LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SILVIKA
Disusun Oleh :
Nama : Timotheus Andrew Kusuma Wangge Kelas : 24351023/24/SHTI-RAPP
Jurusan : Kehutanan Acara II : Perakaran Pohon
Co Ass : Enjang Sekar Rachmadhani
FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2025
ACARA II
PERAKARAN POHON
A. Tujuan
Mengidentifikasi karakteristik perakaran pohon.
B. Tinjauan Pustaka
Akar merupakan salah satu bagian tanaman yang memiliki fungsi sebagai penyerapan air dan zat hara di dalam tanah. Selain itu akar juga berperan sebagai penopang tumbuhan agar tumbuhan bisa berdiri. Bentuk dan struktur akarnya pohon sangat bervariasi, dan variasi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor penting. Salah satu faktor utama adalah jenis tanah tempat pohon tersebut tumbuh. Misalnya, tanah yang kaya akan nutrisi atau memiliki kelembapan yang baik akan cenderung menghasilkan sistem akar yang berbeda dibandingkan dengan tanah yang miskin nutrisi atau kering.
Kedalaman, tekstur, serta komposisi kimia dari tanah tersebut memainkan peran yang signifikan dalam menentukan bagaimana akar-akar pohon berkembang. Selanjutnya, karakteristik dari spesies pohon itu sendiri juga berkontribusi besar terhadap pola perakarannya. Setiap spesies memiliki fitur genetik khusus yang memberinya kemampuan beradaptasi di lingkungan tertentu. Contohnya, ada spesies tertentu yang mengembangkan akar tunggang yang dalam untuk menggali air dan mineral dari lapisan tanah yang lebih dalam.
Di sisi lain, ada pula species dengan akar serabut yang menyebar lebar di permukaan tanah untuk memperkuat penyerapan air dan nutrisi dari lapisan atas tanah (Rachamawati et al. 2022).
Akar pada tumbuhan monokotil memiliki akar serabut dimana pada umumnya perakaran ini berada di dekat permukaan tanah yakni termasuk akar yang dangkal salah satu contohnya adalah pohon kelapa dan kelapa sawit.
Perakaran ini memiliki karakteristik yang menyebar dimana penyebaran yang
dilakukan hanya terbatas yakni mendekati permukaan tanah. Pada perakaran serabut biasa di dominasi oleh tanaman yang tidak berkambium sehingga tidak kuat dalam menembus lapisan tanah yang keras, maka dari itu perkaran nya pun dangkal(Arisandi DN et al. 2024).
Akar pada tumbuhan dikotil memiliki akar tunggang dimana pada akar tunggang memiliki karakteristik akar yang kuat dan dapat menembus lapisan tanah yang keras sehinngga kebanyakan tumbuhan ini didominasi oleh pohon yang besar karena dapat menopang tumbuhan secara keseluruhan maka dari itu akarnya tumbuh kedalam. Akarnya yang kuat dipengaruhi oleh kambium yang dimiliki oleh tumbuhan tumbuhan dikotil (Wijayanto dan Rhahmi 2013).
Intensitas perakaran tanaman terlihat pada kondisi perakaran itu sendiri bila perakarannya padat dan menyebar luas sampai kedalam tanahmaka intensitas yang di tun jukkan adalah tinggi sebaliknya bila perakaran suatu tanaman jarang dan terbatas dalam penyebaran sehingga tidak nampak sampai ke permukaann tanah maka intensitas yang ditunjukkan adalah rendah.
C. Alat dan Bahan 1. Alat :
a. Pena b. Kamera
c. Kertas pengamatan.
2. Bahan :
a. Pohon beringin (Ficus benjamina) b. Pohon kenari (Canarium sp)
c. Pohon sengon (Falcataria moluccana) d. Pohon eukaliptus (Eucaliptus pellita) e. Pohon akasia (Acacia mangium) f. Sawit (Elaeis guineensis)
D. Tempat dan Waktu
1. Tempat : Arboretum Fakultas Kehutanan Instiper 2. Waktu : Jumat, 7 Maret 2025
E. Cara Kerja
1. Mengamati setiap spesies karakteristik tipe perakaran tunggang atau serbut.
2. Mengamati kedalaman perakaran : dalam atau dangkal.
3. Mengamati intensitas perakaran tinggi atau rendah.
4. Menentukan bentuk bentuk perakaran khas/khusus.
5. Memfoto setiap species yang bisa menggambarkan karakteristik perakaran pohon.
Gambar II.1 Falcataria moluccana Gambar II.2 Eucaliptus pellita
F. Hasil Pengamatan
Tabel II.1.Hasil Pengamatan Karakteristik Perakaran Pohon
NO. SPECIES KARAKTERISTIK PERAKARAN BENTUK
KHAS TYPE KEDALAMAN INTENSITAS AKAR
1 Falcataria
moluccana Tunggang Dalam Rendah -
2 Eucaliptus pellita
Tunggang Dalam Tinggi -
3 Acacia
mangium
Tunggang Dalam Rendah -
4 Canarium sp
Tunggang Dalam
Rendah -
5 Ficus
benjamina
Tunggang Dalam Rendah Akar gantung
6 Elaeis
guineensis Serabut Dangkal Tinggi -
\
Gambar II.3 Acacia mangium Gambar II.4 Canarium sp
Gambar II.5 Fiscus benjamina
( Akar tunggang) Gambar II.5 Fiscus benjamina
(Akar gantung)
Gambar II.5 Elaeis guineensis
G. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap beberapa spesies pohon di Arboretum Fakultas Kehutanan Instiper, dapat diidentifikasi bahwa pola perakaran berbeda antara spesies yang termasuk dalam kelompok dikotil dan monokotil. Perbedaan ini memengaruhi kedalaman, intensitas, serta bentuk khas dari sistem perakaran yang diamati.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar spesies pohon yang diamati memiliki tipe akar tunggang dengan kedalaman akar yang tergolong dalam. Spesies seperti Falcataria moluccana, Eucalyptus pellita, Acacia mangium, Canarium sp., dan Ficus benjamina memiliki sistem perakaran tunggang yang memungkinkan mereka menembus lapisan tanah yang lebih dalam.
Hal ini sesuai dengan karakteristik pohon dikotil yang cenderung memiliki akar utama yang kuat dan mampu menopang pertumbuhan pohon yang lebih besar.
Sebaliknya, pohon Elaeis guineensis yang merupakan tanaman monokotil memiliki sistem akar serabut dengan kedalaman yang dangkal. Akar serabut ini lebih menyebar di permukaan tanah dibandingkan akar tunggang, memungkinkan pohon untuk menyerap nutrisi dari lapisan tanah atas namun dengan daya
cengkram yang lebih rendah terhadap tanah dibandingkan dengan pohon berakar tunggang.
Intensitas perakaran juga menunjukkan variasi antar spesies. Beberapa spesies seperti Eucalyptus pellita memiliki intensitas perakaran yang tinggi, menunjukkan kepadatan akar yang lebih besar dan akar nya tidak terlihat pada permukaan tanah.
Sebaliknya, spesies seperti Falcataria moluccana, Acacia mangium, dan Canarium sp. memiliki intensitas perakaran yang rendah,dimana akarnya mencuat ke atas permukaan tanah sehingga dapat terlihat akarnya.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat satu spesies yang menunjukkan bentuk khas pada sistem perakarannya, yaitu Ficus benjamina, yang memiliki akar gantung selain akar tunggangnya. Akar gantung ini berfungsi sebagai tambahan dalam penyerapan air dan nutrisi, serta dapat membantu memperkuat pohon di habitat alaminya.
Perbedaan dalam karakteristik sistem perakaran ini memiliki dampak ekologis yang signifikan. Pohon dengan akar tunggang dalam dan intensitas perakaran tinggi, seperti Eucalyptus pellita, lebih adaptif terhadap kondisi tanah yang lebih kering karena kemampuannya menyerap air dari lapisan tanah yang lebih dalam. Sementara itu, pohon dengan akar serabut seperti Elaeis guineensis lebih cocok untuk lingkungan dengan suplai air yang stabil di permukaan tanah.
H. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat praktikan ambil dalam acara Perakaran Pohon adalah sebagai berikut:
1. Pohon dengan akar tunggang memiliki karakteristik perakaran yang dalam ditunjukkan oleh pohon Acacia mangium, Eucalyptus pellita, Falcataria moluccana, Fiscus benjamina, Canarium sp. Sedangkan yang berakar serabut memiliki karakteristik perakaran yang dangkal adalah Elaeis guineensis.
2. Pohon dengan kedalaman akar yang dalam adalah Acacia mangium, Eucalyptus pellita, Falcataria moluccana, Fiscus benjamina, Canarium sp sedangkan yang kedalaman perakaran nya dangkal adalah Elaeis guineensis.
3. Pohon dengan intensitas perakaran tinggi di tunjukkan oleh pohon Eucalyptus pellita dan Elaeis guineensis, sedangakan yang memiliki intensitas perakaran yang rendah adalah Acacia mangiu, Falcataria moluccana, Fiscus benjamina, dan Canarium sp.
4. Pohon yang memiliki bentuk akar yang khas adalah Fiscus benjamina yang memiliki akar gantung.
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi DN, Dani, Anita Apriani, Wahyu Kumala Sari, dan Daud Enumbi. 2024.
“Studi Perkembangan Agribisnis Kelapa dengan Pendekatan Business Model Canvas (BMC).” Jurnal Agribisnis Indonesia 12 (1): 15–26.
https://doi.org/10.29244/jai.2024.12.1.15-26.
Rachamawati, Normela, Basir, Dina Naemah, dan Adistina Fitriana. 2022. Buku Ajar Silviks. Diedit oleh Yusanto Nugroho. Banjarbaru: CV. Banyubening Cipta Sejahtera.
Wijayanto, Nurheni, dan Iftitah Rhahmi. 2013. “Panjang dan Kedalaman Akar Lateral Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.” Jurnal Silvikultur Tropika 4 (1): 23–29.
Yogyakarta, 11 Maret 2025 Mengetahui,
Co.Ass Praktikan
(Enjang Sekar Rachmadhani) (Timotheus Andrew )