatikan.

(14)

Latar Belakang

Urie Bronfenbrenner lahir di Moskow, Rusia, pada tahun 1917 dan mengalami kekacauan di negara asalnya saat masih kecil sebelum berimigrasi ke Amerika Serikat pada usia 6 tahun.

Menyaksikan kesulitan yang dihadapi anak-anak selama kerusuhan dan perubahan sosial yang cepat di Rusia membentuk gagasannya tentang bagaimana faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Bronfenbrenner melanjutkan untuk mendapatkan gelar Ph.D. dalam psikologi perkembangan dari Universitas Michigan pada tahun 1942.

Pada saat itu, sebagian besar penelitian psikologi anak melibatkan eksperimen laboratorium dengan anak-anak berinteraksi sebentar dengan orang asing.

Bronfenbrenner mengkritik pendekatan ini karena kurang validitas ekologisnya dibandingkan dengan lingkungan dunia nyata tempat anak-anak tinggal dan tumbuh. Misalnya, dia mengutip studi “Situasi Aneh” yang dilakukan Mary Ainsworth pada tahun 1970 , yang mengamati bayi dengan pengasuh di laboratorium.

Bronfenbrenner berpendapat bahwa studi laboratorium unilateral ini gagal memperhitungkan pengaruh timbal balik antar variabel atau dampak kekuatan lingkungan yang lebih luas.

Karyanya menantang pandangan umum dengan mengusulkan bahwa berbagai aspek kehidupan anak berinteraksi untuk mempengaruhi perkembangan.

Pada tahun 1970-an, dengan memanfaatkan landasan teori Vygotsky, Bandura, dan lainnya yang mengakui dampak lingkungan, Bronfenbrenner mengemukakan Teori Sistem Ekologi yang inovatif.

Kerangka kerja ini memetakan perkembangan anak-anak di seluruh sistem lingkungan yang berlapis mulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga hingga nilai-nilai budaya yang luas dan konteks sejarah.

Perspektif ekologi Bronfenbrenner mewakili perubahan besar dalam psikologi perkembangan dengan menekankan peran sistem lingkungan dan struktur sosial yang lebih luas dalam pembangunan manusia.

Teori ini memicu pengaruh abadi di banyak bidang, termasuk psikologi, pendidikan, dan kebijakan sosial.

Pertanyaan Yang Sering Diajukan

Apa kontribusi utama teori Bronfenbrenner?

(15)

Teori Sistem Ekologi telah berkontribusi pada pemahaman kita bahwa berbagai tingkatan mempengaruhi perkembangan individu, bukan hanya sifat atau karakteristik individu.

Bronfenbrenner berkontribusi pada pemahaman bahwa hubungan orangtua-anak tidak terjadi dalam ruang hampa namun tertanam dalam struktur yang lebih besar.

Pada akhirnya, teori ini telah memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih holistik tentang perkembangan manusia, dan telah mempengaruhi bidang-bidang seperti psikologi, sosiologi, dan pendidikan.

Apa yang bisa terjadi jika sistem mikro anak rusak?

Jika seorang anak mengalami konflik atau pengabaian dalam keluarganya, atau perundungan atau penolakan dari teman sebayanya, sistem mikronya mungkin rusak. Hal ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti penurunan prestasi akademik, isolasi sosial, dan masalah kesehatan mental.

Selain itu, jika sistem mikro tidak memberikan dukungan dan sumber daya yang diperlukan untuk perkembangan anak, hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka.

Bagaimana Teori Sistem Ekologi menjelaskan tekanan teman sebaya?

Teori sistem ekologi menjelaskan tekanan teman sebaya sebagai akibat dari tingkat mikrosistem (lingkungan terdekat) dan mesosistem (hubungan antar lingkungan).

Teman sebaya memberikan rasa memiliki dan validasi dalam sistem mikro, dan ketika mereka terlibat dalam perilaku tertentu atau menganut keyakinan tertentu, mereka mungkin memberikan tekanan pada anak untuk menyesuaikan diri. Mesosistem juga dapat mempengaruhi tekanan teman sebaya, karena pesan dan harapan yang bertentangan dari lingkungan yang berbeda dapat menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis Pelaziman Klasik Pelaziman Operan Pelapor Utama Pavlov, Watson Thorndike, Skinner Gerak Balas (Tingkah Laku) •Responden •Bukan inisiatif sendiri •Pasif •Operan

Sedangkan implikasi teori belajar Thorndike bagi guru diantaranya adalah mampu memulihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan

Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus – Respon (S-R), yaitu suatu proses yang memberikan respon

Dalam teori belajarnya Skinner mendefinisikan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan prilaku yang telah dicapai dari hasil belajar melalui beberapa penguatan-penguatan

Teori Behavioristik merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon. Teori

Teori koneksionisme yang dipelopori oleh Thorndike, memandang bahwa yang menjadi dasar terjadinya belajar adalah adanya asosiasi antara kesan panca indera (sense of

• Menurut skinner yang terbaik adalah suatu jangkauan dari PL yang di dorong oleh suatu rangkaian faktor faktor yang terorganisasi. • Tetapi teori skinner memberi 6 kriteria untuk

Teori analisis perilaku Skinner menekankan bahwa setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari