• Tidak ada hasil yang ditemukan

terjemahan al-qur'an dalam bahasa sasak skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "terjemahan al-qur'an dalam bahasa sasak skripsi"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Terjemahan Al-Quran Bahasa Sasak”. Ah., selaku ketua jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga. Ah, selaku takmir Masjid Sunan Kalijaga yang mengupayakan dan mengizinkan meminjam Al-Quran terjemahan bahasa Sasak yang penulis teliti dalam skripsi ini.

Sahabat UKM JQH ​​​​​​AL-MIZAN yang telah memberikan banyak pengalaman dalam mengajar seni mengaji. Sahabat Al-Qur'an dan Ilmu Tafsir yang telah bersedia menjadi sahabat dan keluarga bagi penulis selama menempuh studi di kampus. Salah satu terjemahan Al-Qur'an di Indonesia dalam bahasa daerah adalah terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Sasak.

Anggota penerjemah Al-Qur'an berjumlah delapan orang, mereka merupakan akademisi dari suku asli Sasak.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Majalah Egi Sukma Baehaqi, “Terjemahan Alquran: Proses Penerjemahan Alquran di Indonesia”. Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut serta dalam penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa resminya. Dalam proses penerjemahan, masih ada umat Islam Indonesia yang masih bingung membedakan tafsir dan terjemahan Al-Qur'an.

7 Majalah Egi Sukma Baehaqi, “Penerjemahan Al-Qur’an: Proses Penerjemahan Al-Qur’an di Indonesia.” 9 Pada dasarnya penerjemahan Al-Qur’an terbagi menjadi dua kategori, yaitu Harfiyeh (Letterlek) dan Tafsiriyeh. Tim penerjemah Al-Quran bahasa Sasak merupakan akademisi dari suku Sasak, namun tidak ada karya yang sempurna.

Saat menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa Sasak, terdapat sejumlah kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Nampaknya sangat sulit untuk menemukan cetakan Al-Quran dan terjemahan bahasa Sasak dari berbagai sumber. Penulis mencoba mencari tahu ke pengurus masjid UIN, ternyata masih ada koleksi Al-Quran terjemahan bahasa Sasak yang dipajang.

Dalam kata pengantarnya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Bacaan dan Khazanah Keagamaan mengatakan, penerjemahan Al-Quran ke bahasa daerah memiliki sejumlah alasan. Pengerjaan Al-Quran dan Penerjemahan Bahasa Sasak dilakukan oleh tim ahli berjumlah 8 orang yang merupakan guru (Dosen) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram. Menurut berbagai sumber informasi, Al-Quran terjemahan bahasa Sasak mengacu pada Al-Quran terjemahan bahasa Indonesia Kementerian Agama.

Menurut penulis, terjemahan Al-Quran ini hanya sekedar transfer bahasa yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa Sasak. 25 Arini Royyani, “Al-Qur'an Diterjemahkan ke Bahasa Madura”, skripsi dari Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.

Rumusan Masalah

Living Qur'an adalah bagaimana masyarakat mempersepsi/menerapkan ayat-ayat Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai dasar pemahaman Al-Qur'an dalam bahasa daerah. Secara lebih luas, penulis ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa Al-Qur’an terjemahan dapat dipahami sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, karena masih banyak masyarakat di luar sana yang kesulitan untuk menerjemahkannya terlebih dahulu ke dalam bahasanya. . bahasa sendiri untuk memahami makna isi Al-Qur'an. Singkatnya, penulis ingin mengingatkan dirinya dan masyarakat Sasak untuk lebih semangat lagi dalam menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasanya, karena hal ini tidak hanya baik bagi yang ada saat ini, namun juga bagi generasi mendatang atau keturunan bangsa. . dan agama.

Tinjauan Pustaka

Tesis pertama yang penulis temukan adalah karya Arini Royyani26 yang berjudul “Al-Quran diterjemahkan ke dalam bahasa Madura”. Dalam tesisnya, Arini Royyani mengatakan, banyak masyarakat Madura yang belum paham dan kurang paham. Berangkat dari fenomena perbedaan dialek yang terjadi di wilayah Madura, ia juga mengatakan bahwa para intelektual di Madura yang tergabung dalam lembaga bernama LP2Q yang berkedudukan di Pendopo Pemekasan tergerak untuk mewujudkan keinginan masyarakat Muslim Madura agar dapat terpenuhi. membaca dan memahami Al-Quran dalam bahasa aslinya.

Oleh karena itu, Al-Qur'an terjemahan bahasa Madura telah disiapkan dan dipresentasikan pertama kali pada tanggal 30 Juni 2012 di Aula Panglegur Pamekasan Madura, dengan terjemahan selesai dalam 3 juz. Ia juga mengatakan, penerjemahan Al-Quran ke bahasa Madura dapat menambah khazanah Al-Qur'an dan terjemahannya ke bahasa daerah. Menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Madura, bukanlah hal yang mudah bagi para penerjemah, karena bahasa Madura sedang mengalami pengikisan keasliannya dan juga tingkat kebahasaan dan komunikasi dalam bahasa Madura sedikit banyak mempengaruhi penerjemahannya.

Karya selanjutnya adalah buku Newmark yang berjudul A Textbook of Translation, buku ini sangat membantu penulis dalam menemukan metode dan teori penerjemahan, meskipun buku ini dalam bahasa Inggris penulis. Berikut Jurnal Suhuf yang berjudul: “Resensi Buku; Al-Qur'an dan Terjemahan Bahasa Sasaknya, Catatan Berbeda”, diedit oleh Tawalinuddin Haris, sangat membantu penelitian penulis karena mencakup banyak tema yang dibahas. penulis mengangkat, dimulai dari ragam dan tingkatan dialek Sasak. digunakan di daerah Lombok. Disertasi Akram juga diterjemahkan ke dalam bahasa daerah dengan judul “Tafsir Al-Qur’an Bahasa Bugis; Kajian Tafsir Naskah Surah Al-Fatihah Karya Muhammad Abduh Pa’bajah”.

Dan salah satu alasan beliau menulis dalam bahasa Bugis adalah agar masyarakat Bugis memahami isi Al-Quran, apalagi karena menggunakan bahasa tersebut dalam percakapan sehari-hari. Risalah lain yang membahas tentang penerjemahan Al-Quran ke bahasa daerah adalah karya M Pudail29 dalam risalahnya yang berjudul. Karya selanjutnya adalah buku Ibnu Burdah yang berjudul “Menjadi Penerjemah; Metode dan Wawasan dalam Penerjemahan Teks Arab”, buku ini sangat membantu penulis dalam menemukan metode teori penerjemahan.

Kerangka teori

Menurutnya, bahasa Mandar dalam perkembangan dan perkembangannya sangat lambat bahkan bisa dikatakan bahasa Mandar bisa mati karena ditinggalkan oleh penuturnya. Hal ini ditegaskan berdasarkan hasil penelitian “Kedudukan dan Fungsi Bahasa Mandar” yang dilakukan di Kabupaten Polewali Mamasa (Sulawesi) dengan menggunakan AC dan melibatkan sejumlah responden dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Ia juga menambahkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam interaksi sosial, pertemuan desa, informasi pemerintah, bahkan inklusi dan kurikulum di sekolah-sekolah di wilayah berbahasa Mandarin masih belum maksimal, berbeda dengan seperempat abad yang lalu, bahasa daerah khususnya bahasa Mandarin , masih cukup sering digunakan sebagai bahasa komunikasi. Ibnu Burdah membagi teori penerjemahan menjadi dua, yaitu (a) metode penerjemahan Nadzariyah al-Tarjamah (NT) dan (b) Tatbiq al-Tarjamah (TT).

Meskipun penggunaan suatu istilah bukanlah segalanya mengingat kekuatan suatu istilah sebenarnya terletak pada penjelasannya, namun tidak menjadi masalah jika istilah tersebut mendapat perhatian yang cukup seputar terminologi tersebut. Dari semua yang penulis ungkapkan mulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, penulis merasa teori Newmark sangat cocok untuk penulisan penelitian ini karena tidak hanya sadar akan struktur dan semantik, ia mendasarkan teorinya. studi penerjemahan dalam empat hal. , yaitu 1). Penerjemahan semantik berusaha menerjemahkan semaksimal mungkin struktur sintaksis dan semantik BS (Bahasa Sumber), makna kontekstual terjemahannya.31.

Menurut Newmark, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerjemah dalam menentukan makna teks yang akan dicantumkan dalam karya terjemahannya, dan ia mengelompokkannya menjadi dua aspek, yaitu BSa (bahasa sumber) atau Tsa (teks sumber). dan Btu (Bahasa Target) atau TT (Teks). Sedangkan jika dilihat dari SL/TT, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu; (a) reseptor (sikap), (b) norma (norma), (c) budaya (culture) (d) tradisi dan situasi (setting dan tradisi) ketika teks diterjemahkan32. Meskipun penulis akan lebih membatasi penulisan penelitian ini pada analisis teks, faktor penerjemahan dan proses metode penerjemahan, namun penulis tidak memperluas pada fungsi teks dalam komunikasi, sehingga penelitian ini lebih fokus.33.

Metode Penelitian

Secara umum penulis tidak menemui kendala yang berarti dalam proses pengumpulan data, namun ketika saya mencari sumber data sekunder dari ciri-ciri bahasa Sasak cukup kesulitan, hanya saja posisi saya berada di luar Lombok yang jaraknya cukup jauh. dari rantanan tersebut, namun penulis berusaha keras dengan meminta bantuan teman-teman.-Teman-teman yang belajar di Lombok kesana mencari di perpustakaan daerah atau tempat lain, walaupun kadang juga perlu mencari PDF dan jurnal, tapi juga sangat terbatas karena dari kelangkaan mereka.

Sistematika Penulisan

PENUTUP

Kesimpulan

Pilihan kedua, bahasa Sasak yang digunakan dalam penerjemahannya adalah bahasa pergaulan yang penggunaannya didasarkan pada perbedaan kedudukan, pangkat, umur dan derajat keakraban antara orang yang disapa dengan orang yang memberi salam, yang dikenal dengan istilah tingkat tutur. . atau unggah-ungguh (dalam bahasa Jawa). Selain kata kamu, kemu, meq, anta dan ante (kata ganti orang kedua), ada kata samping, plinggih, pelungguh dan dekaji. Selain kata aku, eku (kata ganti orang pertama), terdapat kata tiang, kaji, dan dewek yang tersebar di bagian tengah, lebih umum digunakan masyarakat Sasak dalam pergaulan sosial. Unggah-ungguh bahasa Sasak masih hidup dan digunakan dalam upacara adat sorong-serah, pembayunan dan lain-lain.

Unggahan bahasa Sasak ini harus disebarluaskan dan diwariskan kepada masyarakat, termasuk generasi penerus bangsa, melalui berbagai media, termasuk Al-Quran terjemahan bahasa Sasak. Penerjemahan Al-Quran ke dalam bahasa Sasak dilakukan dengan menggunakan metode Newmark, yaitu; Metode penerjemahan kata demi kata, Metode penerjemahan literal, Metode penerjemahan semantik, Metode penerjemahan setia. Ciri-ciri bahasa yang digunakan adalah dialek-dialek bahasa Sasak. Dialek-dialek tersebut terdiri dari lima jenis dialek yang tersebar di wilayah-wilayah di Pulau Lombok, yaitu; Dialek Ngenengene, Dialek Meno-mene, Dialek Mriak-mriku, Dialek Keto-kete, dan Dialek Ngeto-ngete.

Menurut kesimpulan penulis, dalam penulisan Alquran terjemahan bahasa Sasak, tim penerjemah kurang konsisten dalam menggunakan dialek atau bahasa yang digunakan dalam penerjemahannya, bahasa yang digunakan tidak beraturan, terkadang menggunakan bahasa yang lembut. , bahkan terkadang kasar, dan caranya juga harus fokus agar tidak membingungkan pembaca.

Saran-saran

Penutup

Kajian Terjemahan Al-Qur'an: Kajian Terjemahan Al-Qur'an Bahasa Jawi "Assalam" oleh Abu Taufiq S.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bahasa dan Studi al-Qur`an Muhammad Syahrur E. Syahrur adalah Profesor di jurusan Teknik Sipil Universitas Damaskus dengan latar belakang ilmu Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi.

Dalam buku “Faham Al-Qur’an Metode Nderes” penulis berusaha menyajikan panduan belajar bahasa Arab lengkap dengan nahwu-shorof dalam terapan langsung kepada

Keenam, skripsi yang ditulis oleh Aghis Nikmatul Qomariyah dengan judul Penafsiran Bakri Syahid Terhadap Ayat-ayat al-Qur‟an dan Kewajiban Istri dalam Tafsir al-Huda

Skripsi yang berjudul “Implementasi Bimbingan Konseling Islam Bagi Santri Putri Dalam Menghafal Al-Qur`an Di Pondok Pesantren Tahfidz Manbaul Qur`an Karangrejo” disusun

Dari berbagai macam bentuk kelemahan manusia yang ada dalam al-Qur`an, baik itu kelemahan primer ataupun sekunder, dimana kelemahan itu terjadi karena sebab dan akibat

Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an, dengan gaya penuturan yang sejuk dan lembut serta gambaran masalah yang inspiratif ini, al-Qur‟an menyingkap rasa kesadaran manusia

Ag., selaku Ketua Program Studi Perbandingan Agama (Ushuluddin) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang sekaligus juga menjadi dosen pembimbing

Karena itu, sangat dimaklumi apabila dalam al-Qur`an dijumpai ungkapan-ungkapan metaforik- simbolik yang lazim di kalangan sastrawan Arab dikenal dengan istilah majaz, tasybih dan