TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
TERAPI KOGNITIF : “TEBAK BENDA” DI WISMA TALAMAU DAN SINGGALANG PANTI SOSIAL TRESNA WERDA SABAI NAN ALUIH SICINCIN
“Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Profesi Keperawatan Gerontik”
Oleh : Kelompok G2
Sarah Assyifa Candera (2341312061) Rere Jessica (2341312020) Silvi Triana Helmi (2341312044) Aisyah Purnama Sari (2341312042)
Ayyasa Amara (2341312021) Moedis Chintia Ridani (2341312022)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS 2024
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
TERAPI KOGNITIF : “TEBAK BENDA” DI WISMA TALAMAU DAN SINGGALANG PANTI SOSIAL TRESNA WERDA SABAI NAN ALUIH SICINCIN
A. Latar Belakang
Pada usia lanjut dapat terjadi perubahan-perubahan fungsi sistem dari tubuh. Sistem tubuh yang dapat mengalami perubahan ini adalah sistem kognitif (Kurniawati, 2022).
Peningkatan fungsi kognitif pada lansia dapat dilakukan dengan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Terapi aktifitas kelompok adalah suatu jenis terapi aktivitas pada lansia atas kelompok penderita bersama-sama yang diberikan dengan cara bertukar pikiran antar lansia dalam satu kelompok dan kegiatan ini dipimpin oleh terapis. Terapi Aktivitas Kelompok juga merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama dimana terjadi terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptive, sehingga TAK dapat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia (Krisnawati, 2020).
Terapi kognitif sendiri dapat mencegah menurunnya daya ingat seseorang. Terapi kognitif menitikberatkan fokusnya pada tujuan dan masalah dari keadaan saat itu (Meilisa, 2016). Terapi ini melihat individu sebagai seorang pembuat keputusan. Terapi kognitif telah terbukti efektif dalam menangani masalah kecemasan, gangguan mood, gangguan kepribadian, schizophrenia dan substance abuse. Aplikasi terapi kognitif dipakai dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan (Lumintang, C. T & Fidy, R. S., 2023).
Terapi tebak benda dapat digunakan sebagai terapi aktivitas kelompok. Terapi ini termasuk dalam kegiatan stimulasi sensori dengan menstimulasi panca indra dengan menggunakan Blind Guessing Game. Pada kegiatan perabaan, terapis menggunakan kegiatan tebak benda dimana partisipan hanya bisa meraba benda dalam kotak tertutup dimana partisipan tidak tahu nama benda yang dipegangnya. Melalui kegiatan perabaan yaitu tebak benda, lansia diajak untuk bisa mempersepsikan dan menstimulasi otak untuk dapat mensinkronkan antara benda yang dipegang dengan memori sebelumnya akan nama dari benda yang sedang dipegangnya. Hal ini melatih otak lansia untuk aktif kembali
(Sujiono, 2018) sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi tebak benda dapat digunakan sebagai terapi pada lansia.
Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan Aluih Sicincin merupakan salah satu Panti Sosial yang terdapat di Sulawesi Utara. Di panti ini, beberapa lansia mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, namun masih ada lansia yang dapat melakukan aktivitanya secara mandiri. Dalam kesehariannya, lansia menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan oleh panti, namun ada beberapa lansia yang tidak mau ataupun tidak mampu mengikuti kegiatan yang dilaksanakan. Pada kelompok lansia seringkali ditemukan adanya penurunan fungsi tubuh, baik dari segi kognitif, persepsi, sensori dan motorik. Gangguan kognitif pada lansia berupa disorientasi terhadap waktu, tempat dan menjadi pelupa. Selain itu lansia juga mengalami gangguan pada kemampuan dalam memberikan pendapat dan mencari solusi dari permasalahan yang dialami. Gangguan lain yang dapat terjadi adalah gangguan itneraksi dan aktvitas sehari-hari. Oleh sebab itu dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok ini kami ingin melatih kemampuan kognitif dari para lansia dengan terapi kognitif berupa tebak gambar dengan tujuan meningkatkan fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan Aluih Sicincin.
B. Tujuan Umum
Diharapkan lansia dapat melatih kognitif nya setelah melakukan “terapi kognitif : tebak benda”.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif lansia mampu :
a. Meningkatkan fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan Aluih Sicincin
b. Melatih konsentrasi lansia di Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan Aluih Sicincin
D. Materi (terlampir)
E. Metode 1. Ceramah 2. Demonstrasi 3. Diskusi
F. Media
1. Kotak kardus 2. Benda-benda
G. Setting/Tempat
Keterangan :
: Leader : Media
: Co-Leader : Peserta
: Dokumentasi
: Observer
: Fasilitator
H. Pengorganisasian Kelompok
1. Leader : Rere Jessica, S.Kep 2. Co-Leader : Silvi Triana Helmi, S.Kep 3. Observer : Moedis Chintia Ridani, S.Kep
4. Fasilitator : Aisyah Purnamasari, S.Kep & Ayyasa Amara, S.Kep 5. Dokumentasi : Sarah Assyifa Candera, S.Kep
I. Tugas Pelaksanaan 1. Leader
a. Memimpin jalannya TAK b. Menjelaskan peraturan TAK
c. Menjelaskan tata cara pelaksanaan TAK 2. Co Leader
Membantu leader dan mengingatkan leader 3. Fasilitator
Memberi motivasi peserta / audiens agar ikut aktif berpartisipasi 4. Observer
a. Mengamati jalannya acara dari awal sampai akhir b. Menyimpulkan dan melaporkan hasil evaluasi TAK 5. Dokumentasi
Mengambil pengambilan gambar/video selama kegiatan
J. Proses Kegiatan No
. Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta 1. 5 menit Tahap Orientasi
- Pembukaan oleh Leader - Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri, anggota kelompok dan pembimbing - Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjawab salam
- Mendengarkan dan
memperhatikan
- Mendengarkan dan menyepakati - Mendengarkan dan menyepakati
terapi aktivitas kelompok - Menjelaskan kontrak waktu - Menjelaskan peraturan-
peraturan dalam kegiatan 2. 20 menit Tahap Kerja : Pelaksanaan
permainan
- Leader menjelaskan cara bermain pada TAK
- Leader dan co leader mendemonstrasikan cara bermain pada TAK
- Membentuk 2 kelompok - Peserta bergantian dalam
melakukan TAK “tebak benda”
- Peserta kemudian memasukan tangannya kedalam kardus yang berisi benda lalu peserta menebak benda didalamnya
- Mendengarkan dan memperhatikan - Lansia dapat mengikuti kegiatan
tebak benda yang diperagakan - Lansia mengatur barisan sesuai
kelompok
- Lansia menebak benda yang telah disiapkan
3. 5 menit Tahap Evaluasi
- Melakukan evaluasi struktur, proses dan hasil
- Menutup kegiatan
- Mendengarkan dan memperhatikan - Menjawab salam
K. Kriteria Evaluasi TAK 1. Evaluasi Struktur
b. Diharapkan lansia duduk sesuai dengan posisi c. Media dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan d. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan 2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Leader menjelaskan aturan jalannya kegiatan dengan jelas c. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien
d. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat mengawasi jalannnya kegiatan
e. Audiens/ Peserta dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok diharapkan
a. Seluruh lansia diharapkan dapat mengetahui dan memahami tebak benda yang dilaksanakan
b. Seluruh lansia diharapkan kooperatif dan mampu melakukan kegiatan tebak benda yang dilaksanakan
LAMPIRAN
1. Terapi Aktivitas Kelompok 1.1. Pengertian TAK
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif.
1.2. Manfaat TAK
a. Manfaat bagi aspek kognitif
Dengan TAK lansia mampu belajar dan mengembangkan daya pikirnya.
Selain TAK sebagai sarana rekreasi, TAK juga harus memiliki nilai edukasi. Sehingga lansia memiliki kemampuan mengembangkan pengetahuannya.
b. Manfaat bagi aspek fisik
TAK memberikan kesempatan pada lansia untuk melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh yang membuat tubuh lansia sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat. Perkembangan fisik inilah berpengaruh pada perkembangan motorik halus dan motorik kasar yang mana dalam TAK dibutuhkan gerakan dan koordinasi tubuh (tangan, kaki, mata). Selain itu berpengaruh juga pada perkembangan alat indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan) yang memberikan
manfaat bahwa dengan TAK lansia akan lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal disekitarnya.
c. Manfaat bagi aspek sosioemosi
Dalam TAK ada keterlibatan emosi dan kepribadian. Melalui TAK lansia dapat melepaskan ketegangan yang ada dalam dirinya. Lansia dapat menyalurkan perasaan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang membuat lansia lega dan relaks. Dengan TAK lansia diajarkan untuk mempunyai rasa percaya diri, bersikap suportif terhadap sesama, dan melatih kemampuan untuk bisa membangun hubungan yang kompetitif.
1.3. Tujuan dan Fungsi Kelompok
Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif kekuatan kelompok ada pada kontribusi setiap anggotanya. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain.
1.4. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Purwaningsih (2018) terdapat beberapa macam terapi aktivitas kelompok diantaranya :
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/
persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi persepsi dalam uoaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif. Tujuan:
1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
2) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian 3) Meningkatkan kemampuan intelektual
4) Mengemukakan pendapat dan menerika pendapat orang lain b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian di observasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan ucapan kelompok untuk menstimulasi sensori pada Klien yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal. Tujuan :
1) Meningkatkan kemampuan sensori
2) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian 3) Meningkatkan kesegaran jasmani
4) Mengekspresikan perasaan
c. Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas
Klien di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu. Terapi aktivitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi
nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik. Tujuan :
1) Klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensari somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
2) Klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan 3) Pembicaraan Klien sesuai realitas
4) Klien mampu mengenali diri sendiri
5) Klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
d. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
1) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal 2) Memberi tanggapan terhadap orang lain
3) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
4) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
2. Tebak Benda
Terapi tebak benda dapat digunakan sebagai terapi aktivitas kelompok. Terapi ini termasuk dalam kegiatan stimulasi sensori dengan menstimulasi panca indra dengan menggunakan Blind Guessing Game. Pada kegiatan perabaan, terapis menggunakan kegiatan tebak benda dimana partisipan hanya bisa meraba benda
dalam kotak tertutup dimana partisipan tidak tahu nama benda yang dipegangnya.
Melalui kegiatan perabaan yaitu tebak benda, lansia diajak untuk bisa mempersepsikan dan menstimulasi otak untuk dapat mensinkronkan antara benda yang dipegang dengan memori sebelumnya akan nama dari benda yang sedang dipegangnya. Hal ini melatih otak lansia untuk aktif kembali (Sujiono, 2018) sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi tebak benda dapat digunakan sebagai terapi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar, R. F. (2023). Mampukah Latihan Otak Meningkatkan Fungsi Kognitif pada Lansia?
Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Emilia, N. L., Susato, D., Anggreyni, M., & Sarman, J. N. R. (2022). Terapi Bermain Untuk Meningkatkan Kekuatan Motorik dan Kognitif pada Lansia Binaan Stikes Bala Keselamatan Palu di Kota Palu. Idea Pengabdian Masyarakat, 2(3).
Krisnawati, A. (2020). Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Sensori Terhadap Psikososial Lanjut Usia Di Panti Werdha Himo-Himo Kota Ternate Tahun 2019. Jurnal Kesehatan, 13(2).
Kurniawati, U. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Gangguan Neurosensori dengan Masalah Keperawatan Gangguan Memori di UPT Panti Sosial Tresna Werdha Magetan.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO.
Lumintang, C., & Sada, F. (2023). Terapi Aktivitas Kelompok “Tebak Benda” di Balai Penyantunan Sosial Lanjut Usia Terlantar “Senja Cerah” Paniki – Manado. Jurnal Peduli Masyarakat, 5(2), 457-462. https://doi.org/10.37287/jpm.v5i2.1854
Sujiono, Y. N. (2018). Hakikat Pengembangan Kognitif. Universitas Terbuka.