• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI PEMBELAJARAN JOHN PIAGET KONTRUKTIVISME DAN KOGNITIF MODEL PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME DAN KOGNITIF

N/A
N/A
irahzuky sukirah

Academic year: 2024

Membagikan "TEORI PEMBELAJARAN JOHN PIAGET KONTRUKTIVISME DAN KOGNITIF MODEL PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME DAN KOGNITIF"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI PEMBELAJARAN JOHN PIAGET KONTRUKTIVISME DAN KOGNITIF

MODEL PEMBELAJARANKONTRUKTIVISME DAN KOGNITIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan Dosen Pengampu : Dr. Ristiana Dyah Purwandari, S.Si., M.Si

Oleh

S U K I R A H 2320110015

MAGISTER PENDIDIKAN DASAR PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

(2)

2023 i

(3)

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 2

D. Tujuan Penelitian ... 2

E. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Deskripsi Teori Pembelajaran Lev Vygostsky ... 8

B. Konsep Teori Pembelajaran Lev Vygotsky ... 6

C. Pengertian Model Pembelajaran ... 13

D. Kriteria Pemilihan Model Pembelajaran ... 19

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 21

B. Saran ... 22 DAFTAR PUSTAKA

ii

(4)

4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Teori belajar konstruktivisme mulai berkembang pada abad 19. Teori tersebut merupakan suatu teori yang lebih mementingkan proses dari pada hasil. Proses pembelajaran tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi lebih banyak melibatkan proses berfikir. Menurut teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetapi melalui proses yang berkesinambungan dan menyeluruh.

Melalui proses yang bermakna maka seorang anak akan tumbuh menjadi seorang individu yang lebih sempurna. Sama juga dalam hal belajar, penanaman proses lebih penting bila dibandingkan dengan penekanan hasil.

Dengan proses yang bermakna maka akan dapat menghasilkan keluaran yang baik.

Diantara para penemu belajar konstruktivisme yaitu Piaget. Beliau adalah seorang psikolog developmental karena penelitiannya mengenai tahap-tahap perkembangan serta perubahan umum yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.

Proses berfikir merupakan aktivitas gradual fungsi intelektual dari konkret ke abstrak. Selain hal tersebut Piaget juga menyelidiki masalah mengenai adaptasi manusia serta perkembangan intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teori-teori dari Piaget yang dapat diterapkan dalam pendidikan.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka maka makalah ini difokuskan pada pembahasan mengenai Teori Pembelajaran Kontruktivisme dan Kognitif John Piaget dan pembahasan mengenai Pengertian Model Pembelajaran serta Kriteria Pemilihan Model Pembelajaran yang sesuai.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya yang akan dibahas adalah:

1. Asumsi –asumsi dasar Piaget

(5)

5

2. Tahap perkembangan Kognitif

3. Implikasi teori Piaget dalam Pendidikan

4. Unsur Penting dalam Lingkungan Pembelajaran Konstruktivis

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian pengembangan ini adalah :

1. Asumsi –asumsi dasar Piaget

2. Tahap perkembangan Kognitif

3. Implikasi teori Piaget dalam Pendidikan

4. Unsur Penting dalam Lingkungan Pembelajaran Konstruktivis

1. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Dapat membantu guru dalam menerapkan teori pembelajaran dan model pembelajaran.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menambah literatur mengenai teori pembelajaran dan model pembelajaran.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Piaget

Jean Piaget adalah filosof, ilmuwan, dan psikolog perkembangan yang terkenal karena hasil penelitiannya mengenai anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Ia dilahirkan pada 9 Agustus 1896 di Neuchâtel di wilayah Swiss yang berbahasa Prancis.

Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad Pertengahan di Universitas Neuchâtel.

Piaget adalah seorang anak yang dewasa lebih awal dalam artian dari sejak kecil ia telah memiliki ketertarikan tinggi pada ilmu pengetahuan. Karirnya dalam penelitian ilmiah bahkan sudah dimulai dari sejak ia baru berusia 11 tahun dengan diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 mengenai burung gereja albino.

Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam Ilmu Alam dari Universitas Neuchâtel, dan ia juga sempat belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama masa ini, ia menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya pada saat itu yang nantinya ia tolak karena dianggap sebagai karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi yang berkembang pada saat itu mulai muncul di periode ini.

Piaget sempat mengajar di sekolah khusus untuk anak-anak yang dikelola oleh Alfred Binet di Grange-aux-Belles, Prancis. Ketika mengajar di sekolah inilah Piaget memperhatikan bahwa anak-anak terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Di sini Piaget mulai menyadari bahwa anak terus- menerus membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak akan dilakukan oleh remaja dan orang dewasa. Observasinya di situlah yang menyebabkan Piaget mengajukan teori bahwa pemikiran atau proses kognitif anak pada dasarnya berbeda dengan remaja dan orang dewasa.

Pada 1929, Jean Piaget menerima jabatan sebagai Direktur Biro Pendidikan Internasional, yang dipegangnya hingga 1968. Selanjutnya, Piaget menjabat sebagai

(7)

profesor psikologi di Universitas Geneva dari 1929 hingga 1980. Pada masa inilah ia menyusun kembali teori perkembangan kognitif dari James Mark Baldwin menjadi empat tahap perkembangan, yakni: masa infancy, pra-sekolah, anak-anak, dan remaja.

Semasa hidupnya, Piaget menerima kurang lebih 12 tanda penghargaan. Sampai saat meninggal Piaget bekerja terus mencari fakta-fakta dan berdasarkan fakta-fakta itu ia secara terus menerus memperdalam pemahamannya. Piaget meninggal pada tahun 1980 (umur 84 tahun) di Kota Jenewa yang tidak jauh dari Neuchatel (kota kelahirannya).

B. LANDASAN TEORI

1. Konsep Teori Konstruktivisme

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (fame, 2004:7).

Belajar bukanlah proses tekonologisasi (robot) bagi siswa, melainkan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan sehingga proses pembelajaran tidak hanya meyampaikan materi yang bersifat normatif (tekstual) tetapi juga harus juga menyampaikan materi yang bersifat kontekstual.

Teori konstruktivisme membawa implikasi dalam pembelajaran yang harus bersifat kolektif atau kelompok. Proses sosial masing-masing siswa harus diwujudkan. C. Asri Budiningsih menyatakan bahwa keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh peran sosial yang ada pada diri siswa. Dalam situasi sosial akan terjadi situasi saling berhubungan, terdapat tata hubungan, tata tingkah laku dan sikap di antara sesama manusia. konsekuensinya, siswa harus memiliki keterampilan untuk menyesuaikan diri (adaptasi) secara tepat (Muchith, 2008: 72).

Dalam kaitannya dengan ini, Bettencourt (1989) mengemukakan bahwa ada tiga penekanan dalam teori belajar kontruktivisme yaitu:

a) Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara makna

b) Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna

(8)

c) Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah :

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan 7. Mencari dan menilai pendapat siswa

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

2. Konsep Teori Kognitif

Teori Kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikologi Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengarus terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam reporesebtasi konsep yang berdasarkan pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaiman seseorang mempersepsi lingkungan dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini di golongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan). Teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.

Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.

Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain :

(9)

1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu.

2. Pentusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks.

3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian.

Adapun karakteristik dari teori kognitif ini adalah : 1. Belajar adalah proses mental bukan behavioral.

2. Siswa aktif sebagai penyadur.

3. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.

4. Instrinsik motivasion, sehingga tidak perlu stimulus.

5. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.

6. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.

Beberapa tokoh dalam aliran kognitif 1. Teori Gestalt dari Wertheimer dkk

Menekankan pada kebermaknaan dan pengertian sehingga tidak menimbulkan abiguitas dalam proses pembelajaran.

2. Teori Schemata Piaget

Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus dibangun di sekitar struktur kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat dari usia serta budaya yang dimiliki oleh siswa.

3. Teori Belajar Sosial Bandura

Bandura mempercayai bahwa model akan mempunyai pengaruh yang paling efektif apabila mereka dianggap atau dilihat sebagai orang yang mempunyai kehormatan, kemampuan, status tinggi, dan juga kekuatan sehingga dalam banyak hal seorang guru bisa menjadi model yang berpengaruh.

4. Pengolahan Informasi Norman

Norman melihat bahwa materi baru akan dipelajari dengan menghubungkannya dengan sesuatu yang sudah diketahuinya, yang dalam teorinya disebut learning by analogy.

Pengajaran yang efektif memerlukan guru yang mengetahui struktur kognitif siswa.

3. Perbedaan Teori Konstruktivisme dan Kognitif

Pada dasarnya perbedaan yang menonjol dari teori konstruktivisme dan kognitif adalah, taori konstruktivisme lebih menekankan pada aspek kemampuan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan melalu pengalaman- pengalaman nyata di lapangan. Sedangkan teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.

Berikut ini akan tabel yang menunjukan perbedaan diantara kedua teori tersebut yang meliputi kelebihan dan kelemahan masing-masing dari kedua teori

(10)

tersebut.

Perbedaan Teori Belajar Konstruktivisme dan Teori Belajar Kognitif Aspek Konstruktivisme Kognitif

Tokoh

Schuman (1996), Merril (1991), Smorsganbord

(1997), Gagne, Bloom, Clark.

Jean Piaget, Lev Vygotski

Dasar Pemikiran

Pengetahuan

dibangun secara aktif.

Proses berpikir dibalik tingkah laku

Kelebihan

Siswa diajak untuk

memahami dan

menafsirkan

kenyataan dan pengalaman yang berbeda, agar mereka

lebih mampu

menyelesaikan

masalah dalam kehidupan nyata.

Contoh : bila siswa dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, maka siswa akan terlatih untuk menerapkannya dakam situasi yang berbeda(baru).

Penerapan teori kognitif bertujuan untuk melatih siswa agar mampu

mengerjakan tugas dengan cara yang sama dan konsisten.

Contoh: Cara belajar siswa berbeda-beda, mereka perlu secara rutin dilatih untuk mencapai cara umum yang tepat.

Kelemahan

Dalam keadaan dimana kesepakatan sangat diutamakan, pemikiran dan tindakan terbuka dapat menimbulkan masalah. Contoh : mengikuti aturan

Siswa belajar suatu cara menyelesaikan tugas, tetapi cara yang dipilih belum tentu baik (sesuai). Contoh:

Siswa belajar cara

(11)

sekolah tidak dapat

ditawar dan

didiskusikan agar peraturannya dibuat

berbeda bagi

sekelompok siswa tertentu. Mungkin hal itu merupakan

gagasan yang

konstruktif tetapi

akan sulit

dilaksanakan.

menulis surat dengan cara yang sama, perlu diperhatikan perbedaan selera dalam menulis surat.

Karena kedua teori belajar tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, maka pemahaman dan penggunaan keduanya secara tepat akan membuat pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa akan lebih efektif.

Kedua teori belajar tersebut saling melengkapi.

C. TEORI PEMBELAJARAN MENURUT PIAGET

Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka. Tokoh yang berperan pada teori ini adalah Jean Piaget dan Vygotsky. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget (pakar psikologi dari Swiss) melihat konstruksi individulah yang utama (konstruktivisme individu). Piaget menjelaskan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.

Ia juga menjelaskan bagaimana tiap individu mengembangkan schema, yaitu suatu sistem organisasi aksi atau pola pikir yang membuat kita secara mental mencerminkan

"berpikir mengenainya". Dua proses diaplikasikan dalam hal ini yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi individu berusaha menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada (schema). Sedangkan akomodasi adalah

(12)

terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.

Seseorang melakukan adaptasi dalam situasi yang makin kompleks ini dengan menggunakan schema yang masih bisa dianggap layak (asimilasi) atau dengan melakukan perubahan dan menambahkan pada schema-nya sesuatu yang baru karena memang diperlukan (akomodasi). Misalnya ada seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.

Piaget memakai istilah “scheme” secar interchangeably dengan istilah struktur.

Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang. Sceme berhubungan dengan : 1. Reflex-refleks pembawaan missal bernafas, makan, minum.

2. Scheme mental misalnya scheme of classification, scheme of operation (pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap dan pola tingkah laku yang dapat diamati).

Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek, yaitu:

1. Struktur, disebut dengan scheme.

2. Isi, disebut dengan content, yaitu pola tingkah laku spesifik ketika individu menghadapi sesuatu masalah.

3. Fungsi, disebut juga function, yang berhubungan dengan cara seorang mencapai kemajuan intelektual.

Fungsi terdiri dari dua macam fungsi invariant yaitu:

1. Organisasi; berupa kecakapan seseorang/organism dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren.

2. Adaptasi: yaitu adaptasi individu terhadap lingkungan yang terdiri dari 2 macam proses yang saling komplementer yaitu asimilasi dan akomodasi.

Hal yang paling mendasar dari penemuan Piaget ini adalah belajar pada siswa tidak harus terjadi hanya karena seorang guru mengajarkan sesuatu padanya, Piaget percaya bahwa belajar terjadi karena siswa memang mengkonstruksi pengetahuan secara aktif darinya, dan ini diperkuat bila siswa mempunyai kontrol dan pilihan tentang hal yang dipelajari. Pengajaran oleh guru yang mengajak siswa untuk bereksplorasi, melakukan manipulasi, baik dalam bentuk fisik atau secara simbolik, bertanya dan mencari jawaban, membandingkan jawaban dari siswa lain akan lebih membantu siswa dalam belajar dan memahami sesuatu.

(13)

1. Asumsi-asumsi dasar Piaget

Piaget memperkenalkan sejumlah ide dan konsep untuk mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan-perubahan dalam pemikiran logis yang diamatinya pada anak-anak dan orang dewasa. Diantaranya:

a. Anak-anak adalah pembelajar yang aktif dan termotivasi.

Anak-anak adalah subjek yang secara alami memiliki ketertarikan terhadap dunia dan secara aktif mencari informasi yang dapat membantu mereka memahami dunia tersebut. Anak akan terus bereksperimen dengan objek-objek yang mereka jumpai, memanipulasinya dan mengamati dampak dari tindakan mereka.

b. Anak-anak mengonstruksi pengetahuan mereka berdasarkan pengalaman.

Anak-anak tidak hanya sekedar mengumpulkan hal-hal yang mereka pelajari menjadi suatu koleksi fakta-fakta yang melekat pada diri mereka. Tetapi mereka juaa menggabungkan penglaman-pengalaman mereka menjadi suatu pandangan terintegrasi mengenai cara kerja dunia di sekitar mereka. Piaget mengemukakan bahwa anak-anak mengonstruksi keyakinan dan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman yang mereka alami.

c. Anak-anak belajar melalui dua proses yang saling melengkapi yaitu asimilasi dan akomodasi.

Piaget mengemukakan bahwa pembelajaran dan perkembangan kognitif terjadi sebagai hasi dua proses yang komplementer yaitu asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi melibatkan respons terhadap obje atau peristiwa sesuai dengan scema (pengetahuan) yang sudah ada. Ada kalanya anak-anak memodifikasi schema yang sudah ada atau mmbentuk rancangan yang benar-benar baru sehingga sesuai dengan objek atau peristiwa baru (akomodasi). Anak akan mendapatkan manfaat pengalaman-pengalaman baru jika mereka mampu menghubungkan pengalaman tersebut dengan pengetahuan dan keyakinan yang mereka miliki.

d. Interaksi anak dengan lingkungan fisik dan social adalah factor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif.

Eksperimen yang dilakukan anak secara aktif terhadap dunia fisik merupakan elemen vital bagi pertumbuhan kognitif. Dengan mengeksplorasi dan memanipulasi objek-objek fisik mereka akan mempelajari karakteristik objek- objek tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang berbasis penemuan (discovery learning) menjadi suatu aspek penting dalam proses belajar mengajar.

e. Proses ekuilibrasi endorong kemajuan ke arah kemampuan berfikir yang makin kompleks.

Piaget mengemukakan anak-anak seringkali berada dalam kondisi ekuilibrium dimana mereka mampu menafsirkan dan merespon peristiwa baru dengan schema

(14)

yang sudah ada.

Seiring tumbuh dan berkembang, kadang mereka menjumpai situasi dimana pengetahuan suatu keterampilan mereka tidak memadai. Situasi ini menimbulkan disekuibilirum yaitu sejenis ketidaknyamanan mental yang mendorong anak berusaha memahami hal-ahal yang sedang mereka observasi. Dengan mengubah atau menngorganisasi objek atau schema yang ada, pada akhirnya mereka mampu memahami peristiwa yang membingungkan itu. Proses dari ekuibilirum ke disekuibilirum kembali ke ekuibilirum ini disebut ekuilibrasi.

f. Sebagai salah satu akibat dari perubahan kematangan otak, anak-anak berfikir dengan cara-cara yang secara kualitatif berbeda pada usia yang berbeda.

Piaget berspekulasi bahwa otak memang berubah secara signifikan dan perubahan tersebut memungkinkan terjadinya proses berfikir yang semakin kompleks.

2. Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol- botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.

Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.

Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.

(15)

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu

a. siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki,

b. pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, c. strategi siswa lebih bernilai, dan

d. siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut:

a. memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri,

b. memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif,

c. memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru,

d. memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa,

e. mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan f. menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Selain itu Slavin menyebutkan strategi-strategi belajar pada teori kontruktivisme adalah top-down processing( siswa belajar dimulai dengan masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan ketrampilan yang dibutuhkan, cooperative learning(strategi yang digunakan untuk proses belajar, agar siswa lebih mudah dalam menghadapi problem yang dihadapi dan generative learning(strategi yang menekankan pada integrasi yang aktif antara materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata.

Tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan;

a. perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan yang sama,

b. tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan

c. gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan

(16)

(equilibration), proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

3. Teori Perkembangan kognitif

Pengertian kognitif secara umum adalah kemampuan atau potensi intelektual sesorang dalam berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Dengan demikian, kognitif berkaitan dengan persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan otak (akal rasional).

Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Di dalamnya tercakup aspek-aspek: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation).

Teori kognitif Jean Piaget

Teori kognitif dari Jean Piaget masih tetap diperbincangkan dan diacu dalam bidang pendidikan. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi kirakira permulaan tahun 1960- an. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya.

Jean Piaget merupakan adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan yang lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 dan meninggal 16 September 1980.

Jean Piaget salah satu perintis besar dalam teori constructivist tentang pengetahuan yang karya-karyanya banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif. Piaget yang menjabat sebagai profesor psikologi di Universitas Geneva dari 1929 hingga 1980 telah menulis lebih dari 60 buah buku dan ratusan artikel.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu:

a. kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan saraf;

b. pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan dunianya;

c. interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social,

d. ekulibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

(17)

Pokok-pokok pikiran Piaget mengenai teori kognitif dan perkembangannya

Tujuan teori Piaget adalah untuk menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis- hipotesis.

Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetik bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah kondisi lingkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya.

Perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi, ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderungan yang fundamental, yaitu kecenderungan untuk : beradaptasi dan organisasi (tindakan penataan) untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut :

a. Skema

Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi.

b. Asimilasi

Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yang ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memproses satu stimulus saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, dengan proses itu individu secara kognitif mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.

(18)

c. Akomodasi

Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan.

Piaget mengidentifikasi emat factor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu:

a. Kematangan

b. Pengalaman fisik/lingkungan c. Transmisi social

d. Ekuibilirum (self regulation)

Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget:

a. Tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia 2 tahun)

Piaget mengemukakan bahwa dalam sebagian besar tahap sensorimotor, anak- anak berfokus pada apa yang mereka lihat dan lakukan saat itu. Skema –skema mereka tersusun berdasarkan perilaku dan persepsi. Ia juga menyatakan bahwa kemampuan berfikir yang sesungguhnya muncul pada usia dua setengah tahun.

Secara spesifik, anak memperolah kemampuan berfikir simbolik (symbolic thought) yaitu kemampuan merepresentasikan dan memikirkan objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam kerangka entitas mental internal atau symbol.

b. Tahap Praoprasional (usia 2 tahun hingga 6 atau 7 tahun)

Pada masa awal tahap praoperasional konkret, keterampilan bahasa anak akan berkembang pesat dan penguasaan kosakata yang meningkat memungkinkan mereka mengekspersikan dan memikirkan beragam objek dan peristiwa. Bahasa juga menjadi dasar bagi bentuk interkasi social yang baru yaitu komunikasi verbal. Anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada ha-hal yang dapat dijumpai atau dilihat di dalam lingkungannya saja. Pada saat mendekati akhir tahap praoperaional, anak mulai menunjukkan tanda-tanda awal pemikiran logis yang menyerupai pemikiran orang dewasa tapi belum selogis orang dewasa tapi anak sudah muali mengenal symbol atau nama.

Dalam hubungan ini, Philips (1969) membagi atas:

1) Concreteness 2) Irreversibility

3) Centering (tampak adanya egocentrisme) 4) States vs transformation dan

(19)

5) Transductive reasoning.

c. Tahap Operasional Konkret (usia 6 atau 7 tahun hingga 11 atau 12 tahun)

Saat anak memasuki tahap oprasional konkret, proses berfikir mereka menjadi terorganisasi ke system proses mental yang lebih besar yang memudahkan mereka berfikir lebih logis aripada sebelumnya. Anak telah dapat menetahui symbol- simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal abstrak. Kecakapan kognitif anak:

1) Combinativity classification 2) Reversibility

3) Associativity 4) Identity 5) Serializing.

Anak mulai kurang egocentrisme-nya dan lebih sosiocentris (anak mulai membentuk peer group).

d. Tahap operasional Formal (usia 11 atau 12 tahun hingga dewasa)

Anak dan remaja yang berada dalam tahap ini dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret.

Mereka juga mengenali kesimpulan yang logis sekalipun kesimpulan tersebut berbeda dari kenyataan di dunia sehari-hari. Anak telah mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentuk-bentuk lebih kompleks. Flanell (1963) memberikan cirri- ciri berikut:

1) Pada pemikiran anak remaja adalah hypothetico-deductive.

Remaja dapat membuat hipotesis-hipotesis dari suatu problema dan membuat keputusan terhadap problema itu secara tepat, tetapi anak kecil belum dapat menyimpulkan apakah hipotesisnya diterima atai ditolak.

2) Periode propositional thinking

Remaja telah dapat memberikan statement atau proposisi berdasar pada data yang konkret. Tetapi kadang-kadangia berhadapan dengan proposisi yang bertentangan dengan fakta.

3) Periode combinatorial thinking

Bila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan masalah, ia telah dapat memisahkan factor-faktor yang menyangkut dirinya dan mengombinasi factor- faktor itu.

4. Implikasi Teori Piaget

Para pendidik memandang bahwa teori Piaget dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan guru di dalam menyusun struktur dan urutan mata pelajaran di dalam kurikulum. Hunt (1964) mempraktekkan di dalam program pendidikan TK yang

(20)

menekankan ada perkembangan sensori motoris dan praoperasional, Poel (1964) di dalam program pendidikan Science dan Adler (1966) di dalam mengajar berhitung.

Yang penting guru harus mengerti alam pikiran anak dan tradisinya dari tingkat-tingkat perkembangan intelektual tersebut, missal diutarakan Korplus (1964) bahwa anak TK akan lain dengan anak lulusan SD. Hubungan antara tingkat perkembangan konseptual dengan bahan pelajaran yangn kompleks menunjukkan bahwa guru harus memperhatikan apa yang harus diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Situasi belajar yang ideal ialah keserasian antara bahan pengajaran yang kompleks dengan tingkat perkembangan konseptual anak.

Salah satu yang penting adalah kematangan anak untuk belajar. Gagne memberikan suatu alternative pemecahannya dengan menunjukkan perbedaan antara kematangan perkembangan dengan keterampilan intelektual yang dipelajari dengan sungguh- sungguh. Kalau anak tidak dapat menyelesaikan suatu tugas, mungkin karena anak itu belum memiliki keterampilan subordinat yang berhubungna dengan tugas itu.

Anak akan dapat mempelajari tugas apa saja kalau ia sudah memiliki keterampilan intelektual yang menjadi pre-reqiusit.

5. Unsur Penting dalam Lingkungan Pembelajaran Konstruktivis

Berdasarkan hasil analisis Akhmad Sudrajat terhadap sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:

a. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa

Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan awal siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri siswa.

b. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna

Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan sumber daya dari kehidupan sehari-hari, dan juga penerapan konsep.

c. Adanya lingkungan sosial yang kondusif,

Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai konteks sosial.

(21)

d. Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri

Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya.

e. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.

Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang “kehidupan” ilmuwan.

(22)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori pembelajaran konstruktivis Jean Piaget mengakui peran penting siswa dalam pembelajaran dan membantu mengembangkan keterampilan kognitif mereka. Dengan memberikan siswa kesempatan untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, teori ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Namun, penting untuk diingat bahwa pendekatan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan mungkin tidak cocok untuk semua siswa. Untuk mengimplementasikan teori ini secara efektif, guru harus memberikan lingkungan pembelajaran yang mendukung interaksi aktif dan refleksi siswa.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

a. Teori konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata

b. Teori kognitif adalah potensi intelektual yang terdiri dari tahapan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa, evaluasi. Kognitif berarti persoalan yang mengangkat kemampuan untuk mengembangkan kemamppuan rasional (akal).

c. Aplikasi kedua teori tersebut lebih menekankan kepada bagaimana siswa itu aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator untuk siswa.

B. Saran

Adapun saran yang disampaikan berkenaan dengan materi yang telah dibahas, yaitu:

1. Bagi Guru

Pentingnya mengetahui Zona Perkemabngan Proximal peserta didik agar guru dalam proses pembelajaran dapat membantu penemuan jawaban

(23)

jika terjadi suatu kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Selain itu pentingnya pemilihan model pembelajaran yang sesuai agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Mengetahui penerapan dari teori pembelajaran dan model pembelajaran yang lain yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Wahab, Rochmad. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. DEPDIKNAS Dalyono. 2009. Psokologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Uno, Hamzah. 2010. Orientasi Baru dalam Psokologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Ormrod, Jeanne. 2008. Edisi Ke 6 Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

Gintings, Abdorrakhman. 2008. Belajar dan Pembelajaran, Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Bandung. Humaniora.

Budiningsih, C. Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta. Rineka Cipta http://dian75.wordpress.com/2010/07/29/teori-behaviorisme-kognitig-dan-

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/07/perbedaan-berbagai-teori-belajar.html http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/02/contoh-makalah-belajar-dan-

pembelajaran.html

http://asnaldi.multiply.com/journal/item/5

http://www.learningandteaching.info/learning/solo.htm

konstruktivisme-serta-implikasi-ketiga-teoti tersebut-dalam-pembelajarana/

http://makalahmajannali.blogspot.com/2012/09/makalah-teori-belajar-kognitif-dan.html http://www.imdiklus.com/2012/11/teori-pendidikan-kognitif-teori-pendidikan-humanisme- teori-pendidikan-behaviorisme-teori-pendidikan-kontruksivisme.html

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kosmiyah (2012), beberapa teori belajar yang relevan dan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: 1) teori belajar humanisme, yaitu proses belajar

Pembelajaran Teori Belajar dan Pembelajaran II dirancang untuk membahas tentang perencanaan pembelajaran, pola pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar, motivasi

Salah satu alternatif strategi pembelajaran yang diduga dapat memperbaiki pembentukan pengetahuan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika

Menurut aliran teori belajar kognitif, belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh individu.. Sehingga

perkembangan berpikir anak dalam proses belajar dan pembelajaran. Hal ini terutama tampak dari cara atau pendekatan berbahasa guru. Sayangnya, dalam banyak hal guru

Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah

kelompok kecil yang berjumlah 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar... Slavin menyebutkan cooperative learning

Manfaat mengetahui teori perkembangan kognitif Piaget bagi guru dalam pembalajaran Bahasa Indonesia adalah untuk membimbing guru dalam memahami kemampuan kognitif anak yang disesuaikan