• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN DAN TEORI NILAI GUNA

N/A
N/A
Nio Hezatama

Academic year: 2024

Membagikan "TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN DAN TEORI NILAI GUNA "

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI TINGKAH LAKU KONSUMEN DAN

TEORI NILAI GUNA

Pengantar Ilmu Ekonomi

(2)

KELOMPOK 2

DAFFA JANUAR ARIEF - 21070123140182

01

NIO NUGRAHA HEZATAMA - 21070123140177

SABIL AHSANU AMALA - 21070123140163

ZALFA NAILA RIHADATUL AISYA - 21070123140159

02 03 04

05

MUHAMMAD ALDI - 21070123140196
(3)

TEORI TINGKAH

LAKU KONSUMEN

Teori tingkah laku konsumen adalah studi yang

mempelajari bagaimana konsumen mencari, memilih,

membeli, menggunakan, dan mengevaluasi suatu

produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan mereka.

(4)

TUJUAN

MEMPELAJARI TEORI TINGKAH

LAKU

KONSUMEN

MEMAHAMI BAGAIMANA KONSUMEN MEMBUAT KEPUTUSAN PEMBELIAN

01

MEMPREDIKSI BAGAIMANA KONSUMEN AKAN BEREAKSI TERHADAP PERUBAHAN HARGA, PRODUK, DAN STRATEGI PEMASARAN

MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN YANG LEBIH EFEKTIF

02

03

(5)

FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAH LAKU KONSUMEN

FAKTOR PRIBADI

1

FAKTOR PSIKOLOGI

FAKTOR SOSIAL

FACTOR BUDAYA

FAKTOR MARKETING STRATEGY

Faktor pribadi meliputi karakteristik individu konsumen, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan gaya hidup.

Faktor psikologis meliputi proses mental dan emosional konsumen, seperti motivasi, persepsi, sikap, dan keyakinan.

Strategi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dapat mempengaruhi perilaku konsumen dengan beberapa variabelnya, yaitu produk, harga, iklan, dan distribusi.

2

3 4

5

Faktor sosial meliputi pengaruh dari keluarga, teman, status sosial yang berhubungan dengan interaksi sosial konsumen.

Faktor budaya meliputi nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, adat istiadat, tradisi, bahasa, agama, dan lain-lain yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat.

(6)

TEORI NILAI GUNA

Teori nilai guna (utility) merupakan teori ekonomi yang mempelajari kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari mengkonsumsikan barang- barang. Jika kepuasan itu semakin tinggi maka semakin tinggi nilai guna. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka nilai guna semakin rendah pula.

Gossen (1854) dalam Hunt (2002) menanggap bahwa tinggi rendahnya nilai suatu barang atau jasa tergantung pada subjek yang menilai barang atau jasa tersebut. Suatu barang atau jasa mempunyai arti apabila barang atau jasa tersebut mempunyai nilai guna (utility) untuk memenuhi kebutuhan bagi konsumen

(7)

PENDEKATAN KARDINAL

PENDEKATAN ORDINAL

Pendekatan kardinal didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan tertentu seperti rupiah, jumlah, unit atau buah dan lain-lain. Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya.

Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa utilitas tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi hanya dapat dibandingkan secara ordinal (lebih disukai, kurang disukai, atau sama disukai). Konsumen akan memilih kombinasi barang dan jasa yang memberikan tingkat kepuasan yang sama.

PENDEKATAN NILAI GUNA

(8)

MARGINAL UTILITY

TOTAL UTILITY

Pertambahan atau pengurangan kepuasan yang diperoleh seseorang sebagai akibat dair pertambahan atau pengurangan mengonsumsi satu unit barang tertentu untuk memenuhi kepuasannya. Marginal Utility bisa disebut sebagai utilitas tambahan konsumsi dari suatu komoditas.

Nilai guna total adalah jumlah seluruh nilai guna (kepuasan) yang diperoleh seseoranag dari mengonsumsi sejumlah barang tertentu

TEORI

NILAI GUNA

(9)

LAW OF DIMINISHING UTILITY

Law of Diminishing Utility (Hukum Gossen 1) disebut juga hukum Nilai Guna Marjinal yang menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah konsumsinya ke atas baranng tersebut dan pada akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif

Semakin banyak barang yang dikonsumsinya makin besar daya guna total (total utility) yang diperoleh. Akan tetapi, laju pertambahan daya guna (marginal utility) yang diperoleh karena mengonsumsi satu kesatuan barang makin lama semakin rendah, bahkan jumlah pertambahannya dapat menjadi nol

(10)

KURVA NILAI GUNA MARJINAL

Kurva nilai guna marginal turun dari kiri atas ke kanan bawah yang mencerminkan hukum nilai guna yang semakin menurun. Kurva nilai guna marginal memotong sumbu datar sesudah jumlah 8 yang menunjukkan nilai guna adalah negatif.

Dirumuskan sebagai berikut :

(11)

KURVA NILAI GUNA TOTAL

Kurva nilai guna total bermula dari titik 0, yang menunjukkan tidak ada konsumsi barang x, selanjutnya akan naik seiring dengan bertambahnya jumlah konsumsi, dan pada akhirnya akan turun apabila konsumsi melebihi 8.

Nilai guna total (total utility) akan tercapai saat MU = 0

Dirumuskan sebagai berikut :

(12)

FAKTOR YANG

MEMENGARUHI NILAI GUNA

Jangka waktu konsumsi barang

Daya ingat konsumsi Kualitas barang

01

02

03

(13)

CONTOH MARGINAL UTILITY

DAN TOTAL UTILITY

(14)

CONTOH MARGINAL UTILITY

DAN TOTAL UTILITY

(15)

CONTOH MARGINAL UTILITY

DAN TOTAL UTILITY

(16)

CONTOH MARGINAL UTILITY

DAN TOTAL UTILITY

(17)

CONTOH MARGINAL UTILITY

DAN TOTAL UTILITY

(18)

CONTOH MARGINAL UTILITY

DAN TOTAL UTILITY

(19)

CONTOH MARGINAL UTILITY

DAN TOTAL UTILITY

(20)

CONTOH MARGINAL UTILITY

DAN TOTAL UTILITY

(21)

SYARAT PEMAKSIMUMAN UTILITAS

Setiap rupiah yang dikeluarkan

untuk membeli unit tambahan dari

berbagai jenis barang akan

memberikan utilitas marjinal yang

sama besarnya.

(22)

SYARAT PEMAKSIMUMAN

UTILITAS

(23)

1.Ketika pProduk B=$2

Kuantitas yg diminta adalah 4

2. Ketika pProduk B=$1

Kuantitas yg diminta 6

UTILITAS MAKSIMUM &

KURVA PERMINTAAN

(24)

UTILITAS

MAKSIMUM &

KURVA

PERMINTAAN

EFEK SUBSTITUSI : KETIKA HARGA YANG LEBIH TINGGI MENYEBABKAN SUBSTITUSI BARANG- BARANG LAIN UNTUK MEMENUHI KEPUASAN.

01

02

EFEK PENDAPATAN : PENINGKATAN HARGA MENURUNKAN PENDAPATAN RIIL DAN MENGURANGI KONSUMSI TERHADAP KOMODITAS YANG DIINGINKAN.
(25)

KONSEKUENSI HUKUM NILAI

MARJINAL

(26)

KONSEKUENSI HUKUM NILAI

MARJINAL

(27)

ANALISIS KURVA KEPUASAN SAMA (INDIFFERENCE CURVE)

Kurva kepuasan sama (Indifference Curve) adalah kurva yang menghubungkan titik-titik kombinasi dari konsumsi (pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.

Indifference curve memperlihatkan semua kombinasi dari pilihan konsumen yang memberikan tingkat kepuasan atau utility yang sama bagi seseorang atau konsumen. Analisis kurva kepuasan sama meliputi penggambaran dua macam kurva yaitu kurva kepuasan sama dan garis anggaran pengeluaran.

(28)

CIRI-CIRI KURVA INDIFERENS

Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di konsumsi).

Cembung ke arah titik origin (titik 0), menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus dikorbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution)

Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.

01

02

03

(29)

TINGKAT PENGGANTIAN MARJINAL

Tingkat penggantian marjinal adalah penggantian yang menggambarkan besarnya pengorbanan atas konsumsi suatu barang untuk menaikkan konsumsi satu barang lainnya dan pada waktu yang sama tetap mempertahankan tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen.

(30)

TINGKAT PENGGANTIAN MARJINAL

(31)

TINGKAT PENGGANTIAN MARJINAL

Pada tabel terlihat bahwa tingkat penggantian marjinal bertambah kecil. Tingkat penggantian marjinal yang semakin kecil ini disebabkan oleh:

Pada waktu konsumen mempunyai barang Y yang jumlahnya relatif lebih banyak dan barang X yang jumlahnya relatif lebih sedikit, diperlukan pengurangan konsumsi yang besar atas barang Y untuk memperoleh satu tambahan barang X.

1.

Semakin sedikit barang X yang telah diperoleh, semakin sedikit pengurangan konsumsi barang Y yang harus dilakukan untuk memperoleh satu barang X.

2.

Akibat dari tingkat penggantian marjinal yang semakin kecil maka kurva kepuasan sama semakin lama semakin kurang kecondongannya atau bentuk kurva kepuasa sama adalah cekung ke titik 0.

(32)

GARIS ANGGARAN

PENGELUARAN (BUDGET LINE)

Garis Anggaran Pengeluaran (Budget Line) adalah konsep yang menggambarkan kombinasi barang yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan tertentu. Garis ini merupakan garis lurus yang menunjukkan berbagai kombinasi dua barang yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang dimilikinya. Dalam konteks teori tingkah laku konsumen, garis anggaran pengeluaran digunakan untuk memahami pilihan konsumen dalam mengalokasikan pendapatannya untuk membeli berbagai barang dan jasa.

(33)

GARIS ANGGARAN

PENGELUARAN (BUDGET LINE)

Gabungan pakaian dan buku yang dapat dibeli konsumen

Contoh:

Uang yang tersedia RP 500.000 Harga Pakaian RP 20.000/unit harga Buku RP 25.000/unit

(34)

GARIS ANGGARAN

PENGELUARAN (BUDGET LINE)

(35)
(36)

CONTOH KASUS

HTTPS://WWW.CNBCINDONESIA.CO M/LIFESTYLE/20230627103652-33-

449592/WARGA-KOREA-SELATAN- MENDADAK-PANIC-BUYING-

GARAM-ADA-APA

(37)

THANK

YOU

Referensi

Dokumen terkait

Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

Jika harga barang X semakin murah, maka dengan daya beli semakin besar, sehingga konsumen dapat menjangkau tingkat kepuasan yang lebih tinggi, dimana konsumsi X bertambah

Kode kehormatan Pramuka yang terdiri atas janji yang disebut Satya dan ketentuan moral yang disebut Darma merupakan satu unsur dari metode kepramukaan dan alat

Saluran ini berisi satu perantara penjualan, seperti pedagang eceran dalam barang-barang konsumsi dan agen dalam barang-barang industri, (c). Saluran dua

Pendekatan kardinal dalam analisis perilaku konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari konsumsi suatu barang atau jasa dapat

Konsumen akan mencapai kepuasan total yang maksimum pada tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain

bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan

Pendekatan ini menyebutkan bahwa tingkat kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang tidak dapat diukur dengan satu satuan tetapi hanya bisa dibandingkan