• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI FARMAKOLOGI PADA SISTEM KARDIOVASKULER

N/A
N/A
Clara Tirta

Academic year: 2024

Membagikan "TERAPI FARMAKOLOGI PADA SISTEM KARDIOVASKULER"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI FARMAKOLOGI PADA SISTEM KARDIOVASKULER

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ILMU DASAR KEPERAWATAN

Dosen Pengampu:

Apt. Hamdayani Damanik, S.Farm

Oleh : Kelompok 3

1. Audy Sylvani (2022-01-14201-149) 2. Dinda Elysa Rahmawati (2022-01-14201-156) 3. Grace Oktarie Sabatina (2022-01-14201-163) 4. Lina Agustin (2022-01-14201-170)

5. Randa (2022-01-14201-177)

6. Supriadi (2022-01-14201-184) 7. Yolanda Sarita (2022-01-14201-191)

KELAS 1D

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TAHUN 2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kemudahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang Terapi Farmakologi pada Sistem Kardiovaskular. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II dan untuk menambah wawasan pengetahuan penulis dan pembaca semua.

Banyak kendala yang penulis hadapi dalam rangka penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada :

1. Apt. Hamdayani Damanik, S.Farm selaku dosen mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II yang telah menugaskan pembuatan makalah ini.

2. Seluruh anggota kelompok yang bersedia bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah in masih banyak kekurangan, dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran pembaca sangatlah penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.

Palangka Raya, 17 Juni 2023

Kelompok 3

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR GAMBAR...iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan...4

1.4 Manfaat...4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Sistem Kardiovaskuler...5

2.2 Penyakit pada Sistem Kardiovaskuler...5

2.3 Terapi Farmakologi pada Sistem Kardiovaskuler serta Golongan Obatnya...7

2.4 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler ...10

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...12

3.2 Saran...12

DAFTAR PUSTAKA...13

DAFTAR GAMBAR Gambar 1...5

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Gangguan pada sistem kardiovaskuler dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan menimbulkan dampak serius pada kesehatan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang sistem kardiovaskuler, penyakit yang dapat terjadi, terapi farmakologi yang digunakan, dan peran perawat dalam pemberian obat sangatlah penting.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa itu sistem kardiovaskuler?

2) Apa saja penyakit pada sistem kardiovaskuler?

3) Bagaimana terapi farmakologi pada sistem kardiovaskuler serta golongan obatnya?

4) Apa peran perawat dalam pemberian obat pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler?

1.3 Tujuan

1) Agar mahasiswa mengetahui definisi sistem kardiovaskuler.

2) Agar mahasiswa mengetahui penyakit pada sistem kardiovaskuler.

3) Agar mahasiswa mengetahui terapi farmakologi pada sistem kardiovaskuler serta golangan obat.

4) Untuk mengetahui peran perawat dalam pemberian obat pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler.

(5)

1.4 Manfaat

1) Memberikan mahasiswa pengetahuan baru.

2) Sebagai salah satu penilaian tugas Ilmu Dasar Keperawatan II.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler adalah sebuah sistem tubuh manusia yang berfungsi mengsirkulasikan atau mengedarkan darah dari jantung ke seluruh tubuh, terdiri atas organ jantung, pembuluh darah, darah dan pembuluh limfe (Kuntoadi, 2019).

Sistem kardiovaskuler pada prinsipnya terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Sistem ini berfungsi untuk mengangkut oksigen, nutrisi dan zat-zat lain untuk didistribusikan ke seluruh tubuh serta membawa bahan-bahan akhir hasil metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh (Fikriana, 2018)

(6)

2.2 Penyakit pada Sistem Kardiovaskuler

Penyakit jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga kerja jantung sebagai pemompa darah dan oksigen ke seluruh tubuh terganggu. Terganggunya peredaran oksigen dan darah tersebut dapat disebabkan karena otot jantung yang melemah, adanya celah antara serambi kiri dan serambi kanan yang mengakibatkan darah bersih dan darah kotor tercampur (Anies, 2017).

Penyakit jantung biasanya terjadi karena kerusakan sel otot-otot jantung dalam memompa aliran darah keseluruh tubuh, yang disebabkan kekurangan oksigen yang dibawa darah ke pembuluh darah di jantung atau juga karena terjadi kejang pada otot jantung yang menyebabkan kegagalan organ jantung dalam memompa darah, sehingga menyebabkan kondisi jantung tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik (Wahyudi dan Hartati, 2017). Penyakit jantung dapat terjadi pada siapa saja di segala usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan gaya hidup, selain itu penyakit jantung tidak bisa disembuhkan (Hadi, 2015).

1. Jenis-Jenis Penyakit Jantung

Menurut WHO (2016) ada beberapa jenis penyakit jantung, antara lain adalah:

a. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner adalah kelainan pada pembuluh darah yang menyuplai otot jantung. Kondisi yang menjadikan jantung tidak dapat memompa darah dengan baik merupakan hal yang sangat menakutkan untuk dialami manusia pada umumnya.

Menjalani pemeriksaan rutin merupakan tindakan utama untuk dapat terhindar dari terkena serangan penyakit jantung koroner ini.

b. Penyakit Serebrovaskular

Serebrovaskular (CVD) adalah kelainan pada pembuluh darah yang menyuplai otak yang berupa penyumbatan, terutama arteri otak. Penyakit ini disebabkan oleh adanya gangguan pada pembuluh darah otak, berupa penyumbatan ataupun pecah pembuluh darah otak, dan bukan disebabkan oleh penyakit lain seperti tumor otak, infeksi otak ataupun gangguan saraf perifer.

(7)

c. Penyakit Arteri Perifer

Penyakit arteri perifer adalah sebuah kondisi penyempitan pembuluh darah arteri yang menyebabkan aliran darah ke kaki menjadi tersumbat. Penyempitan ini disebabkan oleh timbunan lemak pada dinding arteri yang berasal dari kolesterol atau zat buangan lain (artheroma). Dalam kondisi ini, kaki tidak menerima aliran darah yang memadai sehingga kaki terasa sakit, terutama saat berjalan (klaudikasio). Kendati demikian, penyakit arteri perifer yang paling ringan sekali pun mengindikasikan adanya masalah pada arteri di bagian lain pada tubuh, khususnya jantung.

d. Penyakit Jantung Rematik

Jantung rematik adalah kerusakan pada otot jantung dan katup jantung dari demam rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. Bagian jantung yang terkena dapat meliputi katup jantung maupun otot jantung. Gejala penyakit ini umumnya terjadi antara 1 hingga 6 bulan setelah bakteri streptokokus menyerang.

e. Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktur jantung yang dialami sejak bayi dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam kandungan. Peyakit jantung bawaan yang paling banyak ditemukan adalah kelainan pada septum bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular septal defect (VSD) dan kelainan pada septum serambi jantung atau lebih dikenal dengan nama Atrial Septal Defect (ASD).

f. Gagal jantung

Gagal jantung adalah kondisi saat otot jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan yang tepat.

2.3 Terapi Farmakologi pada Sistem Kardiovaskuler serta Golongan Obatnya

Terapi farmakologi pada sistem kardiovaskuler merupakan penggunaan obat-obatan untuk mengelola kondisi kardiovaskular yang melibatkan jantung dan pembuluh darah.

Tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki fungsi jantung, mengurangi beban kerja jantung, mengendalikan tekanan darah, dan mencegah komplikasi kardiovaskular. Berikut penggolongan obat kardiovaskuler:

(8)

1. Antihipertensi

Penelitian besar membuktikan bahwa obat-obat antihipertensi utama berasal dari golongan: diuretik, ACE inhibitor, antagonis kalsium, angiotensin receptor blocker (ARB) dan beta blocker (BB). Semua golongan obat antihipertensi di atas direkomendasikan sebagai pengobatan awal hipertensi dan terbukti secara signifikan menurunkan TD. Pengobatan antihipertensi dengan terapi farmakologis dimulai saat seseorang dengan hipertensi tingkat 1 tanpa faktor risiko, belum mencapai target TD yang diinginkan dengan pendekatan nonfarmakologi.

Tujuan utama pengobatan hipertensi adalah untuk mencapai dan mempertahankan target TD. Jika target TD tidak tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan, maka dapat dilakukan peningkatan dosis obat awal atau dengan menambahkan obat kedua dari salah satu kelas (diuretik thiazide, CCB , ACEI , atau ARB ).

2. Antiangina

Angina pektoris ialah sindroma klinis dimana pasien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul pada saat pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitas. Penanganan angina pektoris harus dilakukan dengan segera dan meliputi pemberian obat-obatan dan menghilangkan faktor predisposisi dan pencetus. Sampai sekarang penggunaan obat-obatan masih merupakan cara terpenting dalam penanggulangan angina pektoris. Adapun obat-obatan yang digunakan sebagai anti angina adalah nitrat, β - blocker dan kalsium antagonis.

3. Obat Gagal Jantung

Terapi farmakologis bertujuan untuk mengatasi gejala akibat gagal jantung, contohnya kongesti dan mengurangi respon kompensasi. Salah satu mekanisme respon kompensasi digambarkan dengan model neurohormonal. Adanya aktivasi neurohormonal akibat norepinefrin, angiotensin II, aldosteron, vasopressin, serta beberapa jenis sitokin menimbulkan respon kompensasi yang memperburuk kondisi gagal jantung . Oleh sebab itu, pengobatan pada pasien gagal jantung biasanya memiliki mekanisme kerja yang berkaitan dengan aktivitas neurohormonal.

(9)

Selain untuk mengurangi gejala, terapi farmakologis juga digunakan untuk memperlambat perburukan kondisi jantung dan mengatasi terjadinya kejadian akut akibat respon kompensasi jantung.

Berikut golongan obat yang digunakan pada terapi farmakologis gagal jantung, meliputi: diuretik, ACE-inhibitor (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor Blocker), Beta Blocker, Antagonis Aldosteron, Vasodilator, Glikosida.

4. Antiaritmia

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Terdapat banyak jenis dari aritmia, yang dapat berasal dari atrium atau ventrikel.

Obat–obat yang biasa digunakan untuk pasien yang di diagnosa penyakit aritmia dapat dibagi menjadi 5 golongan obat yaitu yang pertama obat kelas 1 yang dapat lagi dibagi menjadi 3 bagian yaitu kelas 1A yang terdiri dari obat disopiramid, kuinidin, dan prokainamid. Contoh obat kelas 1B adalah lidokain, fenitoin, meksiletin, dan tokainid, dan contoh obat kelas 1C adalah propafenon, flekainid, dan enkainid. Golongan selanjutnya Obat kelas 2 yaitu penyekat beta misalnya propanolol, asebutolol, dan esmolol. Selanjutnya obat kelas 3, contoh obatnya adalah amiodaron, bretilium, sotalol (termasuk kedalam golongan penyekat beta). Berikutnya adalah obat kelas 4, yaitu obat verapamil dan diltiazem . Terakhir obat kelas 5 yaitu adenosin dan digoksin.

Masing-masing jenis obat untuk penanganan aritmia. mempunyai efek samping dan potensi terjadinya interaksi obat jika dikonsumsi bersamaan dengan jenis obat lain yang berbeda. Oleh karena itu perlu diperhatikan penggunaan jenis obat bagi penderita aritmia dengan cara mendeteksi jenis penyakit lain yang diderita selain aritmia.

5. Diuretik

Diuretik adalah jenis obat yang digunakan untuk meningkatkan produksi urine atau mengurangi retensi cairan dalam tubuh. Mekanisme kerjanya adalah dengan meningkatkan

(10)

ekskresi air dan elektrolit tertentu melalui ginjal. Obat diuretik dibagi menjadi dua golongan besar yaitu diuretik osmotik dan penghambat mekanime diuretik tranpor elektrolit dalam tubuli ginjal. Obat yang menghambat transpor elektron di tubuli ginjal adalah penghambat karbonik anhidrase, benzotiadiazid, diuretik hemat kalium dan diuretik kuat (Nafrialdi,2007:389).

6. Antihiperlipidemia

Antihiperlipidemia memiliki peran penting dalam pencegahan primer maupun sekunder penyakit kardiovaskular terutama penyakit jantung koroner dan stroke. Penggunaan golongan obat tersebut di berbagai fasilitas kesehatan cukup tinggi seiring dengan masih tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular.

Berikut ini penjelasan lebih rinci mengenai pengobatan antihiperlipidemia:

1. Statin: Statin adalah kelompok obat yang paling umum digunakan dalam pengobatan antihiperlipidemia. Mereka bekerja dengan menghambat enzim yang terlibat dalam produksi kolesterol di hati, sehingga mengurangi produksi kolesterol dalam tubuh.

Contoh statin termasuk atorvastatin, simvastatin, dan rosuvastatin.

2. Obat pengikat asam empedu: Obat pengikat asam empedu, seperti kolestiramin dan kolestipol, bekerja dengan mengikat asam empedu dalam usus dan mengurangi penyerapan kolesterol oleh tubuh. Hal ini menyebabkan pengurangan kadar kolesterol dalam darah.

3. Inhibitor penyerapan kolesterol: Obat seperti ezetimibe bekerja dengan menghambat penyerapan kolesterol di usus, sehingga mengurangi jumlah kolesterol yang masuk ke dalam aliran darah.

4. Obat golongan fibrat: Fibrat, seperti gemfibrozil dan fenofibrat, bekerja dengan meningkatkan pemecahan trigliserida dan peningkatan kadar kolesterol HDL ("kolesterol baik") dalam darah.

7. Obat Koagulasi Darah

Ada dua jenis pengencer darah yaitu obat antikoagulan dan antiplatelet. Antikoagulan bekerja dengan menghanmbat protein darah untuk memperpanjang waktu yang dibutuhkan dalam membentuk gumpalan darah. Obat antiplatelet mencegah sel darah yang disebut

(11)

trombosit saling menyatu dan membentuk gumpalan. Kedua jenis obat ini efektif untuk mencegah pembentukan gumpalan atau menghentikan pertumbuhan gumpalan.

Salah satu obat yang wajib dikonsumsi bagi pasien dengan penyakit jantung koroner adalah obat golongan antiplatelet, seperti Aspirin, Clopidogrel dan Ticagrelor. Saat ini, obat antiplatelet yang dipakai pada sindroma koroner akut adalah aspirin, P2Y12 inhibitor (clopidogrel dan prasugrel) dan glycoprotein llb/lIIa inhibitors.

2.4 Peran Perawat dalam Pemberian Obat pada Pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler

1. Evaluasi pasien

Perawat bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi awal terhadap pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler sebelum pemberian obat. Mereka akan mengumpulkan informasi tentang riwayat medis, riwayat pengobatan sebelumnya, dan kondisi kesehatan saat ini untuk memastikan bahwa obat yang diresepkan sesuai dengan kebutuhan pasien.

2. Administrasi obat

Perawat memiliki peran utama dalam memberikan obat kepada pasien. Mereka harus memastikan dosis obat yang benar, jadwal pemberian yang tepat, serta metode administrasi yang sesuai (misalnya, melalui mulut, suntikan, atau infus). Perawat juga perlu mengawasi pasien selama pemberian obat untuk memastikan bahwa obat tersebut diterima dan ditoleransi dengan baik.

3. Pendidikan pasien

Perawat bertanggung jawab untuk memberikan edukasi kepada pasien mengenai obat yang akan diberikan, termasuk manfaatnya, dosis yang tepat, efek samping yang mungkin terjadi, dan tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Mereka juga dapat memberikan informasi tentang pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan dan menjawab pertanyaan pasien mengenai obat tersebut.

4. Pengawasan dan pemantauan

(12)

Perawat harus memantau respons pasien terhadap obat yang diberikan. Mereka akan memeriksa tanda-tanda vital, memonitor elektrokardiogram (EKG) jika diperlukan, dan melaporkan perubahan atau efek samping yang mencurigakan kepada dokter yang merawat. Perawat juga dapat melakukan pemantauan laboratorium, seperti pemeriksaan kadar obat dalam darah, untuk memastikan efektivitas terapi.

5. Kolaborasi dengan tim perawatan

Perawat bekerja sama dengan dokter dan tim perawatan lainnya, seperti farmasis, ahli gizi, dan terapis fisik, untuk memastikan bahwa pengobatan yang diberikan konsisten dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Mereka akan berkomunikasi secara rutin dengan anggota tim perawatan lainnya untuk memperbaharui informasi dan membahas perubahan dalam rencana perawatan.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem kardiovaskuler adalah sistem tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab untuk mendistribusikan oksigen, nutrisi, dan zat-zat lain ke dalam tubuh dan mengatur metabolisme. Penyakit jantung adalah suatu kondisi di mana tubuh tidak dapat berfungsi

(13)

dengan baik karena kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya oksigen di dalam tubuh atau oleh adanya oksigen di dalam tubuh.

Farmakologi kardiovaskuler adalah obat-obatan yang mengelola kondisi kardiovaskular, tujuannya agar memperbaiki jantung, mengurangi beban jantung, mengendalikan tekanan, dan komplikasi kardiovaskular. Peranan perawat dalam pemberian obat pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler yaitu sebagai evaluasi pasien, administrasi obat, pendidik bagi pasien, pengawas dan pemantau serta perawat juga berkolaborasi dengan tim perawat lain agar memastikan perawatan yang diberikan konsisten dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

3.2 Saran

Berdasarkan materi di atas, terdapat beberapa saran yang dapat diambil untuk meningkatkan pemahaman dan peran perawat dalam pengelolaan pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler:

1. Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Diperlukan upaya yang lebih besar dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan sistem kardiovaskuler.

Pendidikan tentang faktor risiko, tanda dan gejala penyakit kardiovaskuler, serta pentingnya pengobatan yang tepat dapat membantu masyarakat mengambil langkah- langkah pencegahan yang lebih baik.

2. Pelatihan dan Pengetahuan Perawat

Perawat merupakan salah satu anggota tim perawatan yang berperan penting dalam pengelolaan pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Diperlukan peningkatan pelatihan dan pengetahuan perawat mengenai terapi farmakologi yang digunakan, pemantauan efek samping obat, dan tindakan penanganan darurat jika terjadi kegawatdaruratan kardiovaskuler. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas perawatan dan keselamatan pasien.

3. Kolaborasi antara Tim Perawatan

Kolaborasi yang baik antara perawat, dokter, apoteker, dan tenaga medis lainnya sangat penting dalam pengelolaan pasien dengan gangguan sistem

(14)

kardiovaskuler. Pertukaran informasi yang efektif dan pemantauan yang terkoordinasi antarprofesional akan memastikan pemberian obat yang tepat, penghindaran interaksi obat yang berbahaya, serta pemantauan efek samping yang mungkin timbul.

4. Pemantauan Pasien dan Kepatuhan Obat

Perawat memiliki peran penting dalam pemantauan pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Mereka harus melaksanakan tugas pemantauan secara teratur untuk memastikan respons pasien terhadap terapi farmakologi yang diberikan. Selain itu, perawat juga harus memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya kepatuhan dalam mengonsumsi obat sesuai dengan jadwal dan dosis yang ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Amrilla dan Suryawan. 2012. Media Kardiovaskuler.

https://repository.unair.ac.id/112469/1/Evolving%20Antiplatelet%20Treatment.pdf diakses 17 Juni 2023

Anies. 2017. Kolesterol dan Penyakit Jantung Coroner. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDDIA.

(15)

Fadiah, Yasintha. 2017. Studi Penggunaan (Isdn) Pada Pasien Jantung Koroner (Penelitian Dilakukan Di Rsud Sidoarjo) Isosorbide Dinitrate. Undergraduate (S1) Thesis, University Of Muhammadiyah Malang.

Farmakope Indonesia. (Edisi V). 2014. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fikriana, Riza. 2018. Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta: Deepublish.

Nafrialdi. 2007. Antihipertensi. In: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, editor.

Farmakologi dan terapi (Edisi Kelima). Jakarta: Gaya baru,p.342.

Nurkhalis dan Rangga Juliar Adista. 2020. Manifestasi Klinis dan Tatalaksana Gagal Jantung. file:///C:/Users/User/Downloads/106-Article%20Text-406-1-10- 20210505%20(2).pdf, diakses 17 Juni 2023

Panduan Penatalaksanaan Dislipidemia. 2017. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Panduan Pengobatan Terkini Hipertensi dan Kardiovaskular. 2015. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2017. Pedoman tatalaksana dislipidemia di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Rendayu, I., & Sukohar, A. 2018. Pemilihan Jenis Obat Antiaritmia yang Tepat untuk Penyembuhan Pasien Aritmia. Jurnal Majority, 7(3), 249-254.

WHO. 2016.World Health Organization: retrieved from Cardiovascular desease (CVDs).

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/. Diakses 15 Juni 2023

Referensi

Dokumen terkait

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di depan Tim penguji Karta Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.D Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler

Diperolehnya bahan masukan dalam bentuk data bagi puskesmas untuk menambah pengetahuan tenaga kesehatan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER : CHF ( Congestive Heart Failure ) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI. ( Dini Ika Susanti, 2014,

kotak obat per jadwal pemberian. 7) Kereta obat diisi dengan obat-obat yang akan diberikan. 8) Farmasis mengecek kereta tersebut.. 9) Obat diberikan pada pasien oleh perawat dan

Kesimpulan: Pasien langsung diberikan obat triheksifenidil tanpa pemeriksaan EPS terlebih dulu dan tidak dilakukan evaluasi ulang tiap tiga bulan, sehingga pemberian

Berarti pemberian obat melalui saluran gastrointestinal (GI), Kerugian dari pemberian melalui jalur ini adalah absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak

 Phenyleprin  Interaksi obat-obat : tidak ada interaksi yang berbahaya dengan obat lain yang digunakan  Interaksi obat- makanan dan minuman : Kafein : Pemberian dua atau lebih

Tanggung jawab perawat terhadap obat Sebelum memberikan obat ke pasien, perawat harus mengetahui secara pasti tentang : 1.Nama obat 2.Golongan obat / kelas farmakoterapi 3.Efek yg